Anda di halaman 1dari 17

JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

PENGARUH ORIENTASI ETIS, EQUITY SENSITIVITY, DAN BUDAYA JAWA


TERHADAP PERILAKU ETIS AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI
YOGYAKARTA

Eni Widiastuti
Alumni Prodi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
eni_widiastuti94@yahoo.co.id

Mahendra Adhi Nugroho


Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak: Pengaruh Orientasi Etis, Equity Sensitivity, dan Budaya Jawa terhadap
Perilaku Etis Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh Orientasi Etis Idealisme terhadap Perilaku Etis
Auditor, (2) pengaruh Orientasi Etis Relativisme terhadap Perilaku Etis Auditor, (3) pengaruh
Equity Sensitivity terhadap Perilaku Etis Auditor, (4) pengaruh Budaya Jawa terhadap
Perilaku Etis Auditor, dan (5) pengaruh Orientasi Etis Idealisme, Orientasi Etis Relativisme,
Equity Sensitivity, dan Budaya Jawa terhadap Perilaku Etis Auditor. Populasi penelitian ini
adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta. Metode
pengumpulan data dengan kuesioner. Uji validitas menggunakan uji korelasi Pearson
Product Moment, sedangkan uji reliabilitas menggunakan Conbrach Alpha. Uji asumsi klasik
meliputi uji linearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Uji hipotesis pada
penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana, dan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh Orientasi Etis Idealisme terhadap
Perilaku Etis Auditor, (2) Terdapat pengaruh Orientasi Etis Relativisme terhadap Perilaku
Etis Auditor, (3) Terdapat pengaruh Equity Sensitivity terhadap Perilaku Etis Auditor, (4)
Terdapat pengaruh Budaya Jawa terhadap Perilaku Etis Auditor, (5) Terdapat pengaruh
Orientasi Etis Idealisme, Orientasi Etis Relativisme, Equity Sensitivity, dan Budaya Jawa
secara simultan terhadap Perilaku Etis Auditor.

Kata kunci: Orientasi Etis, Equity Sensitivity, Budaya Jawa, dan Perilaku Etis Auditor.

Abstract: The Influence of Ethical Orientation, Equity Sensitivity, and Javanes Culture on
Ethical Behavior of Auditors at Public Accounting Firm in Yogyakarta. The research aims
to know: (1) the influence of Ethical Orientation Idealism on Ethical Behavior of Auditors,
(2) the influence of Ethical Orientation Relativism on Ethical Behavior of Auditors, (3) the
influence of Equity Sensitivity on Ethical Behavior of Auditors, (4) the influence of Javanes
Culture on Ethical Behavior of Auditors, and (5) the influence of Ethical Orientation
idealism, Ethical Orientation Relativism, Equity Sensitivity, and Javanes Culture on Ethical
Behavior of Auditors. The population of this research are Auditors who work at Public
Accounting Firm (KAP) in Yogyakarta. In collecting data, the researcher used questionnaires
as the method. Furthermore, the researcher used Pearson Product Moment to test the validity
and Conbrach Alpha to test the reliability. The classical assumption test includes linearity
test, heteroscedasticity test, and multicollinearity test. To test the hypothesis, the researcher
used simple regression analysis and multiple regression analysis. The result of this research
showed that: (1) there was influence of Ethical Orientation Idealism on Ethical Behavior of
Auditors, (2) there was influence of Ethical Orientation Relativism on Ethical Behavior of
Auditors, (3) there was influence of Equity Sensitivity on Ethical Behavior of Auditors, (4)
there was influence of Javanes Culture on Ethical Behavior of Auditors, (5) there was

32
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

influence of Ethical Orientation idealism, Ethical Orientation Relativism, Equity Sensitivity,


and Javanes Culture on Ethical Behavior of Auditors.

Keywords: Ethical Orientation, Equity Sensitivity, Javanes Culture, and Ethical Behavior of
Auditor

PENDAHULUAN bagaimana pandangan seseorang mengenai


etika itu sendiri. Perilaku etis seseorang
Auditor merupakan salah satu profesi
akan berpengaruh dalam pengambilan
yang mempunyai peran penting bagi dunia
keputusan ketika menghadapi dilema etis.
bisnis. Eksistensi auditor dari waktu ke
Forsyth (1980) mengatakan bahwa orientasi
waktu juga semakin diakui. Auditor
etika atau nilai-nilai etika dikendalikan oleh
melakukan audit bukan semata-mata hanya
dua karakteristik yaitu idealisme dan
untuk kepentingan kliennya, tetapi juga
relativisme.
untuk pihak lain yang berkepentingan
Idealisme merupakan orientasi etika
terhadap laporan keuangan auditan dan
yang mengacu pada sejauh mana seseorang
auditor pun juga dituntut untuk memiliki
percaya bahwa konsekuensi dari tindakan
kompetensi yang memadai.
yang dilakukan dapat terjadi tanpa
Auditor mendapat kepercayaan dari
melanggar nilai-nilai moral. Sedangkan
publik untuk membuktikan kewajaran
relativisme adalah orientasi etika yang
laporan keuangan yang disajikan oleh suatu
mengacu pada penolakan terhadap nilai-nilai
perusahaan. Karena pentingnya peran
(aturan) moral universal yang membimbing
auditor tersebut, maka setiap auditor
perilaku.
dituntut untuk mempunyai pengetahuan,
Peran dan tanggung jawab auditor,
pemahaman dan penerapan etika secara
sebenarnya sudah diatur dalam Standar
memadai dalam pelaksanaan pekerjaan
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
profesionalnya.
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
Kesadaran etika dan sikap profesional
(IAI) atau Statement on Auditing Standards
harus ada dalam diri seorang auditor
(SASs) yang dikeluarkan oleh Auditing
mengingat bahwa profesi tersebut sangat
Standard Boards (SAB). Begitu juga kode
membutuhkan kepercayaan masyarakat
etik auditor dituangkan dalam Kode Etik
terhadap kualitas audit yang diberikan.
Akuntan Indonesia (Ihyaul, 2009).
Adanya pengaruh etika yang ada dalam diri
Beberapa perusahaan pernah jatuh
seorang auditor akan mempengaruhi
karena kegagalan bisnis mereka yang
perilaku auditor dan etis tidaknya keputusan
dikaitkan dengan kegagalan auditor dalam
yang diambil. Orientasi etis merupakan

