Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada era globalisasi ekonomi sekarang ini perekonomian semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah industri yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan setiap konsumen, baik dalam bentuk barang maupun
jasa. Akibatnya tingkat persaingan dalam berbagai bidang semakin meningkat.
Salah satunya adalah persaingan dalam bisnis penyedia jasa layanan operator
seluler. Semakin banyak perusahaan penyedia jasa layanan operator selular
yang hadir dan menawarkan berbagai macam keunggulan yang dimilikinya
untuk merebut pangsa pasar yang cukup besar.
Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri.
Salah satu sektor industri yang tingkat persaingannya tinggi saat ini yaitu
sektor industri teknologi informasi. Asia adalah pasar yang sangat menarik
dan beberapa pertumbuhan yang paling menarik di wilayah ini terjadi di Asia
Tenggara. Salah satu sektor yang paling menarik dalam industri teknologi saat
ini yaitu munculnya ponsel cerdas (smartphone). Asia Tenggara adalah salah
satu pasar smartphone terbesar dengan pertumbuhan yang tinggi di dunia.
Menurut penelitian Growth From Knowledge(GFK), Indonesia
menduduki peringkat teratas pasar smartphone di kawasan Asia Tenggara pada
kuartal I tahun 2012. Penetrasi smartphone di Indonesia mencapai 62%
dengan penjualan lebih dari US$ 1,4 miliar (www.indonesia finance
today.com).
Data di atas menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang
pertumbuhannya pesat dalam industri produk smartphone. Persentase
pertumbuhan sebesar 62% menjadikan Indonesia sebuah target potensial bagi
para produsen smartphone. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah

1
menjadi target pasar yang utama bagi para produsen smartphone dan ini akan
menimbulkan persaingan yang sangat ketat.
Produk handphone smartphone semakin bervariasi sehingga konsumen
dihadapkan pada banyak pilihan merek dan kemungkinan konsumen untuk
berpindah ke merek lain juga semakin besar. Salah satu produsen yang mampu
berjaya dalam meraih pangsa pasar smartphone yang cukup lama adalah
smartphone blackberry. Smartphone blackberry yang selanjutnya lebih populer
dengan singkatan BB merupakan produk dari Kanada yang pertama kali
diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2004 oleh operator
Indosat dan perusahaan Starhub. Perusahaan Starhub merupakan
pengejewantahan dari RIM yang merupakan rekan utama BlackBerry. Pasar
BlackBerry kemudian diramaikan oleh dua operator besar lainnya di tanah air
yakni Excelcom dan Telkomsel.
Memasuki era persaingan smartphone yang semakin kompetitif,
ternyata memberi dampak yang signifikan terhadap kejayaan produk
blackberry dalam menguasai pangsa pasar, baik di dunia mapun di Indonesia.
Popularitas BlackBerry mulai menurun pada 2010 dengan perolehan pasar 25
persen. Saat ini, penjualan terbesar produk-produk smartphone dipimpin oleh
5 merek ternama yaitu Samsung, Apple, BlackBerry, Nokia, dan Sony dengan
kontribusi ke penjualan lebih dari 80%.
Persaingan pasar smartphone saat ini lebih pada penetapan harga dan
juga memperlihatkan kualitas dari masing-masing produk yang mereka
andalkan. Berbagai pilihan smartphone yang memiliki harga yang lebih murah
dari pendahulunya tentu memberikan dampak yang signifikan terhadap
volume penjualan. Menurut Kotler dan Keller (2007:84), kebijakan harga
sangat menentukan dalam pemasaran sebuah produk, karena harga adalah
satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pendapatan bagi
organisasi atau perusahaan. Faktor harga jual merupakan hal-hal yang sangat
penting dan mempengaruhi penjualan atas barang atau jasa yang dihasilkan.

2
Apakah barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dapat dijangkau
oleh konsumen sasaran.
Selain memperhatikan kebutuhan harga smartphone yang bisa
terjangkau, konsumen saat ini juga sudah jeli dengan pilihan dari kualitas
produk yang diberikan oleh produsen. Perusahaan yang menjadikan pesaing
sebagai pembanding dalam menciptakan produk merupakan perusahaan yang
baik. Pesaing tidak hanya dijadikan musuh dalam berbisnis karena bisa saja
ada sela dan manfaat yang dapat diambil dari para kompetitor tersebut. Seperti
dalam menghasilkan produk, produk dari pesaing dapat dijadikan tolak ukur
agar produk yang kita hasilkan bisa lebih baik dari produk pesaing dan
tentunya memiliki nilai yang lebih unggul. Menyusun strategi marketing harus
mencakup kualitas produk yang diciptakan.
Perubahan kualitas produk menjadi lebih baik sudah tercantum dalam
prinsip TQM atau Total Quality Management. Dalam prinsip ini upaya yang
dilakukan pelaku usaha tidak hanya berfokus terhadap perbaikan kualitas
produk saja, akan tetapi juga berfokus terhadap kualitas pelayanan kepada
setiap konsumen. Makna yang terangkum dari prinsip TQM adalah tertuju
kepada pelanggan dalam hal memberi perhatian khusus terhadapnya. Dalam
arti keseluruhan, kualitas produk yang diciptakan harus memenuhi kebutuhan
dan kepuasan pelanggan. Strategi marketing dengan menggunakan prinsip ini
dapat membantu perusahaan untuk fokus terhadap kualitas produk.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat
sebuah makalah yang membahas tentang Perbedaan Strategi Pemasaran
Smartphone Blackberry dan Apple

3
B. Tujuan
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk memenuhi tugas perkuliahan
2. Untuk mengetahui perbedaan strategi yang diterapkan oleh smartphone
blackberry dengan smartphone apple

