Anda di halaman 1dari 23

ETIKA DAN TATA

KELOLA
KELOMPOK 2
PELAPORAN KOORPORAT

1. MUHAMMAD WAHYU ZULFIKARNA - 126231027


2. HERMAN -126231085
3. ANDRIO NOVALIO TAMBUN -126231086
4. RAFLI FAKHRIZAL AKBAR -126231095 0
5. KEVIN ALDOPRATAMA -126231150

1
Table of Content
Description Slide
Latar Belakang 3
1. Pengertian Etika 4
2. Kode Etik Akuntan Profesional 6
3. Etika dalam Pelaporan Korporat 7
4. Pengertian Tata Kelola 11
5. Prinsip Tata Kelola 13
6. Tanggung Jawab Dewan 16
7. Pengungkapan dan Transparansi 18
8. Evaluasi Mekanisme Tata Kelola 20
9. Contoh Penerapan Kode Etik dan Tata Kelola 21
10. Sumber 23

2
Latar Belakang

Etika merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari seseorang, tidak terkecuali
dalam dunia bisnis (Wati & Bambang Sudibyo, 2016). Kegiatan bisnis dan akuntansi memiliki hubungan yang erat dengan
etika. Hal ini dikarenakan kegiatan bisnis harus mengandalkan pengambilan keputusan yang dapat menguntungkan bagi
semua pihak dan tidak merugikan pihak lain. Oleh karena itu, kesadaran etika dalam berbisnis sangat diperlukan. Kegiatan
bisnis dan akuntansi memiliki hubungan yang erat dengan etika. Hal ini dikarenakan kegiatan bisnis harus mengandalkan
pengambilan keputusan yang dapat menguntungkan bagi semua pihak dan tidak merugikan pihak lain. Oleh karena itu,
kesadaran etika dalam berbisnis sangat diperlukan.
Sedangkan tata kelola perusahaan (Corporate Governance) menjadi salah satu isu yang semakin popular di
Indonesia. Banyak perusahaan telah menggunakan Corporate Governance sebagai rujukan dalam menjalankan
perusahaannya. Dalam dunia global seperti sekarang ini, dimana tingkat persaingan yang semakin ketat mengharuskan
perusahaan-perusahaan mengelola perusahaannya dengan professional.
Good Corporate Governance dan Etika Bisnis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
Good Corporate Governance lebih memfokuskan pada penciptaan nilai dan penambahan nilai bagi para pemegang saham,
sedangkan etika bisnis lebih menekankan pada pengaturan hubungan dengan para stakeholders.

3
1. Pengertian Etika
Pengertian Etika Ethics atau etika memiliki beragam definisi sebagai berikut :
• Wiley (1995) menyebutkan bahwa etika terkait dengan moral, kewajiban, tanggung jawab, dan keadilan sosial. Kata etika
itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu “ethikos” dan “ethos”, yang bermakna adat/kebiasaan atau
sesuatu yang lazim digunakan/dilakukan (Wiley, 1995).
• Christensen (1995) menggunakan definisi etika versi Will Durant, yaitu studi tentang perilaku yang ideal.
• Les Montja (2016) menyebutkan etika atau filosofi moral adalah sebuah prinsip filosofis kolektif yang mencakup konsep
definisi, argumen, serta rekomendasi tentang perilaku yang dianggap baik dan buruk.
Selain definisi yang beragam, isu terkait etika juga tidak selalu jelas dan mudah untuk dipahami. Oleh sebab itu lahirlah
beberapa teori etika yang menjelaskan apakah suatu perilaku atau keputusan telah dilakukan secara etis atau tidak.
Beberapa teori-teori tersebut adalah :
1. teori relativitas (relativism theory),
2. teori utilatarian (utilitarianism theory),
3. teori egoisme (egoism theory),
4. teori deontologi (deontology theory),
5. teori perintah Tuhan (the divine command theory), dan
6. teori etika kebajikan (virtue ethics theory) (Al-Aidaros, Shamsudin, dan Idris, 2013.

