Anda di halaman 1dari 13

Soal 1 (skor 25)

Setiap negara mempunyai identitas nasional masing-masing tak terkecuali dengan Indonesia.
Fungsi dari identitas nasional adalah untuk membbedakan negara yang stau dengan negara
yang lainnya. Identitas nasional tersebut baisanya lahir dari berbagai nilai-nilai yang ada di
suatu bangsa.

Dari paparan tersebut silahkan uraikan makna dari identitas nasional dan berikanlah contoh
identitas nasional yang ada di Indonesia!

(Petunjuk: silakan baca dan pahami terlebih dahulu definisi identitas nasional yang ada dalam
BMP MKDU4111!)

Jawaban :

Pengertian dari istilah identitas nasional ini akan ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu sudut
pandang etimologis, historis, dan terminologis.

Menelusuri arti kata secara etimologis, berarti menelusuri makna dari segi asal katanya.
Referensi yang paling mudah untuk dijadikan sebagai sumber rujukan adalah Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Istilah identitas nasional terbentuk oleh dua kata, yaitu identitas dan
nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata identitas berarti "ciri-ciri atau
keadaan khusus seseorang" atau "jati diri". Kata identitas berasal dari kata "identity". Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kata identitas menunjuk pada ciri atau penanda yang
dimiliki oleh seseorang pribadi dan dapat pula kelompok. Kata nasional berarti bersifat
"kebangsaan" ; "berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri" ; "meliputi suatu bangsa".

Berdasarkan arti yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, identitas
nasional dengan demikian dapat diartikan sebagai ciri-ciri, segala perasaan, atau sifat-sifat
kebangsaan yang berasal dari bangsa itu sendiri. Berdasarkan arti kamus ini, identitas nasional
dapat dipahami sebagai ciri khas yang dimiliki oleh suatu bangsa dan berasal dari bangsa itu
sendiri, yang pada akhirnya menjadi penentu atau pembeda bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Identitas nasional dengan demikian mencakup dua aspek. Pertama adalah aspek ciri khas.
Identitas nasional selalu merupakan representasi dari keadaan suatu bangsa. Identitas adalah
gambaran yang mewakili keadaan dari bangsa tersebut. Kedua, identitas nasional juga
merupakan pembeda dari bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Disamping menunjukkan
ciri-ciri yang merepresentasikan keadaan suatu bangsa, identitas juga harus menunjukkan
kekhasan bangsa tersebut dibandingkan dengan bangsa lain sehingga dengan identitas
tersebut, bangsa yang bersangkutan menunjukkan perbedaannya dengan bangsa lain.

Sudut pandang kedua yang dapat digunakan untuk mengkaji pengertian identitas nasional
adalah sudut pandang historis. Secara historis, ide tentang identitas nasional Indonesia
bukanlah ide yang baru. Ide ini telah muncul sejak masa perjuangan kemerdekaan. Kesadaran
tentang pentingnya identitas nasional Indonesia secara historis tepatnya muncul setelah banyak
pemuda Indonesia yang menjalani pendidikan di Eropa. Kesadaran tentang pentingnya identitas
nasional Indonesia, khususnya pada tahap awal munculnya ditandai dengan
diselenggarakannya Kongres Budi Utomo 1908. Rakyat Indonesia mulai sadar untuk melepaskan
diri dari penjajahan bangsa asing. Rakyat Indonesia mulai sadar untuk menemukan identitas
dirinya sebagai bangsa yang telah terlambat perkembangannya karena dalam keadaan terjajah
sehingga muncullah kesadaran untuk bangkit mengatur kehidupannya sendiri sebagai sebuah
bangsa yang bernegara sendiri.

Sudut pandang berikut ya yang dapat digunakan untuk mengkaji pengertian dari identitas
nasional adalah sudut pandang terminologis. Mengkaji pengertian identitas nasional dari sudut
pandang terminologis adalah mengkaji pengertian dari kata tersebut dalam kedudukannya
sebagai sebuah istilah.

Contoh dan bentuk-bentuk identitas nasional yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Bendera negara adalah sang Saka Merah Putih


2. Bahasa Nasional atau bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia.
3. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
4. Lambang Negara adalah Garuda Pancasila.
5. Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika.
6. Dasar falsafah negara adalah Pancasila.
7. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara adalah UUD NRI 1945.
8. Bentuk Negara adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara.
10. Kebudayaan-kebudayaan daerah diterima sebagai kebudayaan nasional.

Soal 2 (Skor 25)

Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia sudah final dan menjadi harga mati.
Sebagai ideologi dan dasar negara Pancasila mempunyai nilai-nilai luhur untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara serta menjadi sumber dari segala sumber hukum yang ada di
Indonesia. Sila-sila dalam Pancasila mempunyai keterkaitan dan membentuk sebuah hirarki
pyramidal. Oleh karena itu, Pancasila mempunyai makna yag mendasar dan tidak dapa
dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Dari uraian di atas lakukanlah analisis terkait dengan sila-sila Pancasila dilihat dari causa
materialis dari Pancasila!

(Petunjuk: silakan baca dan pahami terlebih dahulu tentang sila-sila Pancasila di BMP
MKDU4111)

Jawaban :

Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam
adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya sehingga pada hakikatnya nilai-nilai
yang menjadi unsur-unsur Pancasila adalah digali dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa
nilai-nilai adat kebudayaan dan nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia. Jadi asal mula bahan atau causa materialis Pancasila adalah bangsa Indonesia
sendiri yang berupa kepribadian dan pandangan hidup. Catatan yang perlu mendapatkan
perhatian, bahwa nilai-nilai yang terdapat pada kelima sila Pancasila merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang ideal, sedangkan yang dianggap tidak ideal tidak diakomodasikan. Jika kita
perhatikan dengan seksama, maka tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan bahwa terdapat hal-
hal yang kurang baik dan berat sebelah, seperti terlalu individua atau sebaliknya terlalu sosial,
sehingga mengorbankan kepentingan sosial atau sebaliknya mengorbankan kepentingan
sendiri, sedangkan sila-sila Pancasila berupaya mencari jalan tengah di antara kedua kutub itu.

Prof. Notonagoro untuk mencari asal mula Pancasila menggunakan teori causalitas (sebab
akibat). Berdasarkan teori causalitas tersebut, causa materialis Pancasila berasal dari adat
kebiasaan, kebudayaan dan agama yang ada di Indonesia (Notonagoro, 1975: 32). Dengan
demikian, tidak dapat diragukan bahwa dasar negara yang kita miliki digali dari nilai yang
terdapat dalam masyarakat. Nilai tersebut tersebar pada masyarakat, digunakan untuk
mengatur kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, tidak, diragukan lagi bahwa Pancasila
sebenarnya merupakan budaya dan pembudayaan bangsa Indonesia yang perlu dipahami
secara ilmiah oleh bangsa Indonesia.

1. Adat-istiadat

Sebelum melihat sejauh mana implementasi adat-istiadat dalam Pancasila, dan bagaimana
bentuk konkretnya dalam sila-sila Pancasila terlebih dahulu diuraikan karakteristik adat-istiadat
tersebut. Pada pokoknya adat-istiadat merupakan urusan kelompok; tidak ada adat-istiadat
orang seorang. Seseorang mengikuti adat-istiadat bersama dengan orang lain; adat-istiadat
sekaligus merupakan urusan masyarakat. Masyarakat ini kadang-kadang mempunyai
pembatasan yang agak cermat, misalnya, sebuah suku atau satu persekutuan pedesaan yang
masih tertutup di dalam masyarakat yang bersifat sangat agraris.

Dengan diambilnya adat-istiadat sebagai unsur sila Pancasila, memang sangat tepat, sebab para
pemimpin kita yang merumuskan sila-sila Pancasila mengharap negara yang berdasarkan
Pancasila merupakan negara kekeluargaan, bukan negara yang bersifat orang perorangan.
Pancasila bukanlah sebuah ideologi yang ditanamkan dari atas, melainkan merupakan
manifestasi moralitas publik. Artinya, dimensi otoritas dan tradisi seharusnya melenturkan diri
sefleksibel mungkin, sehingga publik pun berpartisipasi dalam diskursus tentang nilai-nilai dasar
Pancasila itu (Lanur, 1995: 11).
Karakteristik lain dari adat-istiadat. Orang tidak lagi mempertanyakan tentang asal-usul serta
apa yang hendak dicapai oleh adat-istiadat, melainkan orang mematuhi secara diam-diam dan
tanpa mempersoalkannya. la diterima dan dipatuhi sebagai sesuatu yang wajar. la tidak
memerlukan dasar pembenaran; paling-paling kehendak Tuhan merupakan dasar
pembenarannya (de Vos, 1987: 43). Dari kedua karakteristik adat-istiadat di atas, sudah sangat
jelas maksud dan tujuannya. Di samping itu, tampaknya adat-istiadat memiliki karakteristik
yang universal, artinya berlaku untuk adat istiadat dimana pun dengan tidak melihat di mana
tempat keberadaannya. Dengan demikian, adat-istiadat bangsa kita memiliki karakteristik
tersebut.