33
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

memberikan opini. Issue mengenai etika Medonca, 1996 yang dikutip Audry, 2010).
auditor sangat menarik sejak munculnya Magnis Suseno (1997) mengatakan bahwa
kasus Enron yang melibatkan salah satu untuk menjaga harmonisasi sosial, maka
kantor akuntan publik The Big Five Arthur suatu hubungan sosial di dalam lingkungan
Andersen, selain itu juga ada kasus Xerox masyarakat Jawa dipengaruhi oleh dua
dan Walt Disney. Di Indonesia, terdapat prinsip dasar yang menjelaskan ide-ide
kasus PT Telkom, kasus KPMG-Siddharta orang Jawa tentang kehidupan yang baik,
& Harsono dan masih banyak kasus-kasus yaitu penghindaran konflik dan rasa
pelanggaran etika serupa yang terjadi di menghargai (hormat).
Indonesia walaupun dengan bentuk yang Berdasarkan uraian di atas, maka
berbeda. Akibat dari beberapa kasus yang peneliti tertarik untuk mengambil judul
menimpa auditor tersebut, pengguna laporan “Pengaruh Orientasi Etis, Equity Sensitivity,
keuangan mulai mempertanyakan eksistensi dan Budaya Jawa terhadap Perilaku Etis
auditor yang seharusnya mampu Auditor pada Kantor Akuntan Publik di
menyelesaikan pekerjaannya tanpa Yogyakarta”.
melakukan pelanggaran etika.
Penelitian mengenai faktor-faktor METODE PENELITIAN
yang memengaruhi sikap dan perilaku Tempat dan Waktu Penelitian
etis seseorang salah satunya adalah equity Penelitian ini dilaksanakan di Kantor
sensitivity atau prinsip keadilan. Huseman Akuntan Publik wilayah Yogyakarta. Waktu
(1987) menjelaskan bahwa individu dapat penelitian ini dilaksanakan dari bulan
dikategorikan sebagai benevolent (givers), Desember 2014 sampai Maret 2015.
equity sensitivity, dan entitleds (getters).
Bila dikaikan dengan keadilan, ternyata Jenis Penelitian
aspek moral dari budaya yang lebih Jenis penelitian yang digunakan adalah
berbicara. Kemampuan seorang profesional penelitian kausal komparatif. Penelitian
dalam memahami persoalan etika juga kausal komparatif merupakan tipe penelitian
sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dengan karakteristik masalah berupa
dia berada. Dominasi budaya dalam sebuah hubungan sebab-akibat antara dua variabel
masyarakat akan berpengaruh terhadap atau lebih. Peneliti melakukan
perilaku individu. Pendapat umum pengidentifikasian fakta atau peristiwa
menyatakan bahwa budaya Jawa menjadi tersebut sebagai variabel dependen, dan
budaya dominan yang mempengaruhi melakukan penyelidikan terhadap variabel-
perilaku manusia Indonesia (Kanungo dan

34
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

variabel yang mempengaruhi (variabel norma sosial yang diterima secara umum
independen) (Indriantoro, 1999). oleh masyarakat sehubungan dengan
tindakan-tindakan yang benar dan baik.
Populasi dan Sampel Penelitian Perilaku etis ini dapat menentukan
Menurut Sugiyono (2012: 61) populasi kualitas individu. Kemampuan untuk
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: dapat mengidentifikasi perilaku etis dan
objek atau subjek yang mempunyai kualitas tidak etis sangat berguna dalam semua
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan profesi termasuk auditor. Pendidikan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian akuntan yang professional tidak hanya
ditarik kesimpulannya. Sugiyono (2012: 62) menekankan pengembangan skills dan
juga mendefinisikan sampel merupakan knowledge saja, tetapi juga standar etis
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dan komitmen professional. Perilaku Etis
dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi Auditor adalah variabel yang
dalam penelitian ini adalah seluruh auditor menunjukkan perilaku etis auditor dalam
yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik etika profesi. Penelitian ini memfokuskan
yang ada di Yogyakarta. Jumlah Kantor perilaku etis pada faktor-faktor atau
Akuntan Publik yang terdaftar dan yang substansi kode etik akuntan yang
diambil untuk penelitian ini sebanyak 11 dikembangkan Sihwahjoeni dan Gudono
KAP dengan jumlah auditor 119 orang. (2000) dengan menggunakan indikator
Jumlah tersebut merupakan populasi pelaksanaan kode etik, dan penafsiran
sekaligus sampel yang digunakan dalam dan penyempurnaan kode etik.
penelitian ini. b. Variabel Independen
Dalam penelitian ini terdapat tiga
Definisi Operasional Variabel Penelitian variabel independen, yaitu Orientasi Etis
a. Variabel Dependen Idealisme (X1), Orientasi Etis
Variabel dependen sering disebut Relativisme (X2), Equity Sensitivity (X3),
pula sebagai variabel terikat. Variabel dan Budaya Jawa (X4). Menurut
terikat merupakan variabel yang Sugiyono (2012: 59) variabel bebas atau
dipengaruh atau menjadi akibat dari variabel independen adalah variabel yang
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: mempengaruhi atau menjadi sebab
59). Variabel dalam penelitian ini adalah timbulnya variabel terikat (variabel
Perilaku Etis Auditor (Y). dependen).
Perilaku etis merupakan perilaku Orientasi etis diartikan sebagai dasar
yang dilakukan sesuai dengan norma- pemikiran untuk menentukan sikap, arah

