Anda di halaman 1dari 79

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

I. PENDAHULUAN

A. Pengertian Kewarganegaraan

Mengutip buku Pendidikan Kewarganegaraan : Civic Education


karya Dr. Baso Madiong, SH., MH., dkk. (2018), warga negara
adalah anggota suatu negara yang memiliki keterikatan timbal
balik dengan negaranya. Seseorang yang menjadi warga negara
harus mematuhi peraturan suatu negara.
Sementara itu, Pasal 1 Angka (2) UU Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia mendefinisikan
kewarganegaraan sebagai segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara.
Dengan kata lain, kewarganegaraan mengacu pada keanggotaan
yang menunjukkan ikatan antara negara dengan warga negara.
Kewarganegaraan merujuk pada seperangkat karakteristik seorang
warga, di mana karakteristik tersebut meliputi:

 Perasaan akan identitas.


 Pemilikan hak-hak tertentu.
 Pemenuhan kewajiban-kewajiban yang sesuai.
 Penerimaan terhadap nilai-nilai sosial dasar.
 Tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah
publik.rbesar

Macam-macam Kewarganegaraan
Menurut Ko Swan Sik dalam buku bertajuk Ilmu Kewarganegaraan
(Civics) tulisan Dra. Titik Susiatik, M. Si (2020), kewarganegaraan
bisa dibedakan menjadi empat macam, antara lain adalah:
1. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis
Kewarganegaraan dalam arti yuridis mengacu pada ikatan
hukum antara orang-orang dengan negara atau
kewarganegaraan sebagai status legal. Adanya ikatan hukum
menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, bahwa orang
tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang
bersangkutan.

1
Secara konkret, bentuk kewarganegaraan ini dinyatakan dalam
bentuk surat-surat, baik keterangan ataupun keputusan yang
digunakan sebagai bukti keanggotaan dalam negara itu.
Misalnya akta kelahiran, surat pernyataan, dan lain sebagainya.
2. Kewarganegaraan dalam Arti Sosiologis
Bentuk kewarganegaraan ini terikat pada suatu negara akibat
perasaan kesatuan ikatan lantaran satu keturunan, kebersamaan
sejarah, daerah atau tanah (wilayah), dan penguasa
(pemerintah).
Dalam hal ini, seseorang bisa dipandang oleh negara sebagai
warga negara jika telah memiliki penghayatan kebudayaan,
tingkah laku, ataupun cara hidup sebagaimana seharusnya
seorang warga negara.
3. Kewarganegaraan dalam Arti Formal
Kewarganegaraan dalam arti formal mengacu pada tempat
kewarganegaraan dalam sistematika hukum. Di mana
kewarganegaraan menyangkut salah satu sendi negara, yaitu
rakyat negara.
Oleh karena itu, kewarganegaraan terletak di dalam bidang
hukum publik. Sebab kaidah-kaidah tentang negara semata-
mata bersifat publik.
4. Kewarganegaraan dalam Arti Materiil
Kewarganegaraan dalam arti ini menunjuk pada akibat dari
status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban
serta partisipasi warga negara. Kedudukan seseorang
sebagai warga negara akan berbeda dengan kedudukan
seseorang sebagai orang asing.

B. PENEGRTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.
Mata kualiah kewarganegaraan sering disebut sebagai civic
education citizenship education, dan bahkan ada yang
menyebutkannya sebagai democracy education.
Kesadaran demokrasi serta implementasinya harus senantiasa
dikembangkan dengan basis filsafat bangsa, identitas nasional,

2
kenyataan dan pengalaman sejarah bangsa tersebut, serta dasar
dasar kemanusiaan dan keadaban. Oleh karena itu dengan
pendidikan kewarganegaraan diharapkan intelektual
Indonesia memiliki dasar keperibadian sebagai warga
negara yang demokratis, relegius, berkemanusiaan dan
berkeadaban.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.


Visi pendidikan kewarganegaraan dalam perguruan tinggi
adalah merupakan sumber nilai dan pedoman pengembangan
dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia
seutuhnya.
Misinya adalah membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiaanya, agar secara konsisten mampu mewujudkan
nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah
airdalam menguasai , menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan seni dengan rasa tanggung
jawab dan bermoral.

C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAPAT BANGSA INONESIA

1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian-
bagiannya atau unsur-unsurnya saling berkaitan, saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan
merupakan keseluruhan yang utuh.
Pancasila adalah sebuah system karena pancasila merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Esensi seluruh sila-
silanya juga merupakan suatu kasatuan. Pancasila berasal dari
kepribadian Bangsa Indonesia dan unsur-unsurnya telah dimiliki
oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu.
Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang keberadan
dan kebenaraannya tidak dapat diragukan. Nilai-nilai Pancasila
seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan harus menjadi pedoman dan tolak ukur bagi seluruh
kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan Bangsa Indonesia.

2. Pengertian Filsafat.

3
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun istilah
filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri
atas dua kata yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi secara etimologi,
filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of
wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab
disebut failasuf
Menurut Roeslan Abdoelgani (1962), menyatakan bahwa pancasila
adalah filsafat Negara yang lahir sebagai collectionideologies dari
keseluruhan bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu realiteit atau noodzakelijkheid bagi keutuhan
persatuan Bangsa Indonesia.
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima
oleh Bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan
demikian, Pancasila harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan
pergaulan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup bangsa, maka
sewajarnyalah asas-asas pancasila disampaikan kepada generasi
baru melaluai pengajaran dan pendidikan. Pancasila menunjukan
terjadinya proses ilmu pengetahuan. Validitas, dan hakikat ilmu
pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).

3. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan
sistem filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah satu-
kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1.     Satu kesatuan bagian-bagian.
2.     Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3.      Saling berhubungan, saling ketergantungan
4.     Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama (tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan
Voich, 1974:122)

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada


hakikatnya merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam
pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh
sila-sila lainnya. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya

4
merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian
(sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga
membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai
suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan
dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat
bangsa dan negara.
KenyataanPancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang
obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri
terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan
orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat
khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain
misalnya: liberalisme, materialisme, komunisme, dan aliran
filsafat yang lain.

Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling


berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh
Dasar filsafat negara pancasila adalah merupakan satu kesatuan
yang bersifat majemuk tunggal.
   
 Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan
suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya,
merupakan pengkhususan dari sila-sila dimukanya.
 Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula
dalam hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam
rangka hubungan hierarkhis piramidal. Tiap-tiap sila mengandung
empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya.

4. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa


dan Negara Republik Indonesia
     Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia,
mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan
kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
    Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu sumber dari hukum dasar dalam
negara Indonesia. Sebagai suatu sumber dari hukum dasar, secara

5
objektif merupakan suatu pandangan  hidup, kesadaran, cita-cita
hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana
kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18
Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para
pendiri negara menjadi  lima sila dan ditetapkan secara yuridis
formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.

5. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


      Unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain
diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia
sendiri, sehingga bangsa ini merupakann kausa materialis (asal
bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebutkemudian
diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa
dan negara Indonesia.

6. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila


Realisasi setiap sila atau derivasi setiap sila senantiasa, dalam
hubungan yang sistemik  dengan sila-sila lainnya. Hal ini
berdasarkan pada pengertian bahwa makna sila-sila Pancasila
senantiasa dalam hubungannya sebagai sistem filsafat.

7. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
 Untuk mencapai tujuan dalam kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan terutama dalam melaksanakan pembangunan dan
pembaharuan maka harus mendasarkan pada suatu kerangka
pikir, sumber nilai serta arahan yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila.
 Filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia.
Hal ini didasarkan pada suatu realitas bahwa kausa materialis atau
asal nilai-nilai Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri.

8. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional


Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
Jadi filsafat pancasila bukan muncul secara tiba-tiba dan
dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan melalui

6
suatu fase historis yang cukup panjang. Proses perumusan materi
Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang
BPUPKI pertama, sidang “panitia 9”, sidang BPUPKI kedua, serta
akhirnya disyahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia.

B. LANDASAN ILMIAH DAN LANDASAN HUKUM

1.   Landasan Ilmiah
Bahan pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara
warganegara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela
negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta
dasar filosofi bangsa. Tujuan utama pendidikan
kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa
Pancasila.

2.   Landasan Hukum :
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982
4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
5. Pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor
43/DIKTI/Kep/2006.

C. LINGKUP MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Pokok bahasan :
Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006 cakupan materi
kewarganegaraan meliputi:
1. Filsafat pancasila
2. Identitas nasional
3. Politik dan strategi
4. Demokrasi Indonesia
5. HAM dan rule of law
6. Hak dan kewajiban warga Negara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategic Indonesia

7
D. PARADIGMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)
Paradigma dalam hal ini dimaksudkan merupakan kesepakatan
dari suatu komunitas tentang hal-hal yang bersifat mendasar seperti:
materi pokok keilmuan, sudut pandang atau orientasi, visi dan misi.
Komunitas dalam hal ini adalah komunitas Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
PKn (Civic Education) merupakan mata pelajaran yang
bertugas bagaimana membentuk warga negara yang baik
(how a good citizen). Warga negara yang baik adalah warga
negara yang sadar akan hak – kewajibannya. Dengan kesadaran
akan hak – kewajibannya maka seorang warga negara diharapkan
menjadi kritis, partisipatif dan bertanggung jawab. Ukuran warga
negara yang baik tentunya sangat dipengaruhi oleh ideologi
nasional masing-masing negara. Bagi bangsa Indonesia ideologi
Pancasila merupakan acuan dalam membina warga negara
yang baik. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
sebagai PKn versi Indonesia memiliki fungsi memberdayakan
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
sejalan dengan Pancasila (istilah PPKn dalam Kurikulum 2004
tampaknya akan diganti antara “Kewarganegaraan” atau “Pendidikan
Kewarganegaraan). Pengertian paradigma kadang – kadang
disederhanakan sebagai cara berpikir. Jadi paradigma baru PKn
merupakan cara berpikir baru tentang PKn.

E. PERBANDINGAN ANTARA PKN PARADIGMA BARU DENGAN


PARADIGMA LAMA
Paradigma baru PKn antara lain memiliki struktur organisasi
keilmuan yang jelas yakni berbasis pada ilmu politik, hukum
dan filsafat moral /filsafat Pancasila dan memiliki visi yang
kuat nation and character building, citizenempowerment
( pemberdayaan warga negara), yang mampu
mengembangkan civil society (masyarakat kewargaan).
Paradigma baru ini merupakan upaya untuk menggantikan
paradigma lama PKn (PPKn), yang antara lain bercirikan struktur
keilmuan yang tidak jelas, materi disesuaiakan dengan
kepentingan politik rezim (hegemoni penguasa), memiliki
visi untuk memperkuat state building ( negara otoriter
birokratis; kooptasi negara) yang bermuara pada posisi warga

8
negara sebagai kaula atau obyek yang sangat lemah ketika
berhadapan dengan penguasa. Akibat dari kondisi ini, PKn semakin
sulit untuk mengembangkan karakter warga negara yang
demokratis, sehingga menjadi lahan subur bagi berkembangnya
otoriterisme.

D. DENTITAS NASIONAL
A. Pegertian Identitas Nasional
Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas
kebangsaan. Secara etimologis, identitas nasional berasal dari kata
“identitas” dan ”nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris
identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri
yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga
membedakan dengan yang lain.
 Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah
ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau
sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Jadi, pegertian
Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian
bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara
sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan
hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar
Negara yang merupakan norma peraturan yang harus dijnjung tinggi
oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang
mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi
serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di
Indonesia. atau juga Istilah Identitas Nasional adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain.

B. Identitas Nasional Indonesia :


1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Burung Garuda

9
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan
Nasional.

C. Unsur Unsur Identitas Nasinal.


Unsur - unsur Identitas nasional yaitu :
1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat
askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan
umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku
bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialeg
bangsa.
2. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang
agamis. Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di
nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan
Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui
sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden
Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk
social yang isinya adalah perangkat- perangkat atau model-model
pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan
yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang
lain. Bahasa dipahami sebagai system perlambang yang secara
arbiter dientuk atas unsure-unsur ucapan manusia dan yang
digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan


pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut :
10
- Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah
bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara.-
- Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata
perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera
Negara, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
- Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan
(Archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan
agama, serta kepercayaan.

III. NEGARA DAN KONSTITUSI


A.  Pengertian negara
Nicollo Machiavelli yang merumuskan Negara sebagai Negara
kekuasaan. Teori Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat
tantangan dan reaksi yang kuat dari filsuf lain separti Thomas
Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-
1778). Mereka mengartikan Negara sebagai suatu badan atau
organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama.
Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah membawa hak-hak
asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan.
Konsep pengertian Negara modern yang dikemukakan oleh para
tokoh lain antara lain :
1. Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa Negara adalah sebagai
alat agency atau wewenang / authority yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan besama atas nama
masyarakat.

2. Menurut Harold J. Lasky bahwa Negara adalah merupakan suatu


masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang
yang bersifat sah lebih agung dari pada individu atau
sekelompok.

3. Mc. Iver bahwa Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan


penertiban suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan
berdasarkan system hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.

4. Miriam Budiardjo bahwa Negara adalah suatu daerah territorial


yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan
berhasil menuntut dr warga Negaranya ketaatan pada perundang-

11
undangannya melalui penguasaan (control) monopolitis dari
kekuasaan yang sah.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf
serta para sarjana tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa
semua Negara memiliki unsur-unsur yang mutlak harus ada.
Unsur-unsur Negara meliputi :
   1.      Wilayah
   2.      Rakyat
   3.      Pemerintahan
    
Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh
adanya kesatuan nasib, yaitubersama-sama dalam suatu
penderitaan dibawah penjajahan bangsa asing serta berjuang
merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa
Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu
sangat beraneka ragam, baik latar belakang budaya seperti
bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya.
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea I,II,III & IV.

