Anda di halaman 1dari 14

NAMA : AULIA SEPTIAZIZAH

NIM : 041369713
PRODI : MANAJEMEN
FAKULTAS : EKONOMI
SALUT KOTA WISATA
UPBJJ-UT BOGOR

Tugas.2

Dibuka: Senin, 31 Oktober 2022, 00:00


Jatuh tempo: Senin, 14 November 2022, 15:00
Tugas Tutorial 2 ini berkaitan dengan Identitas Nasional Indonesia

Petunjuk mengerjakan tugas:

1. Panjang jawaban per soal antara 500 – 700 kata.


2. Tugas ditulis menggunakan font Time New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi 1.5.
3. Mahasiswa diharapkan menjunjung tinggi integritas akademik dengan menghindari
perilaku plagiarisme dalam bentuk apapun.
4. Mahasiswa dipersilakan untuk menggunakan teori-teori yang terdapat di dalam BMP
MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan, dan mengaitkannya kondisi di
masyarakat.

Kriteria penilaian dalam tugas ini adalah:

1. Mengerjakan tugas dengan berdasar pada BMP MKDU 4111 Pendidikan


Kewarganegaraan;
2. Berdasarkan analisis persoalan yang terjadi di masyarakat.
3. Menjawab pertanyaan berdasarkan analisis/kalimat sendiri.;
4. Mencantumkan sumber referensi (sumber referensi yang diperbolehkan adalah dari
BMP, buku penunjan lainnya, jurnal, berita elektronik maupun cetak);
5. Copy paste tidak akan diberikan penilaian.

Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa tugas
anda sudah tersubmitted, dan file tugas dalam bentuk doc/docx hanya diunggah pada tempat
unggah tugas pada Tuton ini.

Salam sukses.

Soal 1 (skor 25)

Setiap negara mempunyai identitas nasional masing-masing tak terkecuali dengan Indonesia.
Fungsi dari identitas nasional adalah untuk membedakan negara yang satu dengan negara yang
lainnya. Identitas nasional tersebut biasanya lahir dari berbagai nilai-nilai yang ada di suatu
bangsa.

Dari paparan tersebut silahkan uraikan makna dari identitas nasional dan berikanlah contoh
identitas nasional yang ada di Indonesia!
(Petunjuk: silakan baca dan pahami terlebih dahulu definisi identitas nasional yang ada
dalam BMP MKDU4111!)

Jawab

Hakikatnya, sebagai warga Negara yang baik seharusnya kita mengerti dan memahami arti
serta tujuan dan apa saja yang terkandung dalam Identitas Nasional. Identitas nasional
merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam suatu bangsa
dan menjadi ciri khas bangsa tersebut sehingga dapat menjadi pembeda dengan bangsa lain.
Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan Negara, Selain itu
pembentukan identitas Nasional sendiri telah menjadi ketentuan yang telah di sepakati
bersama. Menjunjung tinggi dan mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha
memperbaiki segala kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa dan Negara sudah
tidak perlu ditanyakan lagi, Terutama di dalam bidang Hukum. Identitas sendiri memiliki arti
sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding
dengan pihak yang lain. Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham,
yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara
kebangsaan. Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki
suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Identitas nasional
merupakan suatu penanda atau jati diri suatu bangsa yang dapat membedakan ciri khasnya
dengan bangsa lain, karena ciri khas suatu bangsa terletak pada konsep bangsa itu sendiri.
Secara etimologis, istilah identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nasional”.
Identitas berasal dari kata identity yang artinya memiliki tanda, ciri atau jati diri yang melekat
pada suatu individu, kelompok atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.
Sedangkan nasional berasal dari ka nation yang artinya bangsa. Dalam studi sosiologi dan
antropologi, pengertian identitas bisa mengacu pada deskripsi Tentang sifat khas yang
menerangkan sesuai dengan kesadaran diri dan kelompok. Identitas Tidak hanya miliki
individu namun juga kelompok.

Identitas nasional dalam konteks bangsa cenderung mengecu pada kebudayaan, adat
istiadat, serta karakter khas suatu negara. Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara
tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa
Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar
Falsafah negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pahlawan – pahlawan
rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan
lain – lain. Di sini kita bisa memahami bahwa sebagai warga negara, kita punya identitas yang
banyak sekali. Tak hanya identitas diri, tapi juga identitas kesukuan, etnisitas, sampai identitas
Nasional. Identitas nasional, sekali lagi merupakan identitas ’tertinggi’ dalam konteks
Kehidupan bernegara.

