Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN PERAN DAN PROFESI INTERNAL AUDIT

DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN
Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat seiring dengan
perkembangan jaman pada era globalisasi. Bidang internal auditing semakin luas dan
menarik. Sebagai bagian dari suatu perusahaan, auditor internal secara independen
memeriksa dan menilai operasional perusahaan dalam area yang luas, baik prosedur
akuntansi maupun proses kualitas produksi (Robert Moeller, 2009).
Awalnya, internal auditing tidak diakui sebagai suatu proses penting oleh banyak
perusahaan dan eksternal auditor hingga periode 1930an. Saat masa depresi ekonomi di
Amerika, US Securities and Exchange Commission (SEC) sebagai suatu badan koreksi, SEC
mewajibakan setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan yang telah disertifikasi oleh
auditor independen. Peraturan ini membuat perusahaan membentuk departemen internal
auditing, yang tujuan utamanya mendampingi auditor independen. Eksternal auditor
berfokus pada pemberian opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan ketimbang
mendeteksi kelemahan pengendalian internal perusahaan atau kesalahan akuntansi. Internal
auditor secara utama berfokus dengan mengecek pencatatan akuntansi dan mendeteksi
kesalahan dan penyimpangan keuangan dalam mendampingi auditor eksternal. Saat itu
peran internal auditor lebih dipandang sebagai pengecek catatan keuangan dan menjadi
“polisi kantor” ketimbang mitra kerja.
Dalam perkembangannya, operasional dari berbagai perusahaan meningkat dalam
volume dan kompleksitas, menciptakan masalah manajerial dan tekanan yang baru terhadap
senior manajemen. Merespon tekanan tersebut, banyak manajer senior mengakui
kemungkinan pemanfaatan yang lebih baik atas internal auditor mereka dan membentuk
fungsi internal audit perusahaan, yang berpeluang mendapatkan nilai lebih dengan tambahan
biaya yang relative kecil. Kerja internal audit meluas termasuk banyak area non keuangan
dalam perusahaan. Awalnya fungsi audit intern lebih berfokus pada review terhadap laporan
keuangan (financial audit) dan selanjutya fungsi audit berkembang yaitu melakukan
penilaian terhadap efisiensi dan efektifitas operasional perusahaan (operation audit).

1
Definisi internal auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu (Effendi,
2006). Definisi internal auditing (dikutip dari Effendi, 2006) menurut Sawyer internal audit
adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk
mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi
organisasi. Menurut Institute ofInternal Auditor (IIA) internal audit adalah suatu aktivitas
independen yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk
memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Internal
auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan
suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan
manajemen resiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Fungsi audit intern menjadi luas dengan adanya konsep-konsep baru dan aturan-aturan
yang berkembang antara lain Internal Control-Integrated Framework yang dikeluarkan oleh
Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Comissission (COSO), Sarbanes-
Oxley Act 2002, Corporate Governance, Risk Management dan Basel II (pada industri
perbankan). Perkembangan fungsi audit intern tercermin dari perkembangan definisi yang
dikemukakan oleh IIA. Definisi oleh IIA tahun 1999 (dikutip dari Wahyuni, 2010) yaitu
suatu kegiatan assurance dan konsultasi (consulting) yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi suatu organisasi. Kegiatan
tersebut membantu organisasi yang bersangkutan mencapai tujuannya dengan mengevaluasi
dan memperbaiki efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola
(governance) melalui pendekatan yang teratur dan sistematik (IIA, 2004 dalam Wahyuni,
2010).
Internal audit saat ini melibatkan suatu aneka warna yang luas dari berbagai tipe aktivitas
dan lingkup operasional perusahaan. Internal audit telah mencakup aktivitas yang luas pada
seluruh area operasional perusahaan dan telah menjadi suatu bagian yang bernilai dan
berharga bagi usaha manajemen.
Dari uraian tersebut diatas, tulisan ini berfokus pada perkembangan peran dan fungsi
internal audit di Indonesia. Tulisan ini bertujuan memberikan wawasan dan pemahaman
tentang peran dan fungsi internal audit dalam menambah nilai dan meningkatkan operasi
suatu organisasi yang akhirnya membantu perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan jangka
pendek dan panjang perusahaan.