B.   Konstitusionalisme
Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem
institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu
pelaksanaan pemerintahan. Basis pokok konstitusionalisme adalah
kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) diantara
mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan
berkaitan dengan negara.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme pada
umumnya dipahami berdasarkan pada :
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama
2. Kesepakatan tentang the rule of law
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur
ketatanegaraan
Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita
bersama yang sangat menentukan tegaknya konstitusionalisme dan
konstitusi dalam suatu Negara.
Kesepakatan kedua , adalah kesepakatan bahwa basis
pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (a) bangunan
organ Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur
kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antar organ Negara itu

12
satu sama lain, serta (c) hubungan antar organ-organ
Negara itu dengan warga Negara .
Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya  menyangkut prinsip
pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian
tersebut maka sebenarnya prinsip konstitusionalisme modern adalah
menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau yang lazim disebut
sebagai prinsip limited government. Konstitusionalisme mengatur
dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama,
hubungan antara pemerintahan dengan warga Negara; dan Kedua,
hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lainnya.

C.   Konstitusi Indonesia
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia
sejak tahun 1999, dimana amandemen pertama dilakukan dengan
memberikan tambahan dan perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945.
Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000,
amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan disahkan pada
tanggal 10 Agustus 2002.
Penegertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar
tertulis dan hukum dasar tidak tertulis. Oleh karena itu sifatnya yang
tertulis, maka Undang-Undang Dasar itu rumusannya tertulis dan
tidak mudah berubah. Undang-Undang Dasar menurut sifat dan
fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu Negara
dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.
 Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa
Undang-Undang Dasar 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945
hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat
aturan peralihan dan aturan tambahan.
Sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1.    Rumusannya jelas
2.    Bersifat singkat dan supel
3.    Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan
yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional
4.    Peraturan hukum positif yang tinggi

Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu


aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak
tertulis.
Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

13
(1)  Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan Negara.
(2)   Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan
sejajar.
(3)   Diterima oleh semua rakyat.
(4)   Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai
aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang
Dasar.
       Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu 
aturan dasar yang tertulis, tidak secara otomatis setingkat
dengan UUD, melainkan sebagai suatu ketetapan MPR.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian
UUD, karena pengertian UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja,
dan selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak
tercakup dalam UUD.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dibagi atas tujuh :

1. Indonesia adalah negara  yang berdasarkan atas hukum


(Rechtstaat)
2.  Sistem konstitusional
3.  Kekuasaan tertinggi ditangan rakyat
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang
tertinggi disamping MPR dan DPR
5.  Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6.  Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR
7.  Kekuasaan kepala negara tidak tak-terbatas
    Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara
hukum, Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan
berdasarkan atas kekuasaan. Sifat Negara hukum hanya dapat
ditunjukkan jikalau alat-alat  perlengkapanya bertindak menurut
dan terikat kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu
oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasai untuk mengadakan
aturan-aturan itu.

Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah :


a.   Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan
kebudayaan.

14
b.    Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau
kekuatan lain dan tidak memihak.
c.    Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan
hukumnya dapat dipahami dapat dilaksanakan dan aman dalam
melaksanakannya.

Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar ingin


mengembalikan peranan hukum, aparat penegak hukum beserta
seluruh sistem peraturan perundang-undangan akan dikembalikan
pada dasar-dasar Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat
demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

IV. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak
dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut
secara paksa olehnya..
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,
akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak
seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban
untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para
pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban.
Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki
pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri.
Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi
kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan


cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara
harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau
pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang
sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika
hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan

15
masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini
tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk
merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya,
walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih
memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan
rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan
haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi
harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk
mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita
sebagai rakyat Indonesia.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang
menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun
tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam
undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia
bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-
siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini
kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan
hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan
rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan
tidak mendapatkan hak-haknya.

Hak kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27


sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

Hak Warga Negara Indonesia :


- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang


berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).

16
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).

- Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan


hidup, tumbuh, dan Berkembang”

- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan


dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya
demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)

- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara


kolektifuntuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
(pasal 28C ayat 2).

- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum


yang adil sertaperlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D
ayat 1).

- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak,

- hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal
28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :


- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD
1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

17
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3)
UUD 1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak
dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pasal 30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.”

Warganegara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat


tertentu dalam hubungannya dengan Negara. Dalam hubungan antara
warganegara dan Negara, warganegara mempunyai kewajiban-
kewajiban terhadap Negara dan sebaliknya.
Asas-asas kewarganegaraan adalah :
1.  Asas ius-sanguinis dan asas ius-soli
2.  Bipatride dan apatride

 Pembelaan Negara atau bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan
warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup
berbangsa dan bernegara. Kesadaran perlu ditumbuhkan melalui proses
motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam
pembelaan Negara.

Ada beberapa dasar  sebagai motivasi setiap warga untuk ikut serta


membela Negara Indonesia :
1.   Pengalaman sejarah perjuangan RI

18
2.   Kedudukan wilayah geografis nusantara yang strategis
3.   Keadaan penduduk (demografis) yang besar
4.   Kekayaan sumber daya alam
5.   Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan
6.    Kemungkinan timbulnya bencana perang

V. KONSEP DAN PRINSIP DEMOKRASI

1.    Pengertian Demokrasi
Kata demokrasi sering disalah artikan dengan dimaknai sebagai
kebebasan . sedangkan kebebasan yang dimaksudkan itu adalah
liberalisme. Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa
yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos atau
kratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. jadi kata
demokrasi dapat diterjemahkan sebagai kekuasaan rakyat atau
kedaulatan rakyat atau rakyat berkuasa atau goverment or rule
by the people (pemerintahan oleh rakyat). Dengan kata lain
demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik
secara lansung maupun tidak lansung (melalui perwakilan)
setelah adanya proses pemilihan umum secara lansung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil sering disebut luber dan jurdil. Dalam
pemerintahan demokrasi kekuasaan tertinggi berada ditangan
rakyat. Secara singkat, demokrasi dapat diartikan mengacu pada
ucapan Abraham Lincoln, the goverment from the people, by the
people and for the people yang artinya suatu pemerintahan dari
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

2.     Bentuk Demokrasi
Ada daua macam bentuk demokrasi yaitu demokrasi lansung dan
demokrasi tidak lansung. Demokrasi lansung yaitu demokrasi dan
seluruh rakyat ikut ambil bagian dalam pemerintah atau kekuasaan
tanpa diwakilkan. Hal ini terjadi pada awal lahirnya demokrasi di
Yunani karena wilayah negara tidak terlalu luas yaitu sebesar kota
yang disebut Negara Kota atau polis atau city state. Negara Kota
tersebut dapat menggunakan demokrasi lansung karena jumlah
penduduknya tidak banyak sehingga memungkinkan semua warga
negaranya dapat berpartisipasi lansung dalam pemerintahan atau
19
kekuasaan tanpa harus diwakilkan. Akan tetapi sejalan dengan
perkembangan jaman dan dengan pertumbuhan jumlah penduduk
yang besar maka diperlukan demokrasi yang diwakilkan dan ini
disebut dengan nama demokrasi tidak lansung.
Dalam demokrasi tidak lansung, para pejabat membuat undang-
undang dan menjalankan program untuk untuk kepentingan umum
atas nama rakyat. Hak-hak rakyat dihormati dan dijunjung tinggi
karena para pejabat itu dipilih dan diangkat oleh rakyat. Dalam
demokrasi tidak dibenarkan adanya keputusan politik dari pejabat
yang dapat merugikan hak-hak rakyat apalagi kebijakan yang
bertujuan untuk menindas rakyat demi kepentingan penguasa.

3.   Pilar-Pilar Demokrasi
Alamudi (1910 mengemukakan 11 (sebelas) macam soko guru
demokrasi sebagai berikut:
a.      Kedaulatan rakyat
b.      Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
c.      Kekuasaan mayoritas
d.      Hak-hak minoritas
e.      Jaminan hak asasi manusia
f.       Pemilihan yang bebas dan jujur
g.      Persamaan di depan hukum
h.      Proses hukum yang wajar
i.        Pembatasan pemerintahan secara konstitusional
j.        Pluralisme sosial, ekonomi dan politik
k.    Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat
Sanusi (1999) mengidentifkasi 10 (sepuluh) pilar demokrasi
konstitusional Indonesia yang dikenal dengan The Ten Pilars of
Indonesian Constitusional Democracy, berdasarkan filsafat bangsa
pancasila dan konstitusi Negara RI, UUD 1945 sebagai berikut:
a.       Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
b.      Demokrasi berdasarkan Hak Asasi Manusia
c.       Demokrasi berdasarkan Kedaulatan Rakyat
d.      Demokrasi berdasarkan Kecerdasan Rakyat
e.       Demokrasi berdasarkan Pemisahan Kekuasaan Negara
f.       Demokrasi berdasarkan Otonomi Daerah
20
g.      Demokrasi berdasarkan Supremasi Hukum
h.      Demokrasi berdasarkan Peradilan yang Bebas
i.        Demokrasi berdasarkan Kesejahteraan Rakyat
j.        Demokrasi berdasarkan Keadilan Sosial

Suatu Negara dapat dikatakan demokratis apabila kekuasaan


mayoritas digandengkan dengan jaminan atas hak asasi manusia.
Kelompok mayoritas dapat melindungi kaum minoritas. Hak-hak
minoritas tidak dapat dihapuskan oleh suara mayoritas. Semua warga
negara hendaknya mendapat perlindungan hukum atau mendapat
jaminan menurut undang-undang.

4.    Demokrasi di Indonesia


Berdasarkan 7 (tujuh) kunci pokok sistem pemerintahan negara yang
terdapat pada Penjelasan Umum UUD 1945, Indonesia menggunakan
Demokrasi Konstitusional. Sesuai dengan Penjelasan Umum tentang
Sistem Pemerintahan Negara tersebut antara lain disebutkan bahwa:
a.   Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum
(Rechtsstaat). Negara Indonesia berdasarkan atas hukum dan
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsataat)
b.   Sistem Konstitusional, Pemerintah berdasarkan atas sistem
Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan
yang tidak terbatas)

5.    Ciri Demokrasi Konstitusional


Menurut Kant dan Stahl (dalam Budiharji,1998) ada empat unsur
Rechtsstaat atau negar hukum, yakni:
a.       Hak Asasi Manusia
b.      Pemisahan atau Pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-
hak itu
c.       Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
d.      Peradilan administrasi dalam perselisihan

Demokrasi konstitusional yang menjunjung tinggi supremasi hukum


ditafsirkan seolah-olah negara hanya sebagai penjara malam. Negara
tidak mau ikut campur dalam urusan lain kecuali dalam bidang
21
ketertiban dan keamanan umum. Dalam abad ke-20 Demokrasi
Konstitusional harus lebih luas dan berusaha secara aktif mengatur
kehidupan ekonomi dan sosial. Negara semacam ini dikenal dengan
sebutan Negara Kesejahteraan, atau Welfare State atau Service
State.
Pada bagian terdahulu telah dinyatakan bahwa masyarakat
demokratis merupakan syarat penting dari masyarakat madani (civil
society). Ciri masyarakat demokratis yang penting adalah tegaknya
supremasi hukum. Untuk menegakkan hukum dalam masyarakat
demokratis, perlu adanya pendidikan demokrasi. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan sarana yang strategis untuk
pendidikan demokrasi demi tegaknya demokrasi konstitusional.
Setiap Negara dan bangsa memiliki ciri khas dalam
menyelenggarakan demokrasi konstitusional

6. Pendidikan Demokrasi
a. Pendidikan Demokrasi:
1) Pedidikan demokrasi secara formal, yaitu pendidikan yang
melewati tatap muka, diskusi timbal balik, perensentasi, serta
studi kasus untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa
bagaimana agar mencintai negara dan bangsa.
Pendidikan formal biasanya dilakukan di sekolah dan di
perguruan tinggi
2) Pedidikan demokrasi secara informal, yaitu pendidikan
yang melewati tahap pergaulan di rumah ataupun masyarakat
sebagai bentuk aplikasi nilai berdemokrasi. Selain itu, sebagai
hasil interaksi terhadap lingkungan sekitarnya yang langsung
dirasakan hasilnya.
3) Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang melewati tahap
diluar lingkungan masyarakat. Pendidikan ini lebih makro dalam
berinteraksi sebab pendidikan diluar sekolah mempunyai
variable ataupun parameter yang signifikan terhadap
pembentukan jiwa seseorang.

b.Visi Pendidikan Demokrasi

22
Sebagai wahana substantif, pedagogis, dan sosial kultural untuk
membangun cita-cita, nilai, konsep, prinsip, sikap, serta
keterampilan demokrasi dalam diri warga negara melalui
pengalaman hidup dan kehidupan demokrasi dalam berbagai
konteks.

c. Misi Pendidikan Demokrasi


1) Memfasilitasi warga negara untuk mandapatkan berbagai
akses kepada dan menggunakan secara cerdas berbagai
sumber informasi tentang demokrasi dalam teori dan
praktik untuk berbagai konteks kehidupan. Dengan demikian,
dapat dimiliki wawasan  yang luas dan memadai.
 2) Memfasilitasi warga Negara untuk dapat melakukan kajian
konseptual dan operasional secara cermat dan bertanggung
jawab terhadap berbagai cita-cita. Juga, sebagai instrumentasi
praksis demokrasi agar mendapatkan keyakinan dalam
melakukan pengambilan keputusan individual dan atau
kelompok dalam kehidupannya sehari-hari, serta berargumentasi
atas keputusannya itu.
 3) Memfasilitasi warga Negara untuk memperoleh dan
memanfaatkan kesempatan berpartisipasi, serta cerdas
dan bertanggung jawab dalam praksis kehidupan
demokrasi di lingkungannya, seperti mengeluarkan pendapat,
berkumpul, berserikat, memilih, serta memonitor, dan
mempengaruhi kebijakan publik.

