Anda di halaman 1dari 9

NAMA : AULIA SEPTIAZIZAH

NIM : 041369713
PRODI : MANAJEMEN
FAKULTAS : EKONOMI
SALUT KOTA WISATA
UPBJJ-UT BOGOR

Tugas.1
Saudara mahasiswa, berikut adalah soal Tugas ke-1 yang wajib Anda kerjakan. Bacalah
pertanyaan dengan cermat kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu hubban (QS.
Al- Baqarah (2) : 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179).
a. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165 dengan teliti dan benar!
Jawaban:
(i) Jelaskan pengertian hubban dalam ayat tersebut?
Jawaban:
Pengertian Hubban dalam ayat tersebut artinya kecintaan dan kerinduan
(ii) Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat
tersebut?
Jawaban:
Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (attitude), yaitu
kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar
biasa terhadap Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti
orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan
harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.
SUMBER BMP MKDU4221/MODUL 1 HAL 1.4-1.5

b. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179 dengan teliti dan benar!
Jawaban:

c. Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf
(7):179 tersebut?
Jawaban:
Berdasarkan tafsir ayat tersebut diketahui, bahwa rukun (struktur) iman ada tiga
aspek yaitu; kalbu, lisan, dan perbuatan. Iman didefinisikan dengan pendirian yang
diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku. Jika pengertian ini diterima, maka
istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang
konsisten. Orang yang beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan,
dan keterampilan.

d. Jelaskan secara ringkas pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat
tersebut?
Jawaban:
Iman adalah sikap (attitude), yaitu kondisi mental yang menunjukkan
kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah SWT. Rukun (struktur)
iman ada tiga (aspek) yaitu kalbu, lisan, dan perbuatan. Iman didefinisikan dengan
pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku. Orang yang beriman
berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan, dan keterampilan.
SUMBER BMP MKDU4211/MODUL 1 HAL 1.5-1.6

2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non
fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini
diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan
Q.S. Qaaf (50) : 16.
a. Tuliskan terjemah Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan jelaskan secara ringkas
hakikat manusia menurut kedua ayat tersebut!
Jawaban:
• Secara ringkas hakikat manusia dari kedua ayat tersebut adalah:
Hakikat manusia adalah bahwa manusia untuk melakukan kebenaran Atau
kebaikan yang sudah diberikan kepada Allah.Karena manusia memiliki hati yang
nurani dapat memahami mana yang baik dan mana yang tidak,oleh karena itu Allah
menciptakan manusia untuk menyembah kepadanya dan juga tidak menyembah
selainnya.karena manusia untuk beribadah kepadanya yang dimana sudah menjadi
tanggung jawab Atau sudah menerima perbuatannya.karena Apabila manusia tidak
beribadah kepadanya akan mendapatkan saksi Atau hukumannya.karena manusia
untuk mengetahui bahwa Allah adalah yang maha Agung,Maha bijaksana,Maha
penguasa alam,Maha adil.oleh karena itu manusia harus mengingat kepada Allah
dalam keadaan : duduk,tiduran,sambil berdiri,Sholat, dan lain-lain

b. Tuliskan terjemah Q.S. Qaaf (50) : 16 dan jelaskan secara ringkas hakikat
manusia menurut ayat tersebut!
Jawaban:

• Secara ringkas hakikat menurut ayat tersebut yaitu:


Hakikat manusia yang dimaksud adalah secara keseluruhan baik itu orang
beriman maupun orang kafir. Dan semuanya ada malaikat pencatat di setiap sisinya.
Ilmu Allah yang ada dimana mana, bukan dari Dzat Allah itu sendiri.

c. Jelaskan hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut!


Jawaban:
Hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut adalah
mempercayai akan kebesaran allah swt, mempercayai kitab-kitab sebelumnya,
selalu mengingat allah swt,dan mengamalkan Kitab suci Al-Qur’an, serta menjauhi
larangan allah swt
SUMBER BMP MKDU4221/MODUL 2 HAL 2.6

3, Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan berinteraksi
dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.
a. Jelaskan pengertian terminologis tentang masyarakat ?
Jawaban:
Secara terminologis, masyarakat merupakan salah satu bahan kajian sosiologi. Karena
itu untuk membantu pemahaman terminologis kita tentang masyarakat kita harus merujuk
pada sosiologi.
SUMBER BMP MKDU4221/MODUL 3 HAL 3.4

b. Jelaskan asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan
QS. Az-Zukhruf: 32
Jawaban:
Asal-usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia untuk bersama orang,
lalu terbentuklah hubungan sosial yang melahirkan aturan atau norma. Ada tiga unsur
pokok pembentuk masyarakat: individu-individu yang membangun kelompok, hubungan
sosial dan aturan.
Tentu saja dalam perkembangannya, seiring dengan pertambahan individu dan tingkat
kebudayaan, dalam sebuah masyarakat terdapat suatu sistem yang kompleks yang
melibatkan berbagai macam unsur. Hubungan-hubungan sosial sebagaimana diuraikan di
atas memiliki struktur dan dinamikanya sendiri. Struktur masyarakat atau disebut juga
struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yakni
kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-
lapisan sosial. Sementara dinamika sosial adalah apa yang disebut dengan proses sosial dan
perubahan-perubahan sosial. Proses sosial dimaksudkan sebagai goyahnya cara-cara hidup
yang sudah ada karena berbagai pengaruh yang menyertainya.
Karena itu, dalam sosiologi untuk mengurangi kompleksitas masyarakat bisa diliat hari
dua sudut: sudut strukturnya dan sudut dinamikanya.
SUMBER BMP MKDU4221/MODUL 3 HAL 3.7

c. Jelaskan kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat
madani!
Jawaban:
Masyarakat Madani merujuk pada masyarakat Madinah yang dibangun oleh Nabi
Muhammad di Madinah. Madinah itu sendiri adalah bahasa Arab yang memiliki pengertian
yang sama dengan bahasa Ibrani. Ketika Nabi Musa mampu membebaskan masyarakatnya
dari mental budak menjadi mental sebagai warga masyarakat yang merdeka dengan ciri
taat pada hukum dalam bahasa Ibrani mereka itu disebut dengan medinat yang berarti
masyarakat beradab karena taat kepada hukum dan aturan. Dalam perkembangannya
perkataan Ibrani medinat berarti negara.
Dalam bahasa Arab yang serumpun dengan bahasa Ibrani, kata yang menunjuk negara
adalah Madinah dalam arti kota. Baik medinat maupun Madinah sama mengacu pada
semangat yang sama seperti pengertian negara kota pada masyarakat Yunani Kuno. Dalam
pengembangan dan pelurusannya negara kota itu hampir sama dengan pengertian negara
kebangsaan yaitu suatu negara yang terbentuk demi kepentingan seluruh bangsa yang
menjadi warganya, bukan untuk penguasa atau raja.
Ketika Nabi mengubah kota Yastrib menjadi Madinah pada waktu itu, maka Nabi
sebenarnya mendeklarasikan terbentuknya suatu masyarakat yang bebas dari kezaliman
tirani dan taat hanya kepada hukum dan aturan untuk kesejahteraan bersama.
Aturan dan hukum yang dimaksud itu tidak dibuat sewenang-wenang oleh penguasa
akan tetapi berdasarkan perjanjian (mitasq), kesepakatan (mu’ahadah), kontrak (akad) dan
janji setia (bay’at) yang kesemuanya mencerminkan kerelaan, bukan kepaksaan. Karena itu
seperti halnya jual beli (bay’) yang aeakar dengan bay’at mensyaratkan adanya saling rela
antara penjual dan pembeli. Ini berarti bahwa semua aturan dan hukum harus berdasarkan
musyawarah dimana semua warga merasa ikut memberikan gagasannya secara terbuka
mengenai apa yang menjadi aspirasinya yang kemudian diputuskan secara bersama. Karena
itu, ketaatan dalam masyarakat madani bersifat terbuka, rasional, kontraktual, dan
transaksional, bukan pola ketaatan yang tertutup, tidak rasional, tidak kritis dan bersifat
hanya satu arah.
Masyarakat Madani yang dideklarasikan oleh Nabi adalah masyarakat yang adil,
terbuka, dan demokratis, dengan landasan takwa kepada Allah dan taat kepada ajaran-Nya.
Takwa kepada Allah adalah semangat ketuhanan yang diwujudkan dengan membangun
hubungan yang baik dengan Allah dan manusia. Hubungan itu tentu saja harus dilandasi
dengan berbudi luhur dan akhlak mulia. Dalam konteks ini menjadi jelas masyarakat
Madani adalah masyarakat berbudi luhur mengacu kepada kehidupan masyarakat
berkualitas dan beradab.
Berdasarkan uraian di atas, meskipun memiliki makna yang berbeda dari
pemaknaannya antara civil society dan masyarakat madani, tetapi pada intinya kedua istilah
memiliki semangat yang sama, yakni suatu masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, dan
sejahtera dengan kualitas keadaban warganya.
SUMBER BMP MKDU4221/MODUL 3 HAL 3.8-3.9

d. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera!


Jawaban:
Kelima prinsip tersebut yakni:
1) Keadilan
Berbicara tentang keadilan secara horizontal berarti berbicara kesejahteraan umum.
Menegakkan keadilan merupakan kemestian yang bersifat fitrah yang harus ditegakkan
oleh setiap individu sebagai pengejawantahan dari perjanjian primordial di mana manusia
mengakui Allah sebagai Tuhannya. Keadilan merupakan sunnatullah di mana Allah
menciptakan alam semesta ini dengan prinsip keadilan dan keseimbangan. Dalam Al-
Qur’an keadilan itu disebut sebagai hukum keseimbangan yang menjadi hukum jagat raya.
Keadilan juga merupakan sikap yang paling dekat dengan takwa. Karena itu setiap praktik
ketidakadilan merupakan suatu bentuk penyelewengan dari hakikat kemanusiaan yang
dikutuk keras oleh Al-Qur’an. Dalam surat Al-Takaatsur dan Al-Humazah ekspresi itu
sangat jelas:
• Secara garis besar pokok kandungan surah at-Takāsur ayat 1-8 adalah tentang perilaku
manusia yang suka bermegah-megahan dalam soal kehidupan duniawi sehingga
menyebabkan melalaikan dari tujuan hidupnya yaitu taat kepada Allah Swt. Ia baru akan
menyadari kesalahannya jika maut sudah menjemputnya. Allah Swt sangat mencela
perilaku yang bermegah-megahan dan membangga-banggakan status sosial. Allah Swt
menjelaskan bahwa kelak di akhirat nanti Allah Swt akan menyediakan tempat bagi mereka
yaitu neraka jahim dan mereka benar-benar kekal di dalamnya. Di akhir surah Allah Swt
menegaskan bahwa pada hari kiamat nanti manusia akan diminta pertanggung jawaban
tentang kenikmatan yang dimegah-megahkan ketika di dunia itu.
• Pokok kandungan surat Al-Humazah ayat 1-9 adalah Ancaman bagi para pengumpat yang
tidak bisa menghindari sifat-sifat buruk yang terkandung dalam surat al humazah.Sifat-sifat
seperti mengumpat, mencela dan mengumpulkan harta namun tidak mau menginfakkannya
di jalan Allah, itulah sifat-sifat yang mendapat ancaman dari Allah SWT. Ancaman tersebut
berupa neraka hutamah (yang menyala-nyala).
2) Supremasi Hukum
Keadilan seperti disebut di atas harus dipraktikan dalam semua aspek kehidupan. Di
mulai dari menegakkan hukum. Menegakkan hukum yang adil merupakan amah yang
diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak ini telah ditegaskan dalam Surat An-
Nisaa’ ayat 58.
Dalam usaha mewujudkan supremasi hukum itu maka kita harus menetapkan hukum
kepada siapa pun tanpa pandang bulu, bahkan kepada orang yang membenci kita sekalipun,
kita tetap harus berlaku adil telah ditegaskan dalam Surat Al-Maa’idah ayat 8.
Atas dasar itulah maka Rasulullah menyatakan dengan tegas bahwa hancurnya bangsa-
bangsa di masa lalu karena jika orang atas melakukan kejahatan dibiarkan, tetapi jika orang
bawah melakukannya pasti dihukum. Rasulullah menegaskan bahwa jika seandainya
putrinya, Fatimah, melakukan kejahatan maka beliau akan menghukumnya sesuai dengan
hukum yang berlaku. Rasulullah bersabda:
“Sebenarnya hancurnya mereka sebelum kamu karena mereka menegakkan hukum atas
rakyat jelata dan meninggalkan hukum atas orang besar. Demi Dia, Allah yang jiwaku ada
di tangan-Nya, seandainya Fatimah berbuat jahat pasti aku potong tangannya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
3) Egalitarianisme (Persamaan)
Egalitarianisme artinya adalah persamaan, tidak mengenal sistem dinasti geneologis.
Artinya adalah bahwa masyarakat madani tidak melihat keutamaan atas dasar keturunan,
ras, etnis, dll. Melainkan atas prestasi. Bukan prestise tetapi prestasi. Karena semua
manusia dan warga masyarakat dihargai bukan atas dasar geneologis diatas melainkan atas
dasar prestasi yang dalam bahasa Al-Qur’an adalah takwa.
•Melalui surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT menegaskan jika suluruh umat manusia
adalah satu keturunan. Mereka semua berasal dari nenek moyang yang sama yakni Adam
dan Hawa. Sehingga, dalam kehidupan tidak ada perbedaaan kasta. Semua umat manusia
akan sama dan setara di sisi Allah SWT.
Oleh karena prinsip egalitarianisme inilah, maka akan terwujud keterbukaan di mana
seluruh anggota masyarakat berpartisipasi untuk menentukan pemimpinnya dan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan publik.
4) Pluralisme
Pluralisme adalah sikap di mana kemajemukan merupakan suatu yang harus diterima
sebagai bagian dari realitas obyektif. Pluralisme yang dimaksud tidak sebatas mengakui
bahwa masyarakat itu plural melainkan juga harus disertai dengan sikap yang tulus bahwa
keberagaman merupakan bagian dari karunia Allah dan rahmat-Nya karena akan
memperkaya budaya melalui interaksi dinamis dengan pertukaran budaya yang beraneka
ragam itu.
Kesadaran pluralisme itu kemudian diwujudkan untuk bersikap toleran dan saling
menghormati di antara sesama anggota yang berbeda baik berbeda dalam hal etnis, suku
bangsa, maupun agama. Sikap toleran dan saling menghormati itu dinyatakan dalam Al-
Qur’an, antara lain:
• QS.Yunus: 99 Ayat tersebut menegaskan bahwa siapa pun yang ada di dunia—dengan
penekanan “seluruhnya”—akan beriman kalau saja Allah menghendakinya, sehingga
karena kehendak Allah menginginkan adanya perbedaan, manusia tidak boleh memaksa
sesamanya.
• QS. Al-An’aam: 108 Ayat ini secara khusus ditujukan kepada kaum muslim tentang
bagaimana seharusnya bersikap menghadapi sesembahan kaum musyrik. Dan janganlah
kamu, wahai kaum muslim, memaki sesembahan seperti berhala-berhala dan lainnya yang
mereka sembah selain Allah, karena jika kamu memakinya, maka akibatnya mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas atau tanpa berpikir dan tanpa dasar
pengetahuan.
5) Pengawasan Sosial
Yang disebut dengan amal seh pada dasarnya adalah suatu kegiatan demi kebaikan
bersama. Prinsip-prinsip di atas sebagai dasar pembentukan masyarakat madani merupakan
suatu usaha dan landasan bagi terwujudnya kebaikan bersama. Kegiatan manusia apapun
merupakan suatu konsekuensi logis dari adanya keterbukaan di mana setiap warga memiliki
kebebasan untuk melakukan tindakan. Keterbukaan itu sebagai konsekuensi logis dari
pandangan positif dan optimis terhadap manusia, bahwa manusia pada dasarnya adalah
baik.
• Kandungan QS. Al-A’raaf: 172 Kesaksian Setiap Insan terhadap Allah Sebelum Lahir ke
Dunia. Dari kesaksian tersebut, pada hakikatnya kita pernah berikrar untuk menuhankan
Allah (tiada Tuhan selain Allah), berjanji untuk tidak menyekutukan-Nya, tidak meminta
kepada selain-Nya dan berbagai konsekuensi lainnya.
• Kandungan QS. Ar-Ruum: 30 Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk tetap
menghadapkan muka kepada Nya dalam rangka melaksanakan dakwah menyebarkan
agama Allah kepada seluruh umat manusia. Agama Allah merupakan ciptaan (fitrah) Nya
untuk kebaikan seluruh umat manusia.
Karena manusia secara fitrah baik dan suci, maka kejahatan yang dilakukan bukan
karena inheren di dalam dirinya akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor luar yang
mempengaruhinya. Karena itu, agar manusia dan warga tetap berada dalam kebaikan
sebagaimana fitrahnya diperlukan adanya pengawasan Sosial. Dalam Al-Qur’an ditegaskan
QS. Al-Ashr: 1-3 Isi surat mengabarkan bahwa sesungguhnya semua manusia itu berada
dalam keadaan merugi kecuali dia termasuk mereka yang selalu beramal saleh, saling
menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Pengawasan sosial ini menjadi penting terutama ketika kekuatan baik kekuatan uang
maupun kekuatan kekuasaan cenderung menyeleweng sehingga perwujudan masyarakat
beradab dan sejahtera hanya slogan semata. Pengawasan sosial baik secara individu
maupun lembaga merupakan suatu keharusan dalam usaha pembentukan masyarakat
beradab dan sejahtera. Namun demikian, pengawasan tersebut harus didasarkan atas prinsip
fitrah manusia baik sehingga senantiasa bersikap husnu al-adzan. Pengawasan sosial harus
berdiri atas dasar asas-asas bersalah sebelum terbukti sebaliknya.
SUMBER BMP MKDU4222/MODUL 3 HAL 3.10-3.14

Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa tugas
Anda sudah terkirim, dan file jawaban tugas dalam bentuk doc/docx hanya diunggah pada
tempat unggah tugas pada Tuton ini.

Anda mungkin juga menyukai