Artikel 1 PDF
Artikel 1 PDF
Surel: Romynugraha7@gmail.com
413
414 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021, Hlm 413-430
Etika sangat berhubungan dengan se- Budaya diartikan sebagai program kolek-
tiap nilai ataupun norma perilaku manu- tif dari pikiran manusia yang membedakan
sia, karena pada intinya befungsi untuk anggota individu dari suatu masyarakat dari
mempelajari perilaku seseorang kelompok yang lain. Morales-Sánchez et al. (2020) dan
dan lembaga yang dianggap baik dan tidak Syailendra & Hamidah (2019) menjelaskan
baik, tak terkecuali dalam profesi akuntan bahwa budaya adalah hubungan intraktif
publik. Perilaku beretika telah menjadi titik yang saling mempengaruhi antara kelompok
fokus yang sangat penting untuk diperha- dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian
tikan dan menjadi topik pembahasan yang tesebut, muncul ketertarikan penulis un-
menarik belakangan ini. Baut et al. (2021) tuk meneliti tentang kebudayaan Bugis se-
berargumentasi bahwa kendati regulator te cara kritis untuk mengkaji lebih jauh makna
lah menerbitkan kode etik resmi, tetap saja yang terkandung dalam kode etik akuntan
masih terjadi kasus kasus penyimpangan publik. Kode etik yang berlaku sekarang ku-
yang mengakibatkan krisis kepercayaan rang pas sebagai panduan dan kurang mem-
masyarakat terhadap profesi akuntan se berikan makna atau simbol bagi akuntan
perti dicontohkan oleh kasus Enron, Leh- publik (Triani et al., 2020). Salah satunya
man Brothers, dan Parmalat di luar negeri. dikarenakan bahwa isi dan substansi dalam
Sebagai buntut dari skandal perusahaan, kode etik akuntan publik Indonesia hampir
banyak pihak telah menyerukan peninjauan seluruhnya merupakan impor dari American
etika dan tata kelola di korporasi (Ghazali & Institute of Certified Publik Accountants (AIC-
Ismail, 2013). Hal ini terjadi karena kurang PA). Padahal seperti yang diketahui bahwa
nya kesadaran akuntan publik terhadap Indonesia mengandung berbagai dimensi
kode etik, seperti dapat dilihat dari PPPK budaya yang berbeda dengan Amerika Se
Kementerian Keuangan RI di bagian sanksi rikat dan negara barat lainnya.
bahwa kasus-kasus tersebut membuktikan Heterogenitas budaya dan individu
bahwa kode etik belum sepenuhnya ditaati adalah dua isu yang saling terkait sekaligus
dan diimplementasikan dalam akuntan pu merupakan masalah utama dalam pening-
blik. Kasus itu kemudian menjadi tonggak katan kepatuhan etika. Prabowo & Mulya
untuk menggali, mengeksplorasi, dan mem- (2018) menjelaskan bahwa etika dan nilai
pelajari secara lebih lanjut mengenai etika budaya membentuk kode etik dalam per-
akuntan publik. Mereka seharusnya dapat ilaku setiap individu. Reraja & Sudaryati
mengambil tanggung jawab sebagai profe- (2019) juga berpendapat bahwa semakin
sional melalui penerapan kode etik akuntan mamadainya pengetahuan, pemahaman,
publik (Hottegindre et al., 2017; Meilawathi dan kemauan dalam penerapan nilai-nilai
& Sudaryati, 2021). Seperti diketahui bahwa moral dan etika, pelanggaran etika dapat
tujuan utama dari kode etik adalah untuk berangsur dikurangi. Dari hasil penelitian
meningkatkan kinerja akuntan publik dan tersebut, peneliti tertarik mengkaji lebih da-
kualitas audit (Fan et al., 2013; Sun et al., lam keefektifan penerapan kode etik akun-
2016). tan publik di Indonesia. Dalam hal ini untuk
Jenkins et al. (2018) dan Okpara (2014) mengidentifikasi ketepatan proses adopsi
menemukan bahwa keyakinan dan perilaku sistem standar etika dari negara lain berikut
etis bergantung pada budaya yang dapat keanekaragaman budaya mereka yang sama
membantu mereka dalam mengembangkan sekali berbeda dengan kultur budaya yang
dan melaksanakan komunikasi dan mengon- ada di Indonesia. Padahal di sisi lain, masih
trol sistem guna meningkatkan kinerja etis diperlukan pengembangan terhadap kode
organisasi. Pemahaman tentang dampak bu- etik yang berdasarkan nilai-nilai yang sudah
daya pada etika juga dapat membantu organ- sejak lama melekat dan sesuai dengan bu-
isasi yang ada di proses pengembangan kode daya lokal kita. Seperti pada budaya Bugis
etik perusahaan dan/atau peninjauan staf yang merupakan salah satu kebudayaan ter-
dan pelatihan praktik yang terkait de ngan tua di Nusantara, yang di dalamnya memuat
masalah etika. Dalam kacamata globalisasi berbagai warisan nilai kehidupan sebagai
bisnis, perhatian terhadap kebudayaan yang tata cara berperilaku dalam bermasayarakat
berbeda diperlukan pada penelitian etika, ataupun dalam lingkup pekerjaan. Jubban
karena setiap negara memiliki pandangan et al. (2019) berargumentasi bahwa nilai ke-
dan perilaku etika yang berbeda. Warisan bu- hidupan masyarakat Bugis meliputi kejujur
daya memberikan dampak kepada seseorang an (lempu), kecendikiaan (acca), kepatuhan
dalam menjalankan kehidupan profesinya. (sitinaja), keteguhan (getteng), usaha (reso),
Nugraha, Menggagas Penerapan Kode Etik Akuntan Publik dalam Budaya Bugis ... 415
harga diri (siri), kemudian ada pula yang dise- beda dengan kedua penelitian di atas, de
but dengan nilai pesse (peduli) dan warani ngan penemuan nilai dari turunan sejarah
(berani). Nilai-nilai tersebut telah diwariskan yang tersistematis seperti nilai lempu, acca,
leluhur Bugis secara turun-temurun melalui getteng, warani, asitinajang, reso, siri, dan
pappengaja (nasihat) dan pappaseng toriolo pesse.