35
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

dan sebagainya secara tepat dan benar menjunjung tinggi kesopanan dan
yang berkaitan dengan dilema etis. kesederhanaan. Dua prinsip yang
Sebagaimana telah disebutkan bahwa mendasari budaya Jawa adalah
orientasi etis ini diklasifikasikan menjadi penghindaran konfik dan rasa
idealisme dan relativisme. Orientasi etis menghormati (respect).
idealisme lebih mengacu pada tindakan
individu yang harus sesuai dengan nilai- Instrumen Penelitian
nilai moral yang berlaku. Sedangkan Instrumen penelitian merupakan alat
relativisme merupakan suatu sikap ukur yang digunakan dalam melakukan
penolakan terhadap nilai-nilai moral yang penelitian. Instrumen penelitian yang
absolut. digunakan dalam penelitian ini ialah
Equity sensitivity merupakan suatu Perilaku Etis Auditor dengan indikator yang
persepsi seseorang terhadap keadilan berupa: pelaksanaan kode etik, dan
dengan membandingkan antara inputs penafsiran dan penyempurnaan kode.
dan outcomes yang diperoleh dari Indikator Orientasi Etis Idealisme meliputi:
orang lain. Husemen (1987) membagi Suatu tindakan tidak boleh merugikan orang
persepsi individu terhadap equity dan lain, seseorang tidak boleh mengancam
inequity dalam tiga kategori yakni: kehormatan dan kesejahteraan orang lain,
benevolents, equity sensitivities, dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan
entitleds. Individu benevolent cenderung norma universal, dan tindakan moral adalah
berperilaku murah hati dan lebih senang sesuai dengan tindakan yang sifatnya ideal.
memberi daripada menerima. Individu Indikator Orientasi Etis Idealisme meliputi:
equity sensitivities digambarkan sebagai aturan etika berbeda pada setiap komunitas,
individu yang memiliki keseimbangan prinsip moral dipandang sebagai sesuatu
antara inputs dan outcomes. Sedangkan yang sifatnya subyektif, penetapan aturan
individu entitled digambarkan sebagai etika secara tegas akan menciptakan
individu yang lebih senang menerima hubungan manusia yang lebih baik, dan
lebih daripada memberi. kebohongan dinilai bermoral atau tidak
Budaya Jawa merupakan budaya tergantung pada situasi yang
yang cenderung mempunyai ciri mengelilinginya. Equity Sensitivity
menjunjung tinggi nilai harmoni. Budaya indikatornya berupa: benevolents dan
Jawa mengutamakan keseimbangan, entitleds. Indikator Budaya Jawa meliputi:
keselarasan dan keserasian dalam penghindaran konflik dan rasa menghormati
kehidupan sehari hari. Budaya Jawa (respect). Instrumen Orientasi Etis

36
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

Idealisme, Orientasi Etis Relativisme, No. Variabel Jumlah Butir Jumlah


Equity Sensitivity, Budaya Jawa, dan Butir yang Butir
Perilaku Etis Auditor menggunakan Tidak Valid
modifikasi skala likert 1 sampai 4. Valid
1 Perilaku 11 - 11
Teknik Pengumpulan Data Etis
Teknik pengumpulan data dilakukan 2 Orientasi 10 - 10
melalui survai dengan menggunakan Etis
kuesioner. Survai ini merupakan teknik Idealisme
untuk memperoleh data primer dengan cara 3 Orientasi 10 - 10
menyebarkan kuesioner. Kuesioner Etis
merupakan metode pengumpulan data yang Relativisme
dilakukan dengan cara memberikan 4 Equity 12 - 12
seperangkat pertanyaan atau pernyataan Sensitivity
tertulis kepada responden untuk di jawab. 5 Budaya 14 - 14
Kuesioner dibagikan secara langsung Jawa
kepada responden yakni auditor yang berada Total 57 57
pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.

b. Uji Reliabilitas
Uji Instrumen Penelitian Uji reliabilitas merupakan alat
a. Uji Validitas untuk mengukur suatu kuesioner yang
Uji validitas digunakan untuk merupakan indikator dari variabel atau
mengukur sah atau valid tidaknya suatu konstruk. Kuesioner dikatakan reliabel
kuesioner. Suatu kuesioner akan atau handal ketika jawaban seseorang
dikatakan valid apabila pertanyaan pada terhadap pertanyaan adalah konsisten
kuesioner mampu mengungkapkan atau stabil dari waktu ke waktu (Imam
sesuatu yang akan diukur oleh Gozali, 2011: 47). Hasil Uji
kuesioner tersebut (Imam Gozali, 2011: Reliabilitas Instrumen Penelitian:
52). Hasil Uji Validitas Instrumen
Penelitian:

37
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

No Variabel Cronbach Krite- Ket. secara signifikan. Dua variabel dikatakan


Alpha ria mempunyai hubungan yang linear bila
1 Perilaku 0, 856 0,7 Reli signifikansinya kurang dari 0,05 (Gendro
Etis abel Wiyono, 2011). Hasil pengujian
2 Orientasi 0,800 0,7 Reli linearitas:
Etis abel
Idealisme Hubungan Linearitas Keterangan
3 Orientasi 0,880 0,7 Reli Variabel
Etis abel (X1) – (Y) 0,016 Linear
Relativisme (X2) – (Y) 0,001 Linear
4 Equity 0, 804 0,7 Reli (X3) - (Y) 0,000 Linear
Sensitivity abel (X4) - (Y) 0,000 Linear
5 Budaya 0, 805 0,7 Reli
Jawa abel
b. Uji Heteroskedastisitas
Teknik Analisis Data Uji heteroskedastisitas adalah uji
Teknik analisis data dalam penelitian ini yang bertujuan untuk menguji apakah
yaitu: 1) uji asumsi klasik, dimana uji yang dalam model regresi terjadi
digunakan adalah uji linearitas, uji ketidaksamaan variance dari residual
heteroskedastisitas, dan uji satu pengamatan ke pengamatan yang
multikolinearitas, 2) uji hipotesis, dimana uji lain. Kriteria pengambilan keputusan
yang digunakan adalah analisis regresi linear adalah signifikansi dari variabel bebas
sederhana dan analisis regresi linear lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi
berganda. heteroskedastisitas (Imam Ghozali,
2011: 143). Hasil pengujian
HASIL PENELITIAN DAN heteroskedastisitas:
PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel-variabel
penelitian yang digunakan mempunyai
hubungan yang linear ataukah tidak

38
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

Variabel Sig Keterangan Perhitungan Keterangan


Orientasi 0,142 Tidak terjadi Variabel Tole- VIF
Etis heteroskedastisitas rance
Idealisme Orientasi 0,830 1,205 Tidak terjadi
Orientasi 0,267 Tidak terjadi Etis multiko-
Etis heteroskedastisitas Idealisme linearitas
Relativisme Orientasi 0,660 1,515 Tidak terjadi
Equity 0,076 Tidak terjadi Etis multiko-
Sensitivity heteroskedastisitas Relativisme linearitas
Budaya 0,604 Tidak terjadi Equity 0,552 1,811 Tidak terjadi
Jawa heteroskedastisitas Sensitivity multiko-
linearitas
Budaya 0,669 1,494 Tidak terjadi
c. Uji Multikolinearitas Jawa multiko-
Uji multikolinearitas dimaksudkan linearitas
untuk mendeteksi gejala korelasi antara
variabel independen yang satu dengan Uji Hipotesis
variabel independen yang lain. Jika VIF a. Analisis Regresi Sederhana
< 10 dan nilai Tolerance > 0,1 maka 1) Terdapat Pengaruh Orientasi Etis
model dapat dikatakan terbebas dari Idealisme terhadap Perilaku Etis
multikolinearitas dan dapat digunakan Auditor
dalam penelitian (Imam Ghozali, Berikut ini hasil perhitungan
2011:106). Hasil pengujian hipotesis 1:
multikolinearitas:

Variabel Koefi- t t tabel Sig


sien hitung
Regresi
Konstanta 14,975
Orientasi 0,660 2,601 2,035 0,013
Etis
Idealisme
Adjusted R Square : 0,135

39
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

Berdasarkan perhitungan berlaku, tanpa sedikitpun keluar


regresi linear sederhana yang dari aturan atau nilai moral
ditunjukkan tabel di atas, maka tersebut. Hasil penelitian ini
persamaan garis regresi untuk mengindikasikan bahwa terdapat
hipotesis 1 adalah Y = 14,975 + pengaruh Orientasi Etis Idealisme
0,660X1. Nilai r2 sebesar 0,135 hal terhadap Perilaku Etis Auditor.
ini menunjukkan 13,5% Perilaku
Etis Auditor dipengaruhi oleh 2) Terdapat Pengaruh Orientasi Etis
Orientasi Etis Idealisme, sedangkan Relativisme terhadap Perilaku Etis
sisanya sebesar 86,5% dipengaruhi Auditor
oleh variabel lain di luar penelitian Berikut ini hasil perhitungan
ini. Uji t statistik untuk variabel hipotesis 2:
Orientasi Etis Idealisme
menghasilkan nilai signifikan 0,013 Variabel Koefi- t t Sig
yang berarti lebih kecil dari nilai sien hitung tabel
0,05, sehingga dapat disimpulkan Regresi
bahwa hipotesis pertama diterima. Konstanta 51,130
Hasil penelitian ini mendukung Orientasi -0,589 - 2,035 0,001
hasil penelitian yang dilakukan Etis 3,438
oleh Audry (2010) yang Relativisme
menyimpulkan Orientasi Etika Adjusted R Square : 0,226
Idealisme berpengaruh positif
terhadap Perilaku Etis Auditor. Berdasarkan perhitungan
Seseorang auditor yang memiliki regresi linear sederhana yang
sikap idealisme akan menemukan ditunjukkan tabel di atas, maka
adanya masalah etika dan dalam persamaan garis regresi untuk
memutuskan suatu tindakan lebih hipotesis 2 adalah Y = 51,130 -
mengarah pada pedoman atau 0,589X2. Nilai r2 sebesar 0,226 hal
aturan yang telah ditetapkan ini menunjukkan 22,6% Perilaku
sebelumnya sehingga akan Etis Auditor dipengaruhi oleh
berperilaku etis. Seorang auditor Orientasi Etis Relativisme,
yang idealis akan melaksanakan sedangkan sisanya sebesar 77,4%
pekerjaan profesionalnya mengacu dipengaruhi oleh variabel lain di
pada aturan atau nilai moral yang

