Anda di halaman 1dari 6

Nama : Bagus Firmansyah

NIM : 858567927

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh


Izinkan saya untuk menanggapi Tugas 3 Pendidikan Agama Islam di atas, berikut adalah
tanggapan saya

1. Budaya akademik yang ingin di bangun oleh islam, bukan sekedar menjadikan
manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang memiliki kekuatan iman dan
kerendahan hati (Tawadzu’)
a. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-Hajj/22: 54

Artinya: “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-
Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati
mereka kepada-Nya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi
orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”.

b. Jelaskan keterkaitan ilmu pengetahuan, iman, dan hati yang tunduk menurut QS. Al-
Hajj/22: 54

Berdasarkan QS. Al-Hajj/22: 54 dapat dijelaskan bahwa ilmu pengetahuan itu


datangnya dari Allah SWT dan atas kehendaknya. Manusia diberi ilmu oleh Allah
senantiasa untuk beriman kepada Allah, ilmu tanpa disertai iman dan hati yang tulus
maka ilmu tersebut tidak aka nada manfaatnya, sedangkan ilmu yang dibarengi
dengan iman serta hati yang tulus maka ilmu itu akan tetap abadi sampai nanti di
surga.
c. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-Baqarah/2: 111

Artinya: “Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk
surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi dan Nasrani”. Demikian
itu hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah:
Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”.”

d. Jelaskan pengertian budaya akademik menurut QS. Al-Baqarah/2: 111

Berdasarkan QS. Al-Baqarah/2: 111 dijelaskan bahwa islam menuntut


manusia untuk mengedepankan rasionalitas ilmiah dalam setiap tindakanya. Inilah
yang dalam era modern disebut dengan budaya akademik. Dalam hal ini Islam tidak
mentolerir tindakan pemaksaan dan anarkisme dalam mengajak manusia menuju jalan
Allah yang harusnya dilakukan dengan jalan damai dan bijak.

Sumber: Modul MKDU4221


https://tafsirweb.com/

2. Prinsip-prinsip dalam kehidupan politik dijelaskan langsung dalam QS. An-


Nisaa’/4: 58-59 dan tugas amanah bagi siapa saja yang memegang kekuasaan
politik dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah/2: 151

a. Tuliskan terjemahan QS. An-Nisaa’/4: 58-59

Terjemahan QS. An-Nisaa’/4: 58-59 yaitu: “Sesungguhnya Allah menyuruh


kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat (58). Hai orang-
orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya (59).

b. Sebutkan empat konsep dasar kehidupan politik menurut QS. An-Nisaa’/4: 58-59

 Pertama, kewajiban untuk menunaikan amanah. Amanah adalah


kepercayaan yang diberikan oleh orang lain dan merupakan salah satu ciri
seorang muslim yang memiliki iman yang kuat. Sikap amanah adalah
sendi utama dalam berinteraksi sosial terutama dalam bidang kekuasaan
politik, artinya bahwa setiap pejabat adalah pengemban amanat yang
diberikan kepadanya untuk dapat ditunaikan dengan baik yang nantinya
harus dipertanggungjawabkan. Contoh amanah adalah, amanah antara
manusia dengan Allah SWT, amanah manusia dengan manusia, amanah
antara manusia dan lingkunganya, serta amanah antara manusia dengan
dirinya sendiri. Dalam konteks inilah agama memberikan dorongan kepada
siapa saja yang memegang kekuasaan politik untuk bersikap amanah.

 Kedua, perintah menetapkan hukum dengan adil. Dalam QS. An-Nisaa’/4:


58-59 dijelaskan “dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”, dari ungkapan
tersebut mengisyaratkan bahwa diantara kewajiban seseorang yang
memegang kekuasaan politik adalah menegakkan aturan-aturan hukum
dengan adil tanpa memandang individu, kelompok, atau golongan. Karena
di mata hukum semua orang itu memiliki derajad yang sama.