(amanat orangtua). Etika yang diturunkan Berdasarkan beberapa teori yang telah
secara budaya merupakan hal yang sangat dikemukakan, penelitian ini akan melahir-
penting dalam bisnis internasional karena kan konsep penerapan kode etik akuntan
dapat mempengaruhi pengambilan keputus publik dalam perspektif nilai kehidupan
an etisnya (Dunn & Sainty, 2019). Ketika masyarakat Bugis. Peneliti mempelajari re-
nilai-nilai budaya ditambahkan pada sikap, alitas sosial pada masyarakat Bugis, yang di
keyakinan, dan perilaku budaya, di situlah dalam kehidupan sehari-harinya mendapa-
model kode etik dapat dikembangkan (West, ti kode perilaku yang bersumber dari nilai
2017). budaya kemudian menjadi sebuah sistem
Beberapa peneliti telah mengangkat (adat istiadat). Peneliti melihat bahwa an-
masalah terkait dengan etika akuntansi da- tara nilai budaya Bugis dengan kode etik
lam tulisan ataupun penelitiannya, tetapi akuntan publik ditemukan kesesuaian yang
masih sedikit yang mengangkat mengenai dapat saling menguatkan dalam penegakan
perspektif nilai kearifan lokal budaya Bugis kode etik. Peneliti dapat menemukan dan
dalam pelaksanaan kode etik. Salah satu memahami realitas, serta mengonstruk-
penelitian yang pernah membahas dan men- si nilai kebudayaan Bugis dalam kode etik
gangkat kode etik dengan budaya Bugis ya akuntan publik melalui interaksi langsung
itu dari Azis et al. (2015) yang memiliki tu- secara intensif dengan subjek penelitian,
juan untuk memaknai independensi auditor yaitu ma syarakat Bugis dan budaya wan
dalam pandangan nilai kearifan lokal sirie yang memahami nilai-nilai tersebut. Meng-
na pace. Adapun hasil penelitiannya men- gagas kode etik akuntan publik berdasarkan
jelaskan bahwa elaborasi kode etik dengan nilai kearifan lokal budaya Bugis tidak dapat
nilai sirie na pace mengindikasi bahwa inde- dibangun hanya dalam beberapa hari, sama
pendensi dimaknai sebagai rasa malu terha- seperti integritas auditor yang tidak serta
dap harga diri yang memiliki solidaritas yang merta terbangun. Hal ini karena harus ada
tinggi. Sedangkan penelitian dari Prabowo & kebiasan atau kultur sejak awal tertanam
Mulya (2018) yang bertujuan mengeksplora- dalam jiwa seorang auditor seperti karakter
si budaya dan akuntansi, khususnya dalam integritas yang ada dalam waktu yang lama
penguatan etika auditor dengan nilai budaya seperti di lingkungan keluarga berikut inter-
bugis Makassar memperlihatkan hasil pene- aksi de ngan masyarakat yang membentuk
litian bahwa formulasi baru dari kode etik karakter tersebut. Nilai-nilai kultural seper-
auditor yang menyatakan etnis Bugis se- ti lempu, acca, getteng, warani, asitinajang,
bagai budaya lokal memiliki kesamaan dan reso, siri dan pesse yang telah diwariskan
tidak bertentangan dengan standar profe- suku Bugis sebagai nilai moral dalam berke-
sional akuntan publik (SPAP). Peneliti me- hidupan sosial dan sebagai sebuah paradoks
lihat pentingnya nilai-nilai ada tongeng (be- dalam menjadikannya dasar gagasan baru
nar), warani (berani), dan reso (upaya) dalam auditor untuk menerapkan kode etik den-
independensi auditor untuk mengeluarkan gan cara yang baru secara lebih sehat bagi
pendapat atas laporan audit. Kebudayaan pikiran dan juga moral.
Bugis dapat diakses dari berbagai instru-
men seperti lontara, kemudan berbagai METODE
studi terdahulu yang terkait dengan pen- Metode yang digunakan dalam peneli-
jelasan langsung dari suku Bugis, serta bu- tian ini adalah analisis nilai budaya melalui
dayawan yang masih memahami nilai-nilai pengkajian budaya masyarakat yang meng-
kebudayaan Bugis. Berdasarkan fenomena gambarkan tatanan nilai-nilai perilaku ma
tersebut, penelitian ini hendak mengkaji le syarakat, serta untuk menemukan informasi
bih dalam keterkaitan antara nilai kearifan dalam memahami secara mendalam tentang
lokal budaya Bugis dengan kode etik akun- nilai nilai budaya Bugis. Berikut ini adalah
tan publik yang akan menghasilkan suatu implikasinya dalam kode etik akuntan pu
gagasan baru dalam mengimplementasikan blik.
kode etik. Penelitian ini juga memiliki dasar Informannya adalah seorang pembicara
keilmuan budaya (lontara Bugis) yang ber- asli yang menggunakan bahasa Bugis. Penu-
416 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021, Hlm 413-430
Nama Keterangan
Lapagala Pendiri Komunitas Kebudayaan Sulawesi Selatan
Bengga Auditor Asal Sulawesi Selatan
Puang Auditor Asal Sulawesi Selatan
Petta Auditor Asal Sulawesi Sealatan
lis memintanya berbicara menggunakan ba- nya yang mendalami kebudayaan Bugis te
hasa Bugis dan menjadi model untuk belajar lah berhasil membuatnya dipercaya untuk
darinya. Gambar 1 menampilkan rancangan membawakan materi di beberapa kabupaten
metode penelitian dalam penelitian ini. dan menjadi perhatian masyarakat pegiat
Berdasarkan Gambar 1, objek dari pe- kebudayaan. Kedua, peneliti memilih bebe
nelitian ini merupakan nilai-nilai kearifan rapa auditor yang berasal dari suku Bugis.
lokal budaya Bugis dan kode etik akuntan Selanjutnya dalam menganalisis ha-
publik. Sumber data berasal dari informan, sil wawancara, peneliti memulai dari per-
bukti, dan dokumentasi yang terkait dengan tanyaan dasar mengenai bagaimana mas-
objek penelitian. yarakat yang berbudaya mengatur perilaku
Tabel 1 menunjukkan data informan mereka. Hal ini bertujuan untuk mendapat
dalam penelitian ini. Informan dalam pene- kan hasil penelitian yang tajam karena
litian ini terdiri dari pihak-pihak yang me- lapor
an yang dibuat harus mampu men-
mahami objek penelitian, antara lain sebagai gomunikasikan hal-hal spesifik dari kebu-
berikut. Pertama untuk menggali nilai-nilai dayaan yang dikaji.
kearifan lokal budaya Bugis, peneliti memi- Berdasarkan hasil penelusuran bebe
lih pengamat budaya yang merupakan ketua rapa referensi terkait kebudayaan Bugis
sekaligus pendiri komunitas kebudayaan yang peneliti peroleh, hampir tidak ditemu-
terbesar Sulawesi Selatan yang bernama kan data yang jelas terkait asal-muasal pem-
Sempugi. Pengalaman beserta karya tulis bentukan budaya Bugis. Akan tetapi, pada
De skriptif
Kualitatif
Dengan demikian, makna sejati manu- tingkah laku yang dinasihatkan akan mem-
sia Bugis adalah orang-orang yang ucapan berikan kesan etis, serta telah diwariskan
dan perbuatannya termanifestasi dari fir- turun-temurun oleh orangtua ke anak cucu,
man Tuhan Yang Maha Esa sebagai sosok oleh guru ke muridnya, oleh kakak ke adik
mahluk Tuhan yang berpegang pada getteng nya, oleh suami ke istrinya. Keberadaan
riada tongeng yang artinya ucapan yang be- pappaseng dalam masyarakat Bugis sangat
nar,siteppe ada na gau yang artinya sesuai dijunjung tinggi karena di dalamnya me-
kata dengan perbuatan, serta puada na nekankan pada ajaran etika dan moral.
parapi yang artinya mengucapkan kata dan Memaknai lebih dalam nilai nilai
mempertanggungjawabkannya atau mampu kehidupan manusia Bugis. Peneliti kemu-
berbuat dan mampu bertanggung jawab. dian mengkaji lebih dalam mengenai bu-
Dari konsep dasar manusia bugis di daya Bugis di Indonesia yang di dalamnya
atas, muncullah nilai-nilai kehidupan seper- mendapati nilai-nilai kehidupan, salah sa-
ti lempu, acca, warani, getteng, siri, na pesse. tunya lempu’ atau jujur dalam bahasa na-
Lapagala menggambarkan pola eppa sulapa sional. Pada beberapa kesempatan juga di-
dan reso pada kutipan sebagai berikut: maknai sebagai ikhlas, benar, baik, dan adil.
