Anda di halaman 1dari 17

Perkembangan Auditor Internal

Fakultas : FBIS
Program studi : Akuntansi

Tatap Muka

04
Kode Matakuliah : W1219029
Disusun oleh : Fransiska Natalia Kosasih SE, M.Ak
Pendahuluan
Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat
seiiring dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Definisi / pengertian
internal auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
1. Pengertian Menurut Sawyer
“ Internal auditing is an independent appraisal function established within an
organization to examine and evaluate its activities as a service to
organization”
(Internal audit adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk
dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas
organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi).

2. Pengertian Menurut Institute of internal Auditor


“ Internal auditing is an independent , objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an organization’s
operations. It helps an organization accomplish its objective by bringing
a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness of risk management, control and governance process”.
(Internal audit adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan
jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan
suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Internal
auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan
cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan keefektivan manajemen resiko,
pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi)
Paradigma Baru Internal Audit
Bertolak dari definisi tersebut diatas, dalam perkembangannya penekanan
dan
mekanisme internal audit telah bergeser (berubah). Pada masa lalu fokus
utama peran internal auditor adalah sebagai ‘watchdog’ dalam perusahaan,
sedangkan pada masa kini dan mendatang proses internal auditing modern telah
bergeser menjadi ‘konsultan intern’ (internal consultant) yang memberi masukan
Pberupa pikiran-pikiran untuk perbaikan (improvement) atas sistem yang telah ada
serta berperan sebagai katalis (catalyst). Fungsi internal auditor sebagai ‘watchdog’
membuat perannya “kurang disukai” kehadirannya oleh unit organisasi lain. Hal ini
mungkin merupakan konsekuensi logis dari profesi internal auditor yang tugasnya
memang tidak dapat dilepaskan dari fungsi audit (pemeriksaan), bahwa antara
pemeriksa (auditor) dan pihak yang diperiksa (auditee) berada pada posisi yang
saling berhadapan.
Fungsi konsultan bagi internal auditor merupakan peran yang relatif baru.
Peran konsultan membawa internal auditor untuk selalu meningkatkan pengetahuan
baik tentang profesi auditor maupun aspek bisnis, sehinga dapat membantu
manajemen dalam memecahkan suatu masalah. Kemampuan untuk
merekomendasikan pemecahan suatu masalah (problem solver) bagi internal auditor
dapat diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai
fungsi di perusahaan.
Pada saat ini, konsultasi internal merupakan aktivitas yang sangat dibutuhkan
oleh manajemen yang perlu dilakukan oleh internal auditor. Selain sebagai
konsultan, internal auditor harus mampu berperan sebagai katalisator. Katalis adalah
suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut reaksi. Peran
auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen
melalui saran-saran yang bersifat konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan
perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas operasional di perusahaan.
Ruang lingkup (scope) kegiatan audit semakin luas, pada saat ini tidak
sekedar
audit keuangan (financial audit) dan audit ketaatan (compliance audit), tetapi
perhatian lebih ditujukan pada semua aspek yang berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan dan pengendalian manajemen serta memperhatikan aspek resiko bisnis
/ manajemen. Perubahan orientasi audit dari teknik-teknik pengendalian intern ke
arah pengendalian bisnis perusahaan yang didasarkan atas risiko bisnis (business
risk) atau rmanajemen risiko (risk management) ini akan terus berjalan seiring
dengan kebutuhan perusahaan yang semakin kompleks dimasa mendatang. Oleh
karena itu saat ini berkembang pendekatan teknik audit dalam internal auditing yang
berbasiskan risiko (risk based internal auditing).

Perbedaan antara paradigma lama dan paradigma baru internal auditor sebagai
berikut:
Standar
The Standards for The Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA)
tahun 2002 yang ditetapkan oleh The institute of Internal Auditors mulai
berlaku
efektif pada tanggal 1 Januari 2002 merupakan revisi dari Standar Profesi
Auditor Internal tahun 1999.
Tujuan dari standar SPPIA adalah :
 Menggambarkan dengan jelas bahwa prinsip dasar dari pelaksanaan
internal audit diterapkan.
 Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan promosi aktivitas internal audit
yang lebih luas dengan nilai tambah.
 Menetapkan basis pengukuran pada pelaksanaan internal audit.
 Membantu perkembangan organisasi dalam proses dan operasinya.
Auditor internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang
menjunjung tinggi standar terhadap mutu pekerjaannya. Kepatuhan terhadap
SPPIA adalah sangat penting supaya terdapat kesamaan dalam wewenang,
fungsi dan tanggungjawab para internal auditor.
Konsorsium Orgainsasi Profesi Audit Internal pada tanggal 12 mei 2004 telah
menetapkan Standar Profesi Audit Internal dan wajib diterapkan semua
anggota organisasi profesi yang tergabung dalam konsorsium dan mulai
berlaku tanggal 1 Januari 2005. Konsorsium merekomendasikan anggota IIA
Indonesia Chapter, FK SPI BUMN/BUMD, YPIA, Dewan Sertifikasi QIA dan
PAII agar segera memasukkan (mengadopsi) jiwa yang terdapat dalam butir-
butir standar ini kedalam Audit Charter, pedoman, kebijakan serta prosedur
audit internal yang ada pada organisasi masing-masing.