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemasaran
Sehubungan dengan permasalahannya yang terdapat dalam
penelitian ini maka diperlikan teori-teori dan konsep-konsep yang
memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan dewasa ini,
pemasaran memegang peranan sebagai suatu faktor penting untuk
bertahan menjalan usaha dan bergelut dalam dunia persaingan.
Pemasaran merupakan faktor penting sebagai strategi perusahaan dalam
menjalankan usahanya terutama yang berhubungan dengan konsumen.
Kata pemasaran berasal dari kata pasar, atau bisa juga diartikan dengan
mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran.
Menurut Kotler ( 2002 : 9 ) Pemasaran adalah proses sosial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Menurut Stanton ( 1996 : 6 ) Pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mendistribusikan barang dan jasa
yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Menurut Lamb, Hair, Me Daniel ( 2001 : 6 ) Pemasaran adalah
suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan
sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya
pemasaran bukan hanya kegiatan menjual barang maupun jasa tetapi
juga meliputi kegiatan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan

5
dengan berusaha mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli
barang dan jasa perusahaan melalui penciptaan, penawaran, dan
pertukaran produk yang bernilai.
Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk
memahami tingkah laku konsumen tersebut.Sehingga perusahaan dapat
mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan produk secara lebih baik. Dengan mempelajari prilaku
konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan, mengidentifikasi,
serta menentukan segmentasi pasar
B. Prilaku Konsumen
Menurut Swasta ( 1996 : 6) Prilaku konsumen dapat
didefisikan sebagai kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam mendapatkan termasuk mempergunakan barang dan jasa
keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Menurut Peter J. Paul dan Jerry C. Olson ( 2007 : 6 ) Prilaku konsumen
merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kondisi kejadian
disekitar lingkungan, dimana manusia melakukan aspek pertukaran
dalam kehidupan mereka.
Dari dua jenis definisi di atas dilihat ada dua hal penting dari
prilaku konsumen yaitu proses pengembalian keputusan dan kegiatan
fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatlkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa secara
ekonomis. Dengan kata lain prilaku konsumen adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Pembelian Konsumen
a. Kebudayan
Kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan
mendalam terhadap prilaku konsumen yang terdiri dari budaya, sub

6
budaya, dan kelas sosial. Budaya merupakan karakter yang paling
penting dari suatu sosial yang membedakannya hanyalah dari
kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan prilaku
paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari keseluruhan
suatu budaya, terbagi dalam suatu strata atau kelas sosial, kelas
sosial merupakan kelompok orang yang sama-sama
mempertimbangkan secara dekat persamaan diantara mereka
sendiri.

b. Faktor Sosial
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat
orang lain dari sekitar dan lingkungannya tentang produk apa yang
akan dibeli. Karena itulah lingkungan sosial ini memberikan
pengaruh terhadap prilaku konsumen, faktor sosial ini terdiri dari 3
( tiga ) bagian, yaitu : kelompok acuan, keluarga, dan peran
seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok
maka konsumen dapat membuat keputusan kosumsi, keluaga
sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga
berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam
membeli barang sehari-hari. Suatu produk atau merk dapat
mengambarkan peran dan status pemakainya.
c. Faktor Pribadi
Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia
selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli
secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup
yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang
terlihat melalui aktifitas dan gaya hidup mewah tentunya akan
menentukan pilihan barang dan jasa yang berkualitas.

7
Selain itu kepribadian dan konsep diri juga
mempengaruhi pilihan produk, konsep diri adalah bagaimana
konsumen memprepsikan diri mereka sendiri yang meliputi sikap,
persepsi-persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri karena sangat
berguna dalam menganalisis prilaku konsumen sehingga
perusahaan mengunakan konsep yang berhubungan dengan
keprinadian seseorang.
d. Faktor Psikologis
Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh 4 ( empat )
faktor psikologis utama yaitu : motivasi, persepsi, pembelajaran,
dan kepercayaan. Motivasi merupakan bentuk yamg mendorong
seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar
sesorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang
secara otomatis mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Para
konsumen mengembangkan beberapa keyakinan mengenai ciri-ciri
suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap
konsumen terhadap produk tersebut.
Menurut Kotler ( 2002 : 204 ) Tujuan pemasaran adalah
mempengaruhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan yang
menjadi sasaran. Pada bidang prilaku konsumen ini mempelajari
bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,
memakai, dan membuang barang dan jasa, gagasan, atau pengalaman
dalam rangka memuaskan keputusan dari hasrat mereka. Para perusahaan
yang cermat melakukan riset atau quesioner atas proses keputusan yang
ada dalam jenis produk mereka. Ketika membuat keputusan untuk
membeli suatu produk kosumen melewati tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pengenalan Masalah

8
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah
masalah atau kebutuhan. pembeli merasakan perbedaan antara
keadaan akatualnya dengan keadaan yang diingunkannya. Kebutuhan
umum seseorang seperti lapar dan haus saat mencapai titik tertentu
dapat menjadi dorongan. Kebutuhan dapat juga ditimbulkan oleh
rangsangan eksternal seperti ketika seseorang memperhatikan atau
melihat iklan mobil dan ingin membelinya. Dengan mengumpulkan
informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi
rangasangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu
jenis bproduk. Pemasar kemudian dapat membangkitkan strategi
pemasaran yang mampu memacu minat konsumen.
b. Pencarian Informasi
Saat seseorang mulai menyadari kebutuhannya, maka
produk dan merk harus diidentifikasikan untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam mencapai berbagai alternative untuk
memuaskan kebutuhan konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti beberapa banyak biaya waktu, beberapa banyak informasi
dari masa lalu dan sumber-sumber lain yang sudah dimiliki
konsumen. Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-
sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan
pengaruh relative dari tiap sumber tersebut terhadap kepuasan
pembelian selanjutnya. Secara umum konsumen mendapatkan
informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber
yang didiominasi oleh pemasar.
c. Evaluasi Alternatif
Jika semua alternatif yang wajar diidentifikasikan,
konsumen harus mengeveluasinya satu per satu sebagai persiapan
untuk mengadakan pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai
konsumen mencakup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap

9
aneka merk. Konsumen juga mendengarkan tanggapan-tanggapan
keluarga dan orang lain. Beberapa konsep dasar akan membantu
pemasar dalam memahami evaluasi konsumen yakni yang pertama,
konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen
mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen
memandand setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan
kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
dicari untuk memuaskan kebutuhan.
d. Keputusan Pembelian
Setelah mencari dan mengevaluasi berbagai alternative
untuk memenuhi kebutuhan pada titik tertentu harus memutuskan
antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil
adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan
yang menyangkut merk, harga, tempat penjualan, warna, dan lain-
lain.
e. Prilaku Paska Pembelian
Saat membeli suatu produk, bagi seseorang konsumen
akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidak puasan tertentu.
Perasaan konsumen setelah melakukan pembelian dapat
mempengaruhi pembelian ulang dan juga ditambah dengan apa yang
dikatakn konsumen kepada teman atau kerabat tentang produk
tersebut. Biasanya konsumen akan mengalami kecemasan purnabeli,
kecemasan ini disebut disonasi kognitif purnabeli yang terjadi karena
setiap alternative yang dihadapi konsumen memiliki kelebihan dan
kekurangan.

D. Aspek-Aspek Keputusan Membeli


Menurut Assael dalam Suryani (2008) menyatakan bahwa ada
dua dimensi yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu: a)

10
Seberapa jauh pembuatan keputusan tersebut. Dimensi pertama ini
menggambarkan rangkaian dari pengambilan keputusan untuk yang
bersifat habit/kebiasaan. Konsumen dapat mendasarkan keputusannya
pada proses kognitif (berfikir) dari pencarian informasi dan evaluasi
alternatif-alternatif merek. Pada sisi ini konsumen hanya akan
melakukan pembelian pada satu merek saja atau selalu terjadi pembelian
yang konsisten. b) Derajat keterlibatan di dalam pembelian itu sendiri.
Pada dimensi kedua ini menggambarkan rangkaian keterlibatan
pembelian dari tinggi ke rendah. Pembelian dengan keterlibatan tinggi
sangat penting bagi konsumen. Seperti beberapa pembelian yang
didasarkan pada ego dari image sendiri. Dalam pembelian demikian
konsumen akan melibatkan beberapa resiko, seperti financial risk yaitu
pada produk-produk yang tergolong mahal, social risk yaitu pada
produk-produk yang dianggap penting dalam kelompoknya, atau
psychological risk yaitu pengambilan keputusan yang salah pada
konsumen berakibat fatal atau lebih serius. Sedangkan produk-produk
dengan keterlibatan rendah kurang begitu penting bagi konsumen,
karena resiko financial, social, dan psychological tidaklah cukup besar.
Kedua dimensi yang telah disebutkan di atas nantinya akan
menggolongkan keputusan membeli dalam empat tipe pengambilan
keputusan. Keempat tipe tersebut adalah, pengambilan keputusan yang
komplek, pembuatan keputusan terbatas, loyalitas merek dan inersia.
Keempat tipe ini merupakan perpaduan tinggi rendahnya dua dimensi di
atas.
Pada tipe pertama, yaitu pengambilan keputusan komplek
dicirikan dengan perpaduan adanya keterlibatan yang tinggi dan adanya
pembuatan keputusan. Pada pembuatan keputusan rendah, konsumen
hanya memiliki keterlibatan rendah namun ada pengambilan keputusan.
Pada tipe loyalitas merek, konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi

11
namun seberapa jauh ia membuat keputusan hanya bersifat kebiasaan.
Pada tipe terakhir inersia konsumen memiliki keterlibatan yang rendah
dan pembuatan keputusan sebatas kebiasaan. Pembuatan keputusan
terlihat dari adanya proses pencarian informasi yang banyak dan adanya
evaluasi terhadap merek. Dan pada pengambilan keputusan yang
berdasar kebiasaan, konsumen tidak terlalu memikirkan proses pencarian
informasi dan evaluasi terhadap merek.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli


Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk
bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka
membutuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli
berbeda-beda untuk masing-masing pembeli di samping produk yang
dibeli. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Lokasi penjual yang strategis
Dari segi lokasi ini, pembeli akan memilih lokasi yang benar-
benar strategis dan tidak membutuhkan terlalu banyak waktu, tenaga,
dan biaya seperti: mudah dijangkau, dekat dengan fasilitas-fasilitas
umum, atau mungkin dekat dengan jalan raya, sehingga lokasi ini dapat
mendukung yang lain.
b. Pelayanan yang baik
Bagi konsumen yang ingin membeli suatu produk, pelayanan
yang diberikan pada saat memilih sampai terjadinya transaksi pembelian
sangatlah berpengaruh terhadap jadi tidaknya pembelian yang dilakukan
oleh konsumen. Pelayanan yang kurang baik akan menimbulkan rasa
tidak puas yang dirasakan oleh konsumen yang selanjutnya akan
mempengaruhi tingkat penjualan pada waktu selanjutnya.