Sebagai pengamat budaya, Lapagada men-
“Dari ini muncul nilai-nilai ke- jelaskan lempu pada kutipan sebagai beri-
hidupan, lempu acca warani get- kut:
teng, dari sini lagi masuk siri na
pesse’ ini masih bersifat univer- “…jadi iya ko yacciori iro filosofi de’
sal dan individual maksudnya nengka ma’belle iyanaritu yaseng
lempu acca warani getteng itu idi lempu, kalau kita tidak pernah
tomi rasakan beda dengan siri na berbohong itu lah yang dinamakan
pesse’berhubungan dengan kolek- manusia dalam pandangan orang
tifitas masyarakat, siri ini lebih Bugis” (Lapagada).
kepada kehormatan pribadi yang
berkaitan dengan orang Laineso Pernyataan tersebut menunjukkan
ini tidak ditemukan tunggal se- bahwa manusia Bugis memiliki nilai ke-
bagai nilai tapi kita temukan di hidupan sebagai manusia yang tidak pernah
pappaseng resopa temmangingi berbohong atau dinamakan lempu. Lapa-
namalomo nalettei pammase de- gada menjelaskan bahwa terdapat dua tipe
wata, dia berupa nilai tapi harus manusia, yaitu manusia sesungguhnya dan
terjelaskan dalam kalimat pap- wujud manusia. Seperti paseng tau riolota
paseng ini” (Lapagala). seddimi tau rupanna mi mega, kita harus
mulai memaknai manusia Bugis dari filosofi
Pernyataan tersebut menunjukkan paseng ini bahwa rupa manusia itu berbe-
bahwa nilai-nilai kehidupan yang terkan da-beda, jika manusia dalam berinteraksi
dung dalam kategori manusia Bugis adalah dengan yang lain selalu berkata jujur, maka
lempu, acca, warani, getteng, siri na pesse, dinamakan sipakatau. Kemudian terdapat
dan reso. Badewi (2019) menemukan bahwa pula saling menghormati dalam berinter-
kebudayaan masyarakat Bugis mengandung aksi yang dinamakan sipakalebbi, dan juga
nilai utama antara lain siri, mapesse, malem- saling mengingatkan atau sipakainge. Apa-
pu, magetteng, adae tongeng, dan reso. Nilai- bila dalam berinteraksi telah menggunakan
nilai itu tercipta karena dimuliakan oleh paseng atau nasihat ini, maka dalam pan-
leluhur, kemudian diwariskan ke generasi dangan Bugis dinamakan manusia lempu.
selanjutnya. Mereka dinasihatkan dan dipe- Perilaku lempu dalam konteks lain diartikan
sankan melalui lontara-lontara yang disebut dapat memanjangkan usia seseorang atau
pappenngaja (nasihat) dan pappasengtoriolo dalam bahasa Bugis sebagai lamperi sunge,
(amanat orang orangtua). Handayani & Su- seseorang yang memelihara lempu dalam
narso (2020) menemukan bahwa pappaseng dirinya akan tidak curang ketika diberi ke-
dapat dipergunakan sebagai sarana pendi- percayaan dan tidak serakah pada hal yang
dikan moral dan pembentukan karakter bagi bukan haknya.
manusia. Nasihat termasuk dalam kata de Getteng dapat diterjemahkan dalam
ngan hikmah yang dalam. Semua sikap dan bahasa nasional sebagai teguh. Lapagala
Nugraha, Menggagas Penerapan Kode Etik Akuntan Publik dalam Budaya Bugis ... 419
memiliki persepsi yang sama tapi dengan lebih sama kira kira seperti ini na
pandangan yang berbeda mengenai getteng, iya riaseng acca ni ita yolona bic-
bahwa lempu dan getteng merupakan satu ara e nannia cappana” (Lapagada).
kesatuan dalam nilai kehidupan manusia
Bugis. Berikut ini adalah pengungkapkan Pada masa lalu pernyataan tersebut
nya: dimaknai sebagai pengambilan keputusan
contohnya jika terdapat hakim yang mena
“Kita ambil filosofis mabbecci, ngani sebuah kasus, maka hakim ini harus
supaya malemppu i ipakeangngi mengetahui latar belakang masalah yang
becci, iro becci i kalo lara i dena terjadi dan mempertimbangkan keputus
malempu, haruspi magetteng nap- an yang akan ambil berakibat seperti apa,
pa malempu, misal kita sebagai apakah orang yang salah kemudian saya
akuntan malempu ki saya tidak salahkan dapat mengakibatkan anak dari
mau manipulasi laporan keuang pelaku hidup tanpa orangtua dan sengsara.
an tetapi tiba tiba ada godaan un- Dalam pemaknaan nilai acca, hakim harus
tuk manipulasi awalnya memang mengetahui lebih terperinci pelaku mencuri
kita komitmen tapi pertengahan dengan alasan kepepet atau kebiasaan, jadi
bisa goyang iyana tuh yaseng lara’ keputusan yang harus diberikan akan tepat
dena na magetteng makanya lem- sasaran. Oleh karena itu, sebelum mengam-
pu harus pi sibola sibawa gettteng bil keputusan harus mampu untuk mem-
e” (Lapagada). pertimbangkan setiap hal yang diperlukan,
inilah yang dinamakan acca dalam termi-
Lapagada mengambil filosofi mabecci nologi terdahulu.
atau teknik dalam mendirikan bangunan Makna acca dalam filosofi manu-
supaya lurus untuk menggambarkan get- sia Bugis adalah orang yang cerdas dalam
teng dalam paseng “haruspi magetteng nap- mengambil keputusan melalui pertimbang
pa malempu”. Artinya manusia harus jujur an bijaksana dan memberikan solusi ter-
dan menjadi kuat ibarat tali yang ditarik hadap permasalahan yang terjadi. Orang
atau teguh terhadap prinsipnya. Adapun yang mempunyai nilai acca atau dalam
teguh ini berasaskan setia pada keyakinan lontara biasa disebut pannawanawa atau
yang dia miliki, kuat dalam memegang keya- tokenawanawa, yang bermakna ahli pikir
kinan, dan mempunyai sebuah prinsip yang atau ahli hikmah. Tociung, salah satu to-
kuat. To ciung Maccae ri Luwu menyatakan koh suku Bugis menyebutkan bahwa orang
bahwa keempat perilaku yang melambang- yang cendiakawan mencintai perbuatan dan
kan keteguhan di antaranya tidak menging- perkataan yang benar, mempunyai skill da-
kari janji, tidak mengkhianati kesepakatan, lam menyelesaikan masalah, dan memiliki
tidak membatalkan/mengubah keputusan, perencanaan yang bagus dalam bertindak.
dan menyelesaikan janjinya. Pelras (2016) dan Takko (2020) menyatakan
Acca dapat diterjemahkan sebagai ke- bahwa ungkapan pada lontara sering mema-
cerdasan, baik dalam hal baik maupun sangkan acca dan lempu karena keduanya
buruk. Semestinya acca lebih cenderung saling melengkapi.
kepada cendekiawan atau berintelektual. Kemudian mengenai nilai warani yang
Lebih lanjut, Lapagala menjelaskannya pada di dalam pappaseng warani dimaknai se-
kutipan sebagai berikut: bagai perilaku yang selalu sigap untuk di-
tempatkan di mana saja tanpa merasa takut.