40
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

luar penelitian ini. Uji t statistik 3) Terdapat pengaruh Equity


untuk variabel Orientasi Etis sensitivity terhadap Perilaku Etis
Relativisme menghasilkan nilai Auditor
signifikansi 0,001 yang berarti Berikut ini hasil perhitungan
lebih kecil dari nilai 0,05, sehingga hipotesis 3:
dapat disimpulkan bahwa hipotesis
kedua diterima. Variabel Koefisien t t Sig
Hasil penelitian ini mendukung Regresi hitung tabel
hasil penelitian yang dilakukan Konstanta 9,446
oleh Revita Mardani (2014) yang Equity 0,729 7,306 2,035 0,000
menyimpulkan bahwa relativisme Sensitivity
berpengaruh positif terhadap Adjusted R Square : 0,586
persepsi mahasiswa akuntansi atas
perilaku tidak etis akuntan. Orang Berdasarkan perhitungan
yang mempunyai karakteristik regresi linear sederhana yang
relativisme cenderung akan setuju ditunjukkan tabel di atas, maka
atau mentolelir terhadap perilaku persamaan garis regresi untuk
tidak etis yang terjadi, sehingga hipotesis 3 adalah Y = 9,446 +
mempunyai kemungkinan untuk 0,729X3. Nilai r2 sebesar 0,586 hal
melakukan perilaku tidak etis. ini menunjukkan 58,6% Perilaku
Penelitian ini juga mendukung Etis Auditor dipengaruhi oleh
penelitian Falah (2006) yang secara Equity Sensitivity, sedangkan
spesifik menemukan bahwa sisanya sebesar 41,4% dipengaruhi
relativisme berpengaruh terhadap oleh variabel lain di luar penelitian
sensitivitas etika. Dimana ini. Uji t statistik untuk variabel
sensitivitas etika merupakan Equity Sensitivity menghasilkan
kemampuan untuk menyadari nilai signifikansi 0,000 yang berarti
adanya nilai-nilai etika dalam suatu lebih kecil dari nilai 0,05, sehingga
keputusan yang akan mengacu pula dapat disimpulkan bahwa hipotesis
pada perilaku etis auditornya. Hasil ketiga diterima.
penelitian ini mengindikasikan Hasil penelitian ini mendukung
bahwa terdapat pengaruh Orientasi penelitian Putri Nugrahaningsih
Etis Relativisme terhadap Perilaku (2005) yang menyebutkan secara
Etis Auditor.

41
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

statistik, auditor benevolents ini menunjukkan 34,7% Perilaku


cenderung mempunyai perilaku etis Etis Auditor dipengaruhi oleh
daripada auditor entitleds. Namun, Budaya Jawa, sedangkan sisanya
penelitian ini membantah hasil sebesar 65,3% dipengaruhi oleh
penelitian yang dilakukan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Jurica dan Gunardi (2012) yang Uji t statistik untuk variabel
menyimpulkan bahwa equity Budaya Jawa menghasilkan nilai
sensitivity tidak berpengaruh signifikansi 0,000 yang berarti
terhadap perilaku etis mahasiswa lebih kecil dari nilai 0,05, sehingga
akuntansi Universitas Bakrie. Hasil dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian ini mengindikasikan keempat diterima.
bahwa terdapat pengaruh Equity Hasil penelitian ini mendukung
Sensitivity terhadap Perilaku Etis hasil penelitian yang dilakukan
Auditor. oleh Audry (2010) yang
menyimpulkan bahwa Budaya Jawa
4) Terdapat pengaruh Budaya Jawa berpengaruh positif terhadap
terhadap Perilaku Etis Auditor Perilaku Etis Auditor. Auditor yang
Berikut ini hasil perhitungan berasal dari jawa dan memegang
hipotesis 4: teguh prinsip-prinsip dalam budaya
Jawa akan cenderung
Variabel Koefisien t t Sig mengembangkan perilaku etis.
Regresi hitung tabel Hasil penelitian ini
Konstanta 8,833 mengindikasikan bahwa terdapat
Budaya 0,608 4,545 2,035 0,000 pengaruh Budaya Jawa terhadap
Jawa Perilaku Etis Auditor.
Adjusted R Square : 0,347
5) Terdapat pengaruh Orientasi Etis
Berdasarkan perhitungan Idealisme, Orientasi Etis
regresi linear sederhana yang Relativisme, Equity Sensitivity, dan
ditunjukkan tabel di atas, maka Budaya Jawa secara simultan
persamaan garis regresi untuk terhadap Perilaku Etis Auditor
hipotesis 4 adalah Y = 8,833 + Berikut ini hasil perhitungan
0,608X4. Nilai r2 sebesar 0,347 hal hipotesis 5:

42
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

Variabel Koefisien uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar


Regresi 24,397 lebih besar dari Ftabel yaitu
Konstanta -7,696 2,65. Uji F statistik untuk variabel
Orientasi Etis 0,460 independensi menghasilkan nilai
Idealisme signifikansi 0,000 yang berarti
Orientasi Etis -0,056 lebih kecil dari nilai 0,05, sehingga
Relativisme dapat disimpulkan bahwa hipotesis
Equity 0,603 kelima diterima. Perilaku etis audit
Sensitivity sangat diperlukan oleh auditor
Budaya Jawa 0,199 sebagai pedomannya dalam

Adjusted R 0,717 pengambilan keputusan audit.

Square Beberapa faktor dapat

Sig 0,000 mempengaruhi perilaku etis yang

Nilai F F F dilakukan oleh auditor. Pertama,

Hitung Tabel orientasi etis yang dikendalikan

24,397 2,65 oleh dua karakteristik yaitu


relativisme dan idealisme. Kedua,

Berdasarkan perhitungan equity sensitivity yang

regresi linear sederhana yang menggambarkan keseimbangan

ditunjukkan tabel di atas, maka antara inputs dan outcomes. Ketiga,

persamaan garis regresi untuk budaya Jawa yang mempunyai

hipotesis 5 adalah Y = -7,696 + prinsip penghindaran konflik dan

0,460 X1 -0,056 X2+ 0,603 X3+ rasa menghormati. Dari beberapa

0,199 X4. Nilai R2 sebesar 0,717 hal faktor tersebut yakni orientasi etis,

ini menunjukkan 71,7% perilaku equity sensitivity dan budaya Jawa

etis auditor dipengaruhi oleh auditor dimungkinkan memberikan

Orientasi Etis Idealisme, Orientasi pengaruh terhadap perilaku etis

Etis Relativisme, Equity Sensitivity, audit.

dan Budaya Jawa secara simultan, Hasil penelitian ini

sedangkan sisanya sebesar 28,3% mengindikasikan bahwa terdapat

dipengaruhi oleh variabel lain di pengaruh Orientasi Etis Idealisme,

luar penelitian ini. Setelah Orientasi Etis Relativisme, Equity

dilakukan uji signifikansi dengan Sensitivity, dan Budaya Jawa secara

43
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

simultan berpengaruh terhadap 0,050). Besarnya nilai koefisien regresi


Perilaku Etis Auditor. X2 -0,589 dan bilangan konstantanya
51,130. Persamaan garis regresinya
SIMPULAN DAN SARAN adalah Y = 51,130 - 0,589X2.
Simpulan c. Terdapat pengaruh Equity sensitivity
Berdasarkan analisis data peneliti, terhadap Perilaku Etis Auditor pada
maka kesimpulan yang dapat diambil dalam Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.
penelitian ini adalah: Hal ini dibuktikan melalui analisis
a. Terdapat pengaruh Orientasi Etis regresi sederhana diperoleh nilai r2
Idealisme terhadap Perilaku Etis sebesar 0,586, dapat diartikan besarnya
Auditor pada Kantor Akuntan Publik di pengaruh Equity Sensitivity terhadap
Yogyakarta. Hal ini dibuktikan melalui Perilaku Etis Auditor yaitu 58,6%. Hasil
analisis regresi sederhana diperoleh uji t statistik menghasilkan nilai
nilai r2 sebesar 0,135, dapat diartikan signifikansi lebih kecil dari level of
besarnya pengaruh Orientasi Etis significant (0,000 < 0,050). Besarnya
Idealisme terhadap Perilaku Etis nilai koefisien regresi X3 0,729 dan
Auditor yaitu 13,5%. Hasil uji t statistik bilangan konstantanya 9,446.
menghasilkan nilai signifikansi lebih Persamaan garis regresinya adalah Y =
kecil dari level of significant (0,013 < 9,446 + 0,729X3.
0,050). Besarnya nilai koefisien regresi d. Terdapat pengaruh Budaya Jawa
X1 0,660 dan bilangan konstantanya terhadap Perilaku Etis Auditor pada
14,975. Persamaan garis regresinya Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.
adalah Y = 14,975 + 0,660X1. Hal ini dibuktikan melalui analisis
b. Terdapat pengaruh Orientasi Etis regresi sederhana diperoleh nilai r2
Relativisme terhadap Perilaku Etis sebesar 0,347, dapat diartikan pula
Auditor pada Kantor Akuntan Publik di besarnya pengaruh Budaya Jawa
Yogyakarta. Hal ini dibuktikan melalui terhadap Perilau Etis Auditor yaitu
analisis regresi sederhana diperoleh 34,7%. Hasil uji F statistik
nilai r2 sebesar 0,226, dapat diartikan menghasilkan nilai signifikansi lebih
besarnya pengaruh Orientasi Etis kecil dari level of significant (0,000 <
Relativisme terhadap Perilaku Etis 0,050). Besarnya nilai koefisien regresi
Auditor yaitu 22,6%. Hasil uji t statistik X4 0,608 dan bilangan konstantanya
menghasilkan nilai signifikansi lebih 8,833. Persamaan garis regresinya
kecil dari level of significant (0,001 < adalah Y = 8,833 + 0,608X4.

44
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

e. Terdapat pengaruh Orientasi Etis lain untuk dapat menjelaskan perilaku


Idealisme, Orientasi Etis Relativisme, etis auditor dari sudut pandang lain
Equity Sensitivity, dan Budaya Jawa dengan lebih baik. Dengan
secara simultan terhadap Perilaku Etis menambahkan faktor-faktor lain yang
Auditor. Hal ini dibuktikan melalui dijadikan sebagai variabel independen,
analisis regresi berganda didapatkan yang dapat menjelaskan perilaku etis
nilai R2 sebesar 0,717 atau memiliki arti auditor dengan lebih baik kedalam
Orientasi Etis Idealisme, Orientasi Etis model penelitian ini.
Relativisme, Equity Sensitivity, dan c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
Budaya Jawa mempunyai pengaruh menambah variabel moderasi yang
terhadap Perilaku Etis Auditor sebesar dapat memperkuat atau memperlemah
71,7%. Selain itu signifikansi lebih variabel independen terhadap variabel
kecil dari pada level of significant dependen (Perilaku Etis Auditor).
(0,000 < 0,050). Persamaan garis d. Penelitian selanjutnya agar lebih
regresinya adalah Y = -7,696 + 0,460 memperhatikan waktu penelitian.
X1 - 0,056 X2 + 0,603 X3 + 0,199 X4. Waktu penelitian diharapkan tidak
dilakukan pada waktu sibuk auditor
Saran sehingga tingkat pengembalian
Berdasarkan hasil penelitian serta hal- kuesioner dapat lebih tinggi.
hal yang terkait dengan keterbatasan e. Bagi auditor sebaiknya dalam
penelitian ini, maka dapat diberikan saran- memutuskan suatu tindakan harus
saran sebagai berikut: berdasarkan prinsip-prinsip etika
a. Untuk meminimalisasi bias akibat dari moralnya, dimana perbuatan yang
sedikitnya responden dan agar hasil bermoral itu tidak menimbang positif
penelitian dapat digunakan untuk atau negatifnya. Dengan demikian,
generalisasi, maka penelitian sebaiknya auditor akan lebih berperilaku etis
dilakukan dalam cakupan yang lebih dalam melaksanakan pekerjaannya.
luas yakni dengan menambah jumlah f. Auditor seharusnya meyakini bahwa
sampel penelitian dan memperluas prinsip-prinsip etika merupakan hal
wilayah sampel penelitian, bukan hanya yang penting untuk dijadikan bagian
di wilayah Yogyakarta tetapi juga di dari kode etik. Dimana prinsip-prinsip
kota-kota lainnya. etika tersebut akan menjadi pedoman
b. Penelitian selanjutnya, perlu dalam menjalankan tugasnya, sehingga
menambahkan faktor-faktor penjelas ketika seorang auditor sudah

45
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

melaksanakan sesuai dengan etika yang Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-
ada maka ia akan lebih berperilaku etis. Faktor Individual: Locus Of Control,
g. Auditor dalam melaksanakan pekerjaan Job Experience, Dan Gender)”.
profesional hendaknya tidak hanya Skripsi. Universitas Hasanuddin
memikirkan kepuasannya saja ketika Makassar.
bisa mendapatkan sesuatu dari tempat Audry Leiwakabessy. (2010). “Pengaruh
kerja. Tetapi ia juga harus memikirkan Orientasi Etis dan Budaya Jawa
bagaimana memberikan kontribusi terhadap Perilaku Etis Auditor”. Jurnal
dalam menyelesaikan tugasnya dengan Maksi. Vol 10 No.1 Januari 2010: 1-
baik. 15.
h. Apabila seorang auditor mempunyai Aziza dan Salim. (2008). “Pengaruh
perbedaan pendapat dengan pimpinan, Orientasi Etika pada Komitmen dan
hendaknya menyampaikan pendapatnya Sensitivitas Etika Auditor”. SNA 11
dengan cara yang baik kepada Pontianak.
pimpinannya tanpa menimbulkan Erna Hendrawati. (2011). “ Independensi
konflik. Musyawarah bersama dalam Auditor dalam Perpektif Prinsip
memecahkan masalah akan Penghindaran Konflik dan Prinsip
menghasilkan keputusan yang lebih Penghargaan pada Budaya Jawa”.
baik. Swastika Jurnal Ekonomi, Sains, dan
Pendidikan.Vol 3 No. 1 Mei 2011: 48-
DAFTAR PUSTAKA 62.
Adji Praktikto. (2012). “Pengaruh Budaya Fatmawati, N. D. (2007). “Analisis
Terhadap Kinerja Perekonomian. Pengaruh Faktor-faktor Individual
Buletin Studi Ekonomi”. Vol, 17 terhadap Perilaku Etis Auditor di KAP
No.2:98-115. (Survey pada Auditor di Kantor
Al Haryono Jusup. (2001). Auditing ( Akuntan Publik Yogayakarta dan
Pengauditan ). Yogyakarta : STIE Surakarta)”. Skripsi. Surakarta:
YKPN. Universitas Muhammadyah Surakarta.
Alvin. A. Arens, James. K. Loebbecke. Forsyth, D. R., (1980). “A Taxonomy of
(2003). Auditing Pendekatan Terpadu. Ethical Ideologies”. Journal of
(Alih bahasa oleh Yusuf. A. A.). Personality and Social Psychology.
Jakarta: Salemba Empat. Vol 39. pp. 175-184.
Arianti. (2012). “Analisis Perbedaan Gendro Wiyono. (2011). Merancang
Perilaku Etis Auditor Dalam Etika Penelitian Bisnis dengan alat analisis

46
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0 Edisi 1. Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Indonesia Vol 1 (1) Jan: 13-28.
Herawati dan Susanto. (2009). “Pengaruh Khairul Bahrun. (2002). “Analisis Pengaruh
Profesionalisme, Pengetahuan dan Dimensi Nilai Budaya terhadap Sikap
Etika Profesi terhadap Pertimbangan Komitmen Organisasional dan
Tingkat Materialitas Akuntan Publik”. Kepuasan Kerja Karyawan”. Thesis.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Semarang: Universitas Diponegoro.
Vol.11 No.1 Lia Nurfarida. (2011). “Pengaruh Budaya
Higgins dan Kelleher. (2005). Comparative Etis Organisasi dan Orientasi Etika
Perspectives on the Ethical Terhadap Komitmen Organisasi dan
Orientations of Human Resources, Sensitivitas Etika Auditor”. Skripsi.
Marketing and Finance Functional Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Managers. Journal of Business Ethics, Lucyanda, J. & Endro, G. (2012). “Faktor-
Vol.56, pp. 275-288. Faktor Yang Memengaruhi Perilaku
Husemen, R. C., Hatfield, J. D., & Miles, E. Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas
W. (1987). A New Perspective on Bakrie”. Media Riset Akuntansi, Vol
Equity Theory: The Equity Sensitivity 2: 113-142.
Construct. Academy of Management M. Khairul Dzakirin. (2013). “Orientasi
Review, Vol.12: 222-234. Idealisme, Relativisme, Tingkat
Ihyaul Ulum M.D. (2009). Audit Sektor Pengetahuan, dan Gender:
Publik, Suatu Pengantar. Jakarta: PT Pengaruhnya pada Persepsi Mahasiswa
Bumi Aksara. tentang Krisis Etika Akuntan
Imam Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Profesional”. Universitas Brawijaya.M.
Multivariat Dengan Program IBM Syarifuddin. (2005) Kasus Mulyana dalam
SPSS 19. Semarang: UNDIP. Perspektif Etika, Suara Merdeka. April

Indriantoro, Nur, dan Bambang. (1999). hal.6.

Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Mulyadi. (2002). Auditing. Edisi Ke Enam.


Jakarta : Salemba Empat.
Akuntansi dan Manajemen.
Poerhadiyanto dan Sawarjuwono. (2002).
Yogyakarta: BPFE.
“Menegakkan Independensi
Khomsiyah dan Nur Indriantoro. (1998).
Auditor dari Pengaruh Budaya
“Pengaruh Orientasi Etika terhadap
Jawa: Tata Krama, Suba Sita,
Komitmen, dan Sensitivitas Etika
Gelagat Pasemon”. Simposium
Akuntan publik Pemerintah di DKI

47
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

Nasional Akuntansi V Semarang, 5- Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur


6 September. Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Putri Nugrahaningsih. (2005). “Analisis Jakarta: Rineka Cipta.
Perbedaan Perilaku Etis Auditor di Sujamto. (1992). Refleksi Budaya Jawa.
Kantor Akuntan Publik dalam Etika Semarang: Dahara Prize
Profesi (Studi terhadap Peran Faktor- Sumarni dan Wahyuni. (2006). Metodologi
faktor individual: Locus of Control, Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi
Lama Pengalaman Kerja, Gender, dan Offset.
Equity Sensitivity)”. Simposium Sutrisno Hadi. (2004). Analisis Regresi.
Nasional Akuntansi VIII Solo: 617- Yogyakarta: Andi Offset.
630. Syaikul Falah. (2006). Pengaruh Budaya
Ricky Griffin dan Ronald J. Ebert. (2006). Etis Organisasi dan Orientasi Etika
Bisnis Edisi Kedelapan. Jakarta: terhadap Sensitivitas Etika. SNA X
Erlangga. Makasar.
Sevrida Verawaty Lamtiurma Purba. (2011). Unti Ludigdo. (2007). Paradoks Etika
“Pengaruh Orientasi Etis Terhadap Akuntan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pertimbangan Etis Auditor dengan Ustadi, N. H., & Utami, R. D. (2005).
Budaya Etis Organisasi sebagai “Analisis Perbedaan Faktor-faktor
variabel Moderating (studi empiris Individual Terhadap Persepsi Perilaku
pada KAP di Semarang)”. Skripsi. Etis Mahasiswa. Jurnal Akuntansi &
Semarang: Universitas Diponegoro. Auditing”. Volume 01/No.02/Mei:
Sihwahjoeni dan Gudono, M. (2000). 162-180.
“Persepsi Akuntan terhadap Kode Etik Velasquez, Manuel G. (2002). Etika Bisnis.
Akuntan”. Jurnal Riset Akuntansi Yogyakarta : ANDI.
Indonesia. Vol.3 (2) Juli: 168-184. Weathington, B. L., & Reddock, C. M.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian (2011). “Equity Sensitivity in “Fringe”
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Benefit Value and Satisfaction”.
Bandung: CV Alfabeta. Institute of Behavioral and Applied
_______. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Management.
Bandung: CV Alfabeta.
_______. (2012). Statistika untuk Penelitian.
Bandung: CV Alfabeta.

48

Anda mungkin juga menyukai