Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayahnya maka makalah Bahasa Indonesia ini dapat

diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda
Rasulullah Muhammad SAW. Makalah Motivasi ini kami susun untuk memenuhi

persyaratan mata kuliah Ekonomi Internasional.


Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua

bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan makalah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami

sampaikan kepada Kusuma Adi R. SE, MM., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

dalam penyempurnaan makalah ini.


Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan hal yang

bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Surabaya, 05 September 2016

(Tim Penyusun)

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar isi 2

BAB I PENDAHULUAN 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Referendum Inggris 4


2.2. Tokoh dibalik Brexit 5

2.3. Dampak bagi Uni Eropa 5


2.4. Dampak Brexit terhadap perdagangan Internasional 8

2.5. Dampak terhadap Indonesia 9

BAB III KESIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

Uni Eropa (disingkat UE) adalah organisasi antar-pemerintahan dan supra-

nasional, yang beranggotakan negara-negara Eropa. Sejak 1 Juli 2013 telah memiliki
28 negara anggota. Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni

Eropa (yang lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht) pada 1992. Namun, banyak
aspek dari UE timbul sebelum tanggal tersebut melalui organisasi sebelumnya, kembali

ke tahun 1950-an.

Organisasi internasional ini bekerja melalui gabungan sistem supranasional dan


antarpemerintahan. Di beberapa bidang, keputusan-keputusan ditetapkan melalui

musyawarah dan mufakat di antara negara-negara anggota, dan di bidang-bidang


lainnya lembaga-lembaga organ yang bersifat supranasional menjalankan tanggung

jawabnya tanpa perlu persetujuan anggota-anggotanya. Lembaga organ penting di


dalam UE adalah Komisi Eropa, Dewan Uni Eropa, Dewan Eropa, Mahkamah Eropa, dan

Bank Sentral Eropa. Di samping itu, terdapat pula Parlemen Eropa yang anggota-
anggotanya dipilih langsung oleh warga negara anggota.

Istilah Brexit berasal dari kata Britain Exit. Istilah ini mirip seperti ketika

Yunani/Greek keluar dari Uni Eropa, maka orang menyebut peristiwa itu dengan Grexit
yang berasal dari kata Greek Exit. Nah sekarang, mengapa "Brexit" begitu banyak

dibicarakan saat ini? Dan, apa sih sebenarnya Brexit itu?

Referendum 'Brexit' adalah pemungutan suara dari seluruh warga negara


Inggris, Irlandia dan negara kesatuan UK lainnya, untuk memutuskan apakah Inggris

harus keluar dari Uni Eropa atau tetap berada di Uni Eropa. Pada tahun 2015, Perdana
Menteri David Cameron, berjanji jika dia terpilih dalam pemilu, maka ia akan

menyelenggarakan referendum terkait apakah Inggris akan keluar atau tetap dalam
Uni Eropa.

3
 Britania Raya (Great Britain) merupakan : Inggris, Skotlandia dan Wales.

 United Kingdom merupakan : Gabungan Britania Raya (Great Britain) dengan

Irlandia Utara.
 Inggris merupakan sebuah negara, bukan UK (United Kingdom) dan juga bukan

Britania Raya, namun Inggris merupakan negara penguasa UK dan Britania Raya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.6. Referendum Inggris

Inggris menggelar referendum untuk memutuskan apakah keluar atau tetap


berada di Uni Eropa (UE). Referendum yang populer disebut Brexit atau British Exit ini

akan menentukan nasib perekonomian dan kondisi masyarakat Inggris ke depan.


Referendum dilakukan pada Kamis, 23 Juni 2016, waktu setempat. Seluruh

warga Inggris yang berusia di atas 18 tahun bisa memberikan suara "ya" atau "tidak".
Kubu mana pun yang mendapatkan lebih dari setengah suara akan memenangkan

referendum.
Referendum Brexit adalah janji Perdana Menteri David Cameron jika dia terpilih

kembali pada pemilu 2015, menyusul desakan dari anggota partainya sendiri, Partai
Konservatif, dan partai sayap kanan anti-imigrasi Inggris, UKIP, yang mengatakan

rakyat Inggris tidak pernah lagi menyampaikan aspirasi secara langsung sejak tahun
1975. Kala itu, Inggris dalam referendum menyatakan tetap ingin bergabung dengan

Uni Eropa.
Sejak referendum terakhir 41 tahun lalu, Uni Eropa telah berubah drastis. Dari

Komunitas Ekonomi Eropa yang hanya mengurusi perekonomian dan pasar tunggal
dengan sembilan anggota, menjadi perserikatan besar beranggotakan 28 negara yang

mengatur hampir seluruh lini kebijakan negara-negara Eropa.