4
Teori-teori tersebut memiliki perspektif yang berbeda-beda sehingga suatu perilaku atau keputusan dapat dinilai etis oleh
satu teori namun dinilai tidak etis oleh teori lain.
1. Teori Relativitas memandang etis atau tidaknya suatu perilaku atau keputusan tergantung dari lingkungan atau lokasi
perilaku atau keputusan tersebut dilakukan.
2. Teori Utilatarian atau Aliran consequentialist, yaitu teori utilatarian dan teori egoisme, menilai benar atau salah dari
dampak yang ditimbulkan dari perilaku atau keputusan yang dilakukan/diambil. Menurut teori utilatarian,
perilaku/keputusan yang etis adalah perilaku/keputusan yang memberikan manfaat kepada lebih banyak pihak/orang.
3. Teori Egoisme yang justru menilai baik atau buruknya berdasarkan besarnya manfaat bagi pelaku/pengambil keputusan.
4. Teori Deontologi memandang adanya pernyataan universal tentang benar dan salah, teori deontologi tidak
memperhatikan dampak suatu perilaku/keputusan dalam menilai apakah perilaku/keputusan tersebut etis atau tidak
etis.
5. Teori Perintah Tuhan menilai etis atau tidaknya suatu tindakan berdasarkan kesesuaiannya dengan perintah Tuhan.
6. Teori Etika kebajikan juga berbeda dari teori-teori lain yaitu lebih fokus pada nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang
yang baik (pelaku), sedang teori-teori sebelumnya lebih fokus pada perilakunya. Teori etika membantu dalam
merencanakan dan mengambil keputusan atau melakukan tindakan, terutama jika dihadapkan pada
permasalahan/konflik/dilema etika. Dilema etika dapat disebabkan oleh perbedaan nilai yang diyakini seseorang dengan
keputusan yang harus diambilnya. Dilema etika juga dapat terjadi ketika pengambilan suatu keputusan memiliki dampak
yang saling bertolak belakang kepada beberapa pihak. Untuk memecahkan permasalahan/dilema etika diperlukan
sebuah kerangka/model pengambilan keputusan agar solusi/keputusan yang diambil konsisten.

5
2. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA
Kode etik adalah nilai-nilai yang disepakati dan dimodifikasi sebagai acuan perilaku baik atau buruk. Kode etik melekat pada ruang
lingkup yang diaturnya. Sebagai contoh, kode etik perusahaan adalah nilai-nilai yang disepakati oleh insan perusahaan dan dikodifikasi
menjadi acuan seluruh insan perusahaan dalam bersikap dan bertindak. Demikian halnya dengan kode etik profesi, yaitu merupakan
nilai-nilai yang disepakati dan menjadi acuan seluruh insan profesi dalam menjalankan profesinya. Akuntan sebagai suatu profesi juga
memiliki kode etik profesi.
Kode etik profesi akuntan secara internasional mengacu pada kode etik untuk akuntan profesional (Code of Ethics for Professional
Accountants) yang ditetapkan oleh Internationnal Ethics Standards Board for Accountants (IESBA) yang dibentuk oleh International
Federation of Accountants (IFAC).
Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bersama dengan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, dan Institut Akuntan
Manajemen Indonesia (IAMI) telah mengesahkan Kode Etik Akuntan Indonesia pada tanggal 18 November 2019 dan berlaku efektif 1
Juli 2020.
Kode Etik Akuntan Indonesia ini merupakan adopsi dari Handbook of the Code of Ethics for Professional Accountans 2018 Edition yang
dikeluarkan oleh IESBA-IFAC.
Sama seperti halnya kode etik yang diterbitkan IESBA-IFAC, Kode Etik Akuntan Profesional yang diterbitkan IAI terdiri dari :
Bagian 1 : Kepatuhan Terhadap Kode Etik
Bagian 2 : Akuntan yang Bekerja di Bisnis
Bagian 3 : Akuntan yang Berpraktik Melayani Publik
Bagian 4 : Independensi Dalam Perikatan Audit dan Perikatan Review
Bagian 5 : Independensi Dalam Perikatan Asurans Selain Perikatan Audit dan Perikatan Review
6
3. Etika dalam Pelaporan Korporat

