Anda di halaman 1dari 13

AUDITING

PEMERIKSAAN PIUTANG USAHA DAN


PIUTANG LAINNYA

Dosen Pengampu : Amrina Yulfajar SE, MM

Disusun Oleh :

1. Dodik Setiawan (15310472)


2. Amir Syamsudin (15310230)
3. Satria Defa P. (15310494)
4. Basofi Sudirman (15310231)
5. Yosua Andriyan S (15310262)
6. Suci Aisiyah (15310371)
7. Defi Nurhanita (15310369)
8. Novi Setyorini (15310496)
9. Nurul Hidayah (15310232)
10.Greis Sandy S. (15310237)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA SURABAYA


TAHUN 2017
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Pemeriksaan Piutang Usaha Dan Piutang Lainnya tepat sesuai waktu
yang ditentukan.

Dengan selesainya tugas ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Akhirnya perlu juga dikatakan bahwa tugas ini bukanlah merupakan sesuatu
yang sempurna, mengingat kami hanyalah manusia biasa yang sangat jauh dari
kesempunaan.

Sejalan dengan keterbatasan yang kami miliki tersebut, maka tugas ini
masih sangat terbuka terhadap kritik maupun saran yang bertujuan agar lebih
menyempurnakan makalah ini. Semoga dengan selesainya tugas ini akan
memeberikan manfaat sebagaimana yang diharapakan.

1
10.1 SIFAT DAN CONTOH PIUTANG

Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya, dalam


dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.
Piutang Usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa
secara kredit.
Piutang Lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha
normal perusahaan. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam
waktu satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai piutang lancar.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain :
o Piutang usaha.
o Wesel tagih.
o Piutang pegawai.
o Piutang bunga.
o Uang muka.
o Uang jaminan (Refundable deposit).
o Piutang lain-lain.
o Allowancce for bad debts (penyisihan piutang yang tak tertagih).
Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan
tersendiri (tidak digabungkan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya berbeda.
Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang
tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan
penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.

10.2 TUJUAN PEMERIKASAAN (AUDIT OBJECTIVES) PIUTANG

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) contoh


yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keontetikan) dari pada
piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya
perkiraan allowancce for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih).
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable).
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/SAK TETAP.

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan

1. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas piutang dan
transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif maka
luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test bisa dipersempit.

Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan kas adalah :

2
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan,
mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan
kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.
b. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjualan), delivery
order (surat pengiriman barang), credit memo, official receipt (kwitansi).
c. Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list atau
setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
d. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable
subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate
(dimutakhirkan).
e. Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang).
f. Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan dibandingkan
(direconcile) dengan jumlah sado piutang menurut buku besar.
g. Setiap akhir bulan dikirim monthly statement of account kepada masaing-masing
pelanggan.
h. Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah
seutuhnya (infact) paling lambat keesokkan harinya.
i. Mutasi kredit diperkirakan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari
retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang.
j. Setiap pinjaman yang diberikan pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan
afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung oleh
bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak.

2. Untuk memeriksa validity dan authenticity dari piutang.


Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh yang
mempunyai piutang.
Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik
seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai
bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan faktur penjualan.

3. Untuk memeriksa collectibility piutang dan cukup tidaknya allowance for bad debt.
Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang harus
disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Karena itu jumlah
yang diperkirakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang
cukup. Selain itu piutang yang sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan dengan
mendebit perkiraan penyisihan piutang (jika sebelumnya sudah pernah dibuat
penyisihan piutang) atau biaya penyisihan piutang (jika belum pernah dibuat
penyisihan piutang) dan mengkredit perkiraan piutang.
Auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debt karena :
o Jika allowance yang dibuat terlalu besar maka akibatnya piutang disajikan terlalu
kecil (understated) dan biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated) dan
laba rugi terlalu kecil (understated).
o Jika allowance yang dibuat terlalu kecil maka akibatnya piutang yang disajikan
overstated, biaya penyisihan piutang understated dan laba rugi overstated.

3
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang timbul dari pendiskontoan
wesel tagih.
Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal
jatuh temponya, maka pada tanggal neraca harus diungkapkan adanya contingent
liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut. Karena jika pada
tanggal jatuh tempo si penarik wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank,
maka perusahaan, yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang harus melunasi
wesel berikut bunganya ke bank.