Merujuk dari visi dan misi, maka strategi dasar pendidikan


demokrasi yang dikembangkan adalah strategi pemanfaatan
aneka media dengan sumber belajar berupa kajian
interdisipliner, masalah sosial, aksi sosial, studi kasus,
dan sebagainya.
 Buah dari pendidikan demokrasi ialah kemampuan peserta
didik dalam memahami bahwa demokrasi bukan hanya
sesuatu yang dianggap benar(taken for granted) tetapi
juga merupakan sikap hidup yang memerlukan usaha
nyata dari setiap warga negara maupun penyelenggara
23
Negara untuk berperilaku mendukung pemerintahan
demokrasi.

VI. RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

A.  Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum


    Baik rechtsstaat maupun rule of law Menurut Friedman, antara
pengertian negara hukum atau rechtstaat dan rule of the
law sebenarnya saling mengisi. Oleh karena itu berdasarkan
bentuknya sebenarnya rule of the law adalah kekuasaan publik
yang diatur secara legal.
Prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan
menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat. Hukum
tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan dengan
tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka. Prinsip Negara hukum
tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi
yang diatur dalam UUD. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa
kedaulatan berada ditangan rakyat yang dilakukan menurut UUD
atau constitutional democracy  yang diimbangi dengan penegasan
bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berkedaulatan
rakyat atau demokratis.
Menurut Albert Venn Dicey, istilah the rule of law diartikan
sederhana sebagai suatu keteraturan hukum.
 law, pada prinsipnya memiliki kesamaan yang fundamental serta
saling mengisi. Dalam prinsip Negara ini unsur penting pengakuan
adanya pembatasan kekuasaan yang dilakukan secara
konstitusional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran dan
praktek konsep Negara hukum yang berbeda, konsep Negara hukum
dan rule of lawadalah suatu realitas dari cita-cita sebuah Negara
bangsa, termasuk Negara Indonesia.

B. Hak Asasi Manusia


    Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala
ditandatangani Magna Charta (1215), oleh raja John Lackland.
Kemudian juga penandatanganan petition of right pada tahun 1628
oleh raja Charles I. Dalam  hubungan ini raja berhadapan dengan
utusan rakyat. Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi
manusia itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan
demokrasi. Puncak perkembangan perjuangan hak-hak asasi manusia
yaitu ketika ’human right’ untuk pertama kalinya dirumuskan secara

24
resmi dalam ‘declaration of independence’ Amerika Serikat
pada tahun 1776.
    Doktrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima
secara universal sebagai ‘a moral, political, legal framework
and as a guideline’ dalam membangun dunia yang lebih damai dan
bebas dari ketakutan dan penindasan serta penaklukan yang tidak
adil.

C. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945


    Dalam rentangan berdirinya bangsa dan Negara Indonesia, secara
resmi deklarasi pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 telah lebih
dahulu merumuskan hak-hak asasi manusia dari pada Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB. Fakta sejarah menunjukkan
bahwa pembukaan UUD 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, sedangkan Deklarasi Hak-Hak Asasi
Manusia PBB pada tahun 1948.
    Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002, telah memberikan jaminan
secara ekplisit tentang hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam
BAB XA, pasal 28A sampai pasal 28J

Secara garis besar sesuai Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999,


pokok-pok ok mengenai hak azasi manusia antara lain
sebagai berikut:

1. Hak Untuk Hidup.


Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupannya, dan hidup tenteram, aman, damai,
bahagia, sejahtera lahir dan batin, serta berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat.

2.Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan.


Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. Perkawinan yang sah hanya
dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan calon istri
yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3.Hak Mengembangkan diri.


Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk
tumbuh dan berkembang secara layak. Berhak atas perlindungan bagi
pengembangan pribadi, memperoleh pendidikan, mencerdaskan

25
dirinya, meningkatkan kwalitas hidupnya, mengembangkan dan
memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
berkomunikasi dan memperoleh informasi, mendirikan organisasi
sosial dan menghimpun dana untuk itu.

4.Hak Memperoleh Keadilan.


Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan
dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam
perkara pidana, perfata, maupun administrasi serta diadili melalui
proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan
hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim
yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar.

5.Hak Atas Kebebasan Pribadi.


Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba, perbudakan
atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan
perbuatan berupa apapun yang tujuannya demikian dilarang.
Setiap orang berhak atas keutuhan pribadinya, baik rohani maupun
Bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya dan
keperayaannya, bebas memilih dan mempunyai keyakinan politik,
bebas berkumpul, berapat, mengeluarkan dan menyebarluaskan
pendapat sesuai hati nuraninya, dengan memperhatikan nilai-nilai
agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan
bangsa.
Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa
diskriminasi berhak menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat
pada kewarganegaraanya serta wajib melaksanakan kewajibannya
sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku.

6.Hak Atas Rasa Aman.


Setiap orang bebas mencari suaka untuk memperoleh perlindungan
politik dari negara lain. Hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak berlaku bagi mereka yang melakukan kejahatan nonpolitik atau
perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan hak miliknya. Tempat kediaman siapapun
tidak boleh diganggu, menginjak atau memasuki suatu pekarangan
tempat kediaman atau memasuki suatu rumah bertentangan dengan
kehendak orang yang mendiaminya, hanya dibolehkan dalam hal-hal

26
yang ditetapkan oleh Undang-undang.

7.Hak Atas Kesejahteraan


Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-
sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga,
bangsa, dan masyarakat dengan cara yang tidak melanggara hukum.
Hak milik mempunyai fungsi sosial dan Tidak boleh seorangpun boleh
dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara melawan
hukum. Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta
berkehidupan yang layak.
Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan
untuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya. Setiap
warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental
berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan
khusus atau biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak
sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya
diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa.
Bahwa dalam UUD 1945 dalam pasal 28 H ayat (1) menyatakan :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin,
bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh jaminan
kesehatan”.

Bahwa dalam pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 menyatakan :

“bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak


azasi manusia adalah tanggung jawan negara, terutama
pemerintah”

Bahwa kewajiban pemerintah ini ditegaskan kembali dalam Pasal


8 UU HAM UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi
Manusia;

Selanjutnya ketentuan yang mengatur Kesehatan sebagai hak


azasi manusia adalah sebagai berikut :

a. Pasal 1 ayat (1) UU nomor 23 Tahun 1992 menyatakan “


Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
pruduktif dan ekonomis”

27
b. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR)
menyatakan “setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang
memadai untu kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan
keluarganya, termasuk hak atas pangan , sandang, papan, dan
pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan , serta
hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat,
ditinggal oleh pasanganny, lanjut usia, atau keadaan lainyang
mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar
kekuasaannya”.
c. Pasal 4 UU No. 23 Tahun 1992 menyatakan “ jaminan atas
hak memperoleh derajat kesehatan yang optimal ;
d. Pasal 9 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menyatakan “setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir
bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang
baikdan sehat serta berhak mendapat pelayanan
kesehatan”.

9. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan


Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam
pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan
suara yang langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur dan adil
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap
warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan
langsung atau dengan perantaraan wakil yang dipilihnya dengan
bebas, menurut cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap
jabatan pemerintah.Setiap orang baik sendiri maupun bersama-
sama berhak mengajukan pendapat, permohonan, pengaduan,
dan atau usulan kepada pemerintah dalam rangka pelaksanaan
pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien, baik dengan lisan
mupun dengan tulisan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

9.HakWanita
Hak wanita adalah hak azasi manusia. Sistem pemilihan umum,
kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif, dan sistem
pengangkatan di bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin

28
keterwakilan wanita sesuai persyaratan yang ditentukan.
Wanita berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua
jenis, jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan.
Seorang wanita yang menikah dengan seorang pria
berkewarganegaraan asing tidak secara otomatis mengikuti status
kewarganegaraan suaminya tetapi mempunyai hak untuk
mempertahankan, mengganti, atau memperoleh kembali status
kewarganegaraannya.
Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam
melaksanakan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang
dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatan berkenaan
dengan fungsi reproduksi wanita. Hak khusus yang melekat pada
diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan
dilindungi oleh hukum.
Wanita telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk
melakukan perbuatan hukum sendiri, kecuali direntukan lain oleh
hukumagama.
10.HakAnak.
Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, dan negara. Hak anak adalah hak azasi manusia dan
untuk kepentingannnya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh
hukum bahkan sejak dalam kandungan. Setiap anak sejak
kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status
kewarganegaraannya.
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh
perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya
negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai martabat
kemanusiaan, meningkatkan r asa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat
dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana yang masih anak-anak.
Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh
29
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat
dilaksanakan sebagai upaya akhir.

VII. WAWASAN NUSANTARA DALAM KONTEKS NEGARA KESATUAN


REPUBLIK INDONESIA

1. Pengertian Wawasan Nusantara

Banyak pengertian tentang Wawasan Nusantara, tetapi ada satu


pendapat pengertian Wawasan Nusantara yang diusulkan menjadi
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dibuat di Lemhanas
Tahun 1999 sebagai berikut.

“Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan


lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam  menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.

Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan


dan Nusantara. Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa
jawa) yang berarti pandangan, tinjauan dan penglihatan
indrawi. Jadi wawasan adalah pandangan, tinjauan,
penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara
pandang dan cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa
dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi
Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara
dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan dua
samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan
pengertian modern, kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti
nama Indonesia.

Sedangkan terminologis, Wawasan menurut beberapa pendapat


sebagai berikut :

30
Menurut prof. Wan Usman, “Wawasan Nusantara adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai
Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”

Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan


sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan


menjadi tap. MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu “cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehipan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.”

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, secara sederhana wawasan


nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional
Indonesia pada hakikatnyamerupakan perwujudan dari kepulauan
Nusantara sebagai satu kesatuan (HANKAM).

2. Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam


pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh
dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Hal
tersebut berarti bahwa setiap warga masyarakat dan aparatur
negara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh
menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Demikian juga produk yang dihasilkan oleh lembaga negara harus
dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia
tanpa menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan
daerah, golongan, dan perorangan.

Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan


satu kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan
dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat Wawasan 
31
Nusantara adalah “persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Dalam
GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara diwujudkan
dengan menyatakan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
politik, ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan.

3.  Azas  Wawasan  Nusantara  merupakan  ketentuan  atau  kaidah 


dasar  yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan
diciptakan demi tetap taat dan setianya komponen
pembentuk bangsa Indonesia terhadap kesepakatan
bersama. Jika asas Wawasan Nusantara diabaikan, komponen
pembentuk kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan
bersama tersebut yang berarti tercerai berainya bangsa dan negara
Indonesia. Adapun, asas Wawasan Nusantara tersebut adalah
sebagai berikut.

Kepentingan yang sama. Ketika menegakkan dan merebut


kemerdekaan, kepentingan bersama bangsa Indonesia adalah
menghadapi penjajah secara fisik dari bangsa lain. Sekarang, bangsa
Indonesia harus menghadapi penjajahan yang berbeda. Misalnya,
dengan cara “adu domba” dan “memecah belah” bangsa dengan
menggunakan dalih HAM, demokrasi, dan lingkungan hidup. Padahal,
tujuan kepentingannya sama yaitu tercapainya kesejahteraan dan
rasa aman yang lebih baik daripada sebelumnya.

Kesesuaian pembagian hasil dengan adil, jerih payah, dan kegiatan


baik perorangan, golongan, kelompok maupun daerah.

Keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai realita serta


ketentuan yang benar biar pun realita atau ketentuan itu pahit dan
kurang enak didengarnya. Demi kebenaran dan kemajuan bangsa
dan negara, hal itu harus dilakukan.

Diperlukan kerja sama, mau memberi, dan berkorban bagi orang lain
tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya masing-masing.

Kerja Adanya  koordinasi,  saling  pengertian  yang  didasarkan  atas


kesetaraan sehingga kerja kelompok, baik kelompok kecil maupun
besar dapat mencapai sinergi yang lebih  baik.

32
Kesetiaan terhadap   kesepakatan   bersama   untuk   menjadi  
bangsa   dan mendirikan Negara Indonesia yang dimulai, dicetuskan,
dan dirintis oleh Boedi Oetomo Tahun 1908, Sumpah Pemuda Tahun
1928, dan Proklamasi Kemerdekaan     17 Agustus 1945. Kesetiaan
terhadap kesepakatan ini sangat penting dan menjadi tonggak utama
terciptanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan. Jika 
kesetiaan  ini  goyah, dapat  dipastikan  persatuan dan   kesatuan  
akan   hancur berantakan.

Aspek Trigatra dan Pancagatra dalam Wawasan Nusantara

Konsepsi wawasan nusantara merupakan suatu konsep di dalam cara


pandang dan pengaturan yang mencakup segenap kehidupan bangsa
yang dinamakan astagatra, yang meliputi aspek alamiah (trigatra)
dan aspek sosial (pancagatra). Trigatra meliputi posisi dan lokasi
geografis negara, keadaan dan kekayaan alam, dan keadaan
dan kemampuan penduduk. Pancagatra merupakan aspek sosial
kemasyarakatan terdiri dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan (Ipoleksosbudhankam). Antara gatra yang satu
dengan yang lain terdapat hubungan yang bersifat timbal balik dengan
hubungan yang erat yang saling interdependensi, demikian juga antara
trigatra dan pancagatra.

1.  Aspek – Aspek Trigatra

a.  Letak dan Bentuk Geografis

Jikalau kita melihat letak geografis wilayah Indonesia dalam peta


dunia, maka akan nampak jelas bahwa wilayah negara tersebut
merupakan suatu kepulauan, yang menurut wujud ke dalam, terdiri
dari daerah air dengan ribuan pulau-pulau di dalamnya.