Dari deskripsi singkat tentang seluk-beluk adat-istiadat kita dapat mencoba melihat
transfonnasi nilai adat-istiadat yang terdapat di seluruh Nusantara ini ke dalam sila-sila
Pancasila. Perlu ditegaskan adat-istiadat yang dimaksud di sini berhubungan dengan masalah
sosial, ekonomi, politik dan ketatanegaraan. Sebab, tidak semua bentuk adat-istiadat tersebut
ditransformasikan ke dalam sila-sila Pancasila.

2. Kebudayaan

Causa materialis kedua Pancasila adalah budaya atau kebudayaan bangsa. Dari segi
etimologisnya; kata "Kebudayaan" berasal dari kata Sanskerta budhayah, ialah bentuk jamak
dari budhi yang berarti "budi" atau "akal". Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan "hal-hal
yang bersangkutan dengan budi dan akal" (Koentjaraningrat, 1974: 19).

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan. Pertama, kebudayaan merupakan hasil
olahan akal manusia tentang alam ini. Dalam arti ini, maka setiap produk akal manusia disebut
kebudayaan seperti ilmu, teknologi, ekonomi, seni, dan lain-lainnya. Kedua, pengertian
kebudayaan dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, tergantung dari segi mana kebudayaan
tersebut dilihat. Dengan demikian, pengertian tersebut belum dapat memberikan gambaran
kepada kita tentang kebudayaan daerah yang diangkat menjadi sila-sila Pancasila. Untuk itu
perlu dilihat aspek lain dari kebudayaan, yang merupakan unsur kebudayaan.
Mengutip pendapat B. Malinowski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal,
yaitu: (1) Bahasa, (2) Sistem teknologi, (3) Sistem mata pencaharian, (4) Organisasi sosial, (5)
Sistem pengetahuan, (6) Religi, (7). Kesenian

Selain tujuh unsur tersebut, kebudayaan memiliki wujud, yang terdiri atas kompleks gagasan,
konsep, dan pikiran manusia: wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat
dilihat, dan berpusat; pada kepala manusia yang mengaturnya. Kompleks aktivitas, berupa
aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati ataudiobservasi.
Wujud ini sering disebut sistem sosial. Wujud sebagai benda, aktivitas manusia yang saling
berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk
mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan berbagai macam benda
untuk berbagai keperluan hidupnya (Soelaiman, 1988: 13).

3. Agama-agama

Causa materialis ketiga Pancasila adalah berbagai agama yang ada di Indonesia. Sudah sejak
dahulu kala dikatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, bangsa yang mengakui
adanya Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu meyampaikan pidato lahirnya Pancasila, Bung Karno
mengusulkan prinsip Ketuhanan. Bangsa Indonesia dengan memiliki prinsip tersebut, dikatakan.
Prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang
Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah menurut Tuhan
petunjuk Isa al-Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad S.A.W., orang
Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya (Soekarno, tanpa tahun:
27).

Bung Karno dalam pidato tersebut di atas, menyebutkan prinsip Ketuhanan berkeadaban, yang
diartikan setiap pemeluk agama lain. Dalam konteks Indonesia, dengan menerima Ketuhanan
Yang Maha Esa sebagai salah satu sila, kita mengungkapkan keyakinan, bahwa negara
terbentuk berdasarkan kodrat sosial manusia yang diciptakan Tuhan (Lanur, 1995: 20).

Soal 3 (Skor 25)


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai makna bahwa segala aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari harus berdasarkan Pancasila. Nilai-nilai yang terdapat di dalam Pancasila
dijadikan teladan dan acuan agar hidup bisa lebih tertat dan teratur baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dari uraian di atas lakukanlah analisis terkait dengan internalisasi nilai-nilai dari sila-sila
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari!

(Perunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa yang ada di BMP MKDU4111)

Jawaban :

Internalisasi nilai-nilai dari sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut :

 Nilai ketuhanan pada sila pertama Pancasila

Contoh-contoh penerapan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Membina kerukunan hidup antara sesama manusia.


2. Tidak melakukan penistaan agama. Penistaan terhadap agama adalah perilaku
menghina atau merendahkan agama, seperti melakukan pembakaran rumah ibadah.
3. Mengembangkan siap saling menghormati dan menjaga kebebasan orang dalam
beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.
4. Menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai kebaikan yang diajarkan tuhan dalam agama
dan keyakinan.
5. Tidak memaksakan sebuah agama atau kepercayaan pada orang lain.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati, bekerja sama, dan tolong-menolong tanpa
mendiskriminasi karena agama atau kepercayaan yang dianutnya.
7. Bersikap toleran kepada umat beragama atau berkeyakinan lain.
8. Mempersilakan dan memudahkan umat beragama lain menyelenggarakan hari raya
agama atau keyakinannya.
 Nilai kemanusiaan dalam sila kedua Pancasila
Contoh penerapan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, warna kulit,
kedudukan sosial, dan lainnya.
2. Sigap membantu orang yang mengalami kesusahan tanpa pilih kasih.
3. Mengembangkan sikap saling mengasihi antara sesama manusia.
4. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan.
5. Tidak bersikap semena-mena.
6. Mendukung dan aktif dalam kegiatan kemanusiaan seperti bakti sosial, membantu
korban bencana alam, berbagi makanan pada yang membutuhkan, membantu panti
asuhan dan panti jompo, dan lainnya.
7. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
8. Menjunjung tinggi hak asasi manusia.
9. Membela kebenaran.
10. Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
 Nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila

Contoh pengamalan sila ke-3 dalam kehidupan sehari-hari:

1. Mengembangkan sikap saling menghargai keanekaragaman budaya.


2. Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa.
3. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Mengembangkan persatuan asal dasar Bhinneka. Tunggal Ika, yaitu 'berbeda-beda
tetapi satu'.
5. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.
6. Mengembangkan sikap bangga dan cinta. terhadap tanah air dan bangsa.
7. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara apabila diperlukan.
 Nilai kerakyatan dalam sila keempat Pancasila
Contoh pengamalan sila ke-4 Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

1. Selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan


permasalahan.
2. Menghargai hasil musyawarah.
3. Menjalankan hasil musyawarah dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.
4. Tidak memaksakan kehendak atau pendapat pada orang lain.
5. Menghargai masukan orang lain.
6. Berjiwa besar untuk menerima keputusan yang dihasilkan melalui musyawarah.
7. Bekerja sama untuk mempertanggungjawabkan keputusan musyawarah.
8. Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.
9. Memberikan kepercayaan pada wakil rakyat yang dipilih.
10. Wakil rakyat harus mampu membawa aspirasi rakyat.
11. Menghindari hasil walk out dalam musyawarah.
 Nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila

Contoh sikap yang mencerminkan sila kelima Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

1. Tidak bergaya hidup mewah


2. Tidak bersifat boros
3. Bekerja keras
4. Menghormati hak-hak orang lain
5. Peduli dan membantu mengurangi penderitaan yang dialami orang lain
6. Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong royong
7. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum
8. Mendukung kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial, seperti membantu akses
pendidikan bagi siapa saja, dan membantu akses sandang, pangan, dan papan yang
merata.

Soal 4 (Skor 25)


Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan disahkan sebagai dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai fungsi utama sebagai
dasar negara Indonesia. Kedudukan Pancasila adalah yang paling tinggi karena sebagai sumber
dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia.

Dari uraian di atas lakukanlah silahkan lakukan analisis kedudukan Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indoneisa dalam kehidupan sehari-hari!

(Petunjuk: silakan baca dan pahami terlebih dahulu tentang kedudukan Panacsila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang ada di dalam BMP MKDU4111)

Jawaban :

Yang dimaksud Pancasila sebagai pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup dan jalan
hidup (way of life). Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila berfungsi sebagai pedoman
atau petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti, Pancasila sebagai pandangan hidup
merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di segala bidang.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila selalu dijunjung tinggi oleh
setiap warga masyarakat, karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan
pandangan hidup masyarakat Indonesia.

Sebagai pandangan hidup bangsa, di dalam Pancasila terkandung konsep dasar kehidupan yang
dicita-citakan serta dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik. Oleh karena itulah Pancasila harus menjadi pemersatu bangsa yang tidak boleh
mematikan keanekaragaman yang ada sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian
Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan
rohaniah bagi tingkah laku hidup sehari-hari dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa maka segala
daya upaya bangsa Indonesia dalam membangun dirinya akan terarah sesuai garis pedoman
dari pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pandangan bahwa kepribadian Pancasila akan tetap menjadi identitas bangsa dalam
menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman adalah permasalahan yang penting bagi
kelangsungan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah mendapatkan kepribadiannya sendiri,
sehingga seharusnya mampu menjelmakannya di dalam bentuk atau bangun hidup, tingkah
laku, cara, dan perbuatan hidup sebagai penjelmaan kepribadiannya yang sesuai dengan
tuntutan jaman. Pancasila menegaskan kepribadian dan ciri watak rakyat Indonesia sebagai
bangsa yang beradab, berkebudayaan, menyadari keluhuran dan kehalusan hidup, serta
sanggup menyesuaikan hidup kebangsaannya dengan dasar peri kemanusiaan. Pancasila tidak
hanya diterima reseptif, tetapi sejak semula berkuasa untuk menanam dan menggugah minat
kreatif dan memberi ilham untuk mulai mengusahakan pembangunan masyarakat dan negara.

Masing-masing rakyat sebagai warga bangsa Indonesia tidak cukup apabila hanya memiliki
tingkat pertama pelaksanaan Pancasia, yaitu pengetahuan dan pengertian tentang Pancasila.
Pemilikan pengetahuan dan pengertian tentang Pancasila harus ditingkatkan sebagai dasar
menumbuhkan pelaksanaan Pancasila tingkat kedua, yaitu ketaatan ber-Pancasila. Setiap
pribadi seharusnya melakukan introspeksi dan internalisasi, sehingga pengetahuan dan
pengertiannya dapat menjadi pendorong tumbuhnya ketaatan dan lebih lanjut ditingkatkan ke
tingkat ketiga palaksanaan Pancasila, yaitu kesadaran ber-Pancasila. Ketaatan setiap pribadi
yang bersifat mutlak adalah wajib bertaat, karena penjelmaan kewajiban legal.

Kepribadian bangsa Indonesia adalah sifat-sifat tetap yang khusus sebagai ciri khas bangsa
Indonesia. Ciri khas bangsa Indonesia adalah jumlah kesatuan sifat-sifat yang tetap terlekat
pada bangsa dan orang Indonesia yang menyebabkan bangsa Indonesia dan orang Indonesia
sebagai diri terpisah dari bangsa lain dan orang bangsa lain serta berbeda dari bangsa-bangsa
lain dan orang warga bangsa-bangsa lain.

Pengertian Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia dapat dijelaskan lebih lanjut melalui
penjelasan tentang hubungan antara bangsa Indonesia dengan Pancasila. Taufiq Effendi
menjelaskan bahwa Pancasila dan kepribadian bangsa tidak dapat dipisahkan dan terpisahkan.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara dan bangsa Indonesia, serta sumber segala sumber
hukum, sedangkan kepribadian bangsa adalah implementasinya sehari-hari sebagai perilaku
setiap manusia Indonesia.

Pertama, implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang agamis (religius). Bangsa yang agamis mempercayai adanya Tuhan dan beriman, sehingga
pasti dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram. Bangsa
Indonesia akan selalu mengimplementasikan niali-nilai religius di dalam setiap bidang-bidang
kehidupannya (Effendi, 2008: 48).

Kedua, implementasi sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang menghormati hak azasi manusia. Bangsa Indonesia akan selalu menghormati hak
azasi orang dan bangsa lain serta memperhatikan kepentingan orang lain. Bangsa Indonesia
akan selalu berlaku adil, yaitu perilakunya selalu toleran, sopan santun, dan saling tolong
menolong (Effendi, 2008).

Ketiga, implementai sila Persatuan Indonesia, bahwa setiap warga negara Indonesia
menghormati bangsa dan negara dengan mendahulukan semangat untuk bersatu dan
menjauhkan egoisme kedaerahan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta tanah air, yaitu
selalu bertingkah laku dan berbuat demi keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia (Effendi,
2008).

Keempat, implementasi sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang demokratis.
Bangsa Indonesia memahami pentingnya kebebasan menyampaikan pendapat, tetapi tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. Demokrasi bermakna kebebasan tetapi ada batas
tanggung jawabnya, yaitu tidak mengganggu kebebasan orang lain. Setiap warga negara siap
untuk menerima pendapat yang disetujui oleh orang banyak dengan cara musyawarah (Effendi,
2008).

Kelima, implementasi sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang menghormati kebersamaan. Kebersamaan artinya
memperhatikan kehendak bersama, tujuan bersama yang didasarkan kepada persepsi yang
sama untuk saling mengisi dan membantu. Sifat gotong royong ditumbuhkan untuk saling
membantu ke arah keadilan dengan mengesampingkan kepentingan sendiri. Keadilan
diutamakan dalam hal pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar, yaitu pendidikan, kesehatan,
lapangan kerja, dan perlindungan yang dirasakan sebagai tanggungjawab bersama (Effendi,
2008).

Anda mungkin juga menyukai