“Orang orang tua kita dulu telah Sifat seperti ini dikenal dengan kemampuan
memberi terminologi tentang itu beradaptasi atau adaptability. Dengan mak-
acca, ada banyak di lontara’. Ada na yang sama Lapagala menjelaskan nilai
beberapa komentator masa lalu warani secara filosofis sebagai berikut:
baik dari Kabupaten Wajo, dari
Soppeng, Luwu, Sidenreng mem- “…temmitau ri taro ri yolo ri mon-
berikan terminologi apa itu acca, ri kita disuruh jadi perintis oke,
dengan redaksi yang sedikit ber- disuruh jadi di tengah oke,
beda tapi makna/subtansi kurang disuruh jadi tim penyisir oke, jadi
420 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021, Hlm 413-430
kutipan sebelumnya bahwa “harus pi maget- Dari pernyataan Puang, peneliti dapat
teng nappa malempu”. Harddian et al. (2017) menyimpulkan bahwa nilai warani itu rele-
dan Mbuki et al. (2015) menjelaskan bahwa van dengan integritas, objektifitas, dan ke
dalam pengabdian profesinya, auditor harus rahasiaan. Mengenai integritas Lapagala
teguh dalam memegang prinsip kode etik dan Bengga menjelaskannya pada kutipan
untuk menghasilkan audit yang berkualitas sebagai berikut:
baik. Hal ini dikuatkan oleh Bengga yang
menyatakan: “…rata rata orang warani itu ma
getteng karena warani keras kare-
“Nilai getteng ini juga bisa jadi na salah satu yang menghilangkan
bagian dari integritas karena me- kejujuran itu adalah ketakutan
mang orang berintegritas itu ha- karena ketika orang takut komit-
rus kuat prinsipnya. Kalau dia mennya akan buyar” (Lapagala).
tidak kuat prinsipnya maka dia
akan gampang terpengaruh misal- “Warani juga sangat berdekat-
nya bisa saja kita disogok sudah an dengan integritas, harus kita
dibujuk duit kan gampang saja mengungkapkan apa yang terjadi
dia akan terpengaruh. Jadi orang disitulah keberanian kita. Disclo-
kalau tidak magetteng tidak kuat sure kalau didalam prinsip artinya
dalam pendirian dia bisa saja teri- suatu pengungkapan apa adan-
ma terima saja sogokan itu meski- ya dan tidak boleh mengada-ada,
pun itu melanggar kode etik buat berani mengungkapkan apa yang
dia” (Bengga). terjadi tidak ada unsur unsur in-
tervensi” (Bengga).
Pernyataan Bengga menunjukkan beta-
pa pentingnya integritas bagi seorang akun- Pernyataan tersebut menunjukkan
tan. Hal ini tentu sesuai dengan temuan bahwa tanpa adanya nilai warani, auditor
Carrera & Kolk (2021) dan Houqe et al. akan mudah diintervensi oleh pihak lain
(2015) menyatakan bahwa dalam membang dan akan menimbulkan gugurnya integritas
un karakter teguh dan jujur, seorang auditor auditor. Pernyataan ini juga sesuai dengan
akan memperbaiki kualitas audit sehingga riset Kassem (2018) dan Lamboglia & Manci-
kepercayaan publik mengenai profesi akun- ni (2021) yang menemukan bahwa prinsip
tan akan meningkat secara positif. integritas menjadi harga mati untuk auditor
Selanjutnya beralih ke nilai warani, dalam bersikap jujur tanpa tekanan pihak
yang ketika direlevansikan dengan kode etik lain. Nilai warani ini juga akan menjaga ker-
menimbulkan beberapa pendapat. Hal ini ahasiaan yang perlu dijaga dalam kode etik.
seperti yang dikatakan Puang pada kutipan Apabila kita berbicara mengenai inter-
berikut ini: vensi, maka sangat kuat kaitannya dengan
prinsip objektifitas dan kerahasiaan. Zheng
“Warani itu lebih kepada mampu et al. (2019) menjelaskan bahwa objektivi-
mengatakan pendapat sesuaian tas tidak berkompromi terhadap intervensi
dengan keilmuannya, bisa juga kepentingan lain yang dapat mengubah per-
dia berani dalam hal mengha- timbangan profesional akuntan. Jika sema-
dapi situasi dan kondisi yang me- kin tinggi objektifitas auditor, maka akan
nekan. karena kan kalau auditor menghasilkan kualitas audit yang baik (Ari-
itu pengaruhnya bisa macam ma- ail et al., 2021; Briando et al., 2020). Kera-
cam, bisa karena adanya tekanan, hasiaan dimaksudkan untuk tidak member-
warani juga bisa diartikan berani ikan informasi laporan audit yang berpotensi
dalam hal menyatakan pendapat. mendatangkan peluang oknum mengu-
Kalau auditor itu tidak berani da- bah realitas yang ada. Marini et al. (2018)
lam menyatakan pendapatnya ini, berpendapat bahwa praktik akuntabilitas
dia tidak akan mampu memper- dikonseptualisasikan oleh pengetahuan
tahankan kan apa prinsipnya dia, yang diambil dari disiplin ilmu dan budaya
dia tidak mampu mempertahank- tertentu. Budaya bisa menjadi pondasi yang
an norma-norma yang seharusnya kuat untuk membangun akuntanbilitas diri
dia jaga” (Puang). auditor.
Nugraha, Menggagas Penerapan Kode Etik Akuntan Publik dalam Budaya Bugis ... 423
Nilai lempu, warani, dan getteng me nya dijadikan pembungkus kue, dan empe-
rupakan satu kesatuan yang dapat mem- lurnya dapat dijadikan sebagai pembungkus
perkuat integritas auditor dalam memegang tembakau”. Syair ini bermakna bahwa seti-
prinsipnya. Jika nilai lempu atau jujur di- ap aktivitas yang dilakukan harus memiliki
padukan oleh getteng atau teguh, maka banyak manfaat untuk masyarakat umum.
keteguhan dalam memegang nilai kejujuran Aturan kode etik profesi akuntan publik
seorang auditor sangat berperan penting un- menyatakan bahwa anggota harus mengan-
tuk meningkatkan integritas, sama halnya tisipasi langkah yang mereka ambil sebagai
dengan nilai warani seseorang yang jujur penerapan sikap professional yang didapa-
jika tidak memegang keberanian dalam di tnya dalam pelatihan yang tepat. Chiang
rinya, maka akan tergoyahkan kejujuran (2016) dan Lutfillah et al. (2020) berargu-
nya. Ketiga nilai tersebut akan membentuk mentasi bahwa apabila auditor mempunyai
integritas auditor akan semakin kuat. kompentensi yang mumpuni, maka akan
Nilai warani menunjang prinsip objek- mudah dalam melaksanakan kewajiban
tifitas auditor. Dengan adanya nilai warani, pekerjaannnya, dan juga sebaliknya apabila
auditor tidak akan takut adanya benturan auditor tidak mempunyai kompetensi yang
kepentingan atau pengaruh dari pihak lain. mumpuni, maka akan mengalami kesulitan
Pada sisi lainnya, nilai warani menunjang dalam melaksanakan kewajibannnya. Dari
prinsip kerahasiaan. Jika dengan adanya pernyataan Petta, telah tergambar bahwa
keberanian yang menjadi jiwa dari auditor, nilai acca dalam kehidupan manusia Bugis
maka auditor tidak akan mengungkap infor- sangat kuat terkait dengan kompetensi da-
masi rahasia terhadap pihak lain walaupun lam prinsip kode etik. Auditor diharuskan
ada intervensi tidak akan membuat prinsip untuk memiliki kompetensi, skill, dan ke
kerahasiaan auditor goyah. cerdasan dalam mengambil keputusan dan
Adapun nilai kehidupan manusia beri- akuntan juga diharuskan untuk mematuhi
kutnya adalah acca, yaitu telah dijelaskan kode etik profesional mereka saat membuat
di atas sebagai kecerdasaan. Dari hasil keputusan etis (Dunn & Sainty, 2019). Nilai
wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa acca akan menunjang prinsip kompetensi,
nilai acca relevan dengan kompetensi. Hal karena dengan adanya kecerdasan, auditor
ini didukung oleh pendapat dari Petta yang akan menghasilan keputusan dan langkah
mengatakan: yang tepat dalam melaksanakan pemerik-
saan.