Menurut pendukung Brexit, Uni Eropa dengan lebih dari 500 juta populasinya

telah berubah menjadi serikat politik, dan memiliki pengaruh yang sangat besar,
bahkan melampaui kebijakan parlemen negara anggotanya.

4
Pendukung Uni Eropa mengatakan keanggotaan Inggris di Pasar Tunggal Eropa

menyelamatkan perekonomian mereka selama hampir 20 tahun, terutama saat

pemerintahan Tony Blair dan Gordon Brown dari Partai Buruh dan saat terjadi krisis
ekonomi tahun 2008.

Keluarnya Inggris dari UE, ujar pendukung keanggotaan, akan menutup pasar
bebas di Eropa dan membawa negara ini ke dalam krisis ekonomi, berujung pada

pemotongan tenaga kerja, hilangnya pekerjaan dan ketidakpastian finansial.

2.1. Tokoh dibalik Brexit


PM Inggris David Cameron dan sebagian besar anggota partai Konservatif di

pemerintah yang mendukung kampanye keanggotaan di UE. Termasuk yang


mendukung adalah para mantan perdana menteri Inggris dari berbagai partai.

Tokoh utama kubu Brexit, yang menolak keanggotaan di UE, adalah Michael
Gove, menteri kehakiman Inggris, dan Boris Johnson, mantan walikota London. Hampir

setengah anggota dewan dari Partai Konservatif juga mendukung kubu ini.
Partai-partai sayap kanan anti-imigran seperti Britain First dan UKIP yang

dipimpin Nigel Farage adalah pendukung ekstrem keluarnya Inggris dari UE.

2.3 Dampak bagi Uni Eropa

2.3.1. Anggaran/Ekonomi

Negara anggota Uni Eropa lain harus mengisi setidaknya setengah sejumlah
kekurangan dari hilangnya kontribusi dana Inggris kepada Uni Eropa. Total kontribusi

Inggris untuk anggaran Uni Eropa untuk tahun 2016 adalah 19,4 miliar euro, termasuk
pemotongan tarif dan pajak impor. Inggris menerima sekitar 7 miliar euro dari subsidi

regional dan pertanian.


Jerman, negara anggota Uni Eropa terbesar, akan mau tak mau harus

menyediakan uang tunai ekstra untuk menutupi celah ini. Institut Jerman, Ifo,
memperkirakan dana yang diperlukan mencapai 2,5 miliar euro.

5
UniCredit menyatakan akan terdapat sejumlah kekurangan di zona euro namun

akan dapat teratasi. Sektor perdagangan, keuangan dan faktor ketidakpastian

diperkirakan akan menyebabkan kondisi keuangan yang lebih sulit dan penundaan
investasi. Uni Eropa akan menurunkan perkiraan produk domestik bruto (PDB) sebesar

0,5-1,0 persen dari saat ini yang sebesar 1,6 persen.

2.3.2. Perdagangan

Negara-negara anggota Uni Eropa mengalami surplus neraca perdagangan


sekitar 100 miliar euro dalam perdagangan dengan Inggris. Sementara nilai ekspor

Inggris lebih besar 20 miliar euro ketimbang nilai impornya. Kondisi serupa juga
berlaku di bidang jasa keuangannya.

Banyak ekonom memperkirakan Brexit akan setidaknya, untuk sementara,

mengurangi pertumbuhan Inggris. Faktor ketidakpastian juga akan memengaruhi


permintaan domestik dan melemahkan mata uang pound sterling. Ini akan berimplikasi

terhadap kinerja ekspor Uni Eropa ke Inggris, yang nilainya mencapai sekitar 2,6 persen
dari total PDB Uni Eropa pada 2014. Diperkirakan terjadi "kejutan dari sisi permintaan"

di Inggris yang terkait dengan kemungkinan tarif impor baru.

Pegiat gerakan Brexit menilai Uni Eropa akan ingin membentuk kesepakatan
perdagangan bebas dengan Inggris, meskipun Inggris keluar dari blok itu. Satu-

satunya ekspor bidang jasa Uni Eropa yang tak akan berpengaruh adalah sektor wisata
ke Inggris.

6
2.3.3. Investasi

Inggris merupakan destinasi penanaman modal asing Uni Eropa yang terbesar,
menurut data daro UNCTAD, dengan rata-rata mencapai US$56 miliar per tahun pada

periode 2010-2014. Negara EU lainnya hanya memiliki jumlah penanaman modal


kurang dari jumlah ini.

Sekitar 72 persen investor dalam kajian EY di tahun 2015 menyatakan bahwa


akses memasuki pasar tunggal Uni Eropa merupakan faktor utama penanaman modal

mereka di Inggris. Diperkirakan, para investor akan mencari akses dari negara lain jika
Inggris tidak dapat menyediakan pintu masuk ke pasar tunggal Uni Eropa.

2.3.4. Imigrasi

Warga imigran atau ekspatriat akan menjadi kubu yang paling menderita jika

Inggris keluar dari Uni Eropa. Berbagai kebijakan soal imigran di Inggris akan
mengalami perubahan drastis. Jumlah imigran di Inggris tahun 2015 mencapai 333 ribu

orang, selalu naik 100 ribu setiap tahunnya sejak 1998. Usai referendum yang
memenangkan "keluar" dari UE, para ekspatriat Eropa di Inggris terancam dideportasi.

Menurut laporan CNN, warga Eropa di Inggris mengaku resah.

Brexit juga akan mengancam 1,2 juta pekerja imigran di Inggris yang datang
dari negara-negara Eropa Timur. Menurut data Reuters, pada 2014 sebanyak 853 ribu

pekerja imigran Inggris berasal dari Polandia, 175 ribu dari Romanua dan 155 ribu dari
Lithuania. Negara Eropa dengan ekonomi besar lainnya, Jerman, juga diperkirakan akan

kedatangan lebih banyak imigran Uni Eropa dengan keluarnya Inggris.

7
2.4 Dampak Brexit terhadap perdagangan Internasional

Analisis menunjukkan bahwa jumlah mereka yang pro untuk keluar Uni Eropa

kini relatif sama kuatnya dengan mereka yang ingin bertahan dalam Uni Eropa. Hal ini
memunculkan ketidakpastian yang berimbas pada melemahnya poundsterling. Situasi

ini berbeda dengan tahun lalu ketika ide referendum ini pertama terlontar dari PM
Inggris David Cameron.

Saat itu masih kuat terkesan bahwa mayoritas masyarakat Inggris akan memilih

bertahan bersama Uni Eropa, meskipun tidak sedikit pula yang mengkritik kebijakan
Uni Eropa. Satu keuntungan dan kerugian bagi Inggris yang mungkin juga berdampak

positif dan negatif bagi Indonesia dan juga ASEAN adalah apabila referendum
menghasilkan putusan untuk hengkang dari Uni Eropa.

Dalam kondisi tersebut, yang terjadi adalah kemungkinan menguatnya

perdagangan dan hubungan bilateral antara Inggris dengan negara-negara di Asia,


termasuk ASEAN, tanpa perlu Uni Eropa turut campur. Hal ini tentu sangat

menguntungkan perjanjian perdagangan yang telah dirintis oleh Inggris ke China,


India, dan Amerika Serikat, dan juga ASEAN. Beberapa kasus lambannya perdagangan

Uni Eropa-ASEAN antara lain disebabkan beberapa pasal yang terkait dengan situasi
di Myanmar.

Inggris misalnya dapat membuat kesepakatan dagang dengan Indonesia soal

sawit dengan standarnya sendiri yang mungkin lebih longgar dibandingkan dengan
Uni Eropa. Namun demikian, juga timbul kerugian. Selama ini perdagangan dengan

Eropa diuntungkan dengan pasar tunggalnya.

Namun bila Inggris tidak terikat lagi secara hukum dengan Uni Eropa, investasi
yang dilakukan di Inggris akan menjadi berat apabila berharap masuk ke negara-

negara anggota Uni Eropa lainnya. Dengan kata lain, hubungan kita dengan Inggris
tidak lagi dapat menjadi batu loncatan untuk masuk ke satu pasar Eropa.

8
2.5 Dampak terhadap Indonesia

2.5.1. Birokrasi perdagangan ke Inggris lebih mudah (Positif)

Ketika Inggris ada di kawasan uni Eropa, tentu saja Indonesia mesti
mendapatkan persetujuan Uni Eropa terlebih dahulu. Hal ini tentu membuat proses

yang cukup rumit. Sedangkan jika Inggris berdiri sendiri seperti sekarang ini, tentunya
kerjasama perdagangan Indonesia dengan negara tersebut bisa lebih mudah, karena

hanya berhadapan dengan satu negara saja.


Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti,

walaupuan ada pengaruh negatifnya bagi Indonesia, namun di sisi lain, ada nilai
positifnya yaitu dengan mendapatkan kemudahan kerjasama Inggris dan Indonesia.

Indonesia jadi tujuan utama investasi (Positif)


Brexit yang terjadi, rupanya akan membawa berkah bagi Indonesia, Karena pada

investor di sana akan memilih tempat investasi yang aman. Dan Indonesia lah yang
menjadi salah satu tujuan utama investasi tersebut. Selain itu, Indonesia juga memiliki

keunggulan bagi para investor seperti suku bunga yang tinggi dan juga kemudahan
perizinan perekonomian investasinya.

2.5.2. Investasi Inggris dinilai akan melonjak (Positif)

Franky Sibarani, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), meyakini

Brexit tidak akan berdampak pada investasi Inggris di Indonesia. Hal ini justru akan
menjadi peluang besar bagi para investor Inggris untuk meningkatkan investasinya di

Indonesia.
Menurutnya juga, Inggris dapat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi

guna menjangkau pasar dunia. Terlebih, Indonesia sendiri telah memiliki perjanjian
perdagangan besar dengan China dan India yang menjadi pasar utama.

Telatnya keputusan perjanjian perdagangan bebas Indonesia dan Uni Eropa (Negatif)

9
Negara-negara yang masih menjadi anggota Uni Eropa akan berusaha menahan diri

untuk tidak membuat aturan yang mengusik ketidakpuasan masyarakat. Hal ini akan

berdampak pada negosiasi perdagangan bebas antara Indonesia dengan Uni Eropa
atau Comprehensive Economic Partnership (CEPA), menurut Sekretaris Dewan

Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Chris Kanter.

2.5.3. Mengganggu rencana Pemerintah (Negatif)

Pemerintah memiliki rencana yaitu meminta kewajiban perbankan untuk


melaporkan transaksi kartu kredit nasabah. Namun hal ini dikatakan akan mengalami

gangguan, karena saat Brexit ini transaksi kartu kredit turun 15%, sehingga
momentumnya kurang tepat.

Penurunan ini terkait dengan brexit sendiri. Kita tahu jika hubungan dagang kuat
Inggris dan China duah dikenal. Di sisi yang lain, Indonesia sendiri bermitra dengan

China. Sehingga ketika ada masalah yang terjadi di kedua negara ini, salah satunya
Brexit ini, tentu akan berdampak pada Indonesia yang membuat terhambatnya upaya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Kepala Ekonomi Samuel


Aset Manajemen Lana Soelistianingsih.

10
BAB III

KESIMPULAN

Pengaruh Brexit terhadap perekonomian sangat besar. Kata ini digunakan untuk

mengatakan Inggris meninggalkan Uni Eropa yang mana kata-kata Br itain dan exit
disingkat menjadi Brexit, cara ini sama seperti keluarnya Yunani dari Uni Eropa dijuluki

Grexit di masa lalu. Britain Exit, atau yang dikenal sebagai Brexit adalah sebutan bagi
keinginan sebagian masyarakat Inggris untuk keluar (exit) dari Uni Eropa.

Sedangkan Referendum 'Brexit' adalah merupakan pemungutan suara yang

dilakukan oleh seluruh warga negara Inggris, Irlandia dan Selandia Baru, untuk
memutuskan apakah Inggris harus keluar dari Uni Eropa atau tetap berada di Uni Eropa.

Sebagian rakyat Inggris merasa bahwa Inggris terbebani oleh Uni Eropa, yang

mana Uni Eropa membuat peraturan yang dinilai banyak membatasi bisnis di Inggris.
Sedangkan yang menjadi pertimbangan bagi Inggris untuk keluar dari Uni Eropa

adalah karena Uni Eropa menarik uang untuk biaya keanggotaan sejumlah miliaran
dolar dan Inggris merasa bahwa hanya sedikit keuntungan yang diperoleh.

Alasan lain lainnya yang menjadi pertimbangan bahwa Inggris untuk keluar dari
Uni Eropa yaitu adanya salah satu prinsip Uni Eropa tentang 'Free Movement' yang

membawa banyak imigran datang dan menetap di Inggris.

11
DAFTAR PUSTAKA

Reynald18. 2016 . Apasih Brexit itu? Yang diakses pada 04 September 2016.
http://www.kaskus.co.id/thread/576d0a04d44f9f167b8b4568/apasih-brexit-

itu/
Armandhanu, Denny. 2016 . Apa yang perlu diketahui soal brexit yang diakses pada

04 September 2016 .
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160621133252-134-

139780/apa-yang-perlu-diketahui-soal-brexit/
Sugeng. 2016 . Pengertian Brexit yang diakses pada 04 September 2016 .

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-brexit.html
Puspita Sari, Amanda. 2016 . Dampak Brexit bagi Uni Eropa, dari Ekonomi hingga

Imigrasi yang diakses pada 03 September 2016 .


http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160624152859-134-

140703/dampak-brexit-bagi-uni-eropa-dari-ekonomi-hingga-imigrasi/
Armandhanu, Denny & Gracivia Laudy. Nasib Inggris Setelah Referendum Brexit

yang diakses pada 03 September 2016 .


http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160623182445-137-

140492/nasib-inggris-setelah-referendum-brexit/
Suhilman, Hilman . 2016 . Dampak Positif dan Negatif Brexit Bagi Indonesia yang

diakses pada 03 September 2016 . http://bisnis.ijomuda.com/dampak-


positif-dan-negatif-brexit-bagi-indonesia/

Wisnu, Dinna. 2016 . Brexit dan Dampaknya yang diakses pada 03 September 2016 .
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=4&date=2016-02-24

12

Anda mungkin juga menyukai