Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS INDEKS COMMONSIZE, MVA DAN EVA

MANAJEMEN KEUANGAN (C3) – EMA 232A


Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

KELOMPOK 5
Nama Anggota Kelompok :
Anak Agung Istri Agung Maha Dewi 2007531038 (10)
Ni Komang Yunikayanti 2007531038 (11)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka
membantu evaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan
masa lampau. Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknis
analisis pada laporan keuangan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-
ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian fungsi yang pertama dan yang terutama dari analisis laporan
keuangan adalah untuk mengkonversi data menjadi informasi. ada beberapa metode yang
dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan seperti analisis indeks, common size,
EVA, MVA dan lain sebagainya. Analisis indeks merupakan teknik analisis horizontal
terhadap laporan keuangan komparatif. Sedangkan laporan keuangan dalam persentase per-
komponen (Common-size) menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas
dasar total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis
common-size dan termasuk metode analisis vertikal.
Selain itu adapun pendekatan EVA dan MVA yang mulai digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan oleh perusahaan sebagai salah satu upaya untuk menghubungkan antara
kepentingan manajemen perusahaan dengan pemegang saham perusahaan. EVA dan MVA
merupakan salah satu cara yang tepat untuk dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan
dalam rangka peningkatan kesejahteraan para penyandang dana. Perkembangan berbagai
usaha pada saat ini membuat pendekatan EVA dan MVA dapat dijadikan sebagai salah satu
alat pengukur kinerja keuangan perusahaan yang tepat. Oleh karena itu analisis laporan
keuangan sangatlah penting dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Indeks dan Persentase Per Komponen (commonsize)


2.1.1 Analisis Indeks
Analisis indeks/trend adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik,
turun atau tetap yang dapat diketahui melalui laporan keuangan perusahaan. Angka indeks
100 adalah untuk tahun dasar atau tahun yang dianggap representative. Cara penyusunan
laporan dengan indeks, antara lain menentukan tahun dasar, menentukan angka indeks 100
pada tahun dasar untuk masing-masing pos, pos-pos dari periode laporan yang dianalisis
dibandingkan dengan pos-pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar, dalam
menghitung rasio trend/kecenderungan umumnya hanya perbandingan antara pos-pos yang
mempunyai hubungan informasi dengan pos-pos lainnya.
Operating asset turnover adalah perbandingan antara jumlah penjualan terhadap
jumlah aktiva yang beroperasi. Rasio ini menggambarkan ukuran tentang seberapa jauh
aktiva telah dipergunakan untuk kegiatan perusahaan, atau berapa kali perputaran aktiva
produktif dalam suatu periode. Rasio ini hanya mengukur mengenai hubungan antara
penjualan bersih dengan aktiva yang digunakan dan tidak memberikan informasi mengenai
laba yang diperoleh, penjualan adalah untuk 1 periode, sedangkan jumlah aktiva produktif
adalah akumulasi kekayaan perusahaan selama beberapa periode, dan tingkat penjualan
mungkin dipengaruhi oleh berbagai factor diluar kemampuan perusahaan atau uncontrollable
factors.
Tingkat perputaran aktiva yang tinggi belum tentu menggambarkan keefektifan
kegiatan perusahaan. Untuk itu, harus dihubungkan dengan profit margin atau persentase laba
terhadap penjualan. Dengan demikian akan diperoleh return on investment atau kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari seluruh dana yang diinvestasikan. Adapun
persentase kecenderungan akan lebih bermanfaat dan menghasilkan interpretasi mendekati
kebenaran apabila dipenuhi beberapa syarat antara lain prinsip-prinsi akuntansi harus
dilakukan secara konsisten pada periode yang bersangkutan, dan selama periode yang
dianalisis tidak terjadi perubahan tingkat harga atau nilai uang.
Contoh Kasus:
PT. PRADNYANA
NERACA PERBANDINGAN DENGAN PERSEN KECENDERUNGAN

2
PER 31 DESEMBER 2008-2012
% Kecenderungan th dasar 2008 =
Pos-Pos Desember 31 (Rp. 000.000)
100%
Aktiva Lancar 2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Kas 6 3 1,5 2,5 1 50 25 42 17
Piutang dagang 48 50 65 82 95 104 135 171 198
Persediaan 90 92,5 105 117,5 145 103 117 131 161
Persekot biaya 5 7,5 10 12,5 15 150 200 250 300
Jumlah aktiva
149 153 181,5 214,5 256 103 122 144 172
lancar
Tanah 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 100 100 100 100
Bangunan 71 78 73,5 54,5 50,5 110 104 77 71
Aktiva ttp.lainnya 32,5 35,5 31,5 45 45 109 97 138 138
Cad.peny.aktv.ttp (9) (11) (11) (12) (13) (117) (122) (133) (144)
Jumlah aktiva 251 263,5 283 309,5 346 105 113 123 138
Hutang & Modal
Hutang dagang 44 57 83,5 105 138 130 190 239 314
Hutang wesel 5 7,5 17,5 35 50 150 350 700 1000
Hutang gaji 20 24 40,5 30 36,5 120 203 150 183
Jumlah hutang
69 88,5 141,5 170 224,5 128 205 246 325
lancar
Hutang jk.panjang 5 5 5 5 5 100 100 100 100
Jumlah hutang 74 93,4 146,5 175 229 126 198 236 310
Modal saham 25 25 25 25 25 100 100 100 100
Laba ditahan 152 145 111,5 109,5 91,5 95 73 72 60
177 170 136,5 134,5 116,5 96 77 76 66
Jumlah hutang
251 263,5 283 309,5 346 105 113 123 138
& modal

PT. PRADNYANA
NERACA PERBANDINGAN DENGAN PERSEN KECENDERUNGAN
PER 31 DESEMBER 2008-2012
% Kecenderungan th dasar 2008 =
Desember 31 (Rp. 000.000)
Pos-Pos 100%
2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Penjualan neto 524 474,5 350 449 547,5 91 67 86 104
HPP 406 375,5 283 319 368 92 70 79 91
Laba kotor 118 99 67 130 179,5 84 57 110 152
Biaya penjualan 59,5 52 20 63,5 100,5 87 34 107 169
Biaya admin 30 20 11 34 53,5 67 37 113 178
Biaya operasi 89,5 72 31 97,5 154 80 35 109 172
Laba operasi 28,5 27 36 32,5 25,5 95 126 114 89
Biaya lain-lain
1,5 2 2,5 5,5 7,5 133 167 367 500
(bunga)
Laba bersih
27 25 33,5 27 18 93 124 100 67
sebelum pajak
Pajak 8 8 10 8 5 93 124 100 67
Laba bersih
19 18 23 19 13 93 124 100 67
setelah pajak
Interpretasi
Dari aspek likuiditas, aktiva lancar dari tahun 2008-2012 mengalami kenaikan.
Kenaikan utang lancar pada periode yang sama juga terjadi. Dar table diatas, dapat dilihat
persentase kecenderungan kenaikan utang lancar lebih besar daripada kenaikan aktiva lancar,
yang artinya trend likuiditas menurun.

3
Untuk aspek solvabilitas, jumlah utang dari tahun 2008-2012 mengalami kenaikan
dengan diikuti dengan penurunan modal yang dapat dilihat di table neraca. Hal ini
menunjukan bahwa trend solvabilitas perusahaan menurun.
Dari aspek rentabilitas, trend laba dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang
dapat dilihat di table laporan laba rugi. Sementara, jumlah aktiva dari tahun ke tahun naik.
Maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan rentabilitas perusahaan semakin menurun.
Dari aspek aktivitas usaha, trend penjualan neto di laporan laba rugi diatas dari 2009-
2012 menunjukan penurunan. Kalua dibandingkan dengan trend piutang dagang yang
mengalami kenaikan dari 2009-2012, yang disimpulkan bahwa bagian penagihan bekerja
kurang efektif. Kemudian, bila dibandingkan antara trend penjualan dengan trend persediaan
bahwa trend persediaan menunjukan kenaikan dari 2009-2012. Apabila keadaannya normal,
maka disimpulkan bahwa ada kemungkinan bagian pembelian atau pemasaran atau produksi
bekerja kurang efisien.
2.1.2 Analisis Commonsize
Munawir (2004) mengungkapkan, analisis persentase per komponen (commonsize)
adalah laporan keuangan dalam bentuk persentase masing-masing pos neraca terhadap
jumlahnya, dan masing-masing pos rugi laba terhadap jumlah penjualan. Jadi, analisis
commonsize adalah metode analisis laporan keuangan yang disusun secara vertical untuk
mengetahui persentase investasi (berapa persen investasi yang tertanam pada masing-masing
aktiva, yang dihitung dengan membandingkan masing-masing aktiva dengan jumlah aktiva)
pada masing-masing pos aktiva terhadap total aktiva, pos-pos pasiva terhadap total
pasivanya, serta pos-pos rugi laba terhadap total penjualan netonya, dengan keuntukngan
memperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai perbandingan.
PT IMASINDO
NERACA PERBANDINGAN COMMONSIZE
31 DESEMBER 2011 dan 2012
2011 2012 % SUB TOTAL % TOTAL
(Rp.000.000) (Rp.000.000) 2011 2012 2011 2012
AKTIVA
Kas 3 5 1 1 1 1
Piutang dagang 130 164 36 38 23 26
Persediaan 210 235 58 55 37 38
Persekot biaya 20 25 5 6 3 4

Jumlah aktiva lancar 363 429 100 100

Tanah 15 15 7 8 3 2
Bangunan 147 109 71 57 26 18
Aktiva tetap lainnya 63 90 31 47 11 15
Cad. Peny. Ak. Tetap (22) (24) (10) (12) (4) (4)
Jumlah aktiva tetap 203 190 100 100

4
Jumlah Aktiva 566 619 100 100
HUTANG
Hutang dagang 167 210 59 62 30 34
Hutang wesel 35 70 12 20 6 11
Hutang gaji 81 60 29 18 14 10
Jumlah hutang lancar 283 340 100 100
Hutang jangka 10 10 3 4 2 2
Modal saham 50 50 18 18 9 8
Laba ditahan 223 219 79 78 39 35
Jumlah Modal 283 279 100 100
Jumlah Ht. dan Modal 566 619 100 100

PT IMASINDO
LAPORAN LABA RUGI PERBANDINGAN COMMONSIZE
31 DESEMBER 2011 dan 2012
2011 2012
(Rp.000.000) (Rp.000.000)
Persentase Per Komponen
Penjualan neto 700 898 100 100
Harga pokok 566 638 81 71
Laba kotor 134 260 19 29
Biaya operasi:
Biaya penjualan 40 127 6 14
Biaya administrasi 22 68 3 8
Laba operasi 72 65 10 7
Biaya lain-lain 5 11 1 1
Laba bersih sebelum pajak 67 54 10 6
Pajak 20 16 3 2
Laba bersih setelah pajak 47 38 7 4
Interpretasi
Dari aspek likuiditas, perusahaan mengalami kenaikan yang terlihat dari persentase
persediaan menurun dari 58% di tahun 2011 ke 55% di tahun 2012. Sebagaimana diketahui
bahwa semakin dominan pos-pos aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah seperti
persediaan, menunjukan bahwa likuiditas perusahaan kurang baik.
Dari aspek solvabilitas, dijelaskan bahwa modal sendiri PT IMASINDO pada tahun
2011 sebesar 48% yang terdiri dari 9% modal saham dan 39% laba ditahan. Jumlah utang
sebesar 52%. Kalua dibandingkan dengan tahun 2012, maka terlihat modal < hutang, dengan
kata lain solvabilitas perusahaan semakin menurun.
Untuk tingkat efisiensi perusahaan, jika dibandingkan hpp 2011 dengan hpp 2012
terjadi peningkatan efisiensi dalam biaya produksi yang mengakibatkan laba kotor meningkat
dari 19% ke 29% dari penjualan. Kemudian, dilihat dari biaya operasi mengalami
peningkatan yang cukup besar dari 9% ke 22%, yang artinya bagian kantor kurang bekerja
secara efisien.
Dari aspek rentabilitas, PT IMASINDO memperlihatkan persentase laba bersih
sesudah pajak menurun karena terjadinya kenaikan biaya operasi yang cukup besar yang
mengakibatkan rentabilitas perusahaan semakin menurun.

5
2.2 Analisis EVA dan MVA
2.2.1 Market Value Added (MVA)
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
yang dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of eguity dan jumlah
yang ditanamkan investor kedalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai Market Value
Added (MVA). MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak
perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerja manajerial sepanjang
umur perusahaan yang di-present value-kan (Mirza & Imbuh, 1999).
MVA diperoleh dengan melalui selisih antara nilai pasar equity dengan modal ekuitas
yang disetor pemegang saham. Nilai pasar ekuitas diperoleh dengan mangalikan jumlah
saham beredar dengan harga saham, sedangkan modal ekuitas yang disetor pemegang saham
sama dengan total ekuitas perusahaan atau nilai buku ekuitas. Berdasarkan hal tersebut maka
formula MVA dapat ditulis sebagai berikut:
MVA = Nilai Pasar Ekuity - Modal Ekuitas yang Disetor Pemegang Saham
= (Jumlah Saham Beredar) (Harga saham) - Total Nilai Ekuitas
Contoh Kasus:
PT Wistawan memiliki market value of equity Rp 150 juta dan nilai modal yang
disetor adalah Rp 10 Juta. Maka MVA PT Wistawan adalah:
Rp 150 – Rp 10 = Rp 140 juta. Contoh lain perhitungan MVA adalah sebagai berikut:
PT WISTAWAN
MARKET VALUE ADDED (MVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungan MVA
Harga per Lembar Saham 23 26
Jumlah Saham Beredar (Juta) 50 50
Market Value of Equity 1150 1300
Book Value of Equity 896 840
MVA
254 460
(Market Value - Book Value)

MVA PT Wistawan tahun 2011 adalah Rp 254 juta dan tahun 2012 adalah Rp 460
juta, hal tersebut menunjukkan bahwa dampak tindakan manajerial sejak perusahaan berdiri
meningkat pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 254 juta Rp 460 juta.
2.2.2 Economic Value Added (EVA)

6
Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut:
EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) - Biaya Modal Setelah Pajak Yang
Diperlukan Untuk Mendukung Operasi
= EBIT (1-Pajak Perusahaan) - (Biaya Operasi) (Biaya Modal Setelah Pajak)
Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari hutang, saham
preferen dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan aset operasi bersih atau net
operating asset, yaitu modal kerja operasi bersih atau net operating working capital ditambah
investasi pabrik dan peralatan bersih. Operating asset sama dengan modal untuk membeli
operating asset. EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau true economic
profit suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat berbeda jika dibandingkan laba
akuntansi. EVA mencerminkan residual income yang tersisa setelah semua biaya modal,
termasuk modal saham, telah dikurangkan, Sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa
mengurangkan biaya modal.
Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai
tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari
tiga hal berikut ini (Stewart 1991), antara lain meningkatkan laba operasi tanpa adanya
tambahan modal, menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return
lebih besar dari pada biaya modal yang ada, menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha
yang tidak menguntungkan.
Keunggulan EVA menurut Teuku Mirza (1997), yaitu EVA memfokuskan
penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai
konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah
perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah dapat
digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding.
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA
hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Selain EVA
sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain EVA tidak mampu
memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan, sifat
pengukurannya jangka pendek, mengabaikan kinerja non keuangan perusahaan, tidak cocok
diterapkan pada industri tertentu, tidak bisa diterapkan pada masa inflasi, memerlukan
tambahan biaya.
Contoh Kasus:

7
PT WISTAWAN
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungan EVA
EBIT 283 263
Pajak (t) 40% 40%
NOPAT = EBIT(1-t) 169,80 157,80
Total Investor Supplied Operating Working Capital 1.800 1.455
Biaya Modal Setelah Pajak 11% 10,8%
Biaya Modal (Rp) 198 157,10
EVA = NOPAT - Biaya Modal (28,20) 0,70

EVA tahun 2012 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2011 negatif Rp 28,20
juta. NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah biaya modal
26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA meningkat.
Berdasakan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat dinyatakan 2
(dua) pengamatan yaitu:
1) Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT Wistawan tahun 2011 dan 2012, terlihat
terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 23 ke Rp 26 juta, dan kenaikan nilai
buku modal dari Rp 1.150 menjadi Rp 1.300, sehingga menyebabkan peningkatan MVA,
sehingga terjadi peningkatan nilai kemakmuran pemegang saham sebesar Rp 460 - Rp 254
= Rp 206 juta. Ada hubungan antara MVA dan EVA namun sifatnya tidak selalu searah.
Jika suatu perusahaan memiliki EVA negative, maka MVA mungkin saja akan bernilai
negatif atau sebaliknya. Harga saham sebagai salah satu komponen MVA akan lebih
banyak ditentukan oleh kinerja masa depan dan bukan kinerja masa lalunya.
2) EVA secara umum lebih bermanfaat dibanding MVA untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dengan alasan:
(1) EVA menunjukkan value added yang terjadi pada tahun tertentu
(2) EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar secara
individual, sedangkan MVA harus diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari
perusahaan besara secara individual, sedangkan MVA harus diterapkan untuk
perusahaan secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih banyak digunakan
untuk mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka waktu yang panjang.

8
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Analisis Indeks adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk mengetahui
kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik, turun atau
tetap. Kecenderungan posisi keuangan tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang
disusun untuk tiga periode atau lebih. Untuk melihat trend tersebut digunakan angka indeks
100 untuk tahun dasar. Sedangkan Analisis Persentase Per Komponen (Commonsize) adalah
metode analisis laporan keuangan yang disusun secara vertikal untuk mengetahui persentase
investasi pada masing-masing pos aktiva terhadap total aktiva, pos-pos pasiva terhadap total
pasivanya, serta pos-pos rugi laba terhadap total penjualan netonya. Keuntungan utama yang
diperoleh analisisis persentase per komponen ini adalah akan dapat diperoleh suatu dasar atau
ukuran umum yang dapat digunakan sebagai pembanding.
EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added) merupakan indikator
tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA dan MVA yang positif
menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pasar dan pemilik modal karena
perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modalnya
begitu pula sebaliknya. MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja
manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA diperoleh melalui selisih antara
nilai pasar ekuity dengan modal ekuitas yang disetor pemegang saham. EVA adalah ukuran
nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi
manajemen. EVA diperoleh melalui selisih laba bersih operasi setelah pajak dengan biaya
modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana


University Press.
Maranatha. 2019. Analisis atas Laporan Keuangan. Diakses pada 23 September 2021, dari :
http://repository.maranatha.edu/9280/2/0952193_Chapter1.pdf
Tim Penyusun, 2019. “Analisis EVA dan MVA”. Diakses pada 23 September 2021, dari :
http://eprints.umpo.ac.id/1247/3/BAB%20I.pdf
Mulana, Cepagung. 2017. “Makalah Analisis Trend dan Commonsize”. Diakses pada 23
September 2021, dari : https://cepagungmaulana.wordpress.com/2017/11/27/makalah-
analisis-trend-dan-comman-size/
Kusuma, Indra. 2017. “Analisis Kinerja Keuangan”. Diakses pada 23 September 2021, dari :
https://www.academia.edu/19067725/TUGAS_MANAJEMEN_KEUANGAN

10

Anda mungkin juga menyukai