“Prinsip ini berpasangan dengan Nilai kehidupan manusia Bugis selan-
prinsip acca dalam suku Bugis. jutnya yang mempunyai relevansi dengan
Prinsip ini terkhusus bagi au- kode etik yaitu nilai siri, yang ditengarai su-
ditor menjadi wajib hukumnya. dah ada sejak zaman dahulu sebagai sistem
Bagaimana tidak, seorang audi- nilai kebudayaan masyarakat jauh sebelum
tor dalam melaksanakan tugas terbentuknya otoritas pemerintahan ker-
dituntut untuk mengetahui atur- ajaan Bugis dahulu (Druce, 2016; Tarmizi,
an terkait dengan penugasannya. 2020). Dari hasil wawancara dengan pe
Sekedar berani menyatakan salah ngamat budaya dan auditor, peneliti mena
adalah hal yang salah namun pe rik kesimpulan bahwa siri dimaknai sebagai
ngetahuan dan kecerdasan se kehormatan profesi akuntan publik. Hal ini
orang auditor menjadi senjata diteguhkan oleh pernyataan Bengga sebagai
utama bagi seorang auditor dalam berikut:
melaksanakan tugasnya” (Petta).
“Siri ini lebih bersifat pribadi ar
Pernyataan Petta menunjukkan bahwa tinya siri itu dalam arti malu ti-
auditor harus memiliki tingkat pengetahuan dak melakukan hal baik dan malu
dan keahlian yang mencukupi dalam melak- pada saat berbuat salah, berbuat
sanakan auditnya. Orang acca dipandang salah terhadap prinsip akuntan-
sebagai orang yang cara berpikirnya ber- si. Seperti akuntansi itu sebuah
manfaat untuk kemaslahatan orang banyak. siklus, apabila kita tidak bisa
Sebuah syair Bugis menyatakan bahwa bekerja sesuai dengan sistem yang
“Baik kiranya menanam pohon pinang kare- ada harusnya kita malu, arti
na batangnya dapat dibuat tiang, akarnya nya malu apabila bertindak salah
dapat dijadikan sebagai obat demam, daun- padahal sebagai orang profesio
424 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021, Hlm 413-430
nal. Seorang profesional itu malu Salah satu nilai berkehidupan manusia
untuk berbuat salah terhadap Bugis yang lain adalah nilai reso. Dari hasil
profesinya kita kaitkan kesitu, wawancara dengan budayawan dan auditor,
artinya betul betul harus beker- peneliti menarik kesimpulan bahwa nilai
ja sesuai dengan teori akuntansi reso merupakan nilai yang akan mengikat
kalau sebagai seorang akuntan kerja keras seorang auditor sehingga dapat
harus betul betul menunjukkan memaksimalkan penerapan lima prinsip
siklus akuntansi yang benar, ka- dasar etika dalam kode etik. Dalam bebera-
lau seorang auditor juga harus pa pendapat dari narasumber, reso ini ber-
malu berbuat salah, artinya dia ti- kaitan dengan seluruh prinsip yang ada. Hal
dak boleh menjual murah dirinya ini diutarakan oleh Bengga dan Andi pada
demi untuk kepentingan pribadi” kutipan berikut ini:
(Bengga).
“Reso dalam arti pengabdian
Pernyataan Bengga menunjukkan bah- seorang akuntan itu tidak boleh
wa auditor Bugis harus menjunjung ting- dinilai dengan harga murahan da-
gi profesinya. Dalam hal paradigma kebu- lam arti kita menjual profesi kita
dayaan, orang Bugis Makassar menganut dengan tidak mempertimbangkan
konsep siri. Muhammad (2016) berargumen- profesionalnya, reso dinilai se-
tasi bahwa konsep siri telah mewakilkan bagai pengabdian kita” (Bengga).
semua unsur dalam pangadereng dan pene
rapannya telah mencakup aspek kehidupan “Kalo reso itu usaha ya, kalo
dalam masyarakat. Sedangkan Rahman menurut saya itu lebih mengarah
(2016) dan Tol (2020) menyatakan bahwa ke objektifitasnya, obejktifitasnya
masyarakat Bugis mempertahankan harga ini kan menunjukkan profesion-
diri sebagai siri karena dalam konsepnya, al yang tinggi, jadi ada usahanya
kehilangan harga diri sama halnya dengan kalo misalnya menunjukkan pro-
kehilangan jiwanya sebagai manusia. Dalam fesional di lapangan itu bisa saja
penjabarannya, masyarakat Bugis meng mengumpulkan mengevaluasi
anggap bahwa seseorang menjadi manu- kadang kadang kita juga tes fisik.
sia ketika memiliki harga diri atau siri dan Jadi kalo resonya tidak ada kita
sebaliknya, ketika tidak memiliki siri akan akan cepat menyerah” (Andi).
diibaratkan sama seperti binatang. Dengan
demikian, siri merupakan kebutuhan pen Pernyataan Bengga dan Andi menun-
ting yang perlu dimiliki dan dipelihara oleh jukkan bahwa harapan untuk mencapai se
masyarakat Bugis. suatu tanpa reso hanyalah sebuah mimpi
Jadi, nilai siri merupakan kehormatan belaka, karena dalam mencapai mimpi harus
profesi yang harus dijaga oleh auditor. Wa- berani kerja keras untuk mewujudkan ke
hid & Grigg (2021) menjelaskan bahwa per- suksesan. Jadi reso bisa dikatakan sebagai
ilaku profesional dimaksudkan untuk me- etos kerja masyarakat Bugis yang memiliki
matuhi peraturan perundang-undangan daya dorong untuk menggapai keinginan
yang berlaku. Sekaligus menampilkan be- nya.
sarnya tanggung jawab yang harus dilaku- Nilai reso merupakan pendorong dalam
kan untuk menghasilkan capaian hasil audit mencapai nilai-nilai kehidupan manusia
yang baik (Carrera & Kolk, 2021). Ariail et Bugis. Leluhur suku Bugis telah menampak
al. (2020) berargumentasi bahwa nilai-nilai kan bahwa masyarakat Bugis adalah orang
profesi yang tertanam dalam kode etik me- yang pekerja keras dan bukan orang yang
mandu tindakan akuntan dan auditor dalam suka bermalas malasan, berpangku tangan,
memenuhi tanggung jawab profesionalnya. dan tidak melakukan upaya aktivitas yang
Nilai siri akan menunjang prinsip pe bermanfaat. Jadi dapat disimpulkan bah-
rilaku professional. Nilai siri juga merupa- wa reso merupakan kerja keras yang mesti
kan suatu kehormatan yang dipegah teguh disandang semua orang, terutama oleh seo-
suku Bugis untuk tidak mempermalukan rang auditor. Tanpa kerja keras, seorang au-
diri ataupun profesinya. Masyarakat Bugis ditor tidak akan menghasilkan output yang
mengakui dirinya manusia ketika telah men- luar biasa dan hasil yang akan diperoleh au-
jadikan nilai siri sebagai ruh dalam dirinya. ditor hanya sekadar mengisi laporan. Akan
Nugraha, Menggagas Penerapan Kode Etik Akuntan Publik dalam Budaya Bugis ... 425
tetapi, ketika dilandasi dengan kerja keras, barangsiapa yang melanggar, status sosial-
auditor akan menghasilkan rekomenda- nya dalam masyarakat akan terancam. Bah-
si yang strategis demi kemajuan bersama. kan berpotensi mendapat sanksi sosial yang
Meskipun etika memiliki dimensi pri badi berkepanjangan hingga keturunannya. Da-
dan kelompok, peran etika dalam bisnis se lam konteks suku Bugis, nilai budaya ma-
ringkali dipersulit oleh sifat hierarkis peng sih disakralkan dan dijunjung tinggi. Proses
ambilan keputusan dan pengejaran tujuan transformasi nilia-nilai budaya dari gene
bersama (Soni et al., 2015; Weber & Stefa- rasi ke generasi masih relatif terjaga, khu-
niak, 2018). susnya dalam lingkungan keluarga hingga
Terdapat dua nilai yang tidak memili- terbawa dalam lingkungan organisasi. Hal
ki keterkaitan dengan kode etik, yaitu nilai ini menarik yang ditemukan dalam peneli-
asitinajang dan pesse. Asitinajang dalam tian ini bahwa nilai-nilai tersebut dijunjung
pendapat pengamat budaya lebih kepada tinggi, dihormati, dan disakralkan, hingga
bersedekah secara semampunya atau pro- yang melanggarnya dikenakan sanksi baik
porsional, namun tetap tidak terkait kare- adat maupun sosial. Jika nilai-nilai tersebut
na dengan kode etik karena peneliti me- dikonstruksi dalam kode etik akuntan pu
nilai bahwa tidak dianjurkan auditor untuk blik, maka akan mendorong penguatan dan
bekerja setengah-setengah atau semampun- kepatuhan terhadap kode etik. Implikasinya,
ya saja. Kalau mengenai pesse yang bermak- kode etik tidak hanya dilihat sebagai simbol
na spirit kolektivitas tentu tidak akan pe- yang tidak bermakna bagi akuntan publik.
