Anda di halaman 1dari 10

Kajian terhadap Kebijakan Kemasan Polos Rokok di Australia Merugikan

Perusahaan Tembakau

Disusun oleh :
Ria Yohana
11010111130352

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO


2014
I. Kasus Posisi
- Bahwa Pemerintah Australia mengeluarkan aturan the Tobacco Plain Packaging Act
yang disahkan pada tahun 2011 dan akan dilaksanakan pada bulan Desember 2012.
- Bahwa didalam aturan disebutkan, untuk seluruh produk tembakau harus dibungkus
dalam kemasan polos berwarna hijau yang menampilakan satu jenis huruf dan
kemasan juga harus menampilkan gambar grafis dari seorang perokok yang
menderita penyakit parah akibat merokok.
- Bahwa semua produk rokok dan produk tembakau yang diproduksi sejak Oktober
2012 dan dipasarkan 1 Desember 2012 wajib mengikuti aturan kemasan seperti yang
telah disebutkan diatas.
- Bahwa Australia adalah negara pertama di dunia yang memberlakukan aturan ini.
- Bahwa akibat kebijakan baru Pemerintah Australia tersebut, Ukraina, Honduras,
Republik Dominika, Kuba, dan terakhir Indonesia selaku negara pengimpor rokok
Australia, telah mengajukan gugatan terhadap Australia ke WTO.
- Kelima negara tersebut mengklaim bahwa Australia telah melanggar peraturan
perdagangan internasional dan tidak menghargai hak kekayaan intelektual.
- Data Kementrian Perindustrian : kinerja ekspor tembakau dan rokok pada tahun
2009 menyentuh angka 52.515 ton, pada tahun 2012 mencapai 37.110 ton. Terdapat
penurunan hingga 15.405 ton.
- Kebijakan Australia dinilai mengancam produk tembakau dari Indonesia, karena
penerapan kebijakan akan menyebabkan daya saing menurun.
- Indonesia merupakan produsen kretek terbesar di dunia, peringkat ke dua terbesar
seteleh Uni Eropa.1
- Kemenperin : bahwa 90% dana APBN berasal dari cukai rokok.
- Bahwa Ketua AMTI (Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia), Soedaryanto
menyatakan kebijakan pemerintah Australia terkait kemasan polos rokok akan
berdampak negatif di Indonesia, karena dapa mengancam industri tembakau
nasional.
- Kebijakan Pemerintah Australia ini dianggap sebagai salah satu bentuk untuk
menaikkan produk rokok lokal yang cenderung rendah dan dapat menyuburkan
produsen2 rokok ilegal karena kemasan polos tadi, akibatnya perusahaan rokok legal
dapat menurun penjualannya.

1
Finance.detik.com/read, tanggal 6/5/2014.
- Bahwa Australia menerapkan kebijakan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan
masyarakatnya.

II. Penelusuran Bahan Hukum

Peraturan mengenai perdagangan internasional sudah diatur dalam GATT


(General Agreement on Tariffs and Trade). Persetujuan ini lahir pada tahun 1947 yang
didukung oleh 23 negara termasuk Amerika Serikat. GATT bukanlah suatu oganisasi
melainkan hanya sebuah persetujuan saja sedangkan implementasinya dikontrol oleh
Interim Commission for the International Trade Organization (ICITO) yang berada di
Jenewa.2

Mengingat pentingnya organisasi dunia yang khusus dan independen menangani


perdagangan internasional, maka pada perkembangannya dunia Internasional tidak
hanya memiliki aturan mengenai perdagangan barang dan jasa saja tetapi cakupannya
lebih luas lagi. Dalam Putaran Uruguay, terbentuklah organisasi internasional yang
akan mengatur mengenai perdagangan internasional, yang disebut WTO (World Trade
Agreement). Sesungguhnya WTO terbentuk karena kepentingan negara-negara barat
yang identik dengan pahan liberalismenya. Negara-negara yang anti globalisasi merasa
terancam dengan keberadaan WTO ini, karena tentunya banyak kepentingan barat yang
akan mendominasi di balik berdirinya WTO. Namum dibalik itu semua tentu ada hal
baik yang tercipta dari adanya WTO, berbagai peraturan di dunia perdagangan
internasional telah dibuat, diantanya ada3 :

Annex 1
Annex 1 A : Multilateral Trade Agreements on Trade in Goods
General Agreement on Tariffs and Trade 1994
Agreement on Agriculture
Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measure
Agreement on Textiles and Clothing
Agreement on Technical Barrier to Trade
Agreement on Trade Related Investment Measures
Agreement on Implementation Of Article VI of the GATT 1994

2
Dr. FX. Joko Priyono, SH, M.Hum, HUKUM PERDAGANGAN BARANG DALAM GATT/WTO, hlm 3.
3
Ibid, hlm 5-6
Agreement on Implementation of Article VII of the GATT 1994
Agreement on Preshipment Inspections
Agreement on Rules of Origin
Agreement on Import Licensing Procedures
Agreement on Subsidies and Coutervailing Measures
Agreement on Safeguards
Annex 1 B : General Agreement on Trade in Services
Annex 1 C : General Agreement on Trade-Related Aspects of Intelectual Property Rights
Annex 2 : Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Disputes
Annex 3 : Trade Policy Review Mechanism
Annex 4 : Plurilateral Agreements :
Agreement on Civil Aircraft
Agreement on Government Procurement

Selain peraturan-peraturan yang disebutkan diatas, dalam pelaksanaan perdagangan


internasional, WTO juga mempunyai prinsip-prinsip yang harus ditaati oleh para anggotanya,
yaitu :

1. Prinsip Most Favoured Nation (Non-Diskriminasi)


Prinsip MFN adalah prinsip dimana tidak ada perilaku diskriminasi diantara produk
impor (negara pengekspor 1 dengan negara pengekspor lainnya). Prinsip ini diatur
dalam Artikel 1 ayat 1 GATT.
2. Prinsip National Treatment
Prinsip ini adalah melarang negara importir melakukan diskrimimasi terhadap produk
import dengan produk lokal (ada perlakuan tidak adil antara produk dalam negeri
dengan produk luar negeri).
3. Prinsip perlindungan melalui tarif (Protection Through Tariff)
Perlindungan melalui tarif adalah diijinkan, karena tarif dinilai rasionaldan dapat
diprediksi. Biasanya perlidungan melalui tarif ditandai dengan adanya kenaikan harga
barang.
4. Prinsip Resiprositas (timbal balik)
Bahwa harus ada perlakuan timbal balik diantara mitra dagannya. Misalnya, ada
perlakuan dari mitra dagang yang mengancam produk lokal (untuk barag yang
sejenis), maka negara itu dapat melakukan tindakan safeguard untuk mengamankan
produk lokalnya.
5. Prinsip perlakuan khusus dan berbeda bagi negara berkembang
Prinsip ini adalah keuntungan bagi negara berkembang, dimana negara maju
memberikan kemudahan kepada negara berkembang agar produknya dapat bersaing,
misalnya dengan membebaskan tarif bea impor. Namun produk tersebut harus
memenuhi ketentuan yang diatur oleh negara maju, yang dapat berbeda-beda dengan
negara maju lainnya.

Negara penggugat dan tergugat adalah negara anggota WTO, oleh karena itu mereka
wajib menaati setiap peraturan yang dibuat WTO dengan itikad baik (asas pacta xunt
servanda). Sifat mengikat perjanjian kepada para pihak berarti negara-negara pihak
perjanjian mempunyai kewajiban untuk menaati, menghormati, dan melaksanakan perjanjian
melalui organ-organ negaranya.4 Apabila ada sengketa maka dapat diselesaikan melalui
badan penyelesaian sengketa (dispute settlement body). Pada tahun 1999, WTO mulai
menyusun framework FCTC (Frame Convention on Tobacco Control. FCTC adalah suatu
aturan pengendalian masalah tembakau yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum
bagi negara-negara yang meratifikasinya. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan,
hingga tahun 2013 ada 177 negara yang sudah meratifikasi FCTC, Australia salah satu
diantaranya, sedangkan Indonesia hingga saat ini belum meratifikasi FCTC. Adapun tujuan
FCTC adalah melindungi generasi sekarang dan yang akan datang dari kerusakan kesehatan,
sosial, lingkungan, dan konsekuensi ekonomi dari konsumsi tembakau. Ada 6 (enam) isu
yang dibahas dalam FCTC :

1. Pengendalian harga dan pajak


2. Pengaturan iklan, sponsor, dan promosi
3. Pemberian label bahaya rokok
4. Pengaturan udara bersih bebas rokok
5. Pengaturan dan pengungkapan isi rokok
6. Perdagangan ilegal

Dikarenakan Australia adalah negara yang sudah meratifkasi FCTC, maka berdasarkan
asas pacta sunt servanda, Australia wajib tunduk pada peraturan didalamnya dan dengan

4
Kholis Roisah, SH, M.Hum, HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL, hlm 102.
diratifikasinya FCTC berarti Australia juga setuju untuk mencapai tujuan dari dibentuknya
FCTC. Hal ini tentu membuat Indonesia yang belum meratifikasi FCTC merasa terusik
dengan kebijakan yang dikeluarkan Australia, mengingat selama ini Indonesia dan Australia
sudah terjalin hubungan diplomatik yang baik.

III. Analisa Hukum


Permasalahan akan dianalisa dengan melihat fakta hukum dan aturan hukum yang telah
dikemukakan diatas.
Sesuai kasus posisi, negara penggugat salah satunya Indonesia telah menggugat
Australia dengan gugatan bahwa Australia telah melanggar peraturan perdagangan
internasional dan tidak menghargai hak kekayaan intelektual.
Pihak Indonesia (penggugat), mengajukan gugatas dengan dasar hukum :
- Artikel 1 C pasal 8
2. Sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan dalam persetujuan ini, langkah-
langkah yang sesuai perlu disediakan untuk mencegah penyalahgunaan HAKI
atau praktek-praktek yang secara tidak wajar menghambat perdagangan atau
proses alih teknologi secara internasional
- Artikel 1 C pasal 13
Dalam hal-hal tertentu, Anggota dapat menentukan pembatasan atau
pengecualian terhadap hak ekslusif yang diberikan sepanjang tidak bertentangan
dengan tata cara eksploitasi dari karya yang bersangkutan secara normal dan tidak
mengurangi kepentingan sah dari pemegang hak secara tidak wajar.
- Artikel 1 C pasal 15
1. Setiap lambang, atau kombinasi dari beberapa lambang, yang mampu
membedakan barang atau jasa suatu usaha dari usaha lain, dapat menjadi merek
dagang. Lambang-lambang dimaksud, terutama yang berupa rangkaian kata-kata
dari nama pribadi, huruf, angka, unsur figur dan kombinasi dari beberapa warna
dapat didaftarkan sebagai merek dagang. Dalam hal suatu lambang tidak dapat
membedakan secara jelas beberapa barang atau jasa satu sama lain, Anggota
dapat menetapkan persyaratan bagi pendaftarannya pada sifat pembeda yang
diperoleh karena penggunaannya. Anggota dapat menetapkan persyaratan,
sebagai syarat pendaftaran suatu merek dagang, agar suatu lambang dapat
divisualisasikan.
Pemerintah Indonesia setuju dampak negatif rokok dan asap membahayakan kesehatan,
tetapi berbicara rokok, bukan hanya mengenai perokok aktif dan pengusaha rokok saja yang
merasakan keuntungannya, tetapi banyak masyarakat Indonesia yang bekerja pada
perusahaan rokok yang bukan menjadi perokok aktif yang mencari nafkah untuk keluarganya.
Selain itu, Indonesia merupakan salah satu penghasil tembakau terbesar didunia, dengan
adanya kebijakan tersebut tentu dapat mengancam industri rokok Indonesia, karena dengan
adanya penyeragaman kemasan tentu konsumen akan bingung untuk memilih produk rokok
mana yang biasanya dibeli.

Telah diketahui bahwa produksi rokok dari produsen lokal Australia dinilai rendah
dibanding negara importir, kebijakan Pemerintah Australia juga dapat dicurigai sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan industri rokok lokal, karena kemasan rokok harus didominasi
oleh gambar penyakit yang dapat diderita akibat merokok walaupun ada penulisan nama
merek dan varian, meskipun harus disajikan dalam bentuk khusus yang seragam untuk
ukuran tulisan, warna tulisan, dan tempat pencantuman.

Pihak Australia merasa kebijakan yang dikeluarkannya adalah benar dan tidak
menyalahi aturan internasional. Adapun dasar hukum yang dipakai oleh pemerintah Australia
adalah :
- Artikel XX (General Exception) : artikel ini menyangkut pembatasan-pembatasan
dalam kaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Melindungi moral publik
b. Melindungi kesehatan atau kehidupan manusia, hewan, dan tanaman
c. Perdagangan emas dan perak
d. Perlindungan paten, merek, hak cipta, dan pencegahan praktek-praktek yang
menyesatkan
e. Produk buruh tahanan
f. Perlindungan kekayaan nasional dengan nilai seni, sejarah, atau nilai arkeologi
g. Konservasi sumberdaya alam yang dapat habis (exshaustible natural resources)
- Prinsip-prinsip dalam TRIPs, yaitu :
Annex 1 C Pasal 8 :
1. Sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan dalam persetujuan ini
anggota dapat, dalam rangka pembentukan dan penyesuaian hukum dan
peraturan perundang-undangan nasionalnya, mengambil langkah-langkah
yang diperlukan dalam rangka perlindungan kesehatan dan gizi
masyarakat dan dalam rangka menunjang kepentingan masyarakat pada
sektor-sektor yang sangat penting bagi pembangunan sosio-ekonomi dan
teknologi.
Annex 1 C pasal 1 ayat (1) :
Standar minimal :
TRIPs hanya memuat ketentuan-ketentuan minimal yang wajib dipatuhi oleh
negara-negara anggota WTO. Dengan ini negara-negara anggota WTO dapat
menerapkan ketentuan nasional yang lebih ketat dibandingkan apa yang telah
diatur dalam TRIPs Agreement.