Dalam bahasa asing bisa disebut sebagai suatu archipelago kelvar,


kepulauan itu merupakan suatu archipelago yang terletak antara
Benua Asia di sebelah utara dan Benua Australia di sebelah selatan
serta Samudra Indonesia di sebelah barat dan Samudra Pasifik di
sebelah timur. Letak geografis antara dua benua dan samudra yang
penting itu, maka dikatakan bahwa Indonesia mempunyai suatu
kedudukan geografis di tengah-tengah jalan lalu lintas silang
33
dunia. Karena kedudukannya yang strategis itu, dipandang dari tiga
segi kesejahteraan di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya,

 Indonesia telah banyak mengalami pertemuan dengan pengaruh


pihak asing (akulturasi).Indonesia terletak pada 6 LU–11 LS, 95
BT–141 BB, dilalui garis khatulistiwa yang di tengah-
tengahnya terbentang garis equator sehingga Indonesia
mempunyai 2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau.

b. Keadaan dan Kemampuan Penduduk

Penduduk adalah sekelompok manusia yang mendiami suatu tempat


atau wilayah. Adapun faktor penduduk yang mempengaruhi
ketahanan nasional adalah sebagai berikut :

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Jumlah penduduk


berubah karena kematian, kelahiran, pendatang baru, dan
orang yang meninggalkan wilayahnya. Segi positif dari
pertambahan penduduk ialah pertambahan angkatan kerja (man
power) dan pertambahan tenaga kerja (labour force). Segi
negatifnya, apabila pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan usaha
peningkatan kualitas penduduk.

Faktor yang Mempengaruhi Komposisi PendudukKomposisi adalah


susunan penduduk menurut umur, kelamin, agama, suku bangsa,
tingkat pendidikan, dan sebagainya. Susunan penduduk itu
dipengaruhi oleh mortalitas, fertilitas, dan migrasi. Fertilitas sangat
berpengaruh besar terhadap umur dan jenis penduduk golongan
muda yang dapat menimbulkan persoalan penyediaan fasilitas
pendidikan, perluasan lapangan kerja, dan sebagainya.

Faktor yang Mempengaruhi Distribusi PendudukDistribusi penduduk


yang ideal adalah distribusi yang dapat memenuhi persyaratan
kesejahteraan dan keamanan yaitu penyebaran merata. Oleh karena
itu, pemerintah perlu memberikan kebijakan yang mengatur
penyebaran penduduk, misalnya dengan cara transmigrasi,
mendirikan pusat-pusat pengembangan (growth centers), pusat-
pusat industri, dan sebagainya. Kemampuan penduduk yang tidak
34
seimbang dengan pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan
ancamanancaman terhadap pertahanan nasional.

c.   Kekayaan.
Kekayaan sumber-sumber alam sebenarnya terdapat di
atmosfir, di permukaan bumi, di laut, di perairan, dan di
dalam bumi. Sumber-sumber alam sesungguhnya mempunyai arti
yang sangat luas di mana Indonesia terkenal sebagai negara yang
mempunyai sumber-sumber alam yang berlimpah ruah.

Sebagai gambaran umum, sumber-sumber alam termasuk sumber-


sumber pelican atau mineral, sumber-sumber nabati atau flora, dan
sumber-sumber hewani atau fauna. Untuk memulai dengan sumber-
sumber pelican atau mineral dapat diutarakan, bahwa negara
Indonesia mempunyai sumber-sumber mineral yang meliputi
bahanbahan galian, biji-bijian maupun bahan-bahan galian industri di
samping sumber-sumber tenaga lain. Sifat unik kekayaan alam yaitu
jumlahnya yang terbatas dan penyebarannya tidak merata. Sehingga
menimbulkan ketergantungan dari dan oleh negara dan bangsa lain.
Bentuk sumber daya alam ada 2 (dua) , yaitu sumber daya alam
yang dapat diperbarui.Sumber daya alam harus diolah atau
dimanfaatkan dengan berprinsip atau asas maksimal, lestari, dan
berdaya saing.

Asas maksimal Artinya sumber daya alam yang dikelola atau


dimanfaatkan harus benar-benar menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.

Asas lestari Artinya pengolahan sumber daya alam tidak boleh


menimbulkan kerusakan lingkungan, menjaga keseimbangan alam.

Asas berdaya saingArtinya bahwa hasil hasil sumber daya alam harus
bisa bersaing dengan sumber daya alam negara lain

Aspek–Aspek Pancagatra

Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut


kehidupan dan pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat dan

35
bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan dan norma-norma
tertentu.

Hal-hal yang termasuk aspek pancagatra adalah sebagai berikut. :

1. Ideologi

suatu negara diartikan sebagai guiding of principles atau prinsip yang


dijadikan dasar suatu bangsa. Ideologi adalah pengetahuan dasar
atau cita-cita. Ideologi merupakan konsep yang mendalam mengenai
kehidupan yang dicita-citakan serta yang ingin diiperjuangkan dalam
kehidupan nyata. Ideologi dapat dijabarkan ke dalam sistem nilai
kehidupan, yaitu serangkaian nilai yang tersusun secara sistematis
dan merupakan kebulatan ajaran dan doktrin. Dalam strategi
pembinaan ideologi berikut adalah beberapa prinsip yang harus
diperhatikan.

Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh WNI.

Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh


WNI.

Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya.

Aktualisasi ideologi dikembangkan kearah keterbukaan dan


kedinamisan.

Ideologi Pancasila mengakui keaneragaman dalam hidup berbangsa


dan dijadikan alat untuk menyejahterakan dan mempersatukan
masyarakat.

Kalangan elit eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus harus


mewujudkan cita-cita bangsa dengan melaksanakan GBHN dengan
mengedepankan kepentingan bangsa.

Menyosialisasikan Pancasila sebagai ideologi humanis, relijius,


demokratis, nasionalis, dan berkeadilan. Menumbuhkan sikap positif
terhadap warga negara dengan meningkatkan motivasi untuk
mewujudkan cita-cita bangsa.

2.  Politik

36
Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang
digunakan untuk mencapai tujuan dan kekuasaan. Kehidupan politik
dapat dibagi kedalam dua sektor yaitu sektor masyarakat yang
memberikan input dan sektor pemerintah yang berfungsi sebagai
output. Sistem politik yang diterapkan dalam suatu negara sangat
menentukan kehidupan politik di negara yang bersangkutan. Upaya
bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang politik
adalah upaya mencari keseimbangan dan keserasian antara keluaran
dan masukan berdasarkan Pancasila yang merupakan pencerminan
dari demokrasi Pancasila.

3.   Ekonomi

Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan


masyarakat dalam mengelola faktor produksi dan distribusi barang
dan jasa untuk kesejahteraan rakyat. Upaya meningkatkan
ketahanan ekonomi adalah upaya meningkatkan kapasitas produksi
dan kelancaran barang dan jasa secara merata ke seluruh wilayah
negara. Upaya untuk menciptakan ketahanan ekonomi adalah
melalui sistem ekonomi yang diarahkan untuk kemakmuran rakyat.

Ekonomi kerakyatan harus menghindari free fight liberalism,


etatisme, dan tidak dibenarkan adanya monopoli. Struktur ekonomi
dimantapkan secara seimbang dan selaras antarsektor.
Pembangunan ekonomi dilaksanakan bersama atas dasar
kekeluargaan. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya harus
dilaksanankan secara selaras dan seimbang antarwilayah dan
antarsektor. Kemampuan bersaing harusditumbuhkan dalam
meningkatkan kemandirian ekonomi. Ketahanan di bidang ekonomi
dapat ditingkatkan melalui pembangunan nasional yang berhasil,
namun tidak dapat dilupakan faktor-faktor non-teknis dapat
mempengaruhi karena saling terkait dan berhubungan.

4.   Sosial Budaya

Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamik budaya


bangsa yang berisi keuletan untuk mengembangkan kekuatan
37
nasional dalam menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan,
halangan, dan gangguan (ATHG).

Gangguan dapat datang dari dalam maupun dari luar, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang membahayakan
kelangsungan hidup sosial NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Esensi ketahanan budaya adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kehidupan sosial budaya. Ketahanan budaya
merupakan pengembangan sosial budaya dimana setiap warga
masyarakat dapat mengembangkan kemampuan pribadi dengan
segenap potensinya berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

5.  Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamika dalam


kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi ATHG yang membahayakan identitas, integritas,
dan kelangsungan hidup bangsa berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Ketahanan di bidang keamanan adalah ketangguhan
suatu bangsa dalam upaya bela negara, di mana seluruh
IPOLEKSOSBUDHANKAM disusun, dikerahkan secara terpimpin,
terintegrasi, terorganisasi untuk menjamin terselenggaranya Sistem
Ketahananan Nasional. Prinsip-prinsip Sistem Ketahanan Nasional
antara lain adalah sebagai berikut.

Bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.

Pertahanan keamanan berlandasan pada landasan ideal Pancasila,


landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional wawasan
nusantara.

Pertahanan keamanan negara merupakan upaya terpadu yang


melibatkan segenap potensi dan kekuatan nasional.

Pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan sistem


pertahanan dan keamanan nasional (Sishankamnas) dan sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).

38
Hubungan Antargatra

Antara trigatra dan pancagatra serta antargatra itu sendiri terdapat


hubungan timbal balik yang erat yang dinamakan korelasi dan
interdependensi yang artinya adalah sebagai berikut.

Ketahanan nasional pada hakikatnya bergantung kepada


kemampuan bangsa dan negara di dalam mendayagunakan secara
optimal gatra alamiah (trigatra) sebagai modal dasar untuk
penciptaan kondisi dinamis yang merupakan kekuatan dalam
penyelenggaraan kehidupan nasional (pancagatra).

Ketahanan nasional adalah suatu pengertian holistik, yaitu


suatu tatanan yang utuh, menyeluruh dan terpadu, di mana
terdapat saling hubungan antar gatra di dalam keseluruhan
kehidupan nasional (astagatra).

Kelemahan di salah satu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di


gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan sebaliknya
kekuatan dari salah satu atau beberapa gatra dapat didayagunakan
untukmemperkuat gatra lainnya yang lemah, dan mempengaruhi
kondisi secara keseluruhan.

Ketahanan nasional Indonesia bukan merupakan suatu


penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu
resultante keterkaitan yang integratif dari kondisi-kondisi dinamik
kehidupan bangsa di bidang-bidang ideologi, politik, ekonomi, social
budaya, pertahanan dan keamanan.

Selanjutnya hubungan antar gatra, dikemukakan seperti uraian


berikut.
Gatra geografi, karakter geografi sangat mempengaruhi jenis,
kualitas dan persebaran kekayaan alam dan sebaliknya kekayaan
alam dapat mempengaruhi karakter geografi. Antara gatra geografi
dan gatra kependudukan; bentuk-bentuk kehidupan dan
penghidupan serta persebaran penduduk sangat erat kaitannya
dengan karakter geografi dan sebaliknya karakter geografi

39
mempengaruhi kehidupan dari pendudukanya
Antara gatra kependudukan dan gatra kekayaan alam;
kehidupan dan penghidupan pendudukan dipengaruhi oleh
jenis, kualitas, kuantitas dan persebaran kekayaan alam,
demikian pula sebaliknya jenis, kualitas, kuantitas dan
persebaran kekayaan alam dipengaruhi oleh faktor-faktor
kependudukan khususnya kekayaan alam yang dapat
diperbaharui. Kekayaan alam mempunyai manfaat nyata jika telah
diolah oleh penduduk yang memiliki kemampuan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Hubungan antargatra dalam pancagatra; setiap gatra dalam
Pancagatra memberikan kontribusi tertentu pada gatra-gatra lain dan
sebaliknya setiap gatra menerima kontribusi dari gatra-gatra lain
secara terintegrasi.

Antara gatra ideologi dengan gatra politik, ekonomi, sosial budaya,


pertahanan dan keamanan, maka arti ideologi adalah sebagai
falsafah bangsa dan landasan ideologi negara. Selain itu ideologi
merupakan nilai penentu bagi kehidupan nasional yang meliputi
seluruh gatra dalam pancagatra dalam memelihara kelangsungan
hidup bangsa dan pencapaian tujuan nasional.

Antara gatra politik dengan gatra ideologi, ekonomi, sosial budaya,


pertahanan dan keamanan; berarti kehidupan politik yang mantap
dan dinamis menjalankan kebenaran ideologi, memberikan iklim
yang kondusif untuk pengembangan ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan. Kehidupan politik bangsa dipengaruhi
oleh bermacam hal yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Ia dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan dan kesadaran politik, tingkat
kemakmuran ekonomi, ketaatan beragama, keakraban sosial dan
rasa keamanannya.

Antara gatra ekonomi dengan gatra ideologi, ekonomi, sosial budaya,


pertahanan dan keamanan; berarti kehidupan ekonomi yang tumbuh
mantap dan merata, akan menyakinkan kebenaran ideologi yang
dianut, mendinamisir kehidupan politik dan perkembangan sosial
budaya serta mendukung pengembangan pertahanan dan

40
keamanan Keadaan ekonomi yang stabil, maju dan merata
menunjang stabilitas dan peningkatan ketahanan aspek lain

Antara gatra sosial budaya dengan gatra ideologi, ekonomi, sosial


budaya, pertahanan dan keamanan; dalam arti kehidupan sosial
budaya yang serasi, stabil, dinamis, berbudaya dan berkepribadian,
akan menyakinkan kebenaran ideologi, memberikan iklim yang
kondusif untuk kehidupan politik yang berbudaya, kehidupan
ekonomi yang tetap mementingkan kebersamaan serta kehidupan
pertahanan dan keamanan yang menghormati hak-hak individu.

Keadaan sosial yang terintegrasi secara serasi, stabil, dinamis,


berbudaya dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam
suasana aman dan damai. Kebesaran dan keseluruhan nilai sosial
budaya bangsa mencerminkan tingkat kesejahteraan dan keamanan
nasional baik fisik material maupun mental spiritual. Keadaan sosial
yang timpang dengan kontradiksi di berbagai bidang kehidupan
memungkinkan timbulnya ketegangan sosial yang dapat berkembang
menjadi gejolak sosial.