5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di Neraca sesuai dengan standar


akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan :
o Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah
dengan identifikasi yang jelas.
o Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran
jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada
neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran
jumlah yang tidak dapat ditagih.
o Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam
kelompok kewajiban.
o Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
o Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai
perjanjian untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable/notes receivable
discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan
secukupnya.

Menurut SAK ETAP (lAl,2009:124,129):

Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi kerugian
yang tak dapat ditagih. Penurunan nilai ditentukan dengan memperhatikan antara lain
pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada
arus kas, kemampuan membayar debitor, dan agunan yang dikuasai.
Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual melebihi jumlah tercatat aset,
maka estimasi harus menaikkan jumlah tercatat aset tersebut ke nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual, tergantung dengan pembatasan yang dijelaskan dalam paragraph berikut.
Kenaikan tersebut adalah pemulihan kerugian penurunan nilai.
Kenaikan jumlah tercatat asset yang dapat diatribusikan pada pemulihan kerugian
penurunan nilai asset tidak boleh melebihi jumlah tercatat yang telah ditentukan (nilaibersih
dari amortisasi atau penyusutan) tanpa kerugian penurunan nilai yang diakui pada periode
lalu.
Selain itu penulis berpendapat bahwa piutang pegawai, piutang direksi, pemegang
saham, piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri dan dijelaskan apakah
dikenakan bunga atau tidak.

4
10.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN (AUDIT PROCEDURES) PIUTANG USAHA YANG DISARANKAN

1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan kas.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang per tanggal (neraca)
3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa
subsequent collectionsnya.
Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang muka dan lain-
lain, per tanggal laporan posisi keunagan (neraca).
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
a. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat
konfirmasi.
b. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
c. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun disurat konfirmasi.
d. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
7. Pemeriksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan
kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode
yang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil.
10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang jual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum dikirim cari tau alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan
dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang dineraca dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

5
Penjeasan Prosedur Audit :

1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan kas
Proses memahami dan mengevaluasi internal control merupakan bagian yang sangat
penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan . karena hasil dari evaluasi internal
control atas piutang berupa kesimpulan apakah internal control atas piutang dan
transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif atau tidak.
Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control berjlan efektif, berarti luasnya
pengajuan atas kewajaran saldo piutang pertanggal laporan posisi keuangan (neraca)
Dan saldo penjualan untuk periode yang di periksa bias di persempit . jika internal
control baik atau berjalan efektif, berarti kemungkinan terjadinya kesalahan adalah
kecil dan jika kesalahan akan bias segera ditemukan oleh pihak perusahaan.
Untuk mempelajari internal control yang yang terdapat di perusahaan, auditer bias
melakukan Tanya jawab dengan menggunakan internal control , questionnaires.
Kemudian hasil Tanya jawab di gambarkan lebih lanjut dalam flow ehart dan (jika
dianggap perlu) dalam bentuk cerita (narrative). Berdasarkan jawaban ICQ, flow shart
dan penjelasan narrative (jika ada). Auditor bisa mengevaluasi internal control yang
ada secara teoritis dan menarik kesimpulan sementara apakah internal control
perusahaan baik, sedang atau lemah. Jika d simpulkan sementara bahwa internal
control baik atau sedang auditor harus melakukan compliance test atau last of
recorded transactions, untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif
atau tidak.
Yang diambil sebagai sampel biasanya sales invoice atau delivery order.

Jika di simpulkan sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu
melakukan compliance test, tetapi langsung melakukan substantive test yang
diperluas. Karena jikaauditor tetap melakukan compliance test, kesimpulan akhir pasti
menyatakan bahwa internal control lemah. Setelah melakukan compliance test
auditor auditor harus menarik kesimpulan apakah internal control baik /, sedangkan
atau lemah. Setelah itu baru auditor melakukan substantive test.
Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk
substantive test, begitu juga kertas kerja pemeriksaanya. Contoh internal control
questionnaires untuk penjualan dan piutang bisa dilihat di exhibit 10-1.

Hasil Tanya jawab dengan klien mengenai prosedur penjualan dan piutang usaha,
didokumentasikan oleh auditor dalam bentuk narrative yang contohnya bisa dilihat
berikut ini, dan flow chart yang bisa dilihat di exhibit 10-2.

