Fakultas : FBIS
Program studi : Akuntansi
Tatap Muka
04
Kode Matakuliah : W1219029
Disusun oleh : Fransiska Natalia Kosasih SE, M.Ak
Pendahuluan
Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat
seiiring dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Definisi / pengertian
internal auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
1. Pengertian Menurut Sawyer
“ Internal auditing is an independent appraisal function established within an
organization to examine and evaluate its activities as a service to
organization”
(Internal audit adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk
dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas
organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi).
Perbedaan antara paradigma lama dan paradigma baru internal auditor sebagai
berikut:
Standar
The Standards for The Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA)
tahun 2002 yang ditetapkan oleh The institute of Internal Auditors mulai
berlaku
efektif pada tanggal 1 Januari 2002 merupakan revisi dari Standar Profesi
Auditor Internal tahun 1999.
Tujuan dari standar SPPIA adalah :
Menggambarkan dengan jelas bahwa prinsip dasar dari pelaksanaan
internal audit diterapkan.
Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan promosi aktivitas internal audit
yang lebih luas dengan nilai tambah.
Menetapkan basis pengukuran pada pelaksanaan internal audit.
Membantu perkembangan organisasi dalam proses dan operasinya.
Auditor internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang
menjunjung tinggi standar terhadap mutu pekerjaannya. Kepatuhan terhadap
SPPIA adalah sangat penting supaya terdapat kesamaan dalam wewenang,
fungsi dan tanggungjawab para internal auditor.
Konsorsium Orgainsasi Profesi Audit Internal pada tanggal 12 mei 2004 telah
menetapkan Standar Profesi Audit Internal dan wajib diterapkan semua
anggota organisasi profesi yang tergabung dalam konsorsium dan mulai
berlaku tanggal 1 Januari 2005. Konsorsium merekomendasikan anggota IIA
Indonesia Chapter, FK SPI BUMN/BUMD, YPIA, Dewan Sertifikasi QIA dan
PAII agar segera memasukkan (mengadopsi) jiwa yang terdapat dalam butir-
butir standar ini kedalam Audit Charter, pedoman, kebijakan serta prosedur
audit internal yang ada pada organisasi masing-masing.
Kode Etik
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.
Dalam pengertian sempit, etika berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang
berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Karena
berfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip moral tersebut juga berfungsi sebagai
kriteria untuk menilai benar/salahnya perbuatan/perilaku. Standar etika diperlukan
bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan
menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Etika profesional bagi
praktik akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan disebut
dengan Kode Etik Akuntan Indonesia.
Pengertian Etika
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.
Etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral.
Sebagai salah satu cabang filsafat, etika menekankan pada pendekatan kritis dalam
melihat nilai dan norma moral serta permasalahan-permasalahan moral yang timbul
dalam kehidupan manusia.
Pengertian Kode Etik
Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur
perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yanh harus
dipenuhi dan ditaati setiap anggota profesi. Terdapat dua tujuan utama dari kode
etik, yaitu;
1. Kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan
kelalaian, kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja
oleh anggota profesi
2. Untuk melindungi keluhuran profesi dari perilaku-perilaku menyimpang oleh
anggota profesi.
Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat yang
harus dipenuhi, yaitu;
1. Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri.
2. Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus. Setiap
pelanggaran akan dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan yang
khusus dibentuk.
Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai
perilaku yang pantas harus dibuat. Auditor harus berhati-hati, terutama terhadap
Rasionalisasi, pembenaran terhadap perilaku yang tidak beretika yang terjadi di
lingkungannya, Perilaku rasionalisasi tidak beretika seperti ;
1. Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada
rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu
dapat diterima.
2. Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua
perilaku legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum.
Dengan pemikiran ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah
dilakukan seseorang.
3. Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada
evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan
hukuman (konsekuensi) pada temuan tersebut.
Terdapat 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh Internal Auditor agar dapat berperan
dalam peningkatan kinerja perusahaan, yaitu :
1. Value Added Internal Auditing
Pada awal abad 21, perkembangan profesi internal auditing sangat pesat. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peran internal auditor dalam assurance & consulting
activity. Salah satu hal yang cukup penting yang terkait dengan peran tersebut
adalah adanya control self assesment (CSA). Selain itu saat ini internal auditor telah
melakukan pendekatan audit secara sistematis & multi disiplin (systematic &
multydiciplined approach) serta melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk
management , control & governance processes. Adanya peran tersebut diatas, maka
keberadaan internal auditor dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi
organisasi (perusahaan). Value added auditing adalah suatu audit dalam rangka
meningkatkan profitabilitas serta kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Internal auditor perlu membangun & menjaga hubungan baik (relationship) dengan
pihak auditee melalui monitoring tindak lanjut serta menerima umpan balik
(feedback) yang dilakukan oleh auditee.
Ruang lingkup dari value added internal auditing meliputi :
1. Audit sistem informasi (Information System Audit).
2. Audit kepatuhan (Compliance audit).
3. Audit laporan keuangan & pengendalian (Financialreporting & control
audit).
4. Audit program & kinerja (Program & performance audit).
Agar internal auditor dapat berfungsi sebagai auditor yang bernilai
tambah, maka para internal auditor hendaknya dapat melakukan assesment
atas :
1. Operational & quality efectiveness.
2. Business risk.
3. Business & process control.
4. Process & business efficiencies.
5. Cost reduction opportunities.
6. Waste elimination opportunities.
7. Corporate governance efectiveness.
Tujuan dari value added audit adalah agar internal auditor dapat :
a. Memberikan analisis operasional secara obyektif &independen.
b. Menguji berbagai fungsi, proses dan aktivitas suatu organisasi serta
external value chain.
c. Membantu organisasi dalam merancang strategi bisnis yang obyektif.
d. Melakukan assesment secara sistematis dengan pendekatan multidisiplin.
e. Melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk management , control & governance
processes.
Terdapat tiga aspek dalam Risk Based Auditing, yaitu penggunaan faktor risiko (risk
factor) dalam audit planning, identifikasi independent risk & assesment dan
partisipasi dalm inisiatif risk management & processes.
Cakupan dari risk based internal audit termasuk dilakukannya identifikasi atas
inherent business risks dan control risk yang potensial. Departemen Internal Audit
dapat melakukan review secara periodik tiap tahun atas risk based internal audit
dikaitkan dengan audit plan. Manajemen puncak (Board of Director) dan Komite
Audit dapat melakukan assessment atas kinerja (performance) dari risk based
internal audit untuk mengetahui realibilitas, keakuratan dan obyektivitasnya. Profil
risiko (Risk profile) atas risk based internal audit didokumentasikan dalam audit plan
yang dibuat oleh Departemen Internal Audit. Risk profile tersebut dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi apakah metodologi risk assesment telah rasional. Manfaat
diterapkannya pendekatan risk based internal audit antara lain dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas internal auditor dalam melakukan audit, sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatkan kinerja Departemen Internal audit. Penjelasan
lebih lanjut tentang Risk Based Internal Auditing, dapat dibaca artikel penulis pada
Media Akuntansi, Edisi April 2003
DAFTAR PUSTAKA
1. Internal Auditor Profesi Yang Membanggakan", Srihadi Winarningsih,
Bandung, 2018
2. Audit Internal Berbasis Risiko,Theodorus M. Tuanakotta.