Antara gatra pertahanan dan keamanan dengan gatra ideologi,


ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan; dalam arti
kondisi kehidupan pertahanan dan keamanan yang stabil dan
dinamis akan meyakinkan kebenaran ideologi, memberikan iklim
yang kondusif untuk pengembangan kehidupan politik, ekonomi dan
sosial budaya.

Keadaan pertahanan dan keamanan yang stabil, dinamis, maju dan


berkembang di seluruh aspek kehidupan akan memperkokoh dan
menunjang kehidupan ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.

Astagatra dalam pendekatan kesejahteraan dan keamanan


mempunyai peranan tergantung dari sifat setiap gatra.

Gatra alamiah mempunyai peranan sama besar baik untuk


kesejahteraan maupun untuk keamanan.

Gatra ideologi, politik dan sosial budaya mempunyai peranan sama


besar untuk kesejahteraan dan keamanan.

41
Gatra ekonomi relatif mempunyai peranan lebih besar untuk
kesejahteraan daripada peranan untuk keamanan.

Gatra pertahanan dan keamanan relatif mempunyai peranan lebih


besar untuk keamanan daripada peranan untuk kesejahteraan.

Sifat-sifat Ketahanan Nasional

a. Mandiri
Artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan
kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang
mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada
identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini
merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang saling
menguntungkan dalam perkembangan global.
b. Dinamis
Artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat
ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan
negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan
hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa
berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan nasional
harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya di
arahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
c. Manunggal
Artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang diartikan
terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan
selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
d. Wibawa
Artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat
manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan
diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal

42
suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin
besar pula kewibawaannya.
e. Konsultasi dan Kerjasama
Artinya ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap
konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan
kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja
sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan
moral dan kepribadian bangsa.

VII.OTONOMI DAERAH

1.   LATAR BELAKANG
Otonomi daerah menjadi sesuatu yang disakralkan pasca Reformasi
1998, banyaknya perdebatan seputar otonomi daerah sebagai
manifestasi dari desentralisasi kekuasaan pemerintahan mendorong
Pemerintah untuk secara sungguh‐sungguh merealisasikan konsep
otonomi daerah secara jujur, penuh kerelaan dan konsekuen
mengingat wacana dan konsep otonomi daerah memiliki sejarah
yang sangat panjang seiring berdirinya Republik ini. Menurut aspek
yuridis formal, sejak pertama kali muncul dalam UU No. 1 tahun
1945 sampai dengan UU No. 5 tahun 1974, semangat otonomi
daerah sudah kelihatan dan menjadi dasar hukum pelaksanaan
pemerintahan di daerah. Hanya saja semangat para penyelenggara
pemerintahan masih jauh dari idealisme konsep otonomi daerah itu
sendiri. Bahasa yang digunakan juga belum seringkas dan selugas
otonomi daerah, masih seputar bagaimana mengatur urusan rumah
tangga (Marbun, 2005:45).
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik
yang terdiri dari provinsi-provinsi dan kabupaten/kota yang
merupakan daerah otonom dan memiliki hak otonomi
daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Hak otonomi
bukan berarti untuk memecah daerah-daerah yang ada di Indonesia
melainkan untuk lebih memajukan daerah dengan melibatkan peran
aktif masyarakat daerah, peran aktif masyarakat di daerah dapat
dilakukan dengan cara pemberian otonomi tersebut. Otonomi daerah

43
merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang
mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui
kebijakan ini, diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan
pada tingkat lokal, memberi ruang gerak pada bidang politik,
pengelolaan keuangan daerah dan efisiensi pemanfaatan sumber
daya daerah untuk kepentingan masyarakat lokal, sehingga muncul
formulasi dan model pembangunan daerah yang efisien dan
terdesentralisasi.

2. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH


Pengertian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
pengertian otonomi daerah secara harafiah. Otonomi daerah berasal
dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi 
berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan
namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat
dikatakan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri 
atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus
rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
Beberapa pengertian otonomi daerah menurut beberapa pakar,
antara lain:
a.  Pengertian Otonomi Daerah menurut F. Sugeng Istianto, adalah:
“Hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga daerah”
b.    Pengertian Otonomi Daerah menurut Ateng Syarifuddin, adalah:
“Otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian tetapi
bukan kemerdekaan melainkan kebebasan yang terbatas atau
kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus
dapat dipertanggungjawabkan”
c.     Pengertian Otonomi Daerah menurut Syarif Saleh, adalah: “Hak
mengatur dan memerintah daerah sendiri dimana hak tersebut
merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat”

Selain pendapat pakar diatas, ada juga beberapa pendapat lain yang
memberikan pengertian yang berbeda mengenai otonomi daerah,
antara lain:

44
a.  Pengertian otonomi daerah menurut Benyamin Hoesein, adalah:
“Pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional
suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat”
b.  Pengertian otonomi daerah menurut Philip Mahwood, adalah:
“Suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri
dimana keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan
oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber material yang
bersifat substansial mengenai fungsi yang berbeda”
c.   Pengertian otonomi daerah menurut Mariun, adalah: “Kebebasan
(kewenangan) yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang
memungkinkan meeka untuk membuat inisiatif sendiri dalam
rangka mengelola dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki
oleh daerahnya sendiri. Otonomi daerah merupakan kebebasan
untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat”
d.  Pengertian otonomi daerah menurut Vincent Lemius, adalah:
“Kebebasan (kewenangan) untuk mengambil atau membuat suatu
keputusan politik maupun administasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Di dalam otonomi daerah tedapat
kebebasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk
menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah namun apa
yang menjadi kebutuhan daerah tersebut senantiasa harus
disesuaikan dengan kepentingan nasional sebagaimana yang telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”

3.   TUJUAN OTONOMI DAERAH


Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
2. Pengembangan kehidupan demokrasi.
3. Keadilan.
4. Pemerataan.
5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah
serta antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
6. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran
serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.

45
4. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN OTONOMI DAERAH
Syarat-syarat pemben tukan daerah sesuai dengan pasal 5, antara
lain :      
a.  Administrasi
  Untuk provinsi meliputi persetujuan DPRD provinsi dan
Gubernur.
  Untuk kabupaten/kota meliputi persetujuan DPRD
kabupaten/kota dan Bupati/Walikota.

b.  Teknis, meliputi faktor sebagai berikut :


1)  Kemampuan ekonomi
2)  Potensi daerah.
3)  Social budaya.
4)  Social politik.
5)  Kependudukan.
6)  Luas daerah.
7)  Pertahanan.
8)  Keamanan.
9)  Factor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi
daerah.

c.  Fisik, meliputi :
1)   Paling sedikit 5 kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi.
2)   Paling sedikit 4 kecamatan untuk pembentukan kabupaten.
3)   Paling sedikit 4 kecamatan untuk pembentukan kota.

5. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN OTONOMI DAERAH


Dasar hukum otonomi daerah yaitu :

1. UUD 1945 pasal 18, Pemerintah Daerah :


1)  Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang
2)  Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus
dan kota memiliki sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.

46
3)  Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.
4)  Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabu-paten, dan kota dipilih secara
demokratis.
5)  Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
6)  Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pem-bantuan.
7)  Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam undang-undang.
2. UU No. 32 tahun 2004 tentang  Pemerintahan Daerah (UU No. 32
tahun 2004) merupakan Undang-Undang (UU) yang mengatur
secara gamblang tentang Pemerintahan Daerah (Perda).
3. Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 3 tahun
2003 Tentang Pertahanan Negara.

6. BENTUK DAN  SUSUNAN PEMERINTAH DAERAH


1)   Dewan perwakilan rakyat Daerah (DPRD),  merupakan lembaga
yang berperan sebagai badan legislative di daerah baik di provinsi,
kabupaten maupun kota. DPRD sebagai lembaga perwakilan
rakyat di dearah merupakan wahana untuk melaksanakan
demokrasi Pancasila. Dan dipilih melalui pemillu.

2)   Pemerintahan Daerah, merupakan lembaga di daerah yang


berperan sebagai badan eksekutif daerah. Berdasarkan UUD 1945
pasal 18 ayat 4 pemerintah daerah yang dibentuk di wilayah
provinsi, kabupaten dan kota ini dipilih secara demokratis. Dlam
menjalankan kewenangannya, pemerintah daerah berhak
menetpkan peraturan daerah dan peraturan lainnya untuk
melaksanakn otonomi dan tugas bantuan.

2. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI OTONOMI DAERAH


Dampak positif otonomi daerah adalah memunculkan kesempatan
identitas lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan
kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari
pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di

47
daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak
daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah
pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong
pembangunan daerah serta membangun program promosi
kebudayaan dan juga pariwisata. Kebijakan-kebijakan pemerintah
daerah juga akan lebih tepat sasaran dan tidak membutuhkan waktu
yang lama sehingga akan lebih efisien.
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan
bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai
pelanggaran, munculnya pertentangan antara pemerintah daerah
dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang
pendapatannya tinggi dangan daerah yang masih berkembang.
 

SIMPULAN
Penjelasan Umum Undang-undang No. 32 Tahun 2004 menyatakan
bahwa:
Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan Pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah
yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Hal tersebut telah jelas bahwa pemberian otonomi kepada daerah


pada intinya adalah untuk memberikan keleluasaan daerah dalam
menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang tumbuh, hidup, dan
berkembang di daerah demi terciptanya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat, pegembangan kehidupan demokrasi,
keadilan dan pemerataan serta keserasian hubungan antara pusat
dan daerah sesuai dengan prakarsa dan aspirasi masyarakat di
daerah. Sungguhpun demikian, selama kurun waktu hampir satu
dasa warsa pelaksanaan otonomi daerah pasca Reformasi 1998,
masih saja ditemui kesenjangan posisi, kewenangan dan tanggung
jawab serta implementasi dari regulasi‐regulasi yang telah
ditetapkan.

48
16 Wewenang Pemerintah Pusat dan Daerah
Menurut UU No. 32 Tahun 2004

Indonesia adalah negara yang menganut sistem pemeritahan


presidensial dan parlementer yang ditunjukkan dengan adanya
pemerintahan yang menjunjung tinggi demokrasi dalam melaksanakan
sistem pemerintahannya. (baca juga: Ciri Utama Pemerintahan
Demokrasi) Sebagai negara yang mengalami perubahan sistem
pemerintahan dari sistem pemerintahan orde lama, pemerintahan orde
baru, dan orde reformasi, pemerintah negara Indonesia telah
menentukan berbagi macam kebijakan yang bertujuan untuk
membangun Indonesia sebagai bangsa yang memiliki stabilitas nasional
yang mantap berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, dalam
menjalankan fungsinya, sistem pemerintahan di Indonesia tidak
dilakukan secara terpusat melainkan dilakukan melalui adanya otonomi
daerah dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah membagi
peran untuk menetapkan dan menjalankan suatu kebijakan sesuai
dengan wewenangnya masing-masing. Sudah barang tentu dalam
menjalankan tugasnya, terdapat perbedaan wewenang diantara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah jika dilihat dari UU No. 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Adapun wewenang
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat dijabarkan
sebagai berikut:

Wewenang Pemerintah Pusat (6 Kewenangan) .


Wewenang yang dimiliki oleh pemerintah pusat berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan dalam skala nasional yang mengatur harkat dan
kepentingan warga negara Indonesia. Wewenang yang dimiliki oleh
pemerintah pusat sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 diantaranya:

1. Mengatur Jalannya Proses Politik Luar negeri.


Indonesia adalah negara yang turut serta dalam membangun hubungan
internasional dengan negara-negara luar negeri. Hubungan yang terjalin
tidak hanya pada aspek ekonomi maupun keamanan, tetapi juga dalam
aspek politik. Seperti yang kita ketahui, Indonesia menganut sistem
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dimana Indonesia turut
serta dalam menjaga perdamaian dunia namun tidak mencampuri
urusan negara lain, sebagai berikut:

1) Melalui sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, pelaksanaan


politik luar negeri dilakukan oleh pemerintah pusat. Segala kebijakan
mengenai proses politik luar negeri diatur oleh pemerintah pusat.
49
2) Jika pemerintah daerah menginginkan suatu hubungan politik dengan
negara lain, maka pemerintah daerah tidak dapat memutuskan proses
hubungan politik dengan sendirinya, namun melalui perantara
pemerintah pusat.

Hal ini diperlukan agar wewenang pemerintah daerah dan pemerintah


pusat tidak tumpang tindih dalam hal politik luar negeri. Walaupun
politik luar negeri itu berkaitan dengan pemerintah daerah, hanya
pemerintah pusatlah yang berhak menentukan proses terjadinya
hubungan politik ini.

2. Mengatur Bidang Pertahanan Nasional. 


Segala sesuatu yang berkaitan dengan pertahanan nasional adalah
wewenang Pemerintah Pusat. Pertahanan dengan skala nasional
berkaitan dengan kedaulatan negara Indonesia itu sendiri. Upaya
pemerintah pusat untuk mengatur bidang pertahanan nasional
merupakan salah satu upaya menjaga keutuhan NKRI.

Pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk


mewujudkan pertahanan nasional yang stabil dan mantap. Namun,
pemerintah daerah tidak memiliki hak untuk mengatur kebijakan
berkaitan dengan pertahanan nasional. Pemerintah daerah hanya
mempunyai peran sebagai pelaksana di lapangan karena hanya
pemerintaj daerah yang mengerti bagaimana menjaga pertahanan
daerahnya melalui keberadaan masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut, sebagai berikut:

1) Dalam pengusulan kebijakan pertahanan nasional, pemerintah daerah


berhak mengajukan usulan terkait dengan usaha daerah untuk
mewujudkan pertahanan nasional.
2) Usulan yang diajukan oleh pemerintah daerah selanjutnya ditindak
lanjuti oleh pemerintah pusat untuk ditentukan bagaimana proses
selanjutnya.
3) Namun, dalam mengatur kebijakan yang berkaitan dengan
pertahanan nasional, pemerintah pusat tidak dapat menerapkan
kebijakan semena-mena tanpa mempertimbangkan apa yang menjadi
kebutuhan daerah.