Ada banyak contoh identitas nasional yang bisa kita pelajari dan ketahui, beberapa diantaranya
yaitu:

1. Mengetahui bahasa persatuan di Indonesia, yang merupakan bahasa nasional yang kita
miliki secara bersama yaitu bahasa Indonesia walaupun kita tahu ada banyak bahasa
daerah yang ada di Indonesia.
2. Kita memiliki sebuah bendera yang melambangkan bangsa Indonesia yaitu Bendera
Merah Putih.
3. Kita memiliki sebuah lagu terbaik dan merupakan lagu kebangsaan dari negara
Indonesia yaitu Indonesia Raya.
4. Pancasila merupakan sebuah lambang negara Indonesia.
5. Memiliki semboyan terkuat yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
6. Pancasila juga merupakan dasar dari falsafah negara.
7. UUD 1945 merupakan sebuah konstitusi dasar dari negara Indonesia.
8. Kedaulatan rakyat merupakan bentuk mutlak dari RI.
9. Memiliki konsep wawasan nusantara.
10. Kebudayaan nasional yang banyak yang diketahui pembagian dari kebudayaan daerah.

Soal 2 (Skor 25)

Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia sudah final dan menjadi harga mati.
Sebagai ideologi dan dasar negara Pancasila mempunyai nilai-nilai luhur untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara serta menjadi sumber dari segala sumber hukum yang ada di
Indonesia. Sila-sila dalam Pancasila mempunyai keterkaitan dan membentuk sebuah hirarki
pyramidal. Oleh karena itu, Pancasila mempunyai makna yang mendasar dan tidak dapa
dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Dari uraian di atas lakukanlah analisis terkait dengan sila-sila Pancasila dilihat dari causa
materialis dari Pancasila!

(Petunjuk: silakan baca dan pahami terlebih dahulu tentang sila-sila Pancasila di BMP
MKDU4111)
Jawab:

Prof. Notonagoro untuk mencari asal mula Pancasila menggunakan teori causalitas (sebab
akibat). Berdasarkan teori causalitas tersebut, causa materialis Pancasila berasal dari adat
kebiasaan, kebudayaan dan agama yang ada di Indonesia (Notonagoro, 1975: 32). Dengan
demikian, tidak dapat diragukan bahwa dasar negara yang kita miliki digali dari nilai yang
terdapat dalam masyarakat. Nilai tersebut tersebar pada masyarakat, digunakan untuk mengatur
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, tidak, diragukan lagi bahwa Pancasila sebenarnya
merupakan budaya dan pembudayaan bangsa Indonesia yang perlu dipahami secara ilmiah oleh
bangsa Indonesia