Terdapat 3 prinsip dasar etika bagi Akuntan:


a. Mengindentifikasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
b. Mengevaluasi signifikansi ancaman
c. Menerapkan perlindungan yang tepat untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut sampai ke tingkat
yang dapat diterima

7
3a. Prinsip Dasar Etika

Kompetensi dan kehati-


Integritas Objektivitas
hatian profesional

Kerahasiaan Perilaku Profesional

8
3b. Signifikansi Ancaman

Ancaman Kepentingan Pribadi Ancaman Telaah Pribadi Ancaman Advokasi

Ancaman Kedekatan Ancaman Intimidasi

9
3c. Mitigasi Permasalahan Etika
Langkah awal yang perlu dilakukan oleh Akuntan menurut Kode Etik Akuntan Indonesia:
1. Akuntan professional harus menolak untuk, atau tetap dikaitkan dengan infomrasi yang dianggap menyesatkan jika
tidak mungkin mengurangi ancaman sampai ke tingkat yang dapat diterima
2. Akuntan segera mengambil langkah-langkah supaya tidak dikaitkan dengan informasi yang menyesatkan sesaat
menyadari bahwa ia terkait dengan informasi yang menyesatkan tersebut
3. Akuntan perlu mempertimbangkan untuk memeroleh nasihat hukum dan mengundurkan diri dalam menentukan ada
tidaknya persyaratan untuk melaporkan keadaan informasi menyesatkan kepada pihak di luar organisasi
Contoh perlindungan terkait ancaman kepetingan keuangan:
4. Kebijakan dan prosedur dari komite yang independent dari manajemen dalam menentukan tingkat atau bentuk
remunerasi manajemen senior
5. Mengungkapan semua kepetingan yang relevan dari setiap program pemberian atau perdagangan saham yang dimiliki
oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola organisasi, sesuai dengan kebijakan internal organisasi
6. Berkonsultasi, jika tepat dengan atasan di dalam organisasi
7. Berkonsultasi, jikat tepat, dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola organisasi atau dengan IAI
8. Prosedur audit internal dan eksternal

10
4. Pengertian Tata Kelola

International Finance Corporation (IFC, 2010) mendefinisikan:


“Tata kelola sebagai struktur dan proses untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD, 2015) mendefinisikan:


“Tata kelola melibatkan serangkaian hubungan antara manajemen, dewan, pemegang saham, dan pemangku kepenting lain
perusahaan

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/M-MBU/ 2002 tentang Penerapan Praktik GCG pada
BUMN mendefinisikan:

“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”

11
4a. Aspek-aspek Tata Kelola

1. Tata kelola merupakan system (struktur dan proses/mekanisme) pengelolaan (mengarahkan dan mengendalikan)
perusahaan
2. Struktur dan proses tersebut melibatkan manajemen (eksekutif), dewan pengawas, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya
3. Struktur dan proses tersebut berupaya mewujudkan keseimbangan kewenangan antar organ
4. Struktur dan proses tersebut tunduk terhadap peraturan perundang-undangan
5. Mewujudkan nilai bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan pemangku kepentingan lainnya

12
5. PRINSIP TATA KELOLA

TRANSPARANSI
AKUNTABILITAS
TANGGUNG JAWAB
INDEPENDENSI
KEWAJARAN & KESETARAAN

13
5a. TIGA PILAR UTAMA GCG

Tiga pilar utama menjadi acuan bagi semua perusahaan untuk menjalankan bisnis dengan baik:

NEGARA
(Undang-Undang DUNIA USAHA MASYARAKAT
& Penegak (Pelaku Pasar) (Kontrol Sosial)
Hukum)

14
5b. KERANGAKA KERJA IMPLEMENTASI GCG

15
6. TANGGUNG JAWAB DEWAN

Rangkuman berdasarkan UU Perseoran Terbatas No.40 tahun 2007;