3. Mengatur Bidang Keamanan Nasional.


Keamanan negara merupakan sesuatu yang harus dijaga dan diatur oleh
pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dalam hal ini, pemerintah pusat lebih mengatur keamanan yang

50
berskala nasional yang meliputi keamanan nasional di area darat, laut,
maupun udara. Kebijakan pemerintah pusat yang berkaitan dengan
keamanan nasional diperlukan untuk menjaga keamanan nasional dari
gangguan pihak dalam dan luar yang dapat menyebabkan suatu konflik
seperti konflik sosial dalam masyarakat, sebagai berikut:

1) Dalam menerapkan kebijakannya, pemerintah pusat menggandeng


pemerintah daerah agar pelaksanaan kebijakan yang berkaitan
dengan keamanan nasional dapat berjalan dengan baik.
2) Pemerintah pusat tetap harus menggandeng pemerintah daerah
karena keamanan daerah merupakan cikal bakal terwujudnya
keamanan nasional.
3) Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah yang
berkaitan dengan bidang keamanan diawasi oleh pemerintah pusat
agar pelaksanaan kebijakan tersebut tidak melenceng dari kebijakan
keamanan yang dibuat oleh pemerintah pusat.

4. Mengatur Jalannya Proses yang Berkaitan Dengan


Kehakiman. 
Indonesia adalah negara yang berlandaskan pada hukum dan
mempunyai sistem peradilan di Indonesia. Jalannya proses hukum yang
berkaitan dengan kehakiman, diatur oleh pemerintah pusat. Pengaturan
yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah mengatur sistem hukum
baik itu lembaga penegak hukum maupun menentukan siapa yang
duduk di lembaga hukum tersebut. Dalam pelaksanaan pengaturan
proses hukum, pemerintah pusat melibatkan pemerintah daerah,
sebagai berikut :

1) Pemerintah daerah digunakan oleh pemerintah pusat sebagai tempat


dimana proses kehakiman dan hukum berlangsung.
2) Pemeritah pusat menunjuk lembaga peradilan di setiap daerah untuk
mewakili pemerintah pusat dalam menjalankan wewenangnya untuk
mengatur proses kehakiman.
3) Peranan lembaga peradilan yang berada di daerah-daerah
menunjukkan bahwa pemerintah pusat benar-benar melibatkan
pemerintah daerah dalam menjalankan proses hukum.

Ada kalanya proses hukum dapat diselesaikan melalui lembaga peradilan


yang berada di pemerintahan daerah dan tidak perlu sampai ke
pemerintah pusat. Walaupunhal ini dapat terjadi, pemerintah daerah

51
tidak berhak untuk melakukan pengaturan apapun terhadap proses
hukum yang berkaitan dengan kehakiman.

5. Mengatur Kebijakan Moneter dan Fiskal Nasional.


Perlu kita ketahui, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal adalah dua
hal yang berbeda. Kebijakan moneter merupakan suatu proses
pengaturan terhadap persedian uang yang dimiliki oleh negara dalam
rangka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh negara tersebut.
Kebijakan ini pada dasarnya merupakan kebijakan yang mempunyai
tujuan untuk menjaga keseimbangan internal seperti
pertumbuhan ekonomi yang mencakup stabilitas harga pasar
dan keseimbangan eksternal yang mempunyai tujuan untuk mencapai
keseimbangan dalam neraca pembayaran.

Sedangkan kebijakan fiskal sendiri merupakan suatu kebijakan yang


dibuat oleh pemerintah pusat untuk mengarahkan kondisi ekonomi
negara melalui proses pengeluaran dan pendapatan khususnya pajak.
Kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang berbeda dengan kebijakan
moneter. Kebijakan fiskal lebih bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian di suatu negara melalui pajak dan tingkat suku
bunga, sebagai berikut:

Kedua kebijakan tersebut merupakan wewewnang yang hanya berhak


dilakukan oleh pemerintah pusat.

1) Kebijakan moneter dan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat


diperlukan guna mengantisipasi dampak globalisasi khususnya di
bidang ekonomi.
2) Dalam melaksanakan kedua kebijakan tersebut, pemerintah pusat
menggandeng pemerintah daerah sebagai bentuk kerjasama.

Pemerintah daerah berperan sebagai pelaksana dari kebijakan moneter


dan fiskal yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jika pada
pelaksanaan kebijakan di tingkat daerah menemui kendala, pemerintah
daerah hanya dapat mengusulkan cara penyelesaian masalah yang
ditemui kepada pemeritnah pusat, bukan menentukan cara
penyelesaiannya sendiri.

6. Mengatur Kebijakan yang Berkaitan Dengan Agama.


Segala sesuatu yang berkaitan dengan agama di atur oleh pemerintah
pusat dan dilindungi oleh undang-undang. Seperti yang kita ketahui,
agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia ada enam yaitu Islam,

52
Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Semua warga negara
Indonesia mempunyai hak untuk memeluk agamanya sesuai dengan
keyakinannya masing-masing, sebagai berikut:

1) Masing-masing pemeluk agama berhak untuk menjalankan ibadah


sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya.
2) Pemerintah pusat sebagai pengatur kebijakan yang berkaitan dengan
agama tentunya mempunyai strategi yang diterapkan sebagai cara
merawat kemajemukan bangsa Indonesia.
3) Peran pemerintah daerah dalam kebijakan yang berkaitan dengan
agama berkaitan dengan hal-hal teknis seperti perizinan untuk
mendirikan rumah ibadah. Selebihnya, hanya pemerintah pusatlah
yang mempunyai wewenang untuk mengatur.

Wewenang Pemerintah Daerah (10 Kewenangan).


Wewenang pemerintah daerah berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
untuk dilaksanakan oleh suatu daerah. Wewenang pemerintah daerah
yang satu dengan lainnya tentu saja berbeda karena berkaitan dengan
karakteristik daerah yang ada tetapi masih berpegang pada asas-asas
pemerintahan daerah yang ada. Secara umum, wewenang pemerintah
daerah satu dengan lainnya memiliki kesamaan yang sesuai dengan UU
No. 32 Tahun 2004. Wewenang tersebut diantaranya:

1. Merencanakan dan Mengendalikan Pembangunan.


Dalam pemerintahan daerah, perencanaan dan pengendalian
pembangunan yang terjadi di daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang tahu kebutuhan akan
pembangunan dalam berbagai bidang sesuai dengan keinginan
masyarakat daerahnya. Adanya wewenang pemerintah daerah dalam
perencanaan dan pengendalian pembangunan adalah bentuk
perwujudan fungsi pemerintah daerah dalam pembangunan. Pemerintah
pusat hanya berperan sebagai pengawas dan pemberi masukan
terhadap jalannya pembangunan yang terjadi di lingkungan pemerintah
daerah.

2. Merencanakan, Memanfaatkan, dan Mengawasi Tata Ruang.


Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan terhadap tata ruang
merupakan wewenang dari pemerintah daerah. Tata ruang yang
dimaksud di sini adalah penataan tata kota yang meliputi penataan
infrastruktur yang ada di daerah tersebut. Proses perencanaan,

53
pemanfaat, dan pengawasa terhadap tata ruang dilakukan oleh
pemerintah daerah karena hanya pemerintah daerah yang tahu
bagaimana tata ruang yang cocok dan yang sesuai dengan karakteristik
daerahnya, bukan malah pemerintah pusat yang menentukan bagaiman
tata ruang untuk suatu daerah.

3. Menyelenggarakan Ketertiban Umum dan Ketentraman


Masyarakat.
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Perbedaan karakteristik
daerah yang membuat perbedaan tingkat ketertiban umum dan
ketentraman di dalam masyarakatnya. Penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketentraman dalam dilakukan melalui adanya struktur
organisasi pemeritahan desa yang dapat mengatur kebijakan-kebijakan
daerah untuk ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Oleh
karena itu, demi wujudkan ketertiban umum dan ketetraman di
masyarakat, pemerintah daerah membuat berbagai macam peraturan
daerah (perda) sesuai dengan tujuan dan keperluannya masing-masing.

4. Menyediakan Sarana dan Prasarana Umum.


Pengadaan sarana dan prasarana umum seperti ruang terbuka hijau,
sarana transportasi, dan lainnya merupakan kewenangan pemerintah
daerah. Keberadaan sarana dan prasanan umum diperlukan untuk
memehui kebutuhan masyarakat daerah dalam kemudahan akses
terhadap sarana dan prasarana umum. Perbaikan sarana dan prasarana
juga merupakan wewenang dari daerah yang seringkali menemui
kendala dalam melakukan perbaikannya. Maka dari itu, seringkali kita
temukan sarana dan prasarana umum milik pemeritnah daerah yang
sudah tidak terawat bahkan terbengkalai. Sarana dan prasarana yang
sudah tidak layak tersebut dapat menjadi penyebab konflik sosial karena
adanya perbedaan sarana dan prasarana umum daerah yang satu
dengan yang lain.

5. Menangani Bidang Kesehatan.


Penanganan terhadap bidang kesehatan juga merupakan kewenangan
dari pemerintah daerah. Penangan bidang kesehatan dapat berupa
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan seperti rumah sakit atau
puskesmas. Tidak hanya itu, penanangan terhadap bidang kesehatan
juga mencakup penyediaan tenaga kesehatan di lingkungan daerah.
Secara fakta, penanganan pemerintah di dalam bidang kesehatan masih
tidak merata. Ada beberapa daerah di Indonesia yang masih kesulitan
untuk mencari puskesmas atau rumah sakit terdekat karena letaknya

54
yang jauh. Melalui adanya kewenangan pemeritnah dalam otonomi
daerah, seharusnya penanganan di bidang kesehatan dapat menjadi
lebih baik dan merata demi menjangkau masyarakat daerahnya masing-
masing.

6. Menyelenggarakan Pendidikan dan Mengalokasikan SDM.

Setiap warga negara wajib mengenyam pendidikan minimal sembilan


tahun tanpa terkecuali demi menghasilkan sumber daya manusia yang
berpotensi. Oleh karena itu, demi mewujudkan kebijakan pemerintah
pusat terhadap pendidikan, pemerintah daerah mempunyai wewenang
untuk meyelenggarakan pendidikan di daerahnya. Idealnya di suatu
daerah terdapat sekolah dasar (SD/MI) dan sekolah menengah (SMP,
SMA/ MTS, MA) agar anak-anak yang terdapat di dalam komunitas
masyarakat dapat bersekolah.

Melalui penyelenggaraan pendidikan, pemerintah daerah diwajibkan


untuk melakukan proses pendidikan sesuai dengan karakteristik
daerahnya masing-masing agar anak-anak yang mengikuti proses
pendidikan dapat mengembangkan potensi yang ada di daerahnya.
Pemeritah daerah melalui dinas pendidikan terkait juga mempunyai
wewenang untuk merancang sistem pembelajaran yang menarik
sehingga proses pembelajaran yang terjadi di sekolah tidak
menjadi penyebab anak sekolah menjadi malas belajar.

7. Menanggulangi Masalah Sosial.


Masalah-masalah sosial yang terjadi di suatu daerah merupakan
tanggung jawab dari pemerintah daerah. Melalui wewenang yang
dimiliki, pemerintah daerah dapat mengeluarkan peraturan daerah untuk
mengurangi terjadinya masalah-masalah sosial yang ada di daerahnya.
Peraturan daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah tentunya
didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila agar peraturan tersebut tidak
bertentangan dengan Pancasila. Selain itu, keberadaan peraturan
daerah merupakan salah satu dasar hukum yang diperlukan
untuk penerapan Pancasila dalam kehidupan khususnya dalam
menanggulangi masalah sosial yang ada.

8. Melayani Bidang Ketenagakerjaan.


Setiap masyarakat di suatu wilayah berhak mendapatkan pekerjaan.
Oleh karena itu, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam
menyediakan lapangan pekerjaan untuk menyerap masyarakat
dalam lapangan pekerjaan tersebut. Layanan ketegakerjaan juga

55
dilakukan pemerintah daerah melalui adanya Dinas Tenaga Kerja, Sosial
dan Transmigrasi untuk memudahkan masyarakat dalam mengurus
berkas atau kepentingan lain yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.

9. Memfasilitasi Pengembangan Koperasi dan UMKM.


Keberadaan koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)
merupakan aset pemerintah daerah yang harus dijaga. Perlu kita
ketahui, terdapat beberapa jenis-jenis koperasi sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Jika dikaitkan dengan pemerintahan daerah, maka
koperasi yang paling umum ditemui adalah koperasi simpan pinjam
dimana para pemilik UMKM dapat melakukan peminjaman modal.
Melalui pemeritahan yang dilakukan sekarang, pengembangan koperasi
dan UMKM merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Pemerintah
daerah mempunyai wewenang untuk mengembangkan koperasi daerah
dan UMKM sebagai salah satu pendukung dalam pendapatan daerah
melalui pajak. Keberadan UMKM di daerah perlu difasilitasi oleh
pemerintah daerah agar UMKM tersebut dapat berkembang dan
mendatangkan kemajuan bagi daerah tersebut.

