Anda di halaman 1dari 29

INTERNATIONAL

ECONOMY
NURUL HIDAYAH (15310232)
GREIS SANDY S. (15310237)
DEFI NUR HARNITA (15310369)
SUCI AISIYAH (15310371)
DODIK SETIAWAN (15310472)
SATRIA DEFA PUTRA (15310494)
NOVI SETIYORINI (15310496)
PENYEBAB MASALAH EKONOMI INTERNASIONAL
PENYEBAB MASALAH EKONOMI INTERNASIONAL
Indonesia Merupakan Produsen Kretek Terbesar Di
Dunia Peringkat Ke Dua Terbesar Seteleh Uni Eropa

90 % Dana APBN Berasal Dari Cukai Rokok

Penghasil Produk Rokok Terbesar Ke Enam Dan


Penghasil Daun Tembakau Terbesar Ke-13 Di Dunia

Menyumbang 1,66 Persen Total Gross Domestic Product


(GDP) Indonesia Dan Devisa Negara Melalui Ekspor Ke Dunia
Yang Nilainya Pada 2013 Mencapai 700 Juta Dolar AS

Sumber Penghidupan Bagi 6,1 Juta Orang Yang


Bekerja Di Industri Rokok Secara Langsung dan Tidak
Australia Dianggap Melanggar
Peraturan Perdagangan Internasional Dan
Tidak Menghargai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

(Tobacco Plain Packaging Act tahun 2011)

Seluruh Produk Tembakau Kemasan Harus


Harus Dibungkus Dalam Memperlihatkan Gambar
Kemasan Polos Berwarna Grafis Dari Seorang Perokok
Hijau Yang Menampilkan Satu Yang Sedang Menderita
Jenis Huruf Penyakit Parah.
Perjanjian Trade-Related Aspects
Of Intellectual Property Rights
(TRIPS)

Konsumen Memiliki Hak Untuk


Mengetahui Produk Yang Akan
Dikonsumsi, Dan Di Sisi Lain Produsen
Juga Memiliki Hak Untuk Menggunakan
Merek Dagangnya Secara Bebas Tanpa
Hambatan-hambatan Yang Tidak
Berdasar.
1. PENURUNAN KINERJA EKSPOR ROKOK DI INDONESIA

Kinerja Ekspor Tembakau Dan Rokok Pada Tahun 2009


Menyentuh Angka 52.515 Ton, Pada Tahun 2012 Mencapai
37.110 Ton.

Terdapat Penurunan Hingga 15.405 Ton


2. PENURUNAN DAYA SAING
INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA
3. MENGANCAM KESEJAHTERAAN
PARA PEKERJA DI INDUSTRI ROKOK,
TERMASUK PARA PETANI TEMBAKAU

SEKITAR 1,8 JUTA


SEKITAR 4,3 JUTA
PENDUDUK BEKERJA
PENDUDUK BEKERJA DI
SEBAGAI PETANI TEMBAKAU
INDUSTRI ROKOK
DAN CENGKEH
PENANGANAN SENGKETA
TENTANG WORLD TRADE ORGANIZATION
(WTO)

WTO, Yang Didirikan Pada Tahun 1995, Berawal Dari Negosiasi


Yang Disebut Uruguay Round (1986-1994) Serta Perundingan
Sebelumnya Di Bawah General Agreement On Tariffs And
Trade (GATT). GATT Telah Membantu Menciptakan Suatu
Sistem Perdagangan Yang Kuat Dan Bermanfaat Bagi
Pertumbuhan Ekonomi Global. WTO Terdiri Dari 153 Negara
Anggota, Dimana 117 Di Antaranya Merupakan Negara
Berkembang Atau Wilayah Kepabeanan Terpisah. Saat Ini, WTO
Menjadi Wadah Negosiasi Sejumlah Perjanjian Baru Di Bawah
Doha Development Agenda (DDA) Yang Dimulai Tahun 2001.
Kegiatan WTO Didukung Oleh Sejumlah 649 Staf Yang Dipimpin
Oleh Direktur Jenderal WTO.
WTO Merupakan Satu Satunya Badan
Internasional Yang Secara Khusus Mengatur
Masalah Perdagangan Antarnegara. Sistem
Perdagangan Multilateral WTO Diatur Melalui
Suatu Persetujuan Yang Berisi Aturan
Aturan Dasar Perdagangan Internasional
Sebagai Hasil Perundingan Yang Telah
Ditandatangani Oleh Negara Negara
Anggota
PROSES PENYELESAIAN SENGKETA

PENYELESAIAN SENGKETA DILAKUKAN MELALUI


5 TAHAP
KONSULTASI (SAMPAI 60 HARI)

Sebelum Mengambil Tindakan Lain, Negara


Dalam Sengketa Harus Berbicara Satu Sama
Lain Untuk Melihat Apakah Mereka Dapat
Menyelesaikan Perbedaan Mereka Sendiri. Jika
Gagal, Mereka Juga Dapat Meminta Direktur
Jenderal WTO Untuk Menengahi Atau Mencoba
Membantu Dengan Cara Lain.
Ketentuan Diatas Mempunyai Dua Kemungkinan :

Pertama :
Apabila Konsultasi Atau Negosiasi Gagal, Dan Apabila
Para Pihak Setuju Maka Sengketa Mereka Dapat
Diserahkan Kepada Dirjen WTO. Dalam Tahap Ini Dirjen
WTO Akan Memberikan Cara Penyelesaiannya Melalui
Jasa Baik, Konsoliasi, Dan Mediasi. Kemungkinan

Kedua :
Apabila Negara Termohon Tidak Memberi Jawaban
Positif Terhadap Permohonan Konsultasi Dalam Jangka
Waktu 10 Hari, Dan Apabila Negara Tersebut Menerima
Permohonan Konsultasi Namun Penyelesaiannya Gagal
Dalam Jangka Waktu 60 Hari Maka Negara Pemohon
Dapat Meminta DSB Untuk Membentuk Suatu Panel
(Pasal 4 Ayat 7).
DALAM PEMBENTUKAN PANEL,
AKAN TERJADI TAHAP TAHAP SEBAGAI BERIKUT :
Sebelum Sidang Pertama :

Masing-masing Sisi Dalam SengketaMenyajikan Kasus Secara


Tertulis Kepada Panel.

Pendengaran Pertama:

Kasus Untuk Mengeluh Dan Pertahanan Negara: Negara


Mengeluh (Atau Negara), Negara Menanggapi, Dan Mereka
Yang Telah Mengumumkan Mereka Memiliki Kepentingan Dalam
Sengketa, Membuat Kasus Pertama Mereka Di Sidang Panel.
Rebuttals / Sanggahan:

Negara Yang Terlibat Menyampaikan Tertulis Sanggahan Dan


Argumen Lisan Hadir Pada Pertemuan Kedua Di Panel.

Experts / Ahli:

Jika Satu Sisi Menimbulkan Hal-hal Lain Teknis Atau Ilmiah,


Panel Dapat Berkonsultasi Dengan Ahli Atau Menunjuk
Kelompok Kajian Ahli Untuk Mempersiapkan Laporan
Penasehat.
Interim report /Laporan Interim:

Panel Kemudian Mengajukan Laporan Sementara, Termasuk


Temuan Dan Kesimpulan, Ke Dua Sisi, Memberi Mereka Satu
Minggu Untuk Meminta Review.
Review:

Periode Review Tidak Boleh Melebihi Dua Minggu. Selama


Waktu Itu, Panel Dapat Mengadakan Pertemuan Tambahan
Dengan Dua Sisi.

Final report: Laporan akhir:

Laporan Akhir Ini Diserahkan Kepada Kedua Belah Pihak Dan


Tiga Minggu Kemudian, Itu Diedarkan Kepada Semua Anggota
WTO. Jika Panel Memutuskan Bahwa Ukuran Perdagangan
Disengketakan Tidak Melanggar Perjanjian WTO Atau
Kewajiban, Itu Merekomendasikan Bahwa Mengukur Dibuat
Untuk Menyesuaikan Dengan Aturan WTO. Panel Mungkin
Menyarankan Bagaimana Hal Ini Bisa Dilakukan.
The Report Becomes A Ruling / Laporan Tersebut
Menjadi Putusan:

Laporan Ini Menjadi Badan Penyelesaian Sengketa Yang


Berkuasa Atau Rekomendasi Dalam Waktu 60 Hari Kecuali
Konsensus Menolaknya. Kedua Belah Pihak Dapat Mengajukan
Banding Laporan.
Pihak-pihak Dalam Sengketa Dapat Mengajukan Banding
Terhadap Putusan Panel.

DSU Mensyaratkan Bahwa Banding Dibatasi Untuk


Memperjelas Interpretasi Hukum Atas Suatu Ketentuan Atau
Pasal Dalam Perjanjian WTO. Banding Tidak Dapat Diajukan
Untuk Mengubah Bukti-bukti Yang Ada Atau Bukti Baru Yang
Muncul Kemudian.

Proses Pemeriksaan Banding Tidak Boleh Lebih Dari 60 Hari,


Sejak Para Pihak Memberitahukan Secara Formal Keinginannya
Untuk Banding. Namun, Apabila Badan Banding Tidak Dapat
Memenuhi Batas Waktu Tersebut Maka Ia Dapat
Memperpanjang Hingga Maksimus 90 Hari. Untuk Itu, Ia Harus
Memberitahukannya Kepada DSB Secara Tertulis Beserta
Alasan Perpanjangan Kapan Laporan Akan Diberikan.
Tahap Akhir Dari Proses Ini Adalah Pelaksanaan Putusan Atau
Rekomendasi. Hal Tersebut Diserahkan Langsung Kepada Para
Pihak Dan Mereka Diberi Waktu 30 Hari Untuk Melaksanakan
Putusan Atau Rekomendasi Tersebut. Jika Jangka Waktu Itu
Dirasakan Tidak Mungkin Maka Para Pihak Masih Diberi Waktu
Yang Layak Untukdapat Melaksanakannya.

Untuk Memastikan Agar Pihak Yang Dikalahkan Melaksanakan


Rekomendasi Atau Putusan DSB, Pasal 21 Ayat 6 Menegaskan
Bahwa Dsb Akan Terus Mengawasi Pelaksanaan Rekomendasi
Atau Putusannya. Pasal Tersebut Juga Merupkan Ketentuan
Baru Yang Tidak Dikenal Sebelumnya Dalam GATT. Ketentuan
Pasal Tersebut Mencerminkan Pula Bahwa Putusan Atau
Rekomendasi DSB Sifatnya Mengikat.

Apabila Para Pihak, Khususnya Pihak Yang Terkena Kewajiban


Untuk Melakukan Atau Tidak Melakukan Sesuatu Ternyata
Gagal Melaksanakannya Maka Pihak Lainnya Dapat Meminta
Wewenang Kepada Dsb Untuk Menangguhkan Kewajiban-
kewajiban Lainnya Terhadap Pihak Lainnya Itu.

Anda mungkin juga menyukai