1. Melakukan pengawasan segala pelaksanaan dan tanggung jawab direksi.
2. Memastikan bahwa Perusahaan telah melakukan praktik Good Corporate Governance.
3. Memberi nasihat atau arahan kepada direksi sesuai kepentingan dan tujuan Perusahaan.
4. Dewan komisaris bertugas untuk memeriksa dokumen perseroan.
5. Menyetujui atau tidak menyetujui Tindakan tertentu dari direksi.
6. Komisaris bertugas dalam melakukan pengesahan pada anggaran tahunan Perusahaan.
7. Komisaris pemilik tanggung jawab atas kinerja sebuah Perusahaan ke para pemilik saham.

16
Dalam hal terjadi Pailit berdasarkan UU No.40 tahun 2007 , yaitu:
1. Karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi
dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan
Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi.
2. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima)
tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
3. Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
apabila dapat membuktikan:
1. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
2. telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan;
3. tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang
mengakibatkan kepailitan; dan
4. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya kepailitan.

17
7. Pengungkapan dan Transparansi
• Mengharuskan informasi tersedia dan dapat langsung diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut.
• Prinsip ini terutama berguna bagi pihak pengguna informasi eksternal karena pihak eksternal mempunyai keterbatasan akses
informasi sebagaimana yang dimiliki pihak internal
• Aturan yang transparan akan mengurangi ketidakseimbangan informasi sehingga kemungkinan terjadinya Tindakan yang dapat
merugikan perusahaan dapat diperkecil. Pengungkapan yang transparan penting bagi pengawasan perusahaan dan pemegang
saham.
Pedoman Umum GCG Indonesia menjelaskan pedoman pokok pelaksanaan azas transparansi sebagai berikut:
1. Penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan, serta mudah diakses oleh
pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
2. Informasi yang harus diungkapkan, tetapi tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi
keuangan, susunan dan komposisi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko,
sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting
yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3. Prinsip keterbukaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

18
Terdapat 2 jenis pengungkapan, yaitu:
• Pengungkapan Wajib >> yang diwajibkan OJK dalam pengungkapan disclosure laporan keuangan (contoh : Peraturan BAPEPAM-
LK mengharuskan perusahaan public menyampaikan laporan keuangan tengah tahun dan akhir tahun, dan BEI juga mengatur
kewajiban perusahaan tercatat menyampaikan laporan keuangan interim.
• Pengungkapan Sukarela >> yang diungkapkan melebihi dari apa yang wajib diharuskan oleh regulator.

Menurut OECD (2004) pengungkapan harus termasuk, namun tidak terbatas pada informasi material terkait:
1. Kinjerja keuangan dan operasi perusahaan.
2. Tujuan Perusahaan
3. Kepemilikan dan hak suara utama
4. Kebijakan remunerasi untuk anggota dewan komisaris dan direksi dan informasi mengenai anggota dewan, termasuk
kualifikasinya , proses seleksi,jabatan direktur dan komisaris perusahaan yg lain dan apakah mereka independent.
5. Transaksi pihak berelasi
6. Faktor risiko yang diketahui
7. Isu terkait karyawan dan pemangku kepentingan lain
8. Stuktur dan kebijakan tata Kelola, terutama kode / kebijakan tata Kelola yang ada dan proses implementasinya

19
8. Evaluasi Mekanisme Tata Kelola Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran ekonomi para pemegang saham. Nilai
perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, terutama kinerja keuangan. Persepsi pelaku pasar saham atas rasio-rasio keuangan
perusahaan menjadi salah satu penentu terpenting naik turunnya harga saham perusahaan. Harga saham ini menjadi komponen pokok dalam
penetapan nilai perusahaan, misalnya dalam rasio PBV (price per book value). Untuk itulah pentingnya keharmonisan dari para pemangku
kepentingan untuk secara bersama-sama meningkatkan nilai perusahaan dengan menjaga peranan dan fungsinya masing-masing.
Tata kelola mengandung unsur struktur dan mekanisme, struktur dan mekanisme dapat berubah karena ada perubahan pada proses bisnis
internal dan/atau perubahan pada faktor eternal organisasi. Struktur dan mekanisme juga sangat mungkin didesain secara bertahap sehingga
memerlukan perbaikan berkelanjutan, oleh sebab itu tata kelola perlu dievaluasi secara.
• Metode evaluasi mekanisme tata kelola tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara :
1. Evaluasi Dapat Dilakukan Oleh Perusahaan Sendiri
2. Evaluasi Menggunakan Pihak Independen.
3. Evaluasi Self-assessment Oleh Masing-masing Organ.
4. Evaluasi Dilakukan Oleh Organ Lain.
5. Evaluasi juga dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa metode.
• Instrumen Penilaian Praktik Tata Kelola Perusahaan terdiri dari: Review Dokumen, Checklist Self-assessment, Kuisioner, Observasi,
Wawancara, dll

20
9. Contoh Penerapan Kode Etik dan Tata Kelola

Menjalankan kode etik dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk
mencapai visi perusahaan. Contohnya adalah kode etik yang dijalankan oleh PT MRT Jakarta. Kode etik PT MRT Jakarta
merupakan pernyataan secara tertulis tentang nilai-nilai etika yang berlaku di lingkungan PT MRT Jakarta dan menjadi
kebijakan dan standar perilaku yang diwajibkan bagi seluruh insan PT MRT Jakarta. Perilaku yang ideal wajib dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai luhur yang diyakini jajaran PT MRT Jakarta sesuai dengan budaya Perusahaan dalam berbagai aktivitas,
yaitu:
1. Aktivitas Politik
2. Aset
3. Benturan Kepentingan
4. Minuman Keras, Narkoba, Rokok, dan Judi
5. Hadiah, Jamuan dan Donasi
6. Pernyataan Kepatuhan dan Pelanggaran
Link Detail : https://jakartamrt.co.id/id/tata-kelola-perusahaan

21
Dan PT MRT Jakarta menyadari bahwa praktik tata kelola perusahaan yang baik merupakan salah satu sumber penggerak
penting yang mendorong Perusahaan untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, dan membangun
kepercayaan dari para pemegang saham dan pemangku kepentingan. PT MRT Jakarta mengimplementasikan prinsip-prinsip
GCG dalam setiap aktivitas unit dan lini bisnis agar selalu tumbuh berkembang dalam menghadapi berbagai perubahan.
Prinsip-prinsip tersebut dikenal dengan sebutan TARIF (Transparency, Accountability, Responsibility, Independence, Fairness).
Selain kelima prinsip di atas, PT MRT Jakarta juga memperkuat penerapan GCG dengan berbagai pedoman atau kebijakan,
antara lain:
• Pedoman GCG (GCG Code).
• Panduan Dewan Komisaris dan Direksi (Board Manual).
• Kode Etik (Code of Conduct).
• Pedoman Pemeriksaan Intern.
• Panduan manajemen risiko.
• Pedoman Tata Kelola Teknologi Informasi.
• Kebijakan & Pedoman terkait lainnya.
Link Detail : https://jakartamrt.co.id/id/tata-kelola-perusahaan

22
10. Sumber

1. http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/pk_19/index.html#p=40
2. https://employers.glints.com/id-id/blog/5-prinsip-good-corporate-governance-gcg/
3. Modul CA Etika Profesi dan Tata Kelola Koorporat
4. https://www.kitalulus.com/bisnis/good-corporate-governance
5. https://www.hukumonline.com/klinik/a/tanggung-jawab-direksi-dan-dewan-komisaris-jika-perusahaan-
pailit-cl4898/
6. Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia
7. http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/pk_19/index.html#p=40
8. (PDF) 1 - KNKG Pedoman CG 2006-1.pdf | jean reaz - Academia.edu
9. https://jakartamrt.co.id/id/tata-kelola-perusahaan

23

Anda mungkin juga menyukai