Berdasarkan dasar hukum diatas, dapat dikatakan bahwa TRIPs memberikan wewenang
kepada negara untuk membatasi hak eksklusif pemilik merek demi kepentingan nasional.
Kebijakan Pemerintah mengenai kemasan rokok ini adalah salah satu cara yang dapat
digunakan untuk kepentingan kesehatan masyarakat dan mendorong orang berhenti merokok,
mencegah anak-anak merokok, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya
merokok. Selain itu pajak yang diterima negara atas pajak rokok tidaklah sebanding dengan
pengeluaran negara untuk biaya kesehatan mengobati penyakit yang ditimbulkan akibat
rokok.

Dengan melihat analisa hukum diatas, dapat dikatakan bahwa Hukum Internasional
(GATT/WTO) sebagai pengubah konsep. Faktanya : dengan adanya GATT/WTO yang lahir
dari paham liberalisme di dunia barat, maka negara-negara berkembang, seperti Indonesia,
ketika ikut tunduk pada aturan yang ada dalam GATT/WTO menjadikan dirinya mengikuti
paham liberalisme barat. Contohnya : sebelum masuk sebaga anggota WTO, Indonesia tidak
mengenal adanya aturan mengenai perlunya menghargai hak kekayaan intelektual seseorang,
padahal rakyat Indonesia yang majemuk, merasa bangga jika hasil karyanya ditiru oleh orang
lain (pihak lain), sedangkan di Barat yang berpaham liberalisme, meniru hasil karya orang
lain adalah suatu pelanggaran yang dapat dikenai sanksi hukum. GATT/WTO adalah
perjanjian Internasional yang bersifat law making treaty, oleh karena itu keberadaannya
sangat berpengaruh didunia internasional.
IV. Pendapat Hukum

Simpulan
Dengan adanya berbagai aturan di bidang perdagangan, jangan sampai membuat aturan
itu sendiri bertentangan satu sama lain. Penyeragaman aturan melalui WTO dilakukan demi
tujuan untuk menciptakan harmonisasi maupun memudahkan dalam pelaksanaan
perdagangan di dunia.

Rekomendasi
Permasalahan akan selalu timbul, oleh karena itu penting adanya pengaturan mengenai
penyelesaian sengketa. Dalam hal ini WTO mempunya dispute settlement body sebagai
badan yang akan menyelesaikan masalah diantara para anggotanya. Mengenai kebijakan
pemerintah Australia, saya merekomendasikan agar penyelesaian diselesaikan lewat jalur
hukum yang sudah disediakan oleh WTO. Bagi para pihak tentu harus menerima segala
konsekuensi dari putusan nanti, karena sesugguhnya upaya pemerintah Australia adalah baik
jika niatnya adalah untuk menjaga kesehatan masyarakatya dari bahaya penyakit yang timbul
dari merokok.

V. Daftar Pustaka
- Priyono, FX Joko. 2012. Hukum Perdagangan Barang Dalam GATT/WTO.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
- Roisah, Kholis. 2009. Hukum Perjanjian Internasional. Semarang: Pustaka Magister.
- Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia
Indonesia.
- Materi kuliah Prof. Dr. Rahayu, SH, M.Hum, 2014.

Internet :
- bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/21/2056463/Aturan.Rokok.Australia.Rug
ikan.Industri.Tembakau.Indonesia.
- bisnis.liputan6.com/read/2028704/dituntut-indonesia-wto-selidiki-pelanggaran-
aturan-kemasan-rokok
- finance.detik.com/read , tanggal 6/5/2014.
- jpnn.com/read/2014/02/12/216224/Merasa-Terancam-Aturan-Kemasan-Polos-di-
Selandia-Baru-
- neraca.co.id

Anda mungkin juga menyukai