12
c. Kemampuan tenaga penjualnya
Dalam suatu kegiatan usaha (penjualan), tidak terlepas dari
tenaga kerja baik tenaga kerja mesin maupun tenaga kerja manusia.
Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam perusahaan sehingga
diperlukan sejumlah tenaga kerja yang berkemampuan dan mempunyai
keterampilan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk
mendukung kegiatan dalam pemasaran.
d. Iklan dan promosi
Iklan dan promosi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu
produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin
produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan
membelinya.
e. Penggolongan barang
Penggolongan barang akan menjadi faktor pertimbangan oleh
konsumen yang melakukan kegiatan pembelian. Penggolongan barang
secara tepat dan rapi akan memudahkan konsumen di dalammelakukan
pembelian (Basu Swastha dan T Hani Handoko,2000:111)

F. Kualitas Produk
Salah satu keunggulan dalam persaingan ini terutama adalah
kualitas produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Bila tidak
sesuai dengan spesifikasi maka produk akan ditolak. Sekalipun produk
tersebut masih dalam batas toleransi yang telah ditentukan maka produk
tersebut sebaiknya perlu menjadi catatan untuk menghindari terjadinya
kesalahan yang lebih besar diwaktu yang akan datang. Demikian juga
konsumen dalam dalam membeli suatu produk konsumen selalu
berharap agar barang yang dibelinya dapat memuaskan segala keinginan
dan kebutuhannya. Untuk itu perusahaan harus dapat memahami

13
keinginan konsumen, sehingga perusahaan dapat menciptakan produk
yang sesuai dengan harapan konsumen. Kualitas produk yang baik
merupakan harapan konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan,
karena kualitas produk yang baik merupakan kunci perkembangan
produktivitas perusahaan.
Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan
oleh setiap perusahaan apabila menginginkan produk yang dihasilkan
dapat bersaing di pasar. Dewasa ini, dikarenakan kemampuan ekonomi
dan tingkat pendidikan masyarakat cenderung meningkat, sebagian
masyarakat semakin kritis dalam mengkonsumsi suatu produk.
Konsumen selalu ingin mendapatkan produk yang berkualitas sesuai
dengan harga yang dibayar, walaupun terdapat sebagian masyarakat
yang berpendapat bahwa, produk yang mahal adalah produk yang
berkualitas.
Jika hal itu dapat dilaksanakan oleh perusahaan, maka
perusahaan tersebut akan dapat tetap memuaskan para konsumen dan
dapat menambah jumlah konsumen. Dalam perkembangan suatu
perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan pesat
tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Apabila dalam situasi
pemasaran yang semakin ketat persaingannya, peranan kualitas produk
akan semakin besar dalam perkembangan perusahaan. Selain itu,
konsumen akan menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja,
dan pelengkap inovatif yang terbaik (Lupiyoadi dan Hamdani,2006:131)
Hal ini senada dengan pendapat dari Kotler dan Amstrong (2008) bahwa
semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan memberikan
kesempatan kepada konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.
Kotler dan Armstrong (2008:347) menyatakan bahwa Kualitas
produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-
fungsinya yang meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan,

14
operasi dan perbaikan serta atribut lainnya. Bila suatu produk telah
dapat menjalankan fungsi-fungsinya dapat dikatakan sebagai produk
yang memiliki kualitas yang baik.
Menurut Kotler (2008:330), kebanyakan produk disediakan pada
satu diantara empat tingkatan kualitas, yaitu : kualitas rendah, kualitas
rata-rata sedang,kualitas baik dan kualitas sangat baik. Beberapa dari
atribut diatas dapat diukur secara objektif. Namun demikian dari sudut
pemasaran kualitas harus diukur dari sisi persepsi pembeli tentang
kualitas produk tersebut.
Assauri (2004) mengatakan bahwa kualitas produk merupakan
faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang
menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa
barang atau hasil itu dimaksudkan.
Kualitas produk adalah bagaimana produk itu memiliki nilai
yang dapat memuaskan konsumen baik secara fisik maupun secara
psikologis yang menunjuk pada atribut atau sifat-sifat yang terdapat
dalam suatu barang atau hasil.
Menurut Kottler dan Amstrong ( 2008 ) kualitas adalah
karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten. Kualitas dalam
pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup
tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat
mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya.
Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan
penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk,
dan lain lain. Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi 2003).

15
1) Dimensi Kualitas Produk
Dimensi kualitas produk menurut Fandy Tjiptono (2008:25)
mengemukakan, bahwa kualitas produk memiliki beberapa dimensi antara
lain :
a. Kinerja (Performance) merupakan karakteristik operasi dan produk
inti (core product) yang dibeli. Misalnya kecepatan, kemudahan
dan kenyamanan dalam penggunaan
2 Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (Features) yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap.
3 Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Spesification)
yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya pengawasan
kualitas dan desain, standar karakteristik operasional
4 Keandalan (Realibility) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal pakai. Misalnya pengawasan kualitas dan
desain, standar karakteristik operasional
5 Daya tahan (Durability) berkaitan dengan berapa lama produk
tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis
maupun umur ekonomis.
6 Estetika (Esthetica) yaitu daya tarik produk terhadap panca
indera.Misal keindahan desain produk, keunikan model produk,
dan kombinasi
7 Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality) merupakan
persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli
akan atribut atau ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli
mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merek, iklan,
reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya.
8 Dimensi kemudahan perbaikan (Serviceability) meliputi kecepatan,
kemudahan, penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan
yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga

16
selama proses penjualan hingga purna jual yang mencakup
pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan.
2) Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk
Kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang dasar
atau 9M. Pada masa sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada
sejumlah besasr kondisi yang membebani produksi melalui suatu cara
yang tidak pernah dialami dalam periode sebelumnya. (Feigenbaum,2000):
1. Market (Pasar)
Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus
bertumbuh pada laju yang eksplosif. Konsumen diarahkan untuk
mempercayai bahwa ada sebuah produk yang dapat memenuhi hampir
setiap kebutuhan. Pada masa sekarang konsumen meminta dan
memperoleh produk yang lebih baik memenuhi ini. Pasar menjadi lebih
besar ruang lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi di
dalam barang yang ditawarkan. Dengan bertambahnya perusahaan, pasar
menjadi bersifat internasional dan mendunia. Akhirnya bisnis harus lebih
fleksibel dan mampu berubah arah dengan cepat.
2. Money (Uang)
Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan dengan
fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas (marjin) laba. Pada
waktu yang bersamaan, kebutuhan akan otomatisasi dan pemekanisan
mendorong pengeluaran mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk
proses dan perlengkapan yang baru. Penambahan investasi pabrik, harus
dibayar melalui naiknya produktivitas, menimbulkan kerugian yang besar
dalam memproduksi disebabkan oleh barang afkiran dan pengulangkerjaan
yang sangat serius. Kenyataan ini memfokuskan perhatian pada manajer
pada bidang biaya kualitas sebagai salah satu dari titik lunak tempat
biaya operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk memperbaiki laba.
3. Management (Manajemen).