2
II. TELAAH PUSTAKA
1. Definisi
IIA (Institute of Internal Auditor) mendefinisikan bahwa audit intern merupakan
suatu fungsi penilai independen yang dibentuk dalam suatu perusahaan untuk memeriksa
dan menilai kegiatan operasional sebagai suatu bentuk jasa dalam organisasi. Tujuan dari
audit intern adalah untuk membantu anggota dalam perusahaan agar dapat melaksanakan
tugas dan tanggung jawab secara efektif dengan analisa, penilaian, rekomendasi dan
komentar berkaitan dengan kegiatan yang direview. Dengan berkembangnya praktik
audit intern mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada, pada bulan Juni 1999, IIA
memberikan definisi baru audit intern (dikutip dari Wahyuni, 2010), yaitu suatu kegiatan
assurance dan konsultasi (consulting) yang independen dan objektif yang dirancang
untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi suatu organisasi. Kegiatan tersebut
membantu organisasi yang bersangkutan mencapai tujuannya dengan mengevaluasi dan
memperbaiki efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola
(governance) melalui pendekatan yang teratur dan sistematik.
Moeller (2009) mengemukakan dari definisi internal audit terdapat sejumlah
konsep kunci yang diterapkan dalam profesi internal audit yaitu:
a. Independen, auditor tidak terikat pada unit kerja yang dapat secara signifikan
membatasi ruang lingkup dan efektifitas pada setiap pengamatan atau pelaporan atas
temuan dan kesimpulan.
b. Kegiatan penilaian mengkonfirmasi kebutuhan untuk setiap penilaian yang
mendorong internal auditor membuat kesimpulannya.
c. Fungsi internal auditor dibentuk dalam suatu perusahaan yang sifatnya formal dan
merupakan fungsi defenitif dalam perusahaan modern.
d. Pemeriksaan dan penilaian menjelaskan peran aktif internal auditor, pertama
pengumpulan fakta-fakta dan selanjutnya untuk pertimbangan penilaian.
e. Aktivitas adalah ruang lingkup penilaian internal audit yang diterapkan pada seluruh
aktivitas pada perusahaan modern.
f. Jasa adalah bantuan dan pendampingan terhadap komite audit, manajemen dan
anggota organisasi yang merupakan produk akhir dari seluruh kerja internal audit.

3
g. Organisasi adalah keseluruhan ruang lingkup kerja internal audit yang bersinggungan
dengan seluruh perusahaan, termasuk seluruh personel, dewan direksi dan komite
audit, pemegang saham dan pemilik.

2. Peran Internal Audit


Peran internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang ada
dalam suatu organisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
organisasi yang dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk membantu para anggota
organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal
tersebut, internal auditor akan melakukan analisa-analisa dan penilaian serta memberikan
rekomendasi dan saran-saran (Asikin, 2006).
Pada masa lalu fokus utama peran internal auditor adalah sebagai ‘watchdog’
dalam perusahaan, sedangkan pada masa kini dan mendatang proses internal auditing
modern telah bergeser menjadi ‘konsultan intern’ (internal consultant) yang memberi
masukan berupa pikiran-pikiran untuk perbaikan (improvement) atas sistem yang telah
ada serta berperan sebagai katalis (catalyst) (Effendi, 2006). Dahulu fungsi audit internal
lebih berfokus pada review terhadap laporan keuangan (financial audit) dan sekitar tahun
1980-an fungsi audit intern berkembang yaitu melakukan penilaian terhadap efisiensi dan
efektifitas operasional perusahaan (operational audit) (Wahyuni, 2010).
Effendi (2006) menguraikan paradigma lama versus paradigm baru internal
auditor sebagai berikut:
1. Fungsi
Paradigma lama : watchdog, mengungkap temuan, menggangu obyek, reaktif.
paradigma baru : watchdog, konsultan dan katalisator, memecahkan masalah,
proaktif.
2. Sifat Audit/Rekomendasi
Paradigma lama : Post audit, korektif
Paradigma baru : Post audit dan Pre audit, korektif, preventif dan prediktif
3. Sikap
Paradigma lama : Kaku, pasif
Paradigma baru : Fleksibel dan konstruktif, aktif dan komunikatif

4
4. Pendekatan
Paradigma lama : Subyek – Obyek, Menang – Kalah
Paradigma baru : Subyek – Subyek, Menang – Menang
5. Type Staf
Paradigma lama : Setengah – setengah
Paradigma baru : Tuntas/Paripurna
6. Organisasi
Paradigma lama : Pelengkap / memenuhi persyaratan
Paradigma baru : Tools management, Pusat Keunggulan
7. Ukuran Sukses
Paradigma lama : Jumlah temuan
Paradigma baru : Jumlah bantuan/ manfaat, Pencapaian tingkat Good Corporate
Governace
Bank Indonesia (1999) dikutip dari Wahyuni (2010) menguraikan bahwa peran
audit intern dalam industri perbankan dan perusahaan terbuka, yang keduanya berkaitan
dengan dana masyarakat sangat diandalkan oleh para stakeholder yaitu pemegang
saham, komisaris, nasabah, manajemen dan pemerintah. Audit intern oleh stakeholder
dituntut membantu mereka antara lain menjaga keamanan dana para investor,
memastikan keandalan laporan keuangan, meningkatkan efektifitas pengendalian
internal, dan membantu komisaris (komite audit) dalam melakukan pengawasan
(oversight) serta mendorong organisasi mematuhi peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Profesi Internal Audit

Menurut Brown (2006) dikutip dari Wahyuni (2010) Profesi audit internal
mengalami perkembangan cukup berarti pada awal abad 21, sejak munculnya kasus
Enron & Worldcom yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun reputasi
audit internal sempat terpuruk oleh berbagai kasus kolapsnya beberapa perusahaan
tersebut yang melibatkan peran auditor, namun profesi auditor internal ternyata semakin
hari semakin dihargai dalam organisasi. Saat ini profesi auditor internal turut berperan
dalam implementasi Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan maupun Good

5
Government Governance (GGG) di pemerintahan. Pada BUMN, internal auditor berada
di bawah SPI (Satuan Pengawas Intern).
Untuk menjalankan tugas dengan baik, internal auditor harus berada di luar fungsi
lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan atasan-bawahan seperti lainnya.
Internal auditor wajib memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan (Asikin, 2006).
Ruang lingkup atau cakupan pekerjaan internal audit diuraikan oleh Effendi
(2006) adalah seluas fungsi manajemen, sehingga cakupannya meliputi bidang financial
dan non finansial

1. Audit Finansial, merupakan jenis audit yang lebih berorientasi pada masalah
keuangan. Sasaran audit keuangan adalah kewajaran atas laporan keuangan yang
telah disajikan manajemen. Pada saat ini orientasi internal auditor tidak pada
masalah audit keuangan saja, namun titik berat lebih difokuskan pada audit
operasional di perusahaan. Hal tersebut disebabkan audit atas laporan keuangan
perusahaan telah dilakukan oleh eksternal auditor pada waktu audit umum (general
audit) tahunan yang dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) atau
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
2. Audit Operasional, sasarannya adalah penilaian masalah efisiensi, efektifitas dan
ekonomis (3E).
3. Compliance Audit, atau audit ketaatan/kepatuhan adalah suatu audit yang bertujuan
untuk menguji apakah pelaksanaan / kegiatan telah sesuai dengan ketentuan /
peraturan yang berlaku. Peraturan /ketentuan yang dijadikan kriteria dalam
compliance audit antara lain:
• Peraturan / Undang-undang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah atau
Badan / Lembaga lain yang terkait.
• Kebijakan / Sistem dan Prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan
(Direksi).
4. Fraud Audit (audit kecurangan) adalah audit yang ditujukan untuk mengungkap
adanya kasus yang berindikasi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang

6
merugikan perusahaan/negara dan menguntungkan pribadi maupun kelompok
(organisasi) atau pihak ketiga.

Sebagai suatu profesi, audit intern dalam melaksanakan fungsinya diatur dengan
standar yang merupakan suatu pedoman. Bagi auditor intern yang berkerja pada sektor
publik, biasanya diatur dengan pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
bersangkutan. Sebagai contoh, auditor internal pemerintah di US diatur dengan
Government Auditing Standards (The Yellow Book) yang dikeluarkan oleh General
Accounting Office Auditor internal pemerintah di UK dengan HM Trasury’s Government
Internal Audit Standards. Di Kanada, auditor internal pemerintah diatur dengan
Comprehensive Auditing Manual yang dikeluarkan oleh the Office of the Auditor
General (Wahyuni, 2010).

III. METODE PENULISAN


Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kualitatif, yang didapatkan
secara tulisan dari telaah hasil penelitian dan jurnal yang berkaitan dengan penulisan ini.
Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara
tertulis dari buku dan artikel-artikel penelitian. Dalam tulisan ini, metode pengumpulan data
yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan mempelajari
dan mengkaji literatur artikel-artikel yang ada kaitannya dengan penulisan ini.

IV. ANALISIS DAN SINTESIS


Telah dikemukakan sebelumnya, profesi internal audit terus mengalami perkembangan
sejalan dengan perkembangan perekonomian dan proses bisnis. Di Indonesia pun demikian,
dengan adanya beberapa kasus kecurangan yang terjadi baik di pemerintah/BUMN maupun
swasta, perkembangan minat internal audit semakin tinggi seiring semakin meningkatnya
tuntutan peningkatan peran internal auditor dalam mengawasi jalannya roda operasional
perusahaan.
Profesi auditor internal sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi manapun, baik
perusahaan swasta, BUMN/BUMD, pemerintahan, perusahaan asing, lembaga pendidikan
dan organisasi Nir Laba.

7
Berikut beberapa organisasi yang memerlukan tenaga auditor internal di Indonesia:

NO. ORGANISASI UNIT KERJA


1 BUMN / BUMD Satuan Pengawasan Intern (SPI)
2 Departemen / Lembaga • Inspektorat Jenderal Departemen.
Pemerintah • Unit Pengawasan Lembaga
• Badan Pengawasan Keuangan &
Pembangunan (BPKP)

3 Pemerintah Daerah • Badan Pengawasan Daerah (Bawasda)


(PEMDA)
4 Lembaga Pendidikan / • Badan Audit Internal
Universitas • Dewan Audit

5 Perusahaan (Swasta, • Dept. Audit Internal


Multi Nasional, Asing)
6 Lembaga Swadaya • Unit Audit Internal
Masyarakat (LSM)

Standar Profesi

Auditor internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang
menjunjung tinggi standar terhadap mutu pekerjaannya. Mutu pekerjaan diatur dalam
Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang mengacu pada Standards Professional Practice
of Internal Auditing (SPPIA). SPAI ditetapkan dalam Konsorsium Organisasi Profesi Audit
Internal pada tanggal 12 Mei 2004 dan wajib diterapkan semua anggota organisasi profesi
yang tergabung dalam konsorsium dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2005. Konsorsium
merekomendasikan anggota IIA Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan
Intern (FK SPI) BUMN/BUMD, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Dewan
Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan Perhimpunan Auditor Internal Indonesia
(PAII) agar segera memasukkan (mengadopsi) jiwa yang terdapat dalam butir-butir standar
ini kedalam Audit Charter, pedoman, kebijakan serta prosedur audit internal yang ada pada
organisasi masing-masing.

Organisasi Profesi

Sebagai suatu profesi, internal audit juga mempunyai organisasi professional. Saat ini di
Indonesia sudah ada tiga organisasi profesi yang berkaitan dengan internal audit.

8
Banyaknya organisasi ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap profesi ini sudah
sangat besar. Organisasi profesi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FK SPI).


Forum ini awalnya bernama FKSPI BUMN/BUMD karena anggotanya para auditor
internal yang bekerja pada Satuan Pengawasan Intern (SPI) di BUMN/BUMD.
Sehubungan dengan keanggotaan yang terbuka bagi auditor intern yang bekerja di sektor
perusahaan swasta, multi nasional maupun asing maka berubah menjadi FK SPI.
b. Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII).
Organisasi ini menghimpun para auditor internal yang telah memiliki gelar Qualified
Internal Auditor (QIA).
c. Asosiasi Auditor Internal (AAI).
AAI menyelenggarakan Ujian Sertifikasi Auditor Internal untuk meningkatkan
penguasaan auditor atas pengetahuan dan kompetensi teknis dibidang pelaporan
keuangan (financial reporting), Corporate Governance, dan pengawasan perusahaan
(corporate control). Juga dalam hal Pencegahan Kecurangan (Fraud Prevention),
Pendeteksian Kecurangan (Fraud Detection), dan Penginvestigasian Kecurangan (Fraud
Investigation). Ke depan AAI akan menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSF) untuk
profesi auditor internal.

Sertifikasi

Demikian juga hal nya dengan sertifikasi profesi. Saat ini saja di Indonesia sudah ada dua
jenis sertifikasi selain sertifikasi internasional yang juga dilakukan di Indonesia yaitu CIA
(certified internal auditor).

a. Qualified Internal Auditor (QIA)


QIA adalah gelar kualifikasi dalam bidang internal auditing, yang merupakan simbol
profesionalisme dari individu yang menyandang gelar tersebut. Gelar QIA juga
merupakan pengakuan bahwa penyandang gelar telah memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sejajar dengan kualifikasi internal auditor kelas dunia. QIA diberikan
oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur organisasi profesi internal audit

9
terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan
(BPKP), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern, The Institute of Internal Auditor
(IIA) Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), YPIA dan
akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap
internal auditing. Gelar QIA dapat diperoleh oleh seorang auditor setelah menjalani
serangkaian pelatihan / ujian sertifikasi dan dinyatakan lulus yang terdiri dari 5 (lima)
jenjang, sebagai berikut yaitu: Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I; Pelatihan Audit
Intern Tingkat Dasar I; Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I; Pelatihan Audit Intern
Tingkat Lanjutan II; dan Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial.
b. Professional Internal Auditor (PIA)
Pusat Pengembangan Akuntansi & Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (PPAK
STAN) memberikan pengakuan berupa pemberian sertifikat Professional Internal
Auditor (PIA) terhadap peserta Pendidikan & Pelatihan (diklat) auditor internal yang
telah menyelesaikan 5 tahapan diklat auditor internal yaitu : Diklat Dasar-dasar Audit;
Diklat Audit Operasional; Diklat Psikologi dan Komunikasi Audit; Diklat Audit
Kecurangan; dan Diklat Pengelolaan Tugas-tugas Audit.

Selain kepada peserta diklat yang telah mengikuti kelima tahapan diklat tersebut,
sertifikat Professional Internal Auditor juga diberikan bagi para Kepala Satuan Pengawas
Intern dan Kepala Badan Pengawas Daerah yang telah mengikuti Diklat Khusus yang
diselenggarakan oleh PPAK STAN.

V. KESIMPULAN
Tulisan ini menguraikan definisi internal auditing, peran dan perkembangan profesi
internal audit khususnya di Indonesia pada era globalisasi ini. Peran auditor internal semakin
dibutuhkan karena terbukti sangat menunjang efektifitas pengendalian intern suatu
organisasi, mengikuti perkembangan dan kompleksitas perekonomian dan proses bisnis.
Perkembangan minat internal audit juga terjadi di Indonesia, beberapa kasus kecurangan
terjadi baik di pemerintah/BUMN maupun swasta selama ini semakin menuntut peningkatan
peran internal auditor dalam mengawasi jalannya roda operasional perusahaan.

10
Untuk dapat menjawab tantangan peran internal auditor, maka dibentuk Standar Profesi
Audit Internal (SPAI) yang mengacu pada SPPIA (the Standards for The Profesional
Practice of Internal Auditing) yang ditetapkan oleh The Institute of Internal Auditors (IIA)
tahun 2002. Selain standar, profesi internal auditing juga memiliki kode etik profesi yang
harus ditaati dan dijalankan oleh segenap auditor.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Arief Effendi, Muhammad., 2006, Perkembangan Profesi Internal Audit abad 21.
Diah, 2007. Pengaruh Komitmen terhadap Kepuasan Kerja Auditor Internal.
Koroy, TR., 2009. Peran Auditor dalam perwujudan good governance.
LPAI, COSO-Based Audit : A New Paradigm of Internal Control and Internal Audit.
Moeller, Robert., 2009. Modern Internal Auditing, seventh edition.
Purbowo, Anita Nathania., Analisa dan Perkembangan Tools Internal Audit pada Institut
Teknologi Sepuluh November.
Wahyuni, Endang., 2010. Analisis Hubungan Kesesuaian Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
Bank terhadap Standar Profesional Internal Audit dengan atirbut bank di Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai