Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RINA KARTIKA

NPM : 2106103040072
KELAS : 41
MATA KULIAH : PKN
BAB I
IDEOLOGI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSADAN BERNEGARA

A. HAKEKAT IDEOLOGI
Ideologi bagi suatu negara sangat besar peranannya karena semua kehidupan dalam berbangsa dan
bernegara sangat dipengaruhi oleh ideologinya. Ideologi mempunyai fungsi penting, yaitu
menanamkan keyakinan atau kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang teguh
pada ideologi itu.
1. Ideologi Liberalisme
Liberalisme berkembang di eropa barat, terutama Amerika Serikat. Bagus (1996:67) bahwa:
“Kapitalisme pada dasarnya merupakan sistem perekonomian yang menekankan kepada peran kapital
(modal) dengan segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam aktivitas untuk
menghasilkan barang lainnya”. Ebenstein dalam Kristeva (2015:13) menyebut kapitalisme sebagai:
“Sistem sosial yang menyeluruh dan lebih luas dari sekedar sistem perekonomian. Kapitalisme
bergerak sesuai dengan perkembangan nilai-nilai individualisme”.
2. Ideologi Komunisme
Ajaran komunisme mengajarkan mengenai keadaan bagi kemerdekaan proletariat atas penindasan
kaum borjuis. Dalam perkembangannya paham komunis terbagi dalam dua aliran, yaitu aliran sosial
demokrat yang disebut sosialisme dan aliran komunisme menurut ajaran Karl Marx dan Lenin
3. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila sebagai ideologi dasar nasional tumbuh dan berkembang menjadi way of life
(pandangan hidup), sebagai pedoman hidup dalam kehidupan bersama bangsa Indonesia, secara formal
dan informal.
A. PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Pancasila sebagai ideologi negara mmerupakan kristalisasi dari nilai- nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia.Pertama, Sidang Panitia
Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) dan di dalamnya
memuat Pancasila untuk pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Kedua, Setelah kemerdekaan Indonesia
sebelum sidang resmi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Pancasila sebagai
calon dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18
Agustus 1945 disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai Dasar
Filsafat Negara Republik Indonesia.
B. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
ideologi sangatlah wajar jika mengambil sumber atau berpandangan dari pandangandan
falsafah hidup bangsa. Hal tersebut akanmembuat ideologi tersebut berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan bangsa. Artinya, ideologi
tersebut bersifat terbuka dengan senantiasa mendorong terjadinya perkembangan-
perkembangan pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa harus kehilangan jatidirinya.
Kondisi ini akan berbeda sama sekali, jika ideologi tersebut berakar pada nilai-nilai yang
berasal dari luar bangsanya atau pemikiran perseorangan. Ideologi yang seperti itu akan kaku
dan cenderung bersifat dogmatis sempit. Dengan kata lain, ideologi tersebut bersifat tertutup.
keterbukaan ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1) Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, Keadilan.
2) Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
BAB II
NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

A. NEGARA
1. Pengertian Negara
Pengertian Negara adalah suatu organisasi kekuasaan manusia-manusia (masyarakat) dan
merupakan alat yang akan dipergunkan untuk mencapai tujuan bersama
1. Unsur-Unsur Negara
a) Harus Adanya Wilayah
b) Harus Adanya Rakyat
c) Adanya Pemerintahan Negara
B . PEMERINTAH/PEMERINTAHAN
1. Pengertian Pemerintah/Pemerintahan
Secara teoritik dan praktik, terdapat perbedaan antara pemerintah dengan pemerintahan
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan rakyat dan kepentingan negara (Kamus besar bahasa Indonesia, 1996: 756).
2. Kekuasaan Pemerintah
Salah satu ciri negara hukum adalah adanya pembatasan kekuasaan dalam penyelenggaraan.
Negara.
a. Kekuasaan Legislatif
b. Kekuasaan Eksekutif
c. Kekuasaan Yudikatif
1. Susunan Pemerintah Negara Indonesia.
Susunan organisasi Republik Indonesia terdiri dari dua susunan utama, yaitu:
a. Susunan organisasi tingkat pusat diatur dalam UUD
b. Susunan organisasi negara tingkat daerah
2. Macam-Macam Jabatan Pemerintahan
a. Instansi-instansi resmi pemerintah yang berada di bawah Presiden sebagai eksekutif.
b. Instansi-instansi dalam lingkungan negara di luar lingkungan kekuasan eksekutif yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan melaksanakan urusan pemerintah.
c. Badan-badan hukum perdata yang didirikan oleh pemerintah dengan maksud untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
d. Instansi-instansi yang merupakan kerja sama antara pihak pemerintah dengan pihak
swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
e. Lembaga-lembaga hukum swasta yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan sistem perizinan melaksanakan tugas pemerintahan (Indroharto, 1992: 137).
3. Wewenang Pemerintah
Untuk memperoleh wewenang pemerintah tersebut, dapat dilakukan melalui tiga yaitu:
1) Atribusi
2) Kebijakan
3) Mandat
C . PENYELENGGARA OTONOMI DAERAH
Tujuan pemberian otonomi pada daerah adalah:
a) mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat.
b) Menumbuh kembangkan daerah dalam berbagai bidang.
c) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
d)Menumbuhkan kemandirian daerah, dan
e)Meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan (HAW. Widjaja, 2005 : 17).
BAB III
IDENTITAS NASIONAL

A. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL


Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa, secara fisiologi yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut
maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan,
sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.
Identitas nasional tersebut pada dasarnya menunjuk pada identitas- identitas yang sifatnya
nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena identitas
nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah
mereka bernegara. Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir belakangan bila
dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu
secara askriptif. Sebelum memiliki identitas nasional, warga bangsa telah memiliki identitas
primer yaitu identitas kesukubangsaan.
B. KARAKTERISTIK, HAKIKAT DAN FUNGSI IDENTITAS NASIONAL
1. Persamaan nasib. Kenyataan sejarah menegaskan bahwa negara Indonesia dijajah dalam
tempo ratusan tahun lamanya.
2. Sama-samaberkeinginan untuk merdeka, bebas dari segala bentuk belenggu penjajahan
dalam bentuk apapun itu.
3. Kesatuan Indonesia. Kita tinggal di tempat dan wilayah nusantara yang berbentuk
kepulauan. Membentang dari ujung Aceh sampai ujung Papua. Ini juga salah satu
karakteristik Identitas Nasional Bangsa Indonesia yang begitu kaya dan berharga.
•Ada beberapa fungsi identitas nasional sebagai berikut:
1 Sebagai pemersatu bangsa.
2 Sebagai ciri khas yang membedakan sebuah bangsa dari bangsa yang lain.
3 Sebagai pegangan atau landasan bagi sebuah negara untuk
4 berkembang atau mewujudkan potensi yang dimiliki.
C . UNSUR-UNSUR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL
1. Suku bangsa
2. Kebudayaan
3. Bahasa
4. Wilayah Geografis
• Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian sebagai berikut:
1. Identitas Fundamental, Istilah fundamental sering diartikan sebagai sesuatu hal yang
pokok dan pokok. Ibarat rumah, fundamental itu adalah pondasinya.
2. Identitas Instrumental Instrumental adalah istilah lain dari alat atau media. Dalam
kajian Identitas Nasional Indonesia, maka yang menjadi identitas Instrumental adalah
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
3. Identitas Alamiah, Berbeda dengan kedua jenis Identitas Nasional di atas, yang satu
ini bersifat alami. Dengan kata lain tercipta dengan sendirinya dengan kuasa Tuhan
tentunya.
C. PENERAPAN IDENTITAS NASIONAL DI Indonesia
Adapun dalam kehidupan keseharian, salah satu contoh bentuk implementasi atau penerapan
Identitas Nasional adalah upacara bendera tiap hari senin. Ya seperti kita tahu setiap hari senin,
di sekolah atau lembaga, Dalam upacara bendera secara keseluruhan telah mencakup banyak
unsur pembentuk Identitas Nasional
BAB IV
KEWARGANEGARAAN

A. PENGERTIANKEWARGANEGARAAN
Kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara
negara dengan warga negara. Warganegara sebagai terjemahan dari citizen artinya adalah
anggota dari komunitas yang membentuk negara itu sendiri . Warga Negara adalah yang
menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara, dahulu disebut kawula negara,
sekarang lazim disebut warganegara. Sesuai dengan kedudukannya sebagai orang yang
merdeka. Dia bukan lagi hamba, melainkan peserta, anggota atau warga dari suatu negara.
B. PENENTUAN KEWARGANEGARAAN
A. Asas Ius Soli Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan sesseorang ditentukan dari
tempat dimana orang tersebut dilahirkan
B. Asas Ius Sanguinis Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan
berdasarkan keturunan dari orang tersebut.
C. Asas Naturalisasi (pewarganegaraan ) Meskipun orang tidak dapat memenuhi dua prinsip
di atas,namun dapat juga memperoleh kewarganegaraan dengan jalan pewarganegaraan
atau naturalisasi. Setiap Negara memiliki mekanisme tersendiri terkait dengan naturalisasi
ini.
C. PERSOALAN KEWARGANEGARAAN
Penentuan kewarganegaraan dengan cara berbeda-beda oleh setiap Negara dapat menciptakan
persoalan kewarganegaraan bagi seorang warga negara. Persoalan kewarganegaraan yang
dapat terjadi ialah munculnya apatride dan bipatride. Apatride adalah sebutan untuk orang-
orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah sebutan untuk orang- orang
yang memiliki kewarganegaraan rangkap (dua). Bahkan, dapat muncul multipatride yaitu
sebutan untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan banyak (lebih dari dua).
(A.Ubaidillah,dkk 2007:61)Bipatride sering terjadi pada daerah perbatasan dua negara, oleh
karena itu butuh aturan yang ketat terkait perbatasan sehingga ada kejelasan status
warganegara di daerah tersebut (Kartasapoetra. 1993: 217)
D. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut: (Winarno, 2007:58)
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
2. Hak membela Negara.
3. Hak mengemukakan pendapat
4. aaHak kemerdekaan untuk memeluk agama.
5. hak dan kewajiban bela Negara.
6. Hak untuk mendapatkan pengajaran
7. Hak mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
8. Hak ekonomi atau hak mendapatkan kesejahteran social.
9. Hak untuk mendapatkan jaminan keadilan social
E. KETENTUAN UNDANG-UNDANG MENGENAI WARGA NEGARA Indonesia
a. Tentang pewarganegaraan.Pewarganeraan adalah tata cara bagi warga Negara asing untuk
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.
b.Tentang kehilangan kewarganegaraan, Pewarganeraan adalah tata cara bagi warga Negara
asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.
Dalam undang-undang dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia
dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan. (Winarno, 2007:54)
Menteri meneruskan permohonan tersebut disetai dengan pertimbangan kepada presiden
BAB V
KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA

A. KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan Nasional mmerupakan konsep pembangunan, sehingga dimasukkan dalam
program pembangunan baik jangka pendek, menengah, maupun panjang. Dengan
dimasukkannya Ketahanan Nasional ke dalam GBHN (dalam hal ini sebagai modal dasar
pembangunan nasional) maka konsepsi Ketahanan Nasional telah menjadi doktrin
pelaksanaan pembangunan. Artinya, Ketahanan Nasional memberikan tuntunan dalam
penerapan program-program pembangunan serta bagaimana memadukannya menjadi satu
kesatuan yang bulat pada benang merah yang ditunjukkan oleh konsepsi Wawasan Nusantara.
•Menurut Sigit Dwi Kusrahmadi dalam Sumarsono (2001:1) bahwa Ketahanan Nasional dapat
dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu:
1) Ketahanan nasional sebagai “kondisi dinamis” yang mengacu pada
keadaan rill dalam masyarakat yang dapat diamati secara langsung.
2) Ketahanan nasional sebagai “konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan
negara” dengan mensinergiskan antara keamanan dan kesejahteraan.
3) Ketahanan nasional sebagai “metode berpikir”, dimana gatra alamiah dan
gatra sosial dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh.
•bahwa Ketahanan nasional dapat dilihat dalam tiga wujud, yaitu:
1) Ketahanan nasional sebagai metode, dimana penerapan metode berpikir induktif dan
deduktif dengan tetap memperhatikan asta gatra secara komprehensif dan integral yang
dikenal dengan berpikir sistem.
2) Ketahanan nasional sebagai kondisi, dimana perwujudannya didasarkan pada fakta
empiris dalam masyarakat terkait dengan Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan
(AGHT) di satu sisi dan adanya keuletan dan ketangguhan untuk mengembangkan
kekuatan dan kemampuan di sisi lainnya.
3) Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional, dimana adanya pengaturan dan
penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan secara seimbang untuk melahirkan bangsa
yang kuat dan tangguh.
• Ketahanan nasional suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak unsur terdiri dari:
(1) Gatra letak dan kedudukan geografis.
(2) Gatra keadaan dan kekayaan alam.
(3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk.
2) Lima gatra (Panca gatra), terdiri dari:
(1) Gatra ideologi.
(2) Gatra politik.
(3) Gatra ekonomi.
(4) Gatra sosial budaya.
(5) Gatra pertahanan dan keamanan (Kemendikbud Dirjendikti Belmawa,2013:161-162)
B. BELA NEGARA
a. Bela Negara Secara Fisik
Menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan
warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota
Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran.
b. Bela Negara Secara Nonfisik
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara nonfisik dapat diselenggarakan
melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi
. BAB VI

DEMOKRASI

A. PENGERTIAN DAN SEJARAH DEMOKRASI


Demokrasi lahir di Yunani kuno sekitar tahun 508 SM. Setelah dimulainya reformasi sistem
pemerintahan di city state (Negara kota) yang dilakukan oleh Kleithenes. Kleithenes bersama
dengan para bangsawawan atas bantuan Sparta menumbangkan Hipias, seorang penguasa tiran
yang lalim pada saat itu. Setelah Hipias tumbang dari panggung kekuasaan, Kleithenes atas
bantuan rakyat mencoba mengalahkan rival-rival politiknya yang akhirnya membawanya
memimipin Yunani.
B. MACAM-MACAM DEMOKRASI
1. Macam-Macam Demokrasi Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat:
a.) Demokrasi Langsung (Direct Democracy)
b). Demokrasi Tidak Langsung (Indirect Democracy)
2. Macam-Macam Demokrasi Berdasarkan Fokus Perhatiannya
a). Demokrasi Formal
b). Demokrasi Material
c) Demokrasi Gabungan
3. Macam-Macam Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi
a) Demokrasi Liberal
b) Demokrasi Komunis
c) Demokrasi Pancasila
C. CIRI, PRINSIP DAN NILAI DEMOKRASI
Ciri-ciri demokrasi digambarkan dalam suatu pemerintah didasarkan atas sistem demokrasi :
1) Pemerintah berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak
2) Ciri Kontitusional
3) Ciri Perwakilan
4) Ciri Pemilihan umum
5) Ciri Kepertaian
6) Ciri kekuasaan
7) Ciri Tanggung Jawab
D. MEMBANGUN DEMOKRASI YANG RELIGIUS
Semua umat beragama di mana pun, termasuk Islam, ketika berhadapan dengan problem-
modern kemasyarakatan, biasanya akan mencari akar otentisitas dalam ajaran dan sejarah
agamanya. Ketika umat Islam dihadapkan pada persoalan bagaimana membentuk masyarakat
yang ideal, maka yang terbayang dalam benak kita, adalah model, gaya dan praktek Rasulullah
dalam menciptakan masyarakat masanya.Ketika Rasul merasa tidak mungkin menciptakan
tatanan ideal masyarakat pada fase Mekkah, maka Hijrah (pindah) ke Madinah merupakan
jalan keluar terbaik untuk membentuk masyarakat yang dicita-citakan.
BAB VII
KONSTITUSI DAN RULE OF LAW

Konstitusi merupakan hukun dasar suatu negara. Untuk mengetahui bagaimana


pemerintahan sebuah negara, pemegang kedaulatan dalam suatu negara, strktur negara,
bentuk negara, kekuasaan peradilan suatu negara, kelembagaan negara, hak dan
kewajiban negara serta hak dan kewajiban warga negara, dapat dipelajari dari konstitusi
suatu negara.
fungsi dan tujuan konstitusi dalam negara berubah dari zaman-ke zaman. Pada masa
peralihan dari negara feodal monarki atau ologarki dengan kekuasaan mutlak penguasa
ke negara nasional demokrasi, konstitusi berkedudukan sebagai benteng pemisah antara
rakyat dengan penguasa yang kemudian secara berangsur-angsur mempunyai fungsi
sebagai alat rakyat dalam perjuangan kekuasaan melawan golongan penguasa. Sejak itu
setelah perjuangan dimenangankan oleh rakyat, konstitusi bergesar kedudukan dan
perannya dari sekedar penjaga keamanan dan kepentingan hidup rakyat terhadap
kezaliman penguasa menjadi senjata pamungkas rakyat untuk mengakhiri kekuasaan
sepihak satu golongan dalam sistem monarki dan oligarki, serta untuk membangun tata
kehidupan bari atas dasar landasan kepentingan bersama rakyat dengan menggunakan
berbagai ideologi seperti: individualisme, liberalisme, universalisme, demokrasi dan
sebagainya.
Konstitusi sebagai hukum dasar dalam negara sangat tergantung pada pemegang
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara
menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusinya adalah rakyat.
Jika negara menganut pahan kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku
tidaknya suatu konstitusi.
Konstitusi Negara Republik Indonesia secara resmi bernama Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hukum dasar yang mengatur cara
bernegara bangsa Indonesia. Bentuk Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
merupakan konstitusi tertulis yang dimuat dalam suatu naskah Isi dan subtansinya
bersifat fundamental bagi hukum organisasi negara, juga mengenai semua aspek
bernegara seperti hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, hubungan luar
negeri, hak asasi warga negara dan lain-lain. Artinya, UUD 1945 Konstitusi dapat berupa
hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak
tertulis. Konstitusi yang tertulis biasa disebut dengan Undang-Undang Dasar. Sedangkan
konstitusi yang tidak tertulis disebut konvensi yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau
aturan- aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Konstitusi Negara Republik Indonesia secara resmi bernama Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hukum dasar yang mengatur cara
bernegara bangsa Indonesia. Pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untk membatasi
kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan
merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.
Setelah terjadi perubahan fungsi negara bukan saja menjaga ketertiban dan ketentraman
dalam masyarakat tetapi juga mewujudkan kesejahteraan, maka terjadi perkembangan
negara hukum dari nachtwachtresstaat kepada negara hukum Welfare state (negara
hukum kesejahteraan).Salah satu konsep negara hukum adalah rule of law. Pada
prinsipnya rule of law ditujukan untuk memberikan pengakuan dan perlindungan hukum
bagi warga masyarakat terhadap tindakan atau perbuatan pemerintah yang dianggap
menyalahgunakan wewenang (detournament de pouvoir), berbuat sewenang-wenang
(willekeur, onredelijkheid) dan perbuatan melanggar hukum oleh penguasa atau
pemerintah (onrechtmatige overhaidsdaad).
BAB VIII
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

A. POLITIK NASIONAL
Politik dalam sejarah perkembangannya di Athena Yunani, dimana negara kota (polis)
telah menerapkannnya melalui pemilihan langsung. Namun demikian, dalam
perkembangan selanjutnya telah melahirkaan berbagai konsep tentang politik itu sendiri
sesuai dengan pemikiran para politikus pada waktu itu. Politik berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan, dimana politik membahas soal-soalyang berkaitan
dengan masalah bagaimana pemerintahan itu dijalankan agardapat terwujud sebuah
kelompok masyarakat politik atau suatu organisasinegara yang baik.
•Untuk memahami sistem politik perlu memahami empat hal berikut:
1.Unit-unit dan batasan-batasan suatu sistem politik
2.Input dan output
3. Diferensiasi dalam sistem
4. Integrasi dalam sistem
Aktivitas politik tidak terlepas dari proses politik yang sedang
berlangsung. Dimana, menurut Irianto Maladi Agus (2015:7) bahwa proses politik
mengacu kepada suatu keadaan, dimana ketika orang berusaha memperoleh akses pada
kekuasaan politik dan menggunakannya untuk kepentingan mereka atau kelompok
mereka sendiri. Dalam hal ini, proses politik dapat dimaknai sebagai perjuangan
memperoleh akses atau jalur politik demi mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Selain itu,
proses politik sarat dengan kepentingan sehingga berimplikasi terhadap struktur
masyarakat yang saling beroposisi. Harus disadari bahwa kesepakatan dan kendali sosial
tidak pernah lengkap, konflik antara individu dengan kelompok, serta antara kelompok
dengan kelompok adalah sesuatu yang selalu menyatu dalam kehidupan manusia sehari-
hari.
B. STRATEGI NASIONAL
Berdasarkan catatan sejarah, istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer
untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki agar dapat mencapai kemenangan
dalam peperangan. Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya istilah strategi
ini dapat dimaknai secara berbeda secara terminologinya.
Taktik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari strategi perlu melakukan analisis yang
lebih mendalam, baik secara internal maupun eksternal.Analisis lingkungan internal
organisasi dimaksudkan kegiatan untuk menilai apakah organisasi dalam posisi yang
kuat (Strength) ataukah lemah (Weaknesses), penilaian tersebut didasarkan pada
kemampuan internal (aset, modal, teknologi) yang dimiliki oleh organisasi dalam upaya
untuk mencapai misi yang telah ditetapkan.
C. POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
Politik dan strategi nasional pada hakekatnya merupakan upaya yang dilakukan oleh
penyelenggara negara untuk mencapai tujuan nasional tertuang dalam rencana
pembangunan yang berkelanjutan. Politik dan strategi nasional ini pada masa Orde baru
dituangkan dalam rencana pembangunan baik jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang yang dikenal dengan Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Namun demikian, sejak bergulirnya reformasi konsep pembangunan ini disesuaikan
dengan visi dan misi para penyelenggara negara yang dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Oleh karena itu,sejak tahun 2004 Politik dan
Strategi Nasional merupakan kewenangan Presiden dan Wakil Presiden, dijabarkan
melaluiVisi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden untuk jangka waktu lima tahun.
BAB IX
HUKUM, HAK ASASI MANUSIA DAN KOMISI KEBENARAN
DAN REKONSILIASI ACEH (KKRA)

Hak Asasi Manusia adalah hak yang bersifat kodrati yang diberikan oleh tuhan kepada manusia yang
harus dijunjung tinggi, dihargai, dihormati demi tercapainya hak tertinggi dari harkat dan martabat,
kesejahteraan kebahagiaan dan kecerdasan serta keadilan bagi seluruh masyarakat di dunia.
a) Sebelum perang dunia II
Sebelum perang dunia ke II, beberapa perkembangan dalam hukum internasional yang patut di catat
sebagai tonggak penting dalam perkembangan hak asasi manusia internasional diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Hak Asasi Manusia dan Hukum Internasional Tradisional
Pada awal pertumbuhannya, hukum internasional hanya merupakan hukum yang mewadahi
pengaturan tentang hubungan antara negara-negara belaka.Subyeknya sangateksklusif, yakni hanya
mencakup negara. Entitas- entitas yang lain, termasuk individu,hanya menjadi objek dari sistem
itu,atau penerima manfaat (beneficiary) dari sistemtersebut.
2). Doktrin Intervensi Kemanusiaan
Doktrin intervensi kemanusiaan merujuk pada doktrin yang menegaskan bahwa suatu negara dapat
mengintervensi secara militer untuk melindungi penduduk atau sebagian penduduknya yang berada di
negara lain jika penguasa negara tersebut memperlakukan mereka secara semena-mena.
3). Penghapusan perbudakan
Gerakan penghapusan perbudakan itu juga dilandasi oleh motif kepedulian kemanusiaan yangbesar.
4).Pembentukan Palang Merah Internasional
Kemajuan besar yang lain dalam hukum kemanusiaan internasional pada paruh kedua abad ke-19
adalah pembentukan Komite Palang Merah Internasional (1863), danikhtiar organisasi itu dalam
memprakarsai dua konvensi internasional untuk melindungikorban perang dan perlakuan terhadap
tawanan perang, yang dikenal dengan Konvensi Jenewa.
b). Setelahperangduniake-II
Doktrin dan kelembagaan hukum internasional yang dipaparkan di atas telah ikut mendorong
perubahan yang radikal dalam hukum internasional, yaitu berubahnya status individu sebagai subyek
dalam hukum internasional.Individu tidak lagi dipandang sebagai obyek hukum internasional,
melainkan dipandang sebagai pemegang hak dan kewajiban. Dengan status ini, maka individu dapat
berhadapan dengan negaranya sendiri di hadapan Lembaga-Lembaga Hak Asasi Manusia Perserikatan
Bangsa Bangsa. Perubahan ini dipercepat dengan meledaknya Perang Dunia II yang memberikan
pengalaman buruk bagi dunia internasional. Agar tidak mengulangi pengalaman yang sama,
masyarakat internasional membangun konsensus baru yang lahir dalam bentuk norma, doktrin, dan
kelembagaan baru dalam hukum internasional. Berikut ini akan dibahas norma, doktrin, dan
kelembagaan hukum internasional yang lahir pada periode pasca Perang Dunia II yang melahirkan
hukum hak asasi manusia internasional.
1) Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan pada tahun 1945 sebagai pengganti dari Liga Bangsa-
Bangsa. Terbentuknya Perserikatan Bangsa- Bangsa dikarenakan oleh situasi kekejaman dari Perang
Dunia ke 2 dan korban Sosialisme Nasional (Manfred Nowak. 2003: 73).
2) The International Bill of Human Rights
International Bill of Human Rights adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada tiga instrumen
pokok hak asasi manusia internasional beserta optional protocol-nya yang dirancang oleh PBB. Ketiga
instrumen itu adalah: Pertama, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of
Human Rights). Kedua, Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant
on Civil and Political Rights). Dan Ketiga, Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial
danBudaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights).

Anda mungkin juga menyukai