neliti kaitkan dengan kode etik, kecuali kalo Akan tetapi kode etik akuntan publik dapat
kolektivitasnya bagi sesama akuntan untuk berakulturasi dengan nilai-nilai budaya
saling membantu ketika ada yang diperlaku- Bugis hingga membuatnya dijunjung tinggi,
kan secara sewenang-wenang. dihormati, dan disakralkan serta tidak lagi
Menggagas penerapan kode etik menjadi simbol bagi akuntan publik.
akuntan publik dalam bingkai nilai lem- Kita tidak menyadari bahwa nilai-nilai
pu, getteng, acca, warani, siri, dan reso. kebudayaan merupakan ruh dan jiwa dari
Peneliti berpendapat bahwa pengambilan bangsa yang menggambarkan segala aspek
keputusan etis dipengaruhi oleh orientasi kehidupan bernegara. Setelah melalui ana
filosofis yang diadopsi oleh akuntan profe- lisis, peneliti menarik kesimpulan akan hasil
sional berikut pentingnya budaya dan etika yang mendapati enam nilai kehidupan ma-
pada setiap pengambilan keputusannya. Pe- nusia Bugis, yaitu lempu, getteng, warani,
nelitian terdahulu telah menemukan bahwa acca, siri, dan reso yang dipakai dalam meng-
perbedaan dalam budaya, penalaran mor- gagas kode etik akuntan publik dalam bing-
al, dan perkembangan etika menghasilkan kai nilai kehidupan manusia Bugis. Peneliti
perbedaan dalam perilaku dan keputusan menggambarkan gagasannya seperti bentuk
akuntansi (Dunn & Sainty, 2019). Lukman atau rupa sokko petanrupa yang merupakan
(2015) mengemukakan bahwa salah satu makanan khas Bugis yang terbuat dari beras
faktor yang mempengaruhi pembentukan ketan dan berisi empat warna berbeda yang
perilaku adalah kebudayaan. Terdapat pe diibaratkan berisi sisi lempu, getteng, wara-
ngaruh kebudayaan pada terhadap pemben- ni, dan acca. Setelah itu dibungkus dengan
tukan etika tempat manusia itu hidup dan daun pisang yang diibaratkan sebagai siri
berkembang. Karena etika harus ditanam- dan diikat yang namanya reso yang biasa
kan sejak dini di rumah dan dilanjutkan, dikenal dengan slogan resopa temmangingi
diawetkan, dan diajarkan selama kuliah un- na malomo naletei pammase dewata, bahwa
tuk dipraktikkan di tempat kerja (Ghazali & kode etik ibarat telur yang di tengahnya be-
Ismail, 2013). rupa titik putih. Hal ini tersaji pada Gambar
Adat-istiadat suku Bugis mampu 3.
menanamkan pedoman perilaku bagi ma Berdasarkan Gambar 3, penjelasan fi-
syarakatnya hingga melahirkan nilai-nilai losofisnya yang pertama didasari dari empat
kebudayaan yang kemudian dapat dijadikan sisi lempu, getteng, warani, acca telah dijelas-
nilai moral. Rahman (2016) dan Tol (2020) kan bahwa perpaduannya dapat memperko-
berargumentasi bahwa kebudayaan ber- koh auditor dalam memegang erat prinsip
peran dalam pembentukan karakter suatu integritas, objektifitas, kompetensi, dan
bangsa. Ketaatan terhadap nilai budaya kerahasiaan dalam kode etik. Ada beberapa
merupakan bagian yang mampu menaikkan ayat dalam kode etik profesi akuntan pu
status sosial dan juga berlaku sebaliknya, blik yang menggambarkan perilaku dari ber
426 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021, Hlm 413-430
bagai nilai kehidupan manusia Bugis seperti menyerah akan mudah mendapat ridho Tu-
dalam beberapa ayat dalam kode etik yang han Yang Maha Esa. Dengan demikian, leng-
menggambarkan nilai warani dan lempu un- kaplah susunan nilai-nilai kehidupan yang
tuk auditor terapkan dalam melaksanakan akan membentuk prinsip dasar etika yang
profesinya. Contoh lain disampaikan bah- akan dipegang teguh oleh auditor de ngan
wa anggota harus menganalisa dan mene- kokoh, kode etik ditempatkan di tengah agar
mukan ancaman yang berbahaya terhadap jiwa dari nilai-nilai kehidupan bersatu se-
ketaatan dalam memegang prinsip dasar bagai sebuah kenikmatan atau hasil yang
etika, yang jika dikritisi dalam konteks nilai akan diperoleh ibarat telur di dalam sebuah
Bugis, adanya nilai warani dapat memban- sokko. Kode etik akuntan publik dilihat da-
tu auditor untuk mengamalkan aturan ini lam pandangan nilai kehidupan manusia
dan juga pada nilai acca, karena jika tanpa Bugis merupakan hasil harmonisasi antara
adanya pemikiran intelektual yang matang, kode etik akuntan publik dengan internal-
maka tidak dapat mengidentifikasi ancaman isasi nilai-nilai budaya oleh peneliti dari
tersebut. berbagai intrumen. Kolaborasi keduanya
Selanjutnya perilaku auditor dibungkus diharapkan mampu untuk mendorong pe
dengan nilai kehidupan siri yang bermakna nguatan dan kepatutan akuntan publik ter-
bahwa kehormatan profesi yang harus dija- hadap kode etik. Juga sebagai usaha peneliti
ga oleh se orang auditor merupakan wujud untuk mengakomodasi kebudayaan Indone-
profesionalismenya dalam melaksanakan sia, khususnya budaya Bugis dalam kode
pekerjaan. Dengan adanya nilai kehidupan etik akuntan publik yang berbasis kearifan
siri, kemungkinan datangnya ancaman dan lokal. Peneliti berpandangan bahwa kode
intervensi yang dijelaskan dalam beberapa etik akuntan publik bukanlah fenomena sta-
ayat dalam kode etik, baik pada lingkungan tis, melainkan sangat dinamis dan mampu
bisnis maupun lingkungan publik, dapat menyesuaikan dengan kekayaan budaya di
meningkatkan kesadaran auditor untuk Indonesia, termasuk dengan nilai-nilai ke-
menjaga kehormatan profesinya. budayaan Bugis.