Kode Etik
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.
Dalam pengertian sempit, etika berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang
berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Karena
berfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip moral tersebut juga berfungsi sebagai
kriteria untuk menilai benar/salahnya perbuatan/perilaku. Standar etika diperlukan
bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan
menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Etika profesional bagi
praktik akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan disebut
dengan Kode Etik Akuntan Indonesia.

Pengertian Etika
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.
Etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral.
Sebagai salah satu cabang filsafat, etika menekankan pada pendekatan kritis dalam
melihat nilai dan norma moral serta permasalahan-permasalahan moral yang timbul
dalam kehidupan manusia.
Pengertian Kode Etik
Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur
perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yanh harus
dipenuhi dan ditaati setiap anggota profesi. Terdapat dua tujuan utama dari kode
etik, yaitu;
1. Kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan
kelalaian, kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja
oleh anggota profesi
2. Untuk melindungi keluhuran profesi dari perilaku-perilaku menyimpang oleh
anggota profesi.
Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat yang
harus dipenuhi, yaitu;
1. Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri.
2. Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus. Setiap
pelanggaran akan dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan yang
khusus dibentuk.

Peranan Etika dalam Profesi Auditor


Karena jasa audit memegang peranan yg sangat penting terutama sector
public dan membutuhkan pengabdian yang besar kepada masyarakat serta
komitmen moral, maka dibutuhkan jasa Auditor terutama dalam sector public dengan
kualitas yang tinggi. Oleh karena itu profesi Auditor harus memiliki standar teknis
dan standar etika yang menjadi panduan mereka dalam melaksanakan audit.
Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena Auditor itu mejadi posisi orang
kepercayaan dan mungkin menghadapi kepentingan-kepentingan yang saling
berbenturan. Oleh karena itu Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan
panduan bagi para auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan
dalam mengambil keputusan-keputusan sulit.
Adapun masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh auditor yang
meliputi permintaan atau tekanan untuk:
1. Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya
2. Mengungkapkan informasi rahasia
3. Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan,
penyuapan dan sebagainya.
4. Mendistorsi obyektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang
menyesatkan.
Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah terjadi
pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi.

Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai
perilaku yang pantas harus dibuat. Auditor harus berhati-hati, terutama terhadap
Rasionalisasi, pembenaran terhadap perilaku yang tidak beretika yang terjadi di
lingkungannya, Perilaku rasionalisasi tidak beretika seperti ;
1. Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada
rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu
dapat diterima.
2. Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua
perilaku legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum.
Dengan pemikiran ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah
dilakukan seseorang.
3. Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada
evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan
hukuman (konsekuensi) pada temuan tersebut.

KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (efektif 1 Juli 2020)


Lima prinsip dasar etika untuk Akuntan adalah:
(a) Integritas - bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan
bisnis.
(b) Objektivitas - tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis
karena adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya
dari pihak lain.
(c) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional - untuk:
(i) Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional
pada level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi
tempatnya bekerja memperoleh jasa profesional yang kompeten,
berdasarkan standar profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
(ii) Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan
standar teknis yang berlaku.
(d) Kerahasiaan - menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
hubungan profesional dan bisnis.
(e) Perilaku Profesional - mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan menghindari perilaku apa pun yang diketahui oleh Akuntan mungkin akan
mendiskreditkan profesi Akuntan.

Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika, menurut Good Governance


Auditor diharapkan mendukung penerapan good governance pada organisasi atau
instansi tempat ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut:
a. Tidak mementingkan diri sendiri
b. Integritas
c. Obyektivitas
d. Akuntabilitas
e. Keterbukaan
f. Kejujuran
g. Kepemimpinan

Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004)


Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004) telah
menetapkan kode etik bagi para auditor internal yang terdiri dari 10 hal sebagai
berikut :
1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, obyektivitas dan kesanggupan
dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya.
2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau
terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh
secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau
melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau
kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat
menibulkan koflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-kegiatan
yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya
untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya
secara obyektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari
karyawan, klien, pelanggan, pemasok ataupun mitra bisnis organisasinya,
yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan
profesionalnya.
6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesikan dengan
menggunakan kompetensi professional yang dimilikinya.
7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa
memenuhi Standar Profesi Audit Internal.
8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak
boleh menggunakan informasi rahasia :
(i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi,
(ii) secara melanggar hukum,
(iii) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.
9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus
mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-
fakta yang jika tidak diungkap dapat :
(i) mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau
(ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.
10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta
efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib
mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.

Ruang Lingkup Audit


Ruang lingkup atau cakupan (scope) pekerjaan internal audit adalah seluas
fungsi manajemen, sehingga cakupannya meliputi bidang finansial dan non
finansial.
1. Audit Finansial
Audit finansial merupakan jenis audit yang lebih berorientasi (focus) pada masalah
keuangan. Sasaran audit keuangan adalah kewajaran atas laporan keuangan yang
telah disajikan manajemen. Pada saat ini orientasi internal auditor tidak pada
masalah audit keuangan saja, namun titik berat lebih difokuskan pada audit
operasional di perusahaan. Hal tersebut disebabkan audit atas laporan keuangan
perusahaan telah dilakukan oleh eksternal auditor pada waktu audit umum (general
audit) tahunan. General audit dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
atau Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
2. Audit Operasional
Istilah lain dari Audit Operasional adalah audit manajemen (management audit) atau
audit kinerja (performance auditing).Sasaran dari audit operasional adalah penilaian
masalah efisiensi, efektivitas dan ekonomis (3E). Pada saat ini dan kemudian hari,
audit operasional (audit manajemen) semakin penting perannya bagi organisasi
usaha. Bagi perusahaan, yang penting dari hasil audit bukan semata-mata masalah
kebenaran formal, tetapi manfaatnya untuk meningkatkan kinerja organisasi. Selain
internal auditor, audit operasional juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP)
3. Compliance Audit
Audit ketaatan / kepatuhan (compliance audit) adalah suatu audit yang bertujuan
untuk menguji apakah pelaksanaan / kegiatan telah sesuai dengan ketentuan /
peraturan yang berlaku. Paraturan / ketentuan yang dijadikan kriteria dalam
compliance audit antara lain :
 Peraturan / Undang-undang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah
atau Badan / Lembaga lain yang terkait.
 Kebijakan / Sistem & Prosedur yang ditetapkan oleh manajemen
perusahaan (Direksi).
Selain internal auditor, compliance audit juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Bagi perusahaan yang telah mendapatkan ISO 19000 dan sejenisnya, compliance
audit perlu dilakukan oleh auditor ISO dalam rangka mempertahankan sertifikat ISO
yang telah diraih perusahaan tersebut.
4. Fraud Audit
Audit kecurangan (Fraud audit) adalah audit yang ditujukan untuk mengungkap
adanya kasus yang berindikasi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang
merugikan perusahaan / negara dan menguntungkan pribadi maupun kelompok
(organisasi) atau pihak ketiga. Istilah lain dari fraud audit adalah audit khusus atau
audit investigasi
(investigative audit). Dalam fraud audit, internal auditor perlu membuat bagan arus
(flow chart) serta modus operandi berupa uraian tentang caracara melakukan tindak
kejahatan (tindak pidana korupsi). Perkembangan Fraud audit pada saat ini cukup
pesat, misalnya untuk mengungkap adanya fraud dibidang keuangan diperlukan ilmu
mengenai akuntansi forensik (forensic accounting) dalam kejahatan keuangan di
perusahaan, seperti halnya dalam ilmu kedokteran terdapat bedah forensik untuk
mengungkap penyebab terjadinya kematian seseorang. Saat ini telah berkembang
juga forensic audit, hal ini terkait dengan upaya pemenuhan bukti audit yang akan
dipakai untuk kepentingan sidang di Pengadilan sehingga bukti audit tersebut dapat
berkekuatan hukum.

Peran Internal Auditor di Era Global


Globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi
ekonomi mendorong profesi internal audit untuk lebih responsif terhadap kebutuhan
manajemen dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif di pasar bisnis. Di
era globalisasi, auditor internal akan menghadapi tantangan yang lebih berat
terutama adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi informasi serta
lingkungan yang turbulensi.
Menurut Hery (2004), berbagai penilaian dan persepsi negatif sering ditujukan
terhadap fungsi internal audit. Auditee sering kali merasa bahwa keberadaan Divisi
Internal Audit hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibandingkan benefit
yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh peranannya untuk dapat
menjadi seorang konsultan internal (yang merupakan ekspresi tertinggi dalam peran
pengawas internal). Seringkali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit
internal masih dianggap menyulitkan dan merugikan bagi auditee, bahkan terkesan
formalitas dan cenderung mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala yang akan
dihadapi auditee nantinya atas pelaksanaan saran dari bagian audit internal
tersebut.

Terdapat 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh Internal Auditor agar dapat berperan
dalam peningkatan kinerja perusahaan, yaitu :
1. Value Added Internal Auditing
Pada awal abad 21, perkembangan profesi internal auditing sangat pesat. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peran internal auditor dalam assurance & consulting
activity. Salah satu hal yang cukup penting yang terkait dengan peran tersebut
adalah adanya control self assesment (CSA). Selain itu saat ini internal auditor telah
melakukan pendekatan audit secara sistematis & multi disiplin (systematic &
multydiciplined approach) serta melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk
management , control & governance processes. Adanya peran tersebut diatas, maka
keberadaan internal auditor dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi
organisasi (perusahaan). Value added auditing adalah suatu audit dalam rangka
meningkatkan profitabilitas serta kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Internal auditor perlu membangun & menjaga hubungan baik (relationship) dengan
pihak auditee melalui monitoring tindak lanjut serta menerima umpan balik
(feedback) yang dilakukan oleh auditee.
Ruang lingkup dari value added internal auditing meliputi :
1. Audit sistem informasi (Information System Audit).
2. Audit kepatuhan (Compliance audit).
3. Audit laporan keuangan & pengendalian (Financialreporting & control
audit).
4. Audit program & kinerja (Program & performance audit).
Agar internal auditor dapat berfungsi sebagai auditor yang bernilai
tambah, maka para internal auditor hendaknya dapat melakukan assesment
atas :
1. Operational & quality efectiveness.
2. Business risk.
3. Business & process control.
4. Process & business efficiencies.
5. Cost reduction opportunities.
6. Waste elimination opportunities.
7. Corporate governance efectiveness.
Tujuan dari value added audit adalah agar internal auditor dapat :
a. Memberikan analisis operasional secara obyektif &independen.
b. Menguji berbagai fungsi, proses dan aktivitas suatu organisasi serta
external value chain.
c. Membantu organisasi dalam merancang strategi bisnis yang obyektif.
d. Melakukan assesment secara sistematis dengan pendekatan multidisiplin.
e. Melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk management , control & governance
processes.

2. Risk Based Internal Auditing


Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko (risk based audit approach) yang
dilakukan oleh internal auditor lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk
assesment yang diformulasikan pada risk based audit plan. Berdasarkan risk
assesment tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu internal
auditor untuk menyusun risk audit matrix. Manfaat yang akan diperoleh internal
auditor apabila menggunakan risk based audit approach, antara lain internal auditor
akan
lebih efisien & efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja
Departemen / Bagian Internal Audit.

Terdapat tiga aspek dalam Risk Based Auditing, yaitu penggunaan faktor risiko (risk
factor) dalam audit planning, identifikasi independent risk & assesment dan
partisipasi dalm inisiatif risk management & processes.

Cakupan dari risk based internal audit termasuk dilakukannya identifikasi atas
inherent business risks dan control risk yang potensial. Departemen Internal Audit
dapat melakukan review secara periodik tiap tahun atas risk based internal audit
dikaitkan dengan audit plan. Manajemen puncak (Board of Director) dan Komite
Audit dapat melakukan assessment atas kinerja (performance) dari risk based
internal audit untuk mengetahui realibilitas, keakuratan dan obyektivitasnya. Profil
risiko (Risk profile) atas risk based internal audit didokumentasikan dalam audit plan
yang dibuat oleh Departemen Internal Audit. Risk profile tersebut dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi apakah metodologi risk assesment telah rasional. Manfaat
diterapkannya pendekatan risk based internal audit antara lain dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas internal auditor dalam melakukan audit, sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatkan kinerja Departemen Internal audit. Penjelasan
lebih lanjut tentang Risk Based Internal Auditing, dapat dibaca artikel penulis pada
Media Akuntansi, Edisi April 2003
DAFTAR PUSTAKA
1. Internal Auditor Profesi Yang Membanggakan", Srihadi Winarningsih,
Bandung, 2018
2. Audit Internal Berbasis Risiko,Theodorus M. Tuanakotta.

Anda mungkin juga menyukai