Anda di halaman 1dari 5

THE INTERNATIONAL PROFESSIONAL PRACTICES FRAMEWORK:

AUTHORITATIVE GUIDANCE FOR THE INTERNAL AUDIT


Chapter 2 – Internal Auditing, Assurance & Advisory Services (Anderson et al., 2017)

The History of Guidance Setting for the Internal Audit Profession


 Tahun 1947 – The Statement of Responsibilities of the Internal Auditor (Statement of
Responsibilities. Dokumen tersebut menjelaskan mengenai tujuan dan ruang lingkup
audit internal, tetapi terbatas pada masalah keuangan. Tahun 1957 – ruang lingkup
diperluas mencakup operasional. Tahun 1971, 1976, 1981, 1990 – Statement of
Responsibilities direvisi seiring profesi yang berkembang
 Tahun 1968 – IIA menerbitkan Kode Etik yang terdiri dari 8 artikel.
 Tahun 1973 – IIA memberikan panduan profesional tambahan seiring diterbitkannya
Common Body of Knowledge dan pelaksanaan sertifikasi Certified Internal Auditor
(CIA).
 Tahun 1978 – IIA mengeluarkan Standards for the Professional Practice of Internal
Auditing, yang terdiri dari 5 pedoman umum dan 25 pedoman khusus mengenai
fungsi audit internal harus dikelola.
 Tahun 1997 – IIA membentuk Guidance Task Force untuk mempertimbangkan
kebutuhan dan mekanisme panduan profesi di masa depan. Implementasinya dimulai
dari revisi Kode Etik pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2002.
 Tahun 2006 – Standar telah diakui secar global dan diterjemahkan resmi ke 32
bahasa.
 Tahun 2013 – The IIA’s Global Board membentuk gugus tugas untuk meninjau ulang
kerangka pedoman IPPF. Hasilnya, IPPF diterapkan mulai tahun 2015.

The International Professional Practices Framework


IPPF memberikan panduan bagi profesi dan menetapkan ekspetasi bagi pemangku
kepentingan terkait layanan audit internal. Komponen IPPF mencakup panduan wajib
seperti the Core Principles, the Code of Ethics, the Standards, and the Definition of Internal
Auditing dan juga panduan yang direkomendasikan seperti Implementation Guidance dan
Supplemental Guidance. IPPF mencakup berbagai panduan audit internal yang diumumkan
oleh IIA dan membuatnya mudah diakses oleh para profesional audit internal secara global.
Ini memberikan dasar bagi fungsi audit internal untuk memenuhi peran mereka dan secara
efektif memenuhi tanggung jawab mereka.

Mandatory Guidance
Aktivitas audit internal harus diarahkan pada peningkatan nilai organisasi atau untuk
melindunginya.
 The Core Principles for the Professional Practice of Internal Auditing – terdapat 10
prinsip inti, yaitu demonstrates integrity; demonstates competence and due
professional care; Is objective and free from undue influence, aligns with the
strategies, objectives and risks of the organization; Is appropriately positioned and
adequately resourced, demonstrates quality and continuous improvement;
communicates effectively; provides risk-based assurance; is insightful, proactive and
future focused; promotes organizational improvement.
 The Code of Ethics – ada 4 elemen yang harus dipertahankan oleh para profesional
audit internal dalam melaksanakan pekerjaan mereka, yaitu integrity, objectivity,
confidentiality, dan competency.
 The International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing – ada 2
kategori Standards, yaitu attributes standards dan performance standards.
 Assurance and Consulting Services – ada dua tipe layanan internal audit, yaitu
assurance dan consulting.
 The Attribute Standards – ada 4 main sections, yaitu (1000) purpose, authority and
responsibility, (1100) independence and objectivity, (1200) proficiency and due
professional care, (1300) quality assurance and improvement program.
 The Performance Standards – terdapat 7 main sections, yaitu managing the internal
audit activity, nature of work, engagement planning, performing the engagement,
communicating results, monitoring progress dan communicating the acceptance of
risk.

Recommended Guidance
Panduan yang direkomendasikan memberikan panduan yang lebih spesifik dan tidak wajib.
Beberapa panduan yang direkomendasikan meliputi implementation guidance, supplemental
guidance dan other guidance.

Standards Promulgated by Other Organizations


IIA mengakui bahwa pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi lain berkaitan dengan
profesi audit internal. Fungsi audit internal perlu mengikuti panduan profesional lainnya
selain IPPF. Panduan tersebut mencakup, misalnya Standards for Internal Auditing in
Government, Standards for Information Technology Audits, Standards for the Professional
Practice of Environmental, Health and Safety Auditing, Standards for Financial Audits.
Selain itu ada Other Relevant Guidance yang masih berkaitan dengan audit internal, misalnya
The International Standards Organization (ISO), The Committee of Sponsoring Organization
of the Treadway Commission (COSO), The Society of Corporate Compliance and Ethics
(SCCE) dan The Health Care Compliance Association (HCCA).

Referensi :
Anderson, U. L., Head, M. J., Ramamoorti, S., Riddle, C., Salamasich, M., & Sobel, P. J.
(2017). Internal auditing-aassurance & advisory services. In Journal of Experimental
Psychology: General.
ETHICS AND INTERNAL AUDIT: MORAL WILL AND MORAL SKILL IN A
HETERONOMOUS FIELD
(Everett & Tremblay, 2014)

Seiring mencuatnya skandal perusahaan yang melibatkan akuntan, ada pendapat


bahwa akuntan telah kehilangan pandangan moral mereka. Alasan tersebut mengarah untuk
mengkritisi badan profesional akuntansi yang seharusnya mengatur anggotanya sekaligus
memberikan norma-norma batasan dan standar etika dengan imbalan hak monopoli mereka.
Skandal yang terjadi meningkatkan skeptisisme terhadap pekerjaan profesi dan integritas etis.
Penelitian ini ingin menjawab apakah audit memiliki kapasitas untuk memiliki praktik yang
etis dan apa artinya bagi auditor untuk menjadi etis. Dengan pertanyaan tersebut, makalah ini
membahas fungsi audit internal melalui tiga lensa etika, lensa kantian, utilitarian, dan
kebajikan. Penelitian ini juga meneliti beragam perspektif seperti praktisi sehari-hari, teladan
moral yang terkenal, dan asosiasi yang berbicara atas nama anggotanya. Yang menarik dari
penelitian ini adalah strategi dan pilihan etika yang ada di lapangan. Apakah anggotanya
memilih untuk menjadi 'ringan', yang berarti utilitarian secara individual, atau apakah mereka
lebih 'berat'? Apakah auditor internal sebagian besar terikat aturan atau terikat prinsip dalam
pilihan etis mereka? Apakah kebajikan utama (ditambah belas kasih) diwujudkan oleh auditor
internal? Jika demikian, apakah kebajikan ini 'secara tepat' dimanifestasikan, dan apakah
mereka terwujud baik dalam pikiran maupun tindakan.

Theory and Prior Research


 Lightness vs. Weight – Marx, Veblen, dan Polyani adalah contoh pemikir yang
mempromosikan pandangan hidup ‘yang lebih berat atau lebih padat’. Masing-masing
berpendapat bahwa kapitalisme mempromosikan bentuk moralitas yang sangat tidak
menyenangkan. Kapitalisme mengarah pada iri hati, keinginan, pemaksaan,
pengucilan, populisme pasar, dan pembatasan yang mengatur penggunaan bentuk
budaya kreatif, sedangkan lightness adalah sebaliknya. Kapitalisme dapat mendorong
tatanan moral tertentu dan tidak dengan sendirinya menciptakan ‘baik’ atau ‘buruk’.
Sebaliknya, pasar dinilai sebuah ‘konstruksi yang lemah’ yang efeknya berasal dari
tatanan moral-budaya, yang mengatakan bahwa pasar 'secara aktif dimoralisasi' oleh
partisipannya. Dalam hal ini, akuntan menjadi pemain kunci dalam kinerja ini.
Akuntan perlu dilihat sebagai aktor moral yang terlibat dalam membentuk moralitas
pasar, hal ini dikarenakan auditor internal dianggap sebagai ‘pilar’ dalam tata kelola
perusahaan.
 Tensions, changes and ethics in the field of internal auditing – Auditor membutuhkan
kebebasan untuk memilih tujuan mereka, tidak seperti rekan eksternal mereka yang
biasanya melapor ke 'prinsipal' entitas (pemegang saham). Auditor internal biasanya
melapor kepada individu yang lebih dekat dengan 'agen' (anggota komite audit), jika
bukan agen itu sendiri (yaitu, manajer). Hal ini menunjukkan bahwa auditor internal
lebih tenggelam dalam politik organisasi, lebih sering terancam oleh sanksi simbolis,
dan di bawah tekanan yang lebih kuat untuk tunduk dan memenuhi tuntutan
manajemen. Dalam mempertimbangkan etika auditing tidak cukup hanya terfokus
pada praktek audit, juga perlu mempertimbangkan karakter etis auditor itu sendiri.
Metodologi
Penelitian ini memadukan instrumental dan nilai rasionalitas, sebuah pendekatan yang
termasuk dalam rubrik penelitian frenetik. Penelitian ini menggunakan pendekatan naratif
untuk memeriksa baik konteks dan rincian pemikiran moral dan tindakan auditor internal.
Penelitian ini juga multi-metode karena mengumpulkan dan menganalisis tiga jenis
representasi atau narasi dari wawancara, otobiografi dan situs web. Alasannya adalah
didasarkan pada intuisi bahwa karena penelitian ini bersifat eksplorasi, sehingga berbagai
perspektif akan menjelaskan lebih banyak tentang etika bidang ini daripada perspektif hanya
satu kelompok.
 Data set 1: interviews – Penelitian ini melakukan wawancara mendalam dengan empat
praktisi akuntansi. Dua diantaranya adalah auditor internal yang berpraktik, satu orang
anggota komite audit dan satu orang manajer keuangan.
 Data set 2: autobiography – Komponen kedua dari studi ini meneliti masalah etika,
terutama karena ini diwujudkan oleh salah satu 'aktor sosial dan politik virtuoso'
(Cooper dan Morgan, 2008). Penelitian ini memeriksa otobiografi dari salah satu
individu tersebut.
 Data set 3: website – Penelitian ini beralih ke halaman web utama IIA
(www.theiia.org) untuk mempelajari tentang apa yang dianggap oleh beberapa juru
bicara resmi lapangan sebagai praktik etis atau bajik. Di sini, tujuannya adalah untuk
memeriksa narasi etika 'resmi' lapangan. Lebih praktisnya, penelitian juga
menanyakan apakah situs web tersebut cukup komprehensif untuk menawarkan
panduan kepada individu.

Analysis
Dalam mendengarkan auditor internal berbicara tentang pekerjaan mereka, tampaknya
mereka mengambil peran untuk mendeteksi penyimpangan dan mengendalikan perilaku
disfungsional agak lebih serius daripada berkonsultasi dengan manajemen atau
menambahkan nilai / utilitas ke organisasi. Dengan cara ini, peran mereka tampaknya lebih
memaksa daripada memungkinkan dan lebih ditujukan untuk memperoleh kepatuhan
daripada bermitra dengan manajemen. Auditor internal tidak memiliki kepentingan inheren
dalam profitabilitas. Tujuan mereka bukanlah membuat segala sesuatunya lebih efisien, tetapi
untuk mematuhinya. Mereka cenderung berfokus pada aspek yang mereka pandang sebagai
risiko. Auditor internal jelas tidak seperti kepolisian organisasi, karena mereka tidak
memenuhi fungsi intimidasi, mencoba membuat orang merasa takut.

Conclusion
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa auditor internal saat ini diminta untuk
merangkul kemauan moral yang ambigu jika tidak bertentangan. Sementara profesi
mengistimewakan ambiguitas dan 'ringan' dalam narasi etisnya — sebuah keringanan yang
bergantung pada 'faktor perasaan-baik' tertentu — kami menemukan 'beban' Kant yang
menjadi ciri praktiknya dan pengalaman para teladan moralnya.
Penelitian ini menawarkan saran etis secara narasi. Pertama, IIA harus secara eksplisit
mengakui perbedaan antara tindakan moral dan pribadi yang bermoral. Ini akan
membantunya menghindari asas dan kebajikan yang bertentangan. Kedua, harus lebih
reflektif dalam hal perbedaan antara tugas etis yang mencolok dari auditor internal dan tujuan
yang ingin dicapai melalui perilaku etis (yaitu, perbedaan antara etika deontik dan teleik).
Ketiga, profesi harus mempertimbangkan untuk berfokus pada serangkaian kebajikan yang
menurutnya layak untuk diwujudkan.
Dalam hal keterbatasan studi, studi tidak memeriksa narasi etis lapangan secara
komprehensif atau lengkap, dan studi lebih lanjut diperlukan. Penelitian ini berkontribusi
pada literatur akuntansi dalam beberapa cara. Pertama, ini menambah diskusi sebelumnya
tentang gagasan akuntabilitas moral dengan menyoroti elemen konstituen dari disposisi etis,
termasuk sejumlah kebajikan praktis. Studi ini juga berkontribusi pada literatur yang
memeriksa nilai profesional inti dari independensi auditor, serta studi yang telah meneliti
sifat perubahan profesi audit dan nilai-nilainya.

Referensi:
Everett, J., & Tremblay, M. S. (2014). Ethics and internal audit: Moral will and moral skill in
a heteronomous field. Critical Perspectives on Accounting, 25(3), 181–196.
https://doi.org/10.1016/j.cpa.2013.10.002

Anda mungkin juga menyukai