Garis besar system dan prosedur penjualan dan pencatatan piutang usaha pada PT.
Reniku :
1. Pesana dari pelanggan ( purchase order) didapat melalui penjual / salesmen serta
melalui facsimile yang masuk.
2. Berdasarkan order pembelian tersebut. Manajer penjualan membuat sales contract (
SC ) rangkap 2 (dua) bernomor urut tercetak yang ditrisbusikan sebagai berikut :
Lembar ke-1 untuk pelanggan
Lembar ke-2 untuk arsip

6
Setelah sc disetujui oleh pelanggan maka lembar ke-2 dikirim ke bagian administrasi
penjualan.
3. Berdasarkan SC tersebut, dibuat surat instruksi pengiriman (SIP) rangkap 4 (empat),
bernomor urut tercetakyang akan ditrisbusikan sebagai berikut:
Lembar ke-1 untuk kepala gudang
Lembar ke-2 untuk manajer keuangan
Lembar ke-3 untuk manajer akuntansi
Lembar ke-4 untuk arsip.
4. Kemudian keempat surat instruksi pengiriman tersebut dimintakan persetujuan dari
manajer penjualan.
5. Kepala gudang menerima SIP lembar ke-1yang telah disetujui, kemudian membuat
surat jalan SJ rangkap 4 (empat), bernomor urut tercetak, yang ditrisbusikan sebagai
berikut :
Lembar ke-1 untuk pelanggan .
Lembar ke-2 untuk manajer keuangan.
Lembar ke-3 untuk manajer akuntansi.
Lembar ke-4 untuk arsip
6. Berdasarkan SIP lembar ke-1 dan Sj tersebut petugas gudang mengeluarkan barang
dan kepala gudang mencatat pada kartu gudang.
7. Petugas pengiriman lalu mengirimkan barang beserta keempat lembar surat jualanya.
8. Petugas pengiriman membawa kembali lembar ke-2, 3 dan 4 surat jalan yang telah
dicap dan di tanda tangani pembeli.
9. Lembar ke-3 diserahkan kebagian akuntansi untuk nantinya dicocokkan dengan faktur
dan berdasarkan SJ ke-3 dan SIP ke-3 dicatat dalam kartu persediaan, kartu piutang
dan buku penjualan sedangkan lembar ke-2 bersama-sama dengan faktur akan dikirim
ke pembeli untuk penagihan.
10. Berdasrkan lembar ke-3 surat jalan yang kembali, bagian administrasi keuangan
membuat faktur penagihan dalam rngkat 3 (tiga), bernomor urut tercetak yang di
distribusikan sebagai berikut :
Lembar ke-1 untuk pelanggan
Lembar ke-2 untuk manajer akuntansi
Lembar ke-3 untuk arsip.

Semua formulir yang digunakan dalam prosedur penjualandan piutang usaha PT. Reniku
sebelumnya telah diberi nomor urut tercetak. Nomor urut itu sendiri digunakan untuk
mengawasi pemakain formulir. Penggunaan nomor urut tercetak pada pada surat kontrak,
surat instruksi pengiriman, surat jalan dan faktur penjualan merupakanelemen pengawasan
terhadap transaksi yang bersangkutan dengan formulir tersebut. Berdasarkan penjelasan
narrative, flow chart dan jawaban internal control questionnaires atas system dan prosedur
penjualan, piutang usaha dan penerimaan kas pada PT. Reniku, bisa ditarik kesimpulan
sementara bahwa pengendalian intern atas penjualan, piutang usaha dan penerimaan kas
cukup baik dan tidak diindentifikasikan suatu resiko kesalahan yang material. Langkah
berikutnya, auditor harus melakukan complaince test ( pengujian ketaatan ), namun
sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaatan sebagai berikut ;
1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penerimaan order dari pembeli,
pengiriman barang, pembuatan faktur, pencatatan piutang usaha dan penagihan
piutang.

7
2. Ambil sampel surat jalan ( Delivery Order )
a. Periksa apakah surat jalan bernomor urut tercetak.
b. Periksa apakah surat jalan tersebut sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang
berwenang dan telah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa
pelanggan telah menerima barang yang telah dikirimkan.
3. Ambil sampel faktur penjualan ( Sales Invoice )
a. Periksa apakah faktur pernomor urut tercetak.
b. Periksa kelengkapan dokumen pendukungnya ( Sales Order, Delivery Order )
dan bandingkan apakah jumlah dalam faktur penjualan sesuai dengan jumlah
dokumen pendukung.
c. Periksa perhitungan matematis dari faktur penjualan sesuai dengan dokumen
pendukung.
d. Periksa apakah harga jual, syarat penjualan dan potongan yang tercantum
dalam faktur penjualan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
e. Periksa apakah penjualan kredit yang terjadi telah diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
f. Telusuri pencatatan faktur penjualan kedalam buku penjualan dan kartu
piutang.