17
Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa
kelompok khusus. Sekarang bagian pemasaran melalui fungsi perencanaan
produknya, harus membuat persyaratan produk. Bagian perancangan
bertanggung jawab merancang produk yang akan memenuhi persyaratan
itu. Bagian produksi mengembangkan dan memperbaiki kembali proses
untuk memberikan kemampuan yang cukup dalam membuat produk sesuai
dengan spesifikasi rancangan. Bagian pengendalian kualitas merencanakan
pengukuran kualitas pada seluruh aliran proses yang menjamin bahwa
hasil akhir memenuhi persyaratan kualitas dan kualitas pelayanan, setelah
produk sampai pada konsumen menjadi bagian yang penting dari paket
produk total. Hal ini telah menambah beban manajemen puncak khususnya
bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawab yang tepat
untuk mengoreksi penyimpangan dari standar kualitas.
4. Men (Manusia).
Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan
seluruh bidang baru seperti elektronika komputer menciptakan suatu
permintaan yang besar akan pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada
waktu yang sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli teknik
sistem yang akan mengajak semua bidang spesialisasi untuk bersama
merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem yang
akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.
5. Motivation (Motivasi).
Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai
hadiah tambahan uang, para pekerja masa kini memerlukan sesuatu yang
memperkuat rasa keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan
bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan atas tercapainya
sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan.Hal ini membimbing ke
arah kebutuhan yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas dan
komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran kualitas.

18
6. Material (Bahan)
Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli
teknik memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari pada
sebelumnya.Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan
keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.
7. Machine and Mecanization (Mesin dan Mekanik)
Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan
volume produksi untuk memuaskan pelanggan telah terdorong
penggunaan perlengkapan pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung
pada kualitas bahan yang dimasukkan ke dalam mesin tersebut.
Kualitasyang baik menjadi faktor yang kritis dalam memelihara waktu
kerja mesin agar fasilitasnya dapat digunakan sepenuhnya.
8. Modern Information Metode (Metode Informasi Modern)
Evolusi teknologi komputer membuka kemungkinan untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi
informasi pada skala yang tidak terbayangkan sebelumnya. Teknologi
informasi yang baru ini menyediakan cara untuk mengendalikan mesin
dan proses selama proses produksi dan mengendalikan produk bahkan
setelah produk sampai ke konsumen. Metode pemprosesan data yang baru
dan konstan memberikan kemampuan untuk memanajemeni informasi
yang bermanfaat, akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan mendasari
keputusan yang membimbing masa depan bisnis
9. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Pr oduksi)
Kemajuan yang pesat dalam perancangan produk, memerlukan
pengendalian yang lebih ketat pada seluruh proses pembuatan produk.
Meningkatnya persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk
menekankan pentingnya keamanan dan kehandalan produk.
3) lima indikator kualitas yang membantu interprestasi kualitas
produk yaitu:

19
a) Reliabilitas atau ketepatan yang merupakan rata-rata dari sikap
kelalaian konsumen terhadap produk kita
b) Durabilitas atau daya tahan produk yang merupakan berapa lama
produk kita bisa dikonsumsi dan bertahan dalam waktu berapa.
c) Easy of use atau mudah digunakan, yaitu produk tersebut apakah
memberi kemudahan dalam penggunaannya bagi setiap jenis
masyarakat yang memiliki karakter yang berbeda.
d) Merek yang digunakan menjadi faktor penting lakunya produk kita,
apakah mereknya terkenal dan dapat dipercaya.
e) Low price yaitu harga yang ditetapkan pada produk apakah relatif
rendah sehingga bisa terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
G. Harga
a. Pengertian
Dalam arti yang paling sempit, harga adalah jumlah uang yang
dibebankan atas suatu produk atau jasa (Kotler, 2001:439). Dalam arti luas
harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukarkan konsumen atas
manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut
(Kotler, 2001:439).
Dari sudut pandang produsen harga merupakan komponen yang
berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan dalam artian merupakan
pendapatan. Sementara itu, dari sudut pandang konsumen harga sering kali
digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan
dengan manfaat yang dirasakan atas suatu produk atau dalam arti kata harga
merupakan pengorbanan bagi konsumen dalam mendapatkan suatu produk.
Namun secara sederhana harga dapat diartikan sebagai sejumlah uang (satuan
moneter) dan atau aspek lain (non moneter) yang mengandung kegunaan
tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk/jasa.
Kotler (2005:142), dalam menyusun kebijakan penetapan harga,
perusahaan harus mengikuti prosedur enam tahap. Pertama, perusahaan

20
memilih tujuan penetapan harga (apakah untuk kelangsungan hidup, laba
sekarang maksimum, pendapatan sekarang maksimum, atau kepemimipian
mutu produk). Kedua, perusahaan memperkirakan kurva permintaan,
profitabilitas kuantitas yang akan terjual pada tiap kemungkinan harga. Dalam
hal ini pemasar harus memperhatikan kepekaan harga terhadap keputusan
pembelian konsumen, apakah konsumen tersebut termasuk konsumen yang
snop atau yang sangat sensitif harga, atau konsumen yang smart, yang
membeli produk tidak hanya memandang harga tapi lebih kepada kualitasnya.
Kemudian juga harus memperhatikan elastisitas harga, yaitu sejauh mana
kenaikan atau penurunan harga mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Ketiga, perusahaan memperkirakan bagaimana biaya bervariasi
pada berbagai level produksi dan akumulasi pengalaman produksi. Keempat,
perusahaan menganalisis biaya, harga, dan tawaran pesaing. Kelima,
perusahaan menyeleksi metode penetapan harga, apakah akan memakai
metode penetration price dimana produk dijual dengan harga murah untuk
menguasai pasar atau metode skimming price yaitu menjual produk dengan
harga mahal karena memang untuk menjaga image bahwa produk itu termasuk
produk yang mewah.
b. Peran harga
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan
keputusan para pembeli, (Tjiptono. 1997:152) yaitu :
1) Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas
tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian
adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara
mengalokasikan daya belinya pada berbagai janis barang dan jasa.
2) Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik
konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini

21
terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan
untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif.
Sementara Menurut Gregorius Chandra dalam Zulhamdi (2008:45),
ada beberapa program penetapan harga, yaitu :
1) Penetapan harga penetrasi (Penetration Pricing), Menggunakan harga
murah sebagai dasar utama untuk menstimulasi permintaan.
2) Penetapan harga paritas (Parity Pricing), perusahaan menetapkan harga
dengan tingkat yang sama atau mendekati tingkat harga pesaing.
3) Penetapan harga premium (Premium Pricing), yaitu menetapkan harga
diatas harga pesaing.
c. Tujuan penetapan harga
Penetapan-penetapan harga yang dikemukakan diatas mempunyai
beberapa tujuan diantaranya (Tjiptono,1997:152) adalah :
1. Tujuan berorientasi pada laba
Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan oleh perusahaan yang
berorientasi pada laba yaitu target marjin dan target ROI (Return On
Investment). Target marjin merupakan target laba suatu produk yang
dinyatakan sebagai persentase yang mencerminkan rasio laba terhadap
penjualan. Sedangkan target ROI (Return On Investment) merupakan
target laba suatu produk yang dinyatakan sebagai persentase yang
mencerminkan rasio laba terhadap investasi total yang dilakukan
perusahaan dalam fasilitas produksi dan asset yang mendukung produk
tersebut.

2) Tujuan berorientasi pada volume


Tujuan ini biasanya banyak dipakai oleh perusahaan penerbangan,
lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel, dll. Tujuan ini biasanya
dikenal dengan istilah volume pricing objectives.
3) Tujuan berorientasi pada citra

22
Untuk suatu produk yang memberikan harga tinggi bertujuan untuk
mempertahankan gengsi produk tersbut. Dengan menetapkan harga yang
tinggi maka terciptalah citra prestisius.
4) Tujuan berorientasi pada stabilisasi harga
Tujuan ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan
harga pemimpin industri.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan konsumen terhadap harga
Dalam menetapkan harga suatu produk, harus dipertimbangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi kepekaan konsumen terhadap harga tersebut.
Menurut Nagle dalam Purnama (2001:131) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kepekaan harga, yaitu :
1) Pengaruh nilai unik (unique-value effect), para pembeli akan kurang peka
terhadap harga jika produk tersebut lebih bersifat unik.
2) Pengaruh kesadaran atas produk pengganti (subtitusi-awaereness effect),
para pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak
menyadari adanya produk pengganti.
3) Pengaruh perbandingan yang sulit (difficult-comparison effect), para
pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat
dengan mudah membandingkan mutu barang pengganti.
4) Pengaruh pengeluaran total (total-expansiture effect), pembeli semakin
kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah
dibandingkan pendapatan totalnya.
5) Pengaruh manfaat akhir, para pembeli semakin kurang peka terhadap
harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total
produk akhir.
6) Pengaruh biaya bersama (shared-cost effect), para pembeli semakin kurang
peka terhadap harga jika sebagian biaya itu ditanggung pihak lain.
7) Pengaruh investasi tertanam (sunk investment effect), para pembeli
semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut digunakan
bersama dengan aktiva yang telah dibeli sebelumnya.

23
8) Pengaruh mutu-harga (price-quality effect), para pembeli akan semakin
kurang peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap memilki mutu,
prestise atau eksklusivitas yang lebih.
9) Pengaruh persediaan (inventory effect), pembeli kurang sensitif terhadap
harga bila mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Strategi Blackberry dalam Pemasaran Produk Smartphone


BlackBerry adalah merek yang menarik terutama dalam konteks
Indonesia. Merek milik Perusahaan Kanada: Research in Motion. Merek ini
diluncurkan secara global pada tahun 1999. Blackberry adalah sebuah
perangkat yang mendukung Push Email, pesan teks, browsing web fax melalui

24
Internet dll Daripada perangkat, Blackberry adalah teknologi yang
memungkinkan seseorang untuk meneruskan email dari pelanggan desktop
untuk perangkat mobile. BlackBerry adalah menghantam langsung di seluruh
dunia dan ketika Anda pergi ke bandara, yang tak terelakkan untuk melihat
eksekutif menggunakan perangkat ini. BlackBerry itu bernama Oleh Leksikon
Branding Inc yang merupakan perusahaan yang mengkhususkan diri pada
layanan Penamaan Merek. Nama ini dikatakan berasal dari Strawberry
menyebabkan tombol perangkat tampak seperti stroberi. (wikipedia)
BlackBerry datang ke Indonesia pada tahun 2004. Kini pelanggan dapat
memilih untuk smartphone dari Nokia atau Sony Ericsson untuk mengakses
email dengan menggunakan teknologi BlackBerry.
Meski penjualan BlackBerry (BB) di pasar global terus mengalami
penurunan, tetapi tidak demikian dengan pasar Indonesia. Lembaga riset GfK
mencatat, merek BB menempati posisi puncak dengan mengantongi porsi 54%
(Mei 2012) untuk kategori ponsel pintar. Guna mempertahankan peringkatnya,
PT Research In Motion (RIM) Indonesia tengah merancang lima strategi.
Pertama, meluncurkan produk baru secara berkelanjutan agar market
share tidak turun. Misalnya, tahun depan perusahaan asal Kanada ini akan
memperkenalkan Blackberry OS 10.
Strategi kedua, jika belum ada produk yang bisa diluncurkan, RIM
mengakalinya dengan membuat inovasi dan menciptakan acara yang kontak
langsung dengan konsumen. Misalnya, menyelenggarakan program BB
Terjangkau (BBT). BBT memberikan kemudahan konsumen dalam cara
pembayaran dengan bantuan dari Adira Kredit, BCA dan BII. Ketiga,
menggandeng 300 gerai tradisional dan akan menambahnya hingga 500 gerai.
Selain menawarkan kemudahan pembelian, RIM juga getol
menciptakan pengalaman pelanggan (customer experience). Untuk
merealisasikan konsep tersebut, pihaknya membangun BlackBerry Lifestyle
Store (BBS) yang kini sudah berjumlah 8 gerai. Untuk layanan perbaikan dan