Terakhir diikat dengan nilai kehidupan Dalam kode etik profesi akuntan pu
reso yang bermakna motivasi kerja atau kerja blik, peneliti menemukan aturan yang dia-
keras. Salah satu alasannya karena reso juga jukan peneliti untuk melakukan peninjau-
tidak bisa bersifat tunggal seperti pendapat an kembali atau revisi seperti di dalam ayat
La Pagala. Artinya bahwa hanya dengan ker- kode etik yang menyatakan bahwa anggo-
ja keras, sungguh sungguh, dan pantang ta akan menghadapi peristiwa ketika me-
Lempu
Acca’ Warani
Getteng
matuhi salah satu prinsip dasar etika, akan Ada beberapa ayat dalam kode etik pro-
bertentangan dengan satu atau lebih prinsip fesi akuntan publik yang menggambarkan
dasar etika lainnya. Peneliti mengkritisi bah- perilaku dan penempatan perilaku dari ber
wa peraturan ini akan membuka peluang bagai nilai kehidupan manusia Bugis. Dalam
untuk tidak patuh terhadap kode etik kare- kode etik profesi akuntan publik, peneliti
na peraturan yang tidak mutlak akan meng- juga menemukan aturan yang diajukan pe-
hasilkan lubang-lubang kecil yang berpoten- neliti untuk melakukan peninjauan kembali
si merusak kode etik, kelima prinsip dasar atau revisi dan juga mengkritisi setiap ayat
etika dalam kode etik suatu hal yang tidak yang membuka peluang untuk tidak patuh
boleh ditoleransi karena kode etik se ring terhadap kode etik karena peraturan yang
digunakan untuk meningkatkan pe rilaku tidak mutlak akan menghasilkan lubang-
etis (Endenich & Trapp, 2020; Saputro et lubang kecil yang berpotensi merusak kode
al., 2020). Kode etik yang relatif sederhana etik. Kelima prinsip dasar etika dalam kode
dapat dibangun untuk mempengaruhi nilai etik suatu hal yang tidak boleh ditoleransi
dan persyaratan fundamental yang menjadi kelalaiannya. Hasil yang diharapkan peneli-
dasar dari banyak kode etik akuntansi (Su- tian ini agar akuntan publik dalam melak-
laiman, 2017). Jadi hasil penelitian ini pada sanakan tugasnya dengan tetap menjunjung
akhirnya membuat akuntan publik dalam tinggi kode etik akuntan publik. Etika tidak
melaksanakan tugasnya dengan tetap men- lagi sekadar ada, karena etika akan dipan-
junjung tinggi kode etik akuntan publik. Eti- dang sebagai tanggung jawab moral pribadi
ka tidak lagi sekadar ada, karena etika akan dan melekat sebagai sesuatu yang harus ada
dipandang sebagai tanggung jawab moral didalam diri dan menjadi jiwa bagi seorang
pribadi dan melekat sebagai sesuatu yang akuntan publik.
harus ada di dalam diri dan menjadi jiwa
bagi seorang akuntan publik. Pembentukan UCAPAN TERIMA KASIH
diri yang membentuk calon akuntan menjadi Penulis mengucapkan terima kasih yang se-
makhluk etis yang diidealkan bukan hanya besar-besarnya kepad Bapak Syamsu Alam,
mengenai makhluk etis yang mematuhi kode Bapak Asriani Junaid, dan Bapak Aji Dedi
etik, melainkan makhluk etis yang mampu Mulawarman atas segala masukan substan-
mengatur dan membentuk diri sendiri men- si yang telah diberikan dalam proses penger-
jadi anggota ideal dari profesi akuntan pu jaan artikel ini.
blik (Baker, 2014; Budisusetyo & Subroto,
2012). DAFTAR RUJUKAN
Ariail, D. L., Khayati, A., & Shawver, T.
SIMPULAN (2021). Perceptions by Employed Ac-
Berdasarkan hasil penelitian yang telah counting Students of Ethical Leadership
dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa and Political Skill: Evidence for Includ-
perpaduan nilai kehidupan lempu, gettteng, ing Political Skill in Ethics Pe dagogy.
warani dan acca ini dapat memperkokoh Journal of Accounting Education, 55,
auditor dalam memegang erat prinsip in- 1-15. https://doi.org/10.1016/j.jacce-
tegritas, objektifitas, kompetensi, dan ke du.2021.100716
rahasiaan dalam kode etik. Selanjutnya di- Ariail, D. L., Smith, K. T., & Smith, L. M.
bungkus dengan nilai kehidupan siri yang (2020). Do United States Accountants’
bermakna kehormatan profesi kehormatan Personal Values Match the Profession’s
yang harus dijaga sebagai wujud profesio Values (Ethics Code)? Accounting, Au-
nalisme auditor dalam melaksanakan peker- diting & Accountability Journal, 33(5),
jaannya, serta diikat dengan nilai kehidupan 1047–1075. https://doi.org/10.1108/
reso yang bermakna motivasi kerja atau AAAJ-11-2018-3749
kerja keras. Dengan demikian, lengkaplah Azis, N. A., Mangoting, Y., & Lutfillah, N. Q.
susunan nila-nilai kehidupan yang akan (2015). Memaknai Independensi Auditor
membentukprinsip dasar etika dengan ko- dengan Keindahan Nilai-Nilai Kearifan
koh untuk dapat dipegang teguh oleh au- Lokal Siri Na Pacce. Jurnal Akuntansi
ditor, kode etik ditempatkan di tengah agar Multiparadigma, 6(1), 145–156. https://
jiwa dari nilai-nilai kehidupan bersatu se- doi.org/10.18202/jamal.2015.04.6012
bagai sebuah kenikmatan atau hasil yang Badewi, M. H. (2019). Nilai Siri dan Pesse
akan diperoleh ibarat telur di dalam sebuah dalam Kebudayaan Bugis-Makassar,
sokko (makanan khas Bugis). dan Relevansinya terhadap Pengua-
428 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021, Hlm 413-430
tan Nilai Kebangsaan. Jurnal Sosiolo- Dunn, P., & Sainty, B. (2019). Professional-
gi Walisongo, 3(1), 79–96. https://doi. ism in Accounting: A Five-Factor Mo
org/10.21580/jsw.2019.3.1.3291 del of Ethical Decision-Making. Social
Baker, C. R. (2014). An Examination of the Responsibility Journal, 16(2), 255–269.
Ethical Discourse of the US Public Ac- https://doi.org/10.1108/SRJ-11-
counting Profession from a Foucaultian 2017-0240
Perspective. Journal of Accounting & Or- Endenich, C., & Trapp, R. (2020). Ethical
ganizational Change, 10(2), 216–228. Implications of Management Account-
https://doi.org/10.1108/JAOC-03- ing and Control: A Systematic Review
2012-0023 of the Contributions from the Journal
Baud, C., Brivot, M., & Himick, D. (2021). of Business Ethics. Journal of Business
Accounting Ethics and the Fragmen- Ethics, 163(2), 309-328. https://doi.
tation of Value. Journal of Business org/10.1007/s10551-018-4034-8
Ethics, 168(2), 373-387. https://doi. Fan, Y., Woodbine, G., & Cheng, W. (2013).
org/10.1007/s10551-019-04186-9 A Study of Australian and Chinese
Briando, B., Embi, M., Triyuwono, I., & Accountants’ Attitudes towards Inde-
Irianto, G. (2020). Tuah sebagai Sarana pendence Issues and the Impact on
Pengembangan Etika Pengelola Keuang Ethical Judgements. Asian Review of
an Negara. Jurnal Akuntansi Multipa Accounting, 21(3), 205–222. https://
radigma, 11(2), 227-245. https://doi. doi.org/10.1108/ARA-04-2013-0027
org/10.21776/ub.jamal.2020.11.2.14 Ghazali, N. A. M., & Ismail, S. (2013). The
Budisusetyo, S., & Subroto, B. (2012). “Te- Influence of Personal Attributes and Or-
posliro” and “Semuci” among Public ganizational Ethics Position on Accoun-
Accountants: Do We Know, and Do tants’ Judgments: Malaysian Scenario.