10. Mengendalikan Lingkungan Hidup.


Pengendalian lingkungan hidup merupakan wewenang dari pemerintah
daerah. Kebersihan lingkungan hidup dan pemeliharaan sumber daya
alam dilakukan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan
masyarakat daerah tersebut. Pemerintah daerah dapat mengeluarkan
peraturan daerah untuk melakukan pengendalian lingkungan hidup agar
terjadi keselarasan dan keseimbangan diantara lingkungan hidup dan
perilaku masyarakat di daerah tersebut. Pengendalian lingkungan hidup
yang dilakukan oleh pemerintah daerah tentunya sesuai dengan
karakteristik daerahnya masing-masing dan tidak dapat dipukul rata oleh
pemeritah pusat.

Itulah beberapa wewenang yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan


pemerintah daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004. Wewenang dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tentunya berbeda-beda, tetapi
tetap mengacu pada stabilitas nasional bangsa dan demi kemajuan
negara Indonesia. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian..

56
LEGITIMASI, KEDAULATAN
DAN KEKUASAAN
“Jikakebebasan masyarakat tak dapat menyelamatkan banyak dari mereka
yang hidup miskin, maka juga tak akan dapat menyelamatkan segenlintir
mereka yang hidup kaya” –Anonymous

Berdirinya suatu negara tidak lepas dari 3 kata  yakni  kedaulatan, legitimasi,
dan kekuasaan sebab ini berkaitan dengan pemimpin dan yang dipimpin
(warga). Pada kesempatan kali ini kami akan membahas satu persatu makna dan
definisi dari ketiga kata tersebut. Pertama kita mulai dari definisi secara luas ,
seperti berikut :

1. Kedaulatan : Suatu hak eksklusif yang dimiliki suatu pemerintahan


yang sedang berlangsung untuk melindungi secara penuh suatu
wilayah dan termasuk seluruh yang berada di dalamnya berdasarkan
letak gografis dan teritorial sesuai hukum yang berlaku tanpa ada
interfensi dari negara lain.
2. Legitimasi  :  Sebuah penilaiaan atau pengakuan masyarakat atas
hasil kinerja dan segala bentuk keputusan maupun kebijakan yang
telah dilaksanakan oleh seorang pemimpin bangsa agar pada
implementasinya dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. .
Legitimasi berbicara tentang kepercayaan.
3. Kekuasaan   : Sebuah bentuk penerimaan kewenagan oleh sebuah
kelompok / pemerintah yang diberikan langsung dari masyarakat di
mana sudah terikat batasan – batasan yang jelas terhadap jalannya
sebuah pemerintahan sehingga praktek kekuasaan tidak dapat
melebihi wewenangnya.
Berbicara soal kedaulatan, hal ini sangat penting sebagai syarat utama suatu
negara berdiri. Kedaulatan bisa diartikan sebagai bahan – bahan yang memiliki
hubungan yang erat antara satu sama lain untuk menciptakan sebuah kekuatan
yang utuh dalam penyelenggaran sebuah pemerintahan yang berdaulat.
Pemerintahan memiliki kekuasaan penuh untuk menguasai, melindungi, dan
bahkan mengeksploitasi segala yang ada di wilayah yang tentu dengan batasan
wewenang yang dimilikinya bersadarkan hukum (kesepakatan) yang sudah
terbentuk. Kedaulatan memilki kebebasan , tidak dapat dicampuri oleh pihak
lain, mereka berhak menentukan sendiri mau di bawa kemana negara mereka ,
dan  hidup mandiri dalam menjaga stabilitas negaranya. Istilah kedaulatan
dipernalkan oleh seorang tokoh Jean Bodin (1950 – 1593) yang menempatkan

57
kedaulatan sebagai kekuasaan mutlak , abadi, dan asli warisan negara itu. Sifat
– sifat pokok (penting) suatu kedaulatan, sebagai berikut :

a) Absolut             : Kekuasan negara merupakan kekuasaan mutlak, paling


tinggi dan tunggal.

b) Permanen         : Kedaulatan hanya akan runtuh (hilang)  jika negara sudah
tidak ada.

c) Utuh                   : Kedaulatan bersifat satu kesatuan tidak bisa dibagi – bagi.

d) Asli                    : Kedaulatan muncul dari sejarah terbentuknya negara itu


sendiri.

e) Tidak terbatas : Kedaulatan meliputi seluruh warganya tanpa kecuali.

Seperti yang kita telah bahas sebelumnya pada topik asal mula negara, salah
satu teori yang penting sebagai fondasi terbentuknya sebuah negara adalah teori
kedaulatan. Ternyata teori ke daulatan dibagi menjadi beberapa jenis. Teori itu
antara lain :

1.       Teori Kedaulatan Tuhan

Dalam teori ini meyakinkan bahwa kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara
berasal dari Tuhan (Theokrasi). Dasarnya diyakini dari fakta – fakta alam
semesta beserta seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan, dan termasuk juga
kedaulatan yang dimiliki raja / pemerintah adalah pemberian dari Tuhan sendiri.
Penganut teori ini seperti Mr. De Savornin Lohman dan F.J. Stahl.

 2.       Teori Kedaulatan Raja

Teori ini memberikan kekuasaan penuh pada seorang raja. Raja diartikan
sebagai tugas / perwakilan yang ditunjuk langsung oleh Tuhan untuk
memimpin. Oleh karena itu, cenderung raja akan bertindak sewenang – wenang
pada pemerintahannya terhadap rakyat dan juga dapat melanggar hukum dan
moral yang berlaku di masyarakat. Tujuan dari teori ini , yaitu ingin
menunjukan bahwa seseorang raja yang telah  di mandatkan dapat
mensejahterakan rakyatnya tanpa batas / terikat dari hukum dan norma – norma
yang dibuat sendiri oleh manusia. Raja hanya bertanggungjawab terhadap
dirinya dan Tuhan saja. Penganut teori ini seperti Thomas Hobbes, F.Hegel, dan
Jean Bodin.

58
 3.       Teori Kedaulatan Rakyat

Kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat, itulah makna dari teori ini. Rakyat
memegang penuh kekuasaan untuk memajukan negaranya dengan
mempercayakannya pada sebuah badan pemerintahan. Pemerintah harus dapat
mewujudkan apa yang telah dipercayakan rakyatnya kepada mereka. Jika
selama perjalanan pemimpinan mereka tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat
maka pemerintahan tersebut akan diganti dengan yang baru. Teori ini dianut
oleh John Locke, Jean Jacques Rousseau, dan Montesquieu.

 4.       Teori Kedaulan Negara

Menurut teori ini bahwa pemerintah memiliki hak kuasa penuh dalam
menguasai seluruh kekayaan alam negara, politik, ekonomi, dan warganya.
Kedaulatan milik pemerintah. Rakyat disini sebagai objek milik negara yang
harus tunduk agar tujuan negara dapat tercapai. Negara tidak perlu tunduk pada
hukum sebab hukum dibuat oleh mereka sendiri. Dampak dari teori ini adalah
munculnya kekuasaan yang otoriter dan masa pemimpinan sangat panjang dan
turun menurun (kelompok elite). Penganut teori ini seperti George Jellinek dan
Paul Laband.

 5.       Teori Kedaulatan Hukum

Hukum sungguh berkuasa pada teori ini. Dasar teori ini menyatakan hukum
sebagai sumber kedaulatan dan menjadi kekuasaan paling tinggi di suatu negara
itu. Pemerintah, institusi, dan rakyat dalam menjalani kewajiban harus tunduk
pada hukum. Semua yang berhubungan dengan kelangsungan negara harus
melewati proses hukum. Pemerintah mendapat kekuasaan dan kewenangan
berdasarkan hukum sehingga mereka harus mempertanggungjawabkan semua
tindakan mereka sesuai dengan kontrak hukum.  Selama perjalanan zaman,
terdapat dua perbedaan teori kedaulatan hukum yaitu kedaulatan hukum klasik
(murni) dan modern (luas). Teori klasik dikatakan sebagai negara 100%
berdasarkan hukum. Dianut oleh Immanuel Kany, Krabbe, dan Leon Duguit.
Sedangkan terori modern yaitu diartikan sebagai negara hukum material atau
bisa dikatakan sebagai negara kesejahteraan (Welfare State) dimana negara
akan berdampingan dengan hukum untuk mensejahterakan rakyatnya (sedikit
fleksibel dalam arti positif).

Berdasarkan uraian di atas, Bangsa Indonesia telah menganut Teori Kedaulatan


Rakyat. Hal ini bisa dilihat di dalam Pancasila sila ke-4. Isinya
adalah ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”. Dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 juga

59
ditegaskan bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang – undang Dasar. Selain dari penganut jenis kedaulatan rakyat, ternyata
Indonesia juga menganut jenis kedaulatan hukum. Hal tersebut ditemukan di
dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “negara Indonesia adalah
negara hukum”. Artinya negara kita bukan negara kekuasaan, melainkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara diatur menurut hukum yang berlaku. Salah satu contoh seperti adanya
aturan berlalu lintas, batasan eksploitasi sumber daya alam, dan sebagainya.
Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 semakin menguatkan bahwa Indonesia menganut
kedaulatan hukum. Pasal itu bersisi bahwa “segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan dengan tidak ada kecuali”. Hal itu bermakna bahwa setiap
warga negara yang ada di wilayah negara kita kedudukann sama di dalam
hukum, jika melanggar hukum siapapun akan mendapatkan sanksi (penjara /
denda).
                Sekarang kita akan membahas mengenai Legitimasi (Legitimacy).
Seperti pembahsan di atas bahwa legitimasi adalah kuasa untuk memimpin yang
diberikan langsung dari rakyat. Legitimasi sendiri memiliki tingkatan dalam
implementasinya, yaitu seperti berikut :

1. Pra Legitimasi      : Terdapat dalam negara yang baru terbentuk,


memiliki keyakinan bahwa sudah memiliki kewenangan tetapi
sebagian besar masyarakat belum mengakuinya.
2. Berlegitimasi        : Terjadi ketika pemerintah bisa meyakinkan
seluruh masyarakatnya dan masyarakat mau menerima dan
mengakuinya.
3. Tak Berlegitimasi : Suatu keadaan di mana pemerintah tidak
mendapatkan pengakuan dari masyarakat tetapi tetap  ingin
memimpin sehingga disebut tak berlegitimasi. Dilakukan usaha –
usaha kekerasan selama memimpin.
4. Pasca Legitimasi    : Masa pergantian dasar legitimasi menjadi baru.
Legitimasi tidak hanya berlaku pada masa sekarang tetapi legitimasi sudah
terjadi pada masa – masa lampau. Maka berikut adalah beberapa tipe
legitimasi yang ada di dunia :

1. Tradisional: Legitimasi timbul dari tradisi turun menurun, sehingga


masyarakat akan senantiasa memberikan mandat pada seseorang.
Contoh : Kerajaan.

60
2. Ideologi:  Para pelaksana ideologi akan berusaha mempertahankan
legitimasi yang sedang berlangsung dengan menyingkirkan pihak –
pihak yang membatasi kewenangannya.
3. Kualitas pribadi : Kepiawaian seseorang yang membuat kepercayaan
(legitimasi) terhadap dirinya untuk diberikan kuasa.
4. Prosedural: Proses untuk mendapatkan legitimasi berdasarkan
peraturan yang berlaku.
5. Instrumental: Berisikan janji – janji untuk menjamin kesejahteraan
(materiil) jika ia dipercaya untuk mendapatkan legitimasi.
Setelah mengetahui berbagai tipe legitimasi sekarang kita akan tahu
bagaimana cara mendapatkan legitimasi tersebut agar terlaksana, berikut ada
3 cara :

1. Simbolis : Kecendrungan menggunakan manipulasi moral,


emosional, tradisi, dan kepercayaan sehingga masyarakat luas akan
terpengaruh dan memandang ia sebagai simbol utama untuk
diberikan kewenangan.
2. Materiil / instumental : Menjanjikan dan memberikan kebutuhan
dasar (basic needs) kepada masyarakat yang membutuhkan seperti
sembako, pendidikan, dan kesehatan sehingga timbul rasa percaya
dan akan senantiasa memberikan wewenang padanya.
3. Pemilu (pemilihan umum) : Kebebasan dari masyarakat yang
menentukan, tanpa ada paksaan untuk memberikan wewenang.
Jika seseorang telah mendapatkan legitimasi, maka haruslah ia memanfaatkan
wewenang tersebut dengan bijaksana. Berikut ada beberapa manfaat saat
seseorang telah mendapatkan legitimasi tentunya dalam hal yang positif,
seperti :

1. Mengatasi masalah yang melanda di suatu daerah / negara lebih cepat


(kendali penuh).
2. Menciptakan stabilitas ekonomi, pilitik, sosial, dan budaya.
3. Menggunakan cara persuasif dan mengurangi tindakan kekerasan.
4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kesejahteraan mereka.
5. Memelihara hubungan baik antar negara lain dibelahan dunia.