25
purna jual, RIM mendirikan BlackBerry Expert Center (BEC) sebanyak 57
gerai di 13 kota.
IDC memperkirakan, tahun 2015 pengapalan BB ke Indonesia
diprediksi sebanyak 9,7 juta handset. Selain itu, kepuasan pelanggan BB
adalah yang paling tinggi versi Roy Margan pada Q3 di 2011. RIM Indonesia
juga berhasil menghimpun 1,8 juta teman di Facebook.

B. Strategi Apple dalam Pemasaran Produk Smartphone


Manajemen Sumber Daya Manusia Apple memiliki sinergi yang
sempurna antara beragam tim baik tim desain, tim software, dan tim
hardware. Semua melakukan kolaborasi secara paralel dan simultan. Proses
penciptaan produk di Apple tidak dilakukan secara setahap demi setahap,
dimana setelah desain selesai lalu diserahkan ke bagian software, lalu
diteruskan lagi ke bagian hardware. Sebaliknya, dalam prosesnya semua aspek
ini dikerjakan bersama-sama secara simultan. Jika kita telisik, ketiga elemen
people management : elemen yang ini semuanya bermuara pada pertama
tentang leadership yang kuat dan visioner, yang kedua tentang kekuatan
sinergi, dan yang ketiga tentang pengembangan kompetensi dan keahlian.

Pasar yang dibidik Apple inc antara lain kalangan pelajar, pekerja,
pemerintahan, serta masyarakat internasional. Konsumen di pasar
berkembang, seperti Cina, Brasil, dan Timur Tengah, memainkan peran
signifikan dalam penjualan iPhone. Hal ini tecermin dari makin banyaknya
perusahaan yang menggunakan gadget iPhone dan iPad untuk melancarkan
kegiatan bisnis mereka.

Apple memiliki kecocokan produk pasar karena apple berusaha agar


setiap orang mudah menggunakannya dengan mudahnya pengoperasian UI
dari iOS. Tidak semua orang berasal dari kalangan maniak gadget. Bahkan

26
hampir mayoritas pengguna smartphone tidak tahu apa saja fitur yang terdapat
di smartphonenya. Di iOS membuat semua aplikasi tidak ada yang sia-sia.
Semuanya terpakai dan mudah dipahami. Kesederhanaan desain seperti ini
ternyata yang menjadi pilihan banyak orang. Tidak terlalu susah
menjalankanya tapi tetap bergaya penggunaannya. Inilah desain khas dari
Apple iDevice yang simpel nan cantik, cocok untuk semua kalangan. Karena
tidak terlihatnya pemisahan segmen seperti usia, jenis kelamin dan kegiatan
secara spesifik, membuat Apple iDevice dapat diterima dengan sangat baik
oleh konsumen.

Apple memiliki nilai Psikologis yang tinggi karena setiap lini produk
apple memiliki daya tarik pada pandangan pertama. Garis dari lekukan casing
yang sederhana namun tetap elegan selalu menjadi ciri khas sejak awal
kemunculan iDevice. Absennya port usb yang tadinya sangat di sayangkan
justru malah menambah nilai estetika pemanfaatan ruang yang ada
semaksimal dan sefungsional mungkin. Kualitas rancang bangun dengan
material pilihan menjadi favorit Apple sehingga membuat iDevice tampak
kokoh dan elegan dalam genggaman.

Apple menyusun sebuah kemitraan strategis dengan raksasa software


Microsoft, yang menjadi lawan Apple dalam berbagai perselisihan hukum hak
paten yang melelahkan dan memboroskan anggaran.

Apple memiliki pelayanan yang hebat terhadap konsumen dengan cara


menanggapi keluhan konsumen dengan baik. Penggantian dengan unit baru
jika ada kerusakan dan jarang masuk service centre ternyata membawa
dampak yang cukup berkesan dihati konsumen. Kemudian keluhan dari
konsumen terhadap aplikasi yang mempunyai 'bug' pun sangat ditanggapi oleh
Apple. Jika ada maka ini diteruskan ke sang pengembang. Konsekuensinya

27
juga cukup berat jika pengembang lambat mengupdate aplikasinya, seperti
dihapusnya aplikasi tersebut dari Apps Store. Aturan sortir ketat terhadap
aplikasi yang mengandung kode berbahaya (malware) juga semakin
menambah kepercayaan konsumen dan semakin meningkatkan kompetensi
antar pengembang aplikasi. Inilah yang membuat ikatan antara Apple,
pengembang aplikasi dan konsumen terjalin harmonis dan tampaknya strategi
Apple ini sudah mulai dikuti oleh para kompetitornya.
Apple melakukan patent untuk menguasai pasar. Hal ini terlihat pada
Hampir setiap inovasi baru dari Apple selalu dipatentkan terlebih dahulu jauh
sebelum iDevicenya di luncurkan. Hampir keseluruhan aspek yang
melingkupi smartphone hingga ke hal yang sekecil-kecilnya di patentkan.
Walaupun tidak semua inovasi dari Apple untuk iOS yang akan diterapkan
pada iDevice tergolong baru, tapi tetap saja langkah strategis untuk
mengamankan pasar ini secara konstan dilakukan oleh Apple. Patent ini bisa
juga termasuk dari kampanye persiapan yang rutin dijalankan Apple, yang
bisa berfungsi sebagai 'product knowledge' untuk mengedukasi konsumen
Apple. Sehingga jauh hari sebelumnya para konsumen Apple tidak dihadapkan
oleh kebingungan dari penggunaan UI iDevice itu sendiri nantinya.