Contoh kertas kerja pemiraksaan untuk pengujian transaksi penjualan dan pencatatan
piutang bisa dilihat di exhibit 10-3.
Dari pengujian ketaatan yang dilakukan atas transaksi penjualan dan pencatatan
piutang, disimpulkan bahwa pengendalian intern atas transaksi penjualan dan piutang
berjalan efektif.

2&3. Buat Top dan Suporting Schedule piutang usaha per tanggal (neraca).
Untuk menghemat waktu pemeriksaan, auditor harus meminta rincian-rincian dari
piutang usaha, piutang pegawai daan wesel tagih, uang muika, piutang bunga, piutang
afiliai, piutang direksi, piutang pemegang saham dari piutang lain-lain, rincian-rincian
yang berasal dari klien dicantumkan tanggal terimannya dan tuliskan PBC (Prepared by
Client).
Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa kewajaran laporan kuangan,
bukan menyiapkan rincian-rincian laporran atau menyusun keuangan, karena laporan
keuangan merupakan tanggung jawab managemen.
Analisis piutang umur piutang usaha (aging schedule piutang), seperti yang terlihat di
e xhibiton 10-5 harus menunjukan: nama pelanggan, saldo piutang, umur
piutang usaha (belum jatuh tempo 0-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-10 hari) dan
kalau bisa penagihan sesuah tanggal neeraca (subsequent coletion). Perlu dijelaskan
pada klien bahwa yang dicabtumkan di kolom subsequent colection haruslah
penagihan dari piutang usaha per tanggal neraca jangan tercampur dengan
penagiihan dari piutang usaha yang beraal dari penjualan setelah tanggal neraca.
Untuk rincian piutang pegawai, piutang dirreksi, piutang pemgang saham harus
dijlaskan apakah dikenakan bunga atau tidak dan bagaimana pembayaran kembalinya.
Contoh Suporting schdule piutang direksi bisa dilihat dari exhibiton 10-9.
4. Periksa mathematical accuracynya dan chek individual balance ke sub ledger atau
totalnya ke general ledge. Auditor harus mengcheck penjumlahan (Footing dan
Crossfooting) dan rincian-rincian yang diberikan klien dan saldo masing-masing

8
pelanggan atau pegawai yang harus dicocokan dengan saldo menurut Sub ledger
piutang usaha lalu total dari masing-masing rincian dicocokan engan saldo general
ledgernya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan kealahan penjumlahan,
beritahu kepada klien dan minta untuk memperbaikinya. Bukan tugas austorr untuk
memperbaiki rincian tersebut.
5. test chek umur piutang dari beberapa customer ke subledgger piutang usaha dan
sales invoice. Pengecekan umur piutang meerupakan prosedur audit yang penting
karena akan mempengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang usaha tak
tertagih. Prinsipnya adalah semakin tua umur piutang usaha, semakin besar
kemungkinan piutang usaha tak tertagih. Karena itu auditor harus yakin tidak terjadi
pergeseran umur piutang usaha. Pengecekan piutang usaha dilakukan dengan
memeriksa subledgger piutang dan faktur penjualan: perhatikan apakah tanggal
faktur dicatat dengan benar di subledgger dan apakah umur piutang sesuai dengan
jangka waktu antara tanggal faktur dengan tanggal neraca.
Selain itu harus diperhatikan jangka waktu kredit (Term of credit) yang diberikan
perusahaan kepada para pelanggan yang biasanya dicantumkan di maing-masing
invoice. Untuk pelanggan
6. krimkan konfirmasi piutang usaha
a. Konfirmasi piutangg usaha addalah surat yang ditanda tangani klien,
ditunjukan ke pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai
saldo utang pelanggan terseebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal
neraca)
Pelanggan diminta menandatangani surrat tersebut dan mengembalikan
langsung ke KAP dengan menggunakan amplop yang sudah dibumbuhi
perangko dan mencantumkan alamat KAP. Surat konfirmasi terseebut harus
dikirim oleh KAP, untuk mencegah jangan sampai surat tersebut lupa atau
tidak dikirim oleh klien.
Surat konfirmasi terdiri dari 2 bagian
Bagain atas yang merupakan surat pengantar
Bagian bawah yang akan langsung dikembalikan ke KAP setelah ditanda
tangani oleh pelanggan. Jika setelah 1 bulan konfirmasi positif masih
belum dijawab, auditor harus mengirim surak konfirmasi yang kedua. Dan
jawaban konfirmasi piutang usaha kadang-kadang auditor bisa
menemukan adanya lapping.
b. Dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi piutang usaha
harus dijelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan.
Pemilihan bisa menggunakan pemilihan statistical sampling atau
random/judge sampling,
Misalnya : pilih pelanggan dengan saldo Rp 10.000.000 ditambah dengan 5
pelanggan pelanggan dengan saldo < Rp 10.000.000.
Surat konfirmasi piutang usaha harus diberi nomor dan nomor nomor tersebut
dicantumkan juga di kertas kerja, sehinga pada wwaktu jawaban konfirmasi
diterima kembali (hanya bagian bawahnya) bisa diketahui untuk klien yang
mana dan untuk perkiraan apa. Misalnya : ART-007/REN berarti PT RENIKU,
konfirmasi piutang usaha (account receiveable trade), Pelanggan PT ramona
(No.07).

9
c. Ada 2 jenis konfirmasi piutang yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif,
pada konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik
saldonya cocok maupun tidak, pada konfirmasi negatif, pelanggan diminta
untuk memberikan jawaban hanya jika saldo tiak cocok, sehingga jika
pelanggan tidak menjawab akan dianggap saldo cocok.
Konfirmasi positif digunakan dalam keadaan :
o Saldo piutang per pelanggan relatif besar
o Jumlah pelanggan sedikit
o Pengendalian intern piutang (agak) lemah
Konfirmasi negatif digunakan dalam keadaan :
o Saldo piutang per pelanggan relatif kecil
o Jumlah pelanggan (cukup) banyak
o Pengendalian intern piutang (cukup) kuat
Contoh konfirmasi positif di exhibit 10-7 dan 10-8
d. Jawaban konfirmasi bisa digolongkan dalam beberapa bentuk :
o Confirmed Balance (CB) berarti saldo menurut pelanggan cocok
dengan surat konfirmasi\
o Reporting deference (RD) berarti saldo menurut pelanggan berbeda
dengan surat konfirmasi. Jika saldonya berbeda, auditor harus
memberitahukan klien dan meminta mereka untuk mencaritahu alasan
perbedaannya. Perbedaan tersebut mungkin bisa direkonsiliasi
sehingga bisa diketahu saldo mana yang benar, mungkin juga tidak
dapat di rekonsiliasi
o Dikembalikan oleh kantor pos (returned by pos office-RPO)
o Tidak ada jawaban (no reply-NR)
e. Buat ikhtisar (Summary) dari jawaban hasil konfirmasi piutang.
Tujuanya untuk mengetahui berapa banyak konfirmasi jang dijawab dengan
saldo sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi auditor
terhadap kewajaran saldo piutang.
Contoh ikhtisar hasil konfirmasi piutang bisa dilihat dari exhibit 10-6.
7. periksa subquent collections.
Caranya : periksa buku penerimaan kas/bank bulan januari sampai dengan mendekati
tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan. Catat nomor bukti penerimaan kas/bank
dan jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit di periode
yang diaudit (saldo piutang per tanggal neraca ). Kemudian periksa kelengkapan bukti
penerimaan kas/bank tersebut beserta otorisasinya.
8. periksa apakah ada pendiskontoan wesel tagih.
Caranya :
o Tanyakan kepada klien apakah ada pendiskontoan wesel tagih, jika ada periksa
pencatatan pendiskontoan tersebut.
o Periksa buku besar wesel tagih, jika ada pengkreditan di perkiraan wesel tagih, periksa
bukti pendukungnya untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel tagih
yang jatuh tempo atau pendiskontoan wesel tagih.
o Lihat konfirmasi jawaban bank, apakah ada penjelasan mengenai pendiskontoan
wesel tagih.
Contoh : transaksi pendiskontoan wesel tagih :

10
PT A menerima wesel ari PT B untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan
kredit ke PT B. Sebelum wesel tagih jatuh tempo, PT A mendiskontokan wesel
tersebut ke bank XYZ karena PT A membutuhkan dana. Pada tanggal jatuh tempo
wesel PT B harus melunasi wesel tersebut beserta bunganya kepada bank XYZ jika PT
B tidak sanggup melunasinya, maka PT A yang harus melunasinya kepada bank XYZ
lalu PT A akan mencatat adanya piutang ke PT B sebesar nominal wesel ditambah
bunga wesel an protes fee, jika tanggal jatuh tempo wesel sesudah tanggal neraca
(misalkan, 15 april 2011) maka per tanggal 31 desember 2010, PT A harus melaporkan
adanya contigment liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih, direcanya.
9. periksa dasar penentuan allowance for bad dan cukup tidaknya allowance tersebut.
Cukup dalam arti tiak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, karena jika allowance terlalu
besar berarti laba perusahaan terlalu kecil (understated), jika allowance terlalu kecil
berarti laba perusahaan akan overstated.
Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance yang digunakan
klien.
Apakah berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kredit
Apakah berdasarkan analisis umur piutang usaha, apakah berdasarkan persentase
tertentu dari saldo piutang, apakah dasar penentuan allowance dan perhitungan klien
sudah masuk akal (resonable) dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.
10. Test sales cut-off
Pemeriksaan cut-off penjualan sangat penting, untuk meyakinkan auditor bahwa
Penjualan sudah dicatat pada periode terjadinya, untuk kepentingan proper matching
Cost against revenue, dan tidak ada pergeseran waktu pencatatan. Makudnya jangan
sampai ada pnjualan tahun 2010 yang dicatat sebagai penjuaalan tahun 2011, atau
penjualan 2011 dicatat sebagai penjualan 2010 (Window dressing).
Kaddang-kadang untuk memprbesar penjualan supaya target penjualan
kelihatannya tercapai ddan laba klihatanya besar, klien sengaja mencatat
penjualan tahun 2011 sebagai pnjualan tahun 2010 dan sales commitmen yang
ditandatangani 2010 dan baru akan dirrealisir di 2010, dicatat sebagai penjualan
2010.
Bisa juga pada minggu-minggu terakhir tahun 2010 dibuat faktur penjualan fiktif yang
akan direverse diawal tahun 2011, untuk bisa melaporkan penjualan 2010 lebih besar
dari jumlah yang sebenarnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan salah satu
jaminan dari kredit yang diperoleh perusahaan dari bank, kalau hal tersebut terjadi,
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial
statements). Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi bank. Bias
dilihat seandainya perusahaan mendapat kredit dari bank dan bentuk jaminannya.
12. Periksa apakah penyajian piutang sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAK/ETAP/IFRS), dalam hal ini :
Piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan afaliasi harus
di laporkan tersendiri, terpisah dari piutang usaha/
Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan, dikurangi penyisihan untuk piutang
yang tidak ditaguh.
Contoh penyajian piutnag usaha dilaporkan adalah sebagai berikut :

11
Di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) piutang usaha disajikan sebagai asset lancer (jika
jatuh tempohnya 1 tahun) atau asset lain-lain (jika jatuh tempoh > 1 tahun)

ASET LANCAR
Kas dan setara kas
Piutang Usaha
Piutang Lain-Lain
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Piutang Direksi
Piutang Pemegang Saham
Piutang Perusahaan Afiliasi
Di Laba Rugi (komprehensif) Piutang tak tertagih disajikan sebagau bad debt expense (bagian
dari biaya umum dan administrasi).

Di catatan atas laporan keuangan

Kebijakan Akuntansi :
Perusahaan menggunakan Allowance method dalam mencatat piutang usaha yang
diperkirakan tidak bias ditagih, yang jumlahnya didasarkan pada persentase terntentu dari
saldo piutang per tanggal laporan keuangan (neraca).
Piutang usaha dalam valuta asing per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
dikonverensikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank Indonesia pada
tanggal laporan posisi keuangan (neraca), Selisih kurs yang terjadi dibebankan/dokreditkan
pada laba rugi tahun berjalan.

Penjelasan atas pos laporan posisi keuangan (neraca) :


Piutang Usaha
Saldo piutang usaha per 31 desember 2011 dan 2010 terdiri atas :

31-12-2011 31-12-2010
Piutang Penjualan Export Rp 250,000,000 Rp 125,000,000
Piutang Penjualan Lokal Rp 50,000,000 Rp 75,000,000

Jumlah Piutang Rp 300,000,000 Rp 200,000,000


-/- Penyisihan Piutang Tak
Tertagih Rp 15,000,000 Rp 20,000,000
Rp 265,000,000 Rp 180,000,000
Biaya Penyisihan piutang tak tertaguh untuk tahun 2011 dan 2010, masing-masing sebesar Rp
15.000.000 dan Rp. 20.000.000.

Rincian Piutang penjualan export dan lokal, masing-masing bias dilihat di lampiran 2 dan 3
laporan audit kami

12

Anda mungkin juga menyukai