We Care? Jurnal Akuntansi Multipa Social Responsibility Journal, 9(2), 281–
radigma, 3(2), 210-218. https://doi. 297. https://doi.org/10.1108/SRJ-08-
org/10.18202/jamal.2012.08.7156 2011-0072
Caldwell, I., & Wellen, K. (2016). Family Handayani, D., & Sunarso, S. (2020). Eksis-
Matters: Bugis Genealogies and Their tensi Budaya Pappaseng sebagai Sa-
Contribution to Austronesian Stu rana Pendidikan Moral. Mudra Jurnal
dies. International Journal of Asia-Pa- Seni Budaya, 35(2), 232–241. https://
cific Studies, 12, 119-141. https://doi. doi.org/10.31091/mudra.v35i2.974
org/10.21315/ijaps2016.12.s1.6 Harddian, R., Triyuwono, I., & Mulawarman,
Carrera, N., & Kolk, B. V. D. (2021). Audi- A. D. (2019). Biografi Umar bin Khattab
tor Ethics: Do Experience and Gender Ra: Sebuah Analogi bagi Independensi
Influence Auditors’ Moral Awareness? Auditor. Imanensi: Jurnal Ekonomi, Ma-
Managerial Auditing Journal, 36(3), najemen, dan Akuntansi Islam, 2(2), 18-
463-484. https://doi.org/10.1108/ 32. https://doi.org/10.34202/imanen-
MAJ-07-2020-2745 si.2.2.2017.18-32
Chiang, C. (2016). Conceptualising the Link- Hottegindre, G., Loison, M., & Farjaudon, A.
age between Professional Scepticism and (2017). Male and Female Auditors: An
Auditor Independence. Pacific Account- Ethical Divide? International Journal of
ing Review, 28(2), 180-200. https:// Auditing, 21(2), 131-149. https://doi.
doi.org/10.1108/PAR-08-2015-0034 org/10.1111/ijau.12084
DeZoort, F. T., & Taylor, M. H. (2015). A Public Houqe, M. N., Zijl, T. V., Dunstan, K., &
Interest View of Auditor Independence: Karim, A. K. M. W. (2015). Corporate
Moving toward Auditor Reliability when Ethics and Auditor Choice - Interna-
Considering and Promoting Audit Qual- tional Evidence. Research in Accounting
ity. Accounting and the Public Interest, Regulation, 27(1), 57-65. https://doi.
15(1), 53-63. https://doi.org/10.2308/ org/10.1016/j.racreg.2015.03.007
apin-10498 Jenkins, J. G., Popova, V., & Sheldon, M. D.
Druce, S. C. (2016). Transmitting the Past (2018). In Support of Public or Private
in South Sulawesi: The Hikajat Sawitto Interests? An Examination of Sanctions
and Other Bugis and Makasar Historical Imposed under the AICPA Code of Pro-
Works. International Journal of Asia-Pa- fessional Conduct. Journal of Business
cific Studies, 12, 73-117. https://doi. Ethics, 152(2), 523-549. https://doi.
org/10.21315/ijaps2016.12.s1.5 org/10.1007/s10551-016-3308-2
Nugraha, Menggagas Penerapan Kode Etik Akuntan Publik dalam Budaya Bugis ... 429
Johnson, E. N., Lowe, D. J., & Reckers, Mbuki, J., Endrawes, M., & Hellmann, A.
P. M. J. (2021). The Influence of Au- (2015). Effects of Personal Values on
ditor Narcissism and Moral Disen- Ethical Judgments in an Auditor-Client
gagement on Risk Assessments of a Conflict Scenario: The Case of Kenya.
Narcissistic Client CFO. Journal of Ac- Corporate Ownership and Control, 13(4),
counting and Public Policy, 40(4), 1-18. 490-501. https://doi.org/10.22495/
htt[ps://doi.org/10.1016/j.jaccpub- cocv13i1c4p7
pol.2021.106826 Meilawathi, N., & Sudaryati, E. (2021). Dile-
Jubba, H., Pabbajah, M., Prasodjo, Z. H., & ma Etis Auditor dan Ajaran Karma Pala.
Qodir, Z. (2019). The Future Relations Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 12(1),
between the Majority and Minority Re- 132-152. https://doi.org/10.21776/
ligious Groups, Viewed from Indone- ub.jamal.2021.12.1.08
sian Contemporary Perspective: A Case Morales-Sánchez, R., Orta-Pérez, M., & Ro-
Study of the Coexistence of Muslims dríguez-Serrano, M. Á. (2020). The
and the Towani Tolotang in Amparita, Benefits of Auditors’ Sustained Eth-
South Sulawesi. International Journal of ical Behavior: Increased Trust and
Islamic Thought, 16, 13-23. https://doi. Reduced Costs. Journal of Business
org/10.24035/ijit.16.2019.002 Ethics, 166(2), 441-459. https://doi.
Kassem, R. (2018). Assessing Management org/10.1007/s10551-019-04298-2
Integrity: Insights from Big 4 Auditors Muhammad, S. (2016). Social Network of
in Egypt. Current Issues in Auditing, Bugis Weavers at Wajo Regency, South
12(1), 29-39. https://doi.org/10.2308/ Sulawesi. Komunitas: Internation-
ciia-52117 al Journal of Indonesian Society and
Lamboglia, R., & Mancini, D. (2021). The Re- Culture, 8(1), 155-168. https://doi.
lationship between Auditors’ Human org/10.15294/komunitas.v8i1.3437
Capital Attributes and the Assessment Mukrimin. (2019). “Moving the Kitchen
of the Control Environment. Journal Out”: Contemporary Bugis Migra-
of Management and Governance, 25(4), tion. Southeast Asian Studies, 8(3),
1211-1239. https://doi.org/10.1007/ 349-368. https://doi.org/10.20495/
s10997-020-09536-8 seas.8.3_349
Lukman, G. (2015). Local Languages Shift Nogler, G., & Armstrong, J. (2013). How Au-
in South Sulawesi: Case Four Local ditors Get Into Trouble—and How to
Language (Bugis, Makassar, Toraja, Avoid It? Journal of Corporate Account-
Enrekang). Journal of Language and ing and Finance, 24(4), 5-10. https://
Literature, 6(3), 151-154. https://doi. doi.org/10.1002/jcaf.21854
org/10.7813/jll.2015/6-3/35 Okpara, J. O. (2014). The Effects of National
Lutfillah, N. Q., Mangoting, Y., & Djuharni, Culture on Managers’ Attitudes toward
D. (2020). Auditor Independence Mean- Business Ethics. Journal of Accounting
ingful Abstract. International Journal & Organizational Change, 10(2), 174–
of Religious and Cultural Studies, 2(2), 189. https://doi.org/10.1108/JAOC-
59-72. https://doi.org/10.34199/ 07-2012-0046
ijracs.2020.10.03 Pelras, C. (2016). Orality and Writing among
Mahmud, M. (2013). The Roles of Social the Bugis. International Journal of
Status, Age, Gender, Familiarity, and Asia-Pacific Studies, 12, 13-51. https://
Situation in Being Polite for Bugis So- doi.org/10.21315/ijaps2016.12.s1.3
ciety. Asian Social Science, 9(5), 58-72. Prabowo, M. A., & Mulya, H. (2018). Con-
https://doi.org/10.5539/ass.v9n5p58 struction of Ethic Code of Public Ac-
Marini, L., Andrew, J., & Laan, S. V. D. countant in Perspective of Value of
(2018). Accountability Practices in Mi- Bugis Culture. International Journal
crofinance: Cultural Translation and of Applied Business and International
the Role of Intermediaries. Accounting, Management, 3(2), 5-18. https://doi.
Auditing & Accountability Journal, 31(7), org/10.32535/ijabim.v3i2.156
1904–1931. https://doi.org/10.1108/ Rahman, N. (2016). The Pau-Paunna In-
AAAJ-07-2017-3028 dale Patara: Sufism and the Bugis
430 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021, Hlm 413-430