 Ketiga, perintah untuk Taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri.
Dijelaskan dalam QS. An-Nisaa’/4: 58-59 “Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri diantara kamu”.
Kesan yang muncul dari ungkapan diatas adalah taat kepada ulil amri
merupakan bagian dari sikap orang beriman, sehingga ini menjadi bagian
dari sesuatu yang bernilai ibadah. Sebaliknya, apabila tidak mau taat maka
dapat dikatakan sebagai orang yang belum melaksanakan perintah yang
dianjurkan oleh agama. Ini menjadi penjelas bahwa agama islam dalam
pandagan politik mendorong pemeluknya untuk dapat membangun sebuah
tatanan bermasyarakat dan beragama yang baik. Tujuan utamanya ada,ah
tercapainya cita-cita dalam hidup bermasyarakat.

 Keempat, Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini dijelaskan


dalam QS. An-Nisaa’/4: 58-59 yaitu “kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikalah ia kepada Allah (Al-Qur’an)
dan Rasul (Sunnahnya)”. Dalam berpendapat sering sekali terjadi kesalah
pahaman bahkan masalah-masalah baru, maka masalah-masalah tersebut
harus didasarkan atau dikembalikan kepada Al-Qur’an dah Sunnah.

c. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-Baqarah/2: 151

Artinya: “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu)


Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membaca
ayat-ayat Kami kepada kamu dan mencucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui”.

d. Jelaskan secara ringkas amanah-amanah mendasar bagi pemegang kekuasaan


politik menurut QS. Al-Baqarah/2: 151

Berdasarkan QS. Al-Baqarah/2: 151 dapat diketahui beberapa amanah-amanah


mendasar bagi pemegang kekuasaan politik, diantaranya:
 Seorang pemegang kekuasaan politik bertugas selain menjadi
pemegang kuasa juga untuk mencerdaskan masyarakat dan
membangun mental spiritual sehingga menjadi pribadi-pribadi yang
tangguh.
 Seorang pemegang politik haruslah memegang usaha membangun tata
sosial yang lebih mensejahterakan masyarakat.
 Seorang pemegang kekuasaan politik harus menjamin kemaslahatan
semua warga atau rakyat yang telah memberikan amanat kepadanya.

Sumber: Modul MKDU4221


https://tafsirweb.com/

3. Agama islam sesuai dengan fitrah interaksi manusia sebagaimana dijelaskan


dalam QS. An-Nisaa’/4: 125 melalui istilah Al-Din dan QS. Ali-Imran/3: 67
melalui istilah Al-Hanif

a. Tuliskan ayat dan terjemahan QS. An-Nisaa’/4: 125

Artinya: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”.

b. Sebutkan dengan pihak mana saja fitrah interaksi manusia pada QS. An-Nisaa’/4:
125
Dalam QS. An-Nisaa’/4: 125 mengandung makna al-Din yang sering
diartikan sebagai hubungan antara dua pihak dimana yang pertama mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari yang kedua. Contoh fitrah interaksi manusia
berdasarkan ayat tersebut diantaranya adalah: interaksi manusia dengan Allah
dalam wujud sikap berserah diri, Interaksi manusia dengan manusia seperti atasan
dengan karyawan, guru dengan muridnya, orang tua dengan anak nya.

c. Tuliskan ayat dan terjemahan dari QS. Ali-Imran/3: 67

Artinya: “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan
tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah)
dan sekali-kali bukanlah Dia termasuk golongan orang-orang musyrik”.

d. Apakah yang dimaksud dengan al-hanafiyyat pada QS. Ali-Imran/3: 67

Secara etimologi al-hanif berarti “condong dari kesesatan kepada istiqamah”.


Kemudian arti tersebut berkembang menjadi “Orang yang condong kepada
kebenaran, kepada Allah, kepada tauhid. Dengan begitu al-hanafiyyat
merupakan kumpulan kecenderungan yang terdapat dalam fitrah manusia.
Artinya, fitrah manusia merupakan himpunan kecenderungan kepada
kebenaran dan kepada (Agama) Allah.

Sumber: Modul MKDU4221


https://tafsirweb.com/

Anda mungkin juga menyukai