Lebih dari 200.000 patent atas nama Apple yang telah terdaftar juga
membuat sulit kompetitor menyaingi Apple. Salah langkah, jalur hukum
menghadang. Seperti pengalaman antara Samsung vs Apple beberapa pekan
yang lalu. Misi Apple melindungi hak cipta ini selalu mewarnai headline
berita tentang gadget dihampir semua media. Secara tidak langsung Apple
telah melakukan promosi yang itu penting untuk meningkatkan penjualan
iDevice mereka. Sedikit Gila, namun cerdas.

Strategi pemasaran produk Apple bermacam macam. Ada yang


secara langsung kepada konsumen ( Mac dan ipod ) dan ada pula yang

28
memalui makelar yaitu dengan cara bundling dengan beberapa operator selular
( iphone 3G dan iphone 3GS ). Di sini saya akan menjabarkan mengapa Apple
menggandeng operator selular untuk memasarkan iphone 3G dan iphone 3GS.
Berikut ini adalah 4 alasan mengapa Apple menggandeng operator selular
untuk memasarkan iphone :
1.Strategi Aras Korporasi
Menjualnya secara eceran, melalui distributor ataupun melalui
kerjasama dengan operator selular adalah sebuah pilihan. Sebuah cara dalam
berdagang dan ini tidak melanggar etika bisnis. Cara ini dipilih sebagai
strategi perusahaan dalam berbisnis. Hal utama adalah bisa mendatangkan
margin.

2. Berkelas dan Ekskusif


Dengan memilih tidak melayani pelanggan secara langsung, RIM dan
Apple Inc ingin menonjolkan kesan mewah dan hanya untuk kalangan
tertentu. Dengan harga yang cukup tiggi dan dipaket bersama jasa operator
selular artinya hanya orang-orang yang berduit saja yang mau secara rutin
mengeluarkan biaya bulanan. IPhone dan Blackberry yang dibeli selain dari
operator selular adalah produk Haram.
3. Membangun Loyalitas
Salah satu sifat mendasar manusia adalah ingin dihargai dan diakui.
Dengan menggunakan produk yang bukan sejuta umat, secara tidak langsung
penggunanya merasa bahwa mereka sebagian kecil kaum yang sukses secara
materi. Loyalitas pada perangkat ini terus mereka pertahankan demi status
sosial.
4. Mengikat Konsumen

29
Cinta itu tumbuh karena kebiasaan, konon begitu katanya. Kewajiban
berlangganan dalam waktu tertentu, minimal 2 tahun untuk bisa menggunakan
IPhone akan membuat orang cinta mati. Seperti nikotin atau zat adiktif, ada
yang hilang jika berhenti memakainya. Apalagi ditambah dengan berbagai
service yang menarik dari operator. Bahkan Barrack Obama ngotot untuk bisa
tetap bermain dengan BlackBerrynya walaupun sebagai presiden tidak
dibenarkan oleh protokoler kepresidenan US, akhirnya ia diizinkan.
Penerapan strategi people management perusahaan apple merupakan
perpaduan antara pengoptimalan sumber daya manusia yang handal dan kerja
tim dari berbagai fungsional untuk mencapai visi perusahaan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selain menawarkan kemudahan pembelian, RIM (Blackberry)
menciptakan pengalaman pelanggan (customer experience). Untuk
merealisasikan konsep tersebut, pihaknya membangun BlackBerry Lifestyle
Store (BBS) yang kini sudah berjumlah 8 gerai. Untuk layanan perbaikan dan

30
purna jual, RIM mendirikan BlackBerry Expert Center (BEC) sebanyak 57
gerai di 13 kota.
Penerapan strategi people management perusahaan apple merupakan
perpaduan antara pengoptimalan sumber daya manusia yang handal dan kerja
tim dari berbagai fungsional untuk mencapai visi perusahaan

B. Saran
Harga merupakan faktor yang paling berpengaruh bagi seorang
konsumen dalam mementukan pembelian. Oleh karena itu untuk
meningkatkan permintaan smartphone, masing-masing produsen dalam
menetapkan harga harus sesuai dengan fasilitas dan barang yang
ditawarkannya.Bila perlu dengan harga yang rendah tapi bisa memberikan
kualitas bagus sehingga konsumen bisa melirik smartphone yang diproduksi

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,


Implementasi dan Kontrol. Terjemahan Hendri Teguh dan Rony A.Rusli.
Jakarta: Perhalindo.

Kotler, philip & Kevin Lare Keller. 2007. Manajemen pemasaran. Edisi Dua
Belas Jilid 1. Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta : Indeks.

Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen. Alfabeta. Jakarta

31
Mowen, John.C dan Michael Minor. 2002. Consumer Behaviour. Alih Bahasa
Lina Salim. Jakarta: Erlangga.

Peter,J .Paul dan Jerry C.Olson. 2000. Consumer Behaviour.Jilid 2. Alih Bahasa
Damos Sihombing. Jakarta: Erlangga.

Purnama, Lingga. 2000. Strategic Marketing Plan. Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka.

Schiffman, G. Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen Edisi
ketuJuh. Alih Bahasa Drs. Zoelkifli Kasip. Jakarta : PT. INDEKS
Kelompok Gramedia

Simamora, Bilson.2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Tjiptono, Fandy.1997. Strategi Pemasaran (edisi 2). Yogyakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai