Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN MATA KULIAH (RMK)

NAMA : DIAN JUWENI PUTRI


NIM : 2310246455
MATA KULIAH : Audit Internal 2
DOSEN : Prof. Dr. Gusnardi, SE, M.Si, Ak, CA.
RMK (TOPIK) : Meeting the challenge

RINGKASAN MATA KULIAH:


Audit intern merupakan suatu fungsi penilaian yang dikembangkan secara bebas
dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan sebagai wujud
pelayanan terhadap organisasi (Herry, 2017). Saat ini Audit intern telah berkembang
sebagai suatu profesi dengan organisasi dan perangkat professional yang semakin lengkap
dan paradigma yang terus berkembang. Audit intern menghadapi perubahan paradigma
dalam menjalankan perannya. Perubahan paradigma baru tersebut berkembang seiring
dengan tuntutan perkembangan organisasi menuju tingkat yang lebih baik.
Paradigma adalah seperangkat asumsi, konsep, nilai dan praktik yang diterapkan
dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas (profesi atau organisasi) yang sama.
Pada konteks audit intern, paradigma nerupakan cara pandang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhi cara berfikir (kognitif), bersikap (afektif), dan
bertingkah laku (konatif).
Audit intern pada awal keberadaanya berperan utama sebagai watchdog, namun
sejak tahun 1970-an telah mengalami pergeseran menjadi konsultan. Adapun peran audit
intern sebagai katalis, baru berkembang sekitar tahun 1990-an. Perubahan paradigma ini
tidak berarti bahwa peran watchdog ditinggalkan, tetapi justru memperluas peran audit
intern. Secara umum perubahan-perubahan paradigma auditor internalal dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Peran watchdog meliputi aktivitas inspeksi, observasi, perhitungan, pengujian
transaksi yang bertujuan untuk memastikan ketaatan terhadap ketentuan, peraturan,
atau kebijakan yang telah ditetapkan. Audit yang dilakukan adalah audit kepatuhan
(compliance audit) dan apabila dijumpai penyimpangan dapat dilakukan koreksi
atas sistern pengendalian manajemen. Peran watchdog umumnya menghasilkan
rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek, yaitu perbaikan atas
kesalahan yang sudah terjadi.
2. Peran audit intern sebagai konsultan diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
nasihat (advice) dalam pengelolaan sumber daya (resources) organisasi, sehingga
dapat membantu tugas para pimpinan di tingkat operasional. Audit yang dilakukan
adalah audit operasional yaitu untuk meyakini apakah organisasi telah
memanfaatkan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif,
sehingga dapat dinilai apakah manajemen telah menjalankan aktivitas organisasi
vang mengarah kepada tujuannya. Rekomendasi vang dibuat umumnya bersifat
jangka menengah, yaitu memperbaki dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
operasi organisasi.
3. Peran audit intern sebagai katalis berkaitan dengan jaminan kualitas (quality
assurance). Auditor diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali
berbagai risiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi. Pemberian jasa
jaminan kualitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa aktivitas organisasi yang

1
dijalankan, telah menghasilkan keluaran (output) yang dapat memenuhi kebutuhan
penggunanya. Dalam memainkan perannya sebagai katalis, audit intern berperan
sebagai fasilitator dan agen perubahan (agent of change). Dampak dari peran ini
bersifat jangka panjang karena fokus katalis adalah nilai jangka panjang (long-term
values) dari organisasi, terutama berkaitan dengan tujuan organisasi yang dapat
memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan masyarakat
(stakeholders).

Adapun strategi yang dapat digunakan oleh auditor internal dalam perubahan
paradigma yaitu sebagai auditor internalal sebaiknya memiliki strategi yang tepat dalam
menghadapi berbagai perubahan yang terjadi. Pickett (2010) yang selanjutnya diurai lebih
rinci dalam Warta Pengawasan BPKP (2015) menyatakan bahwa dalam menerapkan
perubahan paradigma, auditor internal harus dapat menambah fokus pekerjan, yaitu
sebagai berikut :
1. Hard Control menjadi Soft Control
2. Control Evaluation menjadi Self Assessment
3. Control menjadi Risk
4. Detective menjadi Preventive
5. Audit Knowledge menjadi Business Knowledge
6. Operational Audit menjadi Strategy Audit
7. Independen menjadi Value

Hal lainnya yang perlu diperhatikan selain strategi yang digunakan dalam
penerapan perubahan paradigma auditor internalal adalah organisasi juga perlu
memperhatikan faktor pendukung optimalnya perubahan peran auditor internal antara lain
kompenensi SDM (pendidikan, pelatihan dan pengalaman), sarana dan prasarana termasuk
anggaran untuk kelancaran kegiatan, serta komitmen pimpinan terkait kesadaran dan
kemauan untuk menerapkan pengendalian internal di lingkungannya.
Seiring berjalannya waktu hingga sampai pada era globalisasi ini, semakin banyak
hal - hal yang menjadi tantangan untuk auditor internalal. Mulai dari tantangan yang harus
dihadapi untuk menjadi auditor internalal yang baik hingga kasus - kasus yang melibatkan
auditor internalal ini. Menurut Hery (2004), sebagai penilaian dan persepsi negatif sering
ditujukan terhadap fungsi internal audit.
Pada era globalisasi ini, berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan auditor
internalal untuk menghadapi tantangan - tantangan pada era ini:
1. Auditor harus dapat bisa merubah pendekatan dari audit secara konvensional
menuju audit berbasiskan risiko (risk based audit approach), dengan ini auditor
dapat melakukan audit secara lebih efisien dan efektif sehingga mampu
meningkatkan kinerja departemen.
2. Auditor internalal harus dapat berpandangan luas dan mampu menilai berdasarkan
perspektif global
3. Auditor harus melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, auditor
dianjurkan untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal tersebut, yang
keempat, senantiasa mengikuti perkembangan teknologi, dan yang terakhir auditor
internalal harus mampu berpikir kreatif, positif dan inovatif serta berorientasi pada
pemecahan masalah.

Anda mungkin juga menyukai