1. Adat-istiadat
Sebelum melihat sejauh mana implementasi adat-istiadat dalam Pancasila, dan
bagaimana bentuk konkretnya dalam sila-sila Pancasila terlebih dahulu diuraikan karakteristik
adat-istiadat tersebut. Pada pokoknya adat-istiadat merupakan urusan kelompok; tidak ada
adat-istiadat orang seorang. Seseorang mengikuti adat-istiadat bersama dengan orang lain;
adat-istiadat sekaligus merupakan urusan masyarakat. Masyarakat ini kadang-kadang
mempunyai pembatasan yang agak cermat, misalnya, sebuah suku atau satu persekutuan
pedesaan yang masih tertutup di dalam masyarakat yang bersifat sangat agraris. Sebuah
persekutuan merupakan objek maupun subjek adat istiadat tidak ada pemisah di antara kedua
hal ini, bahkan keduanya tepat bersamaan. Artinya, persekutuan tunduk kepada adat-istiadat,
namun juga merupakan pendukungnya serta mempertahankannya (de Vos, 1987: 42). Jurnal
Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006 20. Dengan diambilnya adat-istiadat sebagai unsur sila
Pancasila, memang sangat tepat, sebab para pemimpin kita yang merumuskan sila-sila
Pancasila mengharap negara yang berdasarkan Pancasila merupakan negara kekeluargaan,
bukan negara yang bersifat orang perorangan. Pancasila bukanlah sebuah ideologi yang
ditanamkan dari atas, melainkan merupakan manifestasi moralitas publik. Artinya, dimensi
otoritas dan tradisi seharusnya melenturkan diri sefleksibel mungkin, sehingga publik pun
berpartisipasi dalam dikursus tentang nilai-nilai dasar Pancasila itu (Lanur, 1995: 11).
Karakteristik lain dari adat-istiadat. Orang tidak lagi mempertanyakan tentang asal-usul serta
apa yang hendak dicapai oleh adat-istiadat, melainkan orang mematuhi secara diam-diam dan
tanpa mempersoalkannya. Ia diterima dan dipatuhi sebagai sesuatu yang wajar. la tidak
memerlukan dasar pembenaran; paling-paling kehendak Tuhan merupakan dasar
pembenarannya (de Vos, 1987: 43). Dari kedua karakteristik adat-istiadat di atas, sudah sangat
jelas maksud dan tujuannya. Di samping itu, tampaknya adat istiadat memiliki karakteristik
yang universal, artinya berlaku untuk adat istiadat dimana pun dengan tidak melihat di mana
tempat keberadaannya. Dengan demikian, adat-istiadat bangsa kita memiliki karakteristik
tersebut. Koentjaraningrat (1974) setelah membedakan antara kebudayaan dengan adat
menyatakan. Adat adalah wujud ideal dari kebudayaan. Secara lengkap wujud itu dapat kita
sebut adat tata kelakuan, karena adat itu berfungsi sebagai pengatur kelakuan. Adat dapat
dibagi lebih khusus dalam empat tingkat, ialah (i) tingkat nilai budaya, (ii) tingkat norma-
norma, (iii) tingkat hukum, (iv) tingkat aturan khusus (Koentjaraningrat, 1974: 20). Dari
deskripsi singkat tentang seluk-beluk adat-istiadat kita dapat mencoba melihat transfonnasi
nilai adat-istiadat yang terdapat di seluruh Nusantara ini ke dalam sila-sila Pancasila. Perlu
ditegaskan adat-istiadat yang dimaksud di sini berhubungan dengan masalah sosial, ekonomi,
politik dan ketatanegaraan. Sebab, tidak semua bentuk adat-istiadat tersebut ditransformasikan
ke dalam sila-sila Pancasila.

2. Kebudayaan Causa

Materialis kedua Pancasila adalah budaya atau kebudayaan bangsa. Dari segi
etimologisnya; kata "Kebudayaan" berasal Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006 21 dari
kata Sanskerta budhayah, ialah bentuk jamak dari budhi yang berarti "budi" atau "akal".
Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan "hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal"
(Koentjaraningrat, 1974: 19). Mengikuti arti etimologis kebudayaan, ternyata kebudayaan
sangat luas aspeknya. Kebudayaan merupakan hasil dari akal budi, dengan demikian
keseluruhan hasil akal manusia, seperti ilmu, teknologi, ekonomi dan lain-lain termasuk
kebudayaan. Seiring dengan itu, JWM Bakker dalam mencari definisi kebudayaan menyatakan
sekurang-kurangnya terdapat tujuh kategori arti kebudayaan, masing-masing sebagai berikut.
a) Ahli sosiologi mengerti kebudayaan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu,
dan lain-lain) yang dimiliki manusia sebagai subjek masyarakat.

b) Ahli Sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan dan mendefinisikan sebagai warisan


sosial atau tradisi.

c) Ahli Filsafat menekankan aspek normatif, kaidah kebudayaan dan terutama pembinaan nilai
dan realisasi cita-cita.
d) Antropologi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, kelakuan. e) Psikologi
mendekati kebudayaan dari segi penyesuaian (adjustment) manusia kepada alam sekelilingnya,
kepada syarat hidup (Bakker, 1984: 27-28).

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan. Pertama, kebudayaan merupakan hasil
olahan akal manusia tentang alam ini. Dalam arti ini, maka setiap produk akal manusia disebut
kebudayaan seperti ilmu, teknologi, ekonomi, seni, dan lain-lainnya. Kedua, pengertian
kebudayaan dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, tergantung dari segi mana kebudayaan
tersebut dilihat. Dengan demikian, pengertian tersebut belum dapat memberikan gambaran
kepada kita tentang kebudayaan daerah yang diangkat menjadi sila-sila Pancasila. Untuk itu
perlu dilihat aspek lain dari kebudayaan, yang merupakan unsur kebudayaan.

3. Agama-agama

Causa materialis ketiga Pancasila adalah berbagai agama yang ada di Indonesia. Sudah
sejak dahulu kala dikatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, bangsa yang
mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu menyampaikan pidato lahirnya
Pancasila, Bung Karno mengusulkan prinsip Ketuhanan. Bangsa Indonesia dengan memiliki
prinsip tersebut, dikatakan. Prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen
menyembah menurut Tuhan petunjuk Isa Al Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk
Nabi Muhammad S.A.W., orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada
padanya (Soekarno, tanpa tahun: 27).

Soal 3 (Skor 25)

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai makna bahwa segala aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari harus berdasarkan Pancasila. Nilai-nilai yang terdapat di dalam
Pancasila dijadikan teladan dan acuan agar hidup bisa lebih tertaat dan teratur baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dari uraian di atas lakukanlah analisis terkait dengan internalisasi nilai-nilai dari sila-sila
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari!

(Perunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa yang ada di BMP MKDU4111)
Jawab:

Pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa akan dibagi dalam masing-masing butir
pancasila sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang Maha Esa

Sila pertama ini mengartikan bahwa kita sebagai warga negara Indonesia mempercayai dan
bertakwa pada Tuhan, yang disesuaikan dengan agama dan kepercayaan yang dimiliki oleh
masing-masing orang. Karena itu makna dari sila ini juga berarti kita perlu saling
menghormati antar umat beragama sehingga tercipta kehidupan yang rukun.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kedua ini kita sebagai warga negara diminta untuk memahami bahwa setiap manusia
memiliki derajat yang sama, sehingga kita harus saling menyayangi satu sama lain. Kita
juga harus saling menjaga dan membantu sesama, membela kebenaran dan keadilan, dan
bekerja sama untuk kedamaian negara kita.

3. Persatuan Indonesia

Sila ketiga berarti kita harus menempatkan kesatuan, persatuan, dan kepentingan negara
dari kepentingan masing-masing. Kita harus mempunyai kepribadian yang rela berkorban
demi negara Indonesia, mencintai bangsa Indonesia dan tanah air, serta bangga pada
negara.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Khidmat dan Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

Sila keempat ini mengajak kita untuk tidak memaksakan kehendaknya pada orang lain dan
mengutamakan kepentingan negara dan orang lain. Terkadang kita akan menemukan
perbedaan pendapat dan cara pandang. Namun, kita harus menyelesaikannya dengan cara
bermusyawarah atau berdiskusi.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Makna dari sila ini berarti mengembangkan perbuatan luhur dengan cara kekeluargaan dan
gotong royong, selalu bersikap adil. Selain itu kita harus seimbang antara hak dan
kewajiban dengan juga menghormati hak-hak orang lain.

Analisis terkait dengan internalisasi nilai-nilai dari sila sila Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari adalah dengan dilakukannya perlakuan sebagai berikut:

- Menjaga kerukunan antar umat beragama serta yang berbeda ras, suku, dan
bahasa.
- Menjadi manusia yang mempunyai adab sopan santun dalam kegiatan sehari-
hari.
- Mencintai dan mengapresiasi produk dalam negeri.
- Menjaga persatuan Indonesia.
- Mengutamakan musyawarah untuk mencapai suatu persetujuan.
- Menjadi adil bagi seluruh komponen masyarakat bila menjadi pengabdi negara.

Penjelasan:

Internalisasi nilai-nilai pancasila merupakan proses memasukkan nilai-nilai yang berisi


di dalam pancasila agar mampu dipahami serta dijalankan sesuai dengan tujuan dari pancasila
itu yaitu menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang kuat, rukun, dan mempunyai adab sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam sepanjang sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya
nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan
masyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam satu sistem nilai.
Terbukti pada zaman dulu wilayah, wilayah di Nusantara memiliki beberapa nilai yang
dipegang teguh oleh masyarakatnya sebagai contoh kepercayaannya terhadap Tuhan, rasa
toleransi sikap gotong royong, musyawarah, solidaritasnya dan lain-lain, Nilai yang ada
sebelumnya tersebut menjadi bekal hingga terbentuknya rumusan rumusan yang dibahas oleh
beberapa orang yang kemudian disahkannya Pancasila. Namun kita perhatikan bersama,
tentang internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Nilai nilai
yang ada beberapanya masih kita temui dalam masyarakat, masyarakat bangsa yang ada
sebagai contoh masih banyaknya yang mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat bangsa Indonesia juga masih banyak yang mempraktikkan toleransi, gotong
royong, musyawarah mufakat dan lain sebagainya. Namun yang patut disesali sebagian dari
masyarakat bangsa kita ada yang mengabaikan nila tersebut, sehingga munculnya masalah-
masalah yang serius. Seperti masih ditemuinya masyarakat yang enggan membayar pajak, yang
man sebesar 83,5% penerimaan negara itu dari pajak. Namun oknum yang wajib pajak baik itu
pajak perorangan maupun pajak badan masih belum sadar dalam memenuhi kewajiban
perpajakan. Sebagai contohnya lainnya korupsi, berdasarkan data dari Transparency
Internasional dari 188 negara pada tahun 2019, negara Indonesia masih menduduki peringkat
ke 85 dalam urutan negara paling korup di dunia. Dari 2 kasus diatas artinya para oknum masih
mengabaikan nilai-nilai yang sudah menjadi pedoman hidup bernegara saat ini yaitu Pancasila.
Yang mana jika tidak diamalkan isi nilainya kita akan mengalami masalah yang serius, dilansir
dari masalah diatas maka sudah dipastikan ekonomi bangsa ini akan terus mengalami
kesusahan dan dari kehimpitan ekonomi tersebut menjadikan bangsa memili hutang-hutang
yang cukup besar, tidak meratanya ekonomi negara, dan untuk masyarakat kebawah akan
rawan terjadinya tindakan kriminal.

Untuk menginternalisasikan nilai Pancasila pada generasi muda khususnya pada


mahasiswa dan pelajar sebagai tombak estafet perjuangan nasib bangsa ataupun kepada
masyarakat yang luas perlu diberikan motivasi, dorongan, dan pemahaman tentang manfaat
dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan positif yang salah satu kegiatan tersebut adalah internalisasi
atau penanaman nilai-nilai Pancasila yang meliputi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, musyawarah, serta keadilan, serta kegiatan yang bermanfaat lainnya. Menurut
(Supriadi, Matnuh, & Mitha,2014) internalisasi merupakan suatu proses penanaman sikap yang
fokus langsung kepada pribadi seseorang melalui pengajaran untuk menimbulkan kesadaran
tentang nilai-nilai, sehingga generasi muda tersebut dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Umumnya internalisasi nilai ini lebih mengarahkan orang kepada pribadi yang
lebih baik, sebagai contoh ialah dengan berpartisipasi dalam penyuluhan kegiatan anti narkoba,
mengikuti pengajian rohani, serta mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan, sehingga nilai-
nilai tersebut tertanam dalam diri seseorang dan terus berkembang menjadi sebuah kebiasaan.

Berdasarkan temuan proses internalisasi nilai-nilai Pancasila dan faktor penghambat


proses nternalisasi nilai-nilai Pancasila dapat disimpulkan bahwa proses internalisasi nilai-nilai
Pancasila. Proses internalisasi nilai-nilai Pancasila, yaitu dari melalui proses pembelajaran,
proses pembiasaan, proses keteladanan. Faktor penghambat internalisasi nilai-nilai Pancasila
pun bisa melalui faktor internal adalah kurangnya motivasi dari dalam diri masyarakat yang
enggan berpartisipasi dalam proses internalisasi nilai-nilai Pancasila dan faktor eksternal, yaitu
pada lingkungan masyarakat yang kurang terjalinnya kerjasama antara masyarakat. Pancasila
merupakan falsafah hidup yang didalamnya memuat perihal norma-norma. Menurut Sunoto
(1985 : 6), inti dari isi sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan norma Pancasila. Norma
pancasila ini meliputi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Sebagai
suatu postulat, maka norma pancasila harus menjadi tolak ukur bagi seluruh penilaian terhadap
segala kegiatan kenegaraan, kemasyarakatan, dan perorangan di Indonesia. Hakikat isi
pancasila merupakan norma dan tolak ukur bagi segala kegiatan kenegaraan, kemasyarakatan,
dan perorangan yang menyangkut nilai etika atau kesusilaan atau baik buruk. Dikatakan
bermoral atau berkesusilaan atau beretika jika sesuai dengan atau memenuhi syarat tolak ukur
tersebut. Sila-sila dalam Pancasila sudah semestinya perlu diinternalisasikan ke dalam sendi-
sendi pemahaman masyarakat, dihayati oleh setiap masyarakat pelayan public,
diimplementasikan dalam setiap kegiatan masyarakat.

Soal 4 (Skor 25)

Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan disahkan sebagai dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai fungsi utama sebagai
dasar negara Indonesia. Kedudukan Pancasila adalah yang paling tinggi karena sebagai sumber
dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia.

Dari uraian di atas lakukanlah silahkan lakukan analisis kedudukan Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari!

(Petunjuk: silakan baca dan pahami terlebih dahulu tentang kedudukan Panacsila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang ada di dalam BMP
MKDU4111)

Jawab:

Menurut pengertian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pada hakikatnya kepribadian
adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang
membedakannya dari orang atau bangsa lain. Namun secara umum kepribadian adalah
keseluruhan cara seorang_ individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kama
kepribadian sendiri adalah tergolong sifat, maka macam kepribadian yang sehat adalah mampu
menerima tanggung jawab, dapat mengontrol emosi, berorientasi tujuan. Sedang contoh yang
tidak sehat seperti mudah marah atau tersinggung, menunjukkan ke-khawatiran atau ke-
cemasan berlebih, sering merasa tertekan stress atau depresi. Dapat disimpulkan bahwa
kepribadian bangsa Indonesia adalah refleksi dari perubahan dan perkembangan dari masa ke
masa yang perubahan terjadi pada lingkungan masyarakat yang ada. Pancasila digali dari
budaya bangsa Indonesia sendiri yang sudah ada berabad abad lamanya. Oleh karna itu
Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri yang hanya dimiliki bangsa
Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Menurut Dewan Perancang Nasional,
kepribadian Indonesia dimaksud sebagai keseluruhan ciri has bangsa Indonesia yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain. Dimana keseluruhan ciri khas
tersebut adalah bentuk pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa. Sejak Juni 1945, Pancasila berada pada peranan penting sebagai
dasar dan landasan kepribadian bangsa Indonesia. Setiap silanya memiliki nilai kehidupan yang
harus diamalkan semua warga negara Indonesia. Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Indonesia mengandung makna bahwa semua aktivitas kehidupan bangsa Indonesia sehari- hari
harus sesuai dengan sila-sila dari Pancasila. Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan
kristali ilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai
ketuhanan keagamaan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan-demokrasi, dan
nilai keadilan sosial.

Adapun yang dimaksud Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia dicontohkan


seperti diantaranya adalah gotong royong. Gotong royong sendiri merupakan sebuah aktivitas
bekerja sama-sama, tolong menolong, dan bantu membantu. Nilai yang terkandung dalam aksi
gotong royong pun sangat beragam diantaranya nilai kebersamaan, nilai kesatuan, nilai rela
berkorban, nilai tolong menolong, dan nilai sosialisasi yang mana kepribadian ini tidak semua
negara memilikinya. Contoh kepribadian lain yang ada dalam bangsa Indonesia dan yang
paling menonjol adalah bangsa Indonesia terkenal dengan sifat keramahan nya kepada orang
lain. Masyarakat dari zaman nenek moyang atau leluhur terdahulu memang memiliki sifat yang
anggun lemah lembut dan murah senyum, yang mana nilai keramah tamahan tersebut masih
dipelihara turun menurut hingga saat ini sehingga di adopsi atas kesepakatan bersama menjadi
sebuah cerminan diri kepribadian bangsa Indonesia. Nilai yang mencerminkan semua sila yang
terkandung dalam pancasila. Tujuan sebuah Pancasila dicerminkan sebagai jiwa bangsa atau
kepribadian suatu negara tidak lain agar tercapai masyarakat yang adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan sila pada Pancasila di dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, berkedaulatan rakyat dalam sebuah
suatu per kehidupan bangsa yang aman, tertib, dan dinamis, serta masuk dalam lingkungan
pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Sebagai kepribadian bangsa,
Pancasila harus selalu dijunjung tinggi oleh setiap warga masyarakat, Karena kepribadian
bangsa Pancasila sendiri berakar sumber pada budaya dan pandangan hidup masyarakat
Indonesia, jadi bukan semata-mata hanyalah sebuah karangan saja kepribadian hidup yang ada
dalam masyarakat Indonesia menjelma menjadi kepribadian hidup bangsa yang diri sejak
jaman Sriwijaya hingga Sumpah Pemuda 1928. Kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
penditi negara ini serta disepakati dan ditentukan sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Dalam pengertian yang demikian, maka Pancasila selain sebagai kepribadian bangsa Indonesia,
sekaligus juga sebagai ideologi negara. Dengan demikian Pancasila merupakan cita-cita moral
bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi tingkah laku hidup sehari-hari
dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa maka segala daya upaya bangsa Indonesia dalam membangun
dirinya akan terarah sesuai garis pedoman dari pandangan hidup bangsa Indonesia.

Berikut ini rangkuman tentang kedudukan Pancasila yang perlu diketahui dan dipahami, seperti
dilansir dari laman wisnuadi.com.

1. Pancasila sebagai Dasar Negara

Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dilegalkan oleh Instruksi Presiden
No.12/1968. Pancasila dijadikan sebagai norma dasar/kaidah negara yang fundamental. Hal
tersebut tercantum dalam alinea keempat UUD RI tahun 1945. Pancasila sebagai dasar
negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi pedoman dalam penyelenggaraan segala
norma-norma hukum dan negara.

2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Negara Indonesia

Pancasila memiliki peran sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
dasar dari penyelenggaraan kehidupan bernegara merupakan kedudukan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Peran Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa adalah untuk
mempersatukan dan memberi petunjuk masyarakat Indonesia yang majemuk (beraneka
ragam) dalam mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan.

3. Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum

Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di negara Indonesia.
Semua hukum harus tunduk dan bersumber dari Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara, terutama sebagai sumber dari segala sumber hukum, terdapat pada landasan
yuridis yang termasuk Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.
IX/MPR/1978. Landasan yuridis tersebut menegaskan bahwa kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara ini berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tata
tertib hukum yang berlaku di Indonesia. Sementara menurut Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000, menyebutkan bahwa Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional.

4. Pancasila sebagai Sumber Cita-Cita dan Tujuan Nasional

Pancasila sebagai dasar negara menjadi tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai
masyarakat Indonesia harus memiliki kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rasa
kemanusiaan yang tinggi, bersatu, bermusyawarah, serta berkeadilan sosial. Satu di antara
ciri bangsa Indonesia adalah memiliki satu ide, cita-cita, tujuan, dan tekad untuk hidup
bersama dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip kebangsaan tersebut
bersumber dari Pancasila sebagai asas persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

Pancasila sebagai perjanjian luhur, artinya Pancasila harus dibela untuk selama-lamanya.
Perjanjian hukum yang dimaksud telah dilakukan per 18 Agustus 1945, yaitu saat PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) memantapkan dasar negara Pancasila secara
konstitusional dan pembukaan UUD 1945.

6. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar negara dan berperan sebagai jiwa dari bangsa
Indonesia. Lahirnya Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia bersamaan dengan berdirinya
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa bangsa yang harus diwujudkan dalam setiap
lembaga atau organisasi dan insan yang ada di Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa,
berarti Pancasila memberikan ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia dan
membedakannya dengan bangsa lain.

7. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Kepribadian bangsa Indonesia sangat penting dan juga harus menjadi identitas bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu, Pancasila harus ditanamkan dan berada di dalam diri setiap
individu bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila memiliki peran penting untuk membentuk
kepribadian bangsa Indonesia. Membuat karakteristik bangsa Indonesia menjadi terbuka
terhadap segala perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar negeri tanpa meninggalkan
kebudayaan asli milik bangsa Indonesia sendiri.

8. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia merupakan kumpulan ide/gagasan yang


memiliki nilai dan diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan digunakan sebagai
pedoman masyarakat. Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam penyelenggaraan negara
merupakan kedudukan pancasila sebagai semangat konstitusi.

Daftar Pustaka

Lasiyo, dkk. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka.

https://sosiologis.com/identitas-nasional

https://sartikasartikaa.blogspot.com/2012/06/kausa-materialis.html

https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/801/pancasila-sebagai-pandangan-hidup-bangsa-
begini-memahaminya.html

Wisnuadi, Smpn5kediri.sch.id

Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006 20

Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006 21

Anda mungkin juga menyukai