61
Yang terakhir akan kita bahas mengenai kekuasaan. Kekuasaan banyak sekali
disalah artikan sebagai suatu cara meraup seluruh kekayaan dilingkungannya
untuk memperkaya diri sendiri. Oleh sebab itu perlunya kita melihat kekuasaan
dalam hal yang positif . Berikut beberapa contoh makna dari sebuah kekuasaan :

1. Kekuasaan memiliki hubungan 2 arah antara pemimpin dan yang


dipimpin.
2. Pemegang kekuasaan bisa individu, kelompok, organisasai, dan
pemerintah.
3. Perlu orang yang ahli dalam menjalankan kekuasaan.
4. Kekuasaan dapat digunakan untuk tujuan baik atau buruk.
5. Pelaksaan kekuasaan dapat dilakukan dengan kekerasan, pemerataan,
dan demokrasi.
6. Pemegang kekuasaan memiliki kuasa penuh untuk memimpin.
Setiap pemegang kekuasaan tentu mempunyai ciri – ciri sendiri dalam
menggunakan wewenangnya. Ada 5 tipe  penggunaan sebuah kekuasaan  bisa
dilihat sebagai berikut :

1. Influence (pengaruh) : Cara seseorang untuk mempengaruhi orang


lain agar mereka secara sukarela  berpihak / tunduk dalam
kekuasaannya.
2. Persuasi : Memberikan argumen – argumen tentang tujuannya agar
orang lain akan yakin pada pemimpinannya.
3. Manipulasi : Keahlian untuk mempengaruih orang lain tanpa disadari
olehnya.
4. Coersion : Bersifat paksaan, yaitu agar orang bertindak sesuai dengan
keinginan pemegang kekuasaan. Lebih halus dari force.
5. Force : Tekanan fisik agar tidak ada kebebasan selain tuntutan
penguasa. Tipe ini menggunakan pihak militer  untuk menakuti dan
mengendalikan masyarakat.
Intinya adalah dalam saat kita sudah memiliki hak untuk menguasai perlunya
kita sadar akan unsur sebuah kekuasaan seperti tujuan, cara, dan hasil. Baiknya
kita menjalani unsur tersebut dengan hal positif. Tujuan harus jelas dan
menguntungkan banyak pihak. Cara yang digunakan haruslah bersih, hasil
musyawarah, dan tanpa kekerasan. Dan hasilnya harus terbukti sesuai apa yang
telah ditujukan.
62
Kesimpulan dari seluruh pembahasan ini adalah bahwa kedaulatan, legitimasi,
dan kekuasaan saling terhubung satu sama lain. Jika salah satu tidak ada, maka
sisanya pun tidak mungkin ada. Oleh sebab itu kita harus kenali , rencanakan,
sosialisasi, dan praktekkan dengan bijaksana agar terjadi suatu keadaan yang
berkesinambungan. Cobalah membiasakan diri untuk turut aktif dalam kegiatan
membangun dan mengisi kemerdekaan negara. Jangan menutup diri sebab
masih banyak hal yang kita tidak ketahui  diluar sana. Tetap semangat dan
selalu menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan saja. (AV)

63
Hak Asasi Manusia
A. PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)
Sebelum kita membahas tentang pengertian HAM, alangkah
baiknya apabila kita tahu makna dari kata hak asasi.
Istilah hak memiliki banyak arti, hak dapat diartikan sebagai
sesuatu yang benar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu atau kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk
menuntut sesuatu. Demikian juga halnya dengan kata azasi
mempunyai banyak arti antara lain dapat dimaknai sebagai
sesuatu yang pokok, yang mutlak yang prinsip, yang
paling dasar, sehingga hak asasi manusia adalah hak yang
bersifat dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh manusia, seperti
hak hidup, hak berbicara, dan hak mendapat
perlindungan.

Oleh karena sifatnya yang dasar dan pokok ini maka hak azasi
manusia sering dianggap sebagai hak yang tidak dapat
dicabut atau dihilangkan. Dengan kata lain, HAM perlu
mendapat jaminan oleh negara atau pemerintah sehingga siapa
saja yang melanggarnya harus mendapatkan sanksi yang tegas.
Selanjutnya kita akan membahas tentang pengertian HAM dari
beberapa referensi. Dalam beberapa istilah bahasa, istilah HAM
yang merupakan terjemahan dari istilah droits de I’homme dalam
bahasa Prancis yang berarti hak manusia, atau dalam bahasa
Inggris human rights, yang dalam bahasa Belanda disebut
menselijke recten.
Hak tersebut merupakan hak yang melekat pada manusia sebagai
insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, atau hak-hak dasar yang
prinsip sebagai anugerah ilahi yang karena hak-hak itu manusia
bersifat luhur dan suci (Syafig A. Mughni, 2007). Dalam
membahas tentang pengertian Hak Asasi Manusia dari beberapa
referensi, di antaranya yaitu:

64
1. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999, tentang HAM Secara
hukum, penggunaan istilah HAM di Indonesia diatur UUD 1945
dan UU No. 39/1999 tentang HAM (dalam kepustakaan hukum
digunakan hak dasar. Istilah ini sinonim dengan HAM).
HAM berbeda dengan hak-hak manusia (HAM). HAM dan HAM
sering dianggap sama, padahal hakikat dan jangkauannya
berbeda.
Pengertian HAM luas, menunjuk hak-hak yang mendapat
pengakuan internasional yang dibela dan dipertahankan
internasional. HAM juga menjadi isu besar teori dan praktik
hubungan internasional (Meuwissen, 1984). Hirsch Ballin dan
Couwenberg mengatakan, konotasi HAM terkait asas-asas ideal
dan politis sehingga bersifat dinamis.

Sebaliknya HAM (hak-Hak Manuasia) merupakan bagian


integral UUD, bersifat yuridis, statis, dan hanya terkait suatu
negara. Sebagai contoh, di mana perkawinan sejenis di negara
lain tak bisa dipaksakan di Indonesia sebab tidak diatur UUD
1945. Isu HAM lain di luar negeri tidak mungkin dipaksakan
pemberlakuannya di Indonesia sepanjang tidak diatur UUD
1945.
Dalam konteks domestik, HAM dianalogikan dengan hak-hak
biasa sehingga lebih luas dan selalu terkait aktivitas setiap
orang.

Definisi HAM menurut Pasal 1 Angka 1 UU No. 39/1999


tentang HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan
merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dilindungi negara, hukum, pemerintah, dan tiap orang, demi
kehormatan, harkat, dan martabat manusia, dengan demikian
HAM merupakan hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak
dapat diganggu gugat siapa pun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi
nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status,

65
golongan, keturunan, jabatan, dan lain-lain. Saudara
mahasiswa perlu Anda ketahui bahwa dalam undang-undang
tersebut hak-hak manusia yang harus dilindungi adalah hak
untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh
keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa
aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, serta hak wanita dan hak anak.

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia Menurut kamus ini, mengartikan


HAM dengan istilah hak dasar atau yang pokok, secara
umum, HAM dapat diartikan sebagai hak-hak dasar atau pokok
yang melekat pada manusia, di mana tanpa hak-hak dasar
tersebut manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.

3. Menurut Leah Levin Menurut beliau, bahwa konsep HAM


mempunyai dua pengertian dasar, yaitu :

Pertama, bahwa hak-hak yang tidak dapat dipisahkan dan


dicabut, karena merupakan seorang manusia. Hak-hak ini
adalah hak-hak moral yang berasal dan kemanusiaan setiap
insan dan hak-hak tersebut bertujuan untuk menjamin
martabat setiap manusia.

Kedua, hak asasi manusia adalah hak-hak menurut


hukum, yang dibuat sesuai dengan proses pembentukan
hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara nasional
maupun secara internasional. Dasar dari hak-hak itu adalah
persetujuan dan yang diperintah, yaitu persetujuan dari para
warga yang tunduk kepada hakhak tersebut dan tidak hanya
tata tertib alamiah yang merupakan dasar dari arti yang
pertama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara
umum yang dimaksud dengan HAM adalah hak manusia yang
bersifat asasi, artinya hak-hak yang dimiliki manusia menurut
kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya.

Jadi hak asasi dapat dikatakan sebagai hak dasar yang dimiliki
oleh pribadi manusia yang merupakan anugerah Tuhan yang

66
dibawa sejak lahir, sehingga hak asasi manusia itu tidak dapat
dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak-hak
asasi menjadikan dasar hak hak dan kewajiban-kewajiban yang
lain. Selanjutnya kita bahas tentang perumusan substansi
hak asasi manusia dengan menggunakan pendekatan normatif,
empirik, deskriptif, dan analitis sebagai berikut :

a. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada


diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan,
perkembangan manusia dan masyarakat, yang tidak
boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapa
pun.

b. Masyarakat Indonesia yang berkembang sejak masih


sangat sederhana sampai modern, pada dasarnya
merupakan masyarakat kekeluargaan. Masyarakat
kekeluargaan telah mengenal pranata sosial yang
menyangkut hak dan kewajiban warga masyarakat yang
terdiri atas pranata religius yang mengakui bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan
segala hak dan kewajibannya; pranata keluarga sebagai
wadah manusia hidup bersama untuk mengembangkan
keturunan dalam menjaga kelangsungan keberadaannya;
pranata ekonomi yang merupakan upaya manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan; pranata pendidikan dan
pengajaran untuk mengembangkan kecerdasan dan
kepribadian manusia; dan komunikasi untuk memperluas
wawasan dan keterbukaan; pranata hukum dan keadilan
untuk menjamin ketertiban dan kerukunan hidup; pranata
keamanan untuk menjamin keselamatan setiap manusia.
Dengan demikian substansi hak asasi manusia meliputi :
hak untuk hidup; hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan; hak mengembangkan diri; hak keadilan;
hak kemerdekaan; hak berkomunikasi; hak
keamanan; dan hak kesejahteraan.
67
c. Bangsa Indonesia menyadari dan mengakui bahwa setiap
individu adalah bagian dari masyarakat dan sebaliknya
masyarakat terdiri dari individu individu yang mempunyai
hak asasi serta hidup di dalam lingkungan yang
merupakan sumber daya bagi kehidupannya. Oleh karena
itu tiap individu di samping mempunyai hak asasi, juga
mengemban kewajiban dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi individu lain, tata tertib
masyarakat serta kelestarian fungsi, perbaikan
tatanan dan peningkatan mutu lingkungan hidup.

B. BAGAIMANAKAH PEMAHAMAN HAM BAGI BANGSA INDONESIA?

Bahwa dalam pemahaman HAM bagi bangsa Indonesia dapat di


jelaskan sebagai berikut :
1. Hak asasi merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa
ada perbedaan. Mengingat hak dasar merupakan anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa, maka pengertian Hak asasi manusia
adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi,
berkaitan dengan harkat dan martabat manusia.

2. Setiap manusia diakui dan dihormati mempunyai hak asasi yang


sama tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit,
kebangsaan, agama, usia, pandangan politik, status sosial, dan
bahasa serta status lain. Pengabaian atau perampasannya,
mengakibatkan hilangnya harkat dan martabat sebagai
manusia, sehingga kurang dapat mengembangkan diri dan
peranannya secara utuh.

3. Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia bersifat


historis dan dinamis yang pelaksanaannya berkembang dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

68
Kasus Pelanggaran HAM Berat yang Pernah Ditangani
Komnas HAM (12 Kasus)

Sebelumnya, Komnas HAM juga banyak terlibat menangani sejumlah


kasus pelanggaran HAM berat. Namun, hingga kini banyak dari kasus
tersebut yang masih menggantung hingga saat ini. Apa saja kasus
tersebut?

1. Pembunuhan Massal 1965

Pada 2012 silam, Komnas HAM menyatakan adanya indikasi


pelanggaran HAM berat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Kasus pelanggaran HAM yang ditemukan meliputi pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan, penghilangan paksa, hingga perbudakan.  

Dari dugaan-dugaan itu, Komnas HAM menemukan sebagian besar


korban adalah anggota PKI dan organisasi lain yang masih bekaitan.
Korban lainnya adalah masyarakat umum.

2. Peristiwa Talangsari Lampung 1989

Peristiwa Talangsari yang terjadi pada 7 Februari 1989 ini termasuk ke


dalam kasus pelanggaran HAM berat. Peristiwa Talangsari pecah karena
ada penerapan asas tunggal Pancasila di masa Orde Baru. Saat itu,
pemerintah, polisi, dan militer menyerbu masyarakat sipil di Talangsari.
Peristiwa ini terjadi di dusun Talangsari, Desa Rajabasa Lama, Way
Jepara, Lampung Timur. Berdasarkan catatan Komnas HAM, peristiwa
Talangsari setidaknya merenggut 130 nyawa, 77 diusir, 53 orang haknya

69
dirampas secara sewenang-wenang, dan 46 orang mengalami
penyiksaan. Jumlah korban secara pasti tidak diketahui hingga saat ini.

3. Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa 1997-1998

Peristiwa ini terjadi ketika masa pemilihan Presiden Republik Indonesia


(Pilpres) untuk periode 1998-2003. Komisi Untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan atau KontraS menyebut saat itu ada dua
agenda politik besar, yakni Pemilihan Umum (Pemilu) 1997 dan Sidang
Umum (SU) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Maret 1998
untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Tindak penculikan itu terjadi pada sejumlah aktivis, pemuda, dan


mahasiswa. Gagasan-gagasan mereka dianggap sebagai bahaya yang
dapat menghambat jalannya roda pemerintahan rezim
Soeharto. Merujuk laporan KontraS pada 2017 lalu, 9 orang korban
penculikan berhasil ditemukan. Namun 13 orang korban lainnya masih
dinyatakan hilang sampai saat ini. Pada 1 Oktober 2005, Komnas HAM
membuat tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM berat pada
peristiwa tersebut. Hasilnya. Komnas HAM menemukan adanya dugaan
pelanggaran HAM berat dalam peristiwa Penghilangan Orang Secara
Paksa 1997-1998.

4. Peristiwa Rumoh Geudong Aceh 1998

Tragedi Rumah Geudong merupakan peristiwa penyiksaan terhadap


masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI selama masa konflik
Aceh (1989-1998). Peristiwa ini berlangsung ketika wilayah Aceh tengah
dalam status Daerah Operasi Militer (DOM) pada 1989-1998. Pada saat
itu pemerintah melalui panglima ABRI memutuskan untuk melancarkan

70
operasi jaring merah. Dalam operasi tersebut, Korem 011/Lilawangsa
menjadi pusat komando lapangan.

Hasil penyelidikan Komnas HAM menunjukan bahwa dalam peristiwa


tersebut terendus indikasi pelanggaran HAM berupa kekerasan seksual,
penyiksaan, pembunuhan, hingga penghilangan secara paksa. Berkas
hasil penyelidikan itu telah diserahkan ke Kejagung pada 28 Agustus
2018. Namun, sampai saat ini tindak lanjut dari Kejagung belum juga
selesai.

5. Kerusuhan Mei 1998

Kerusuhan Mei 1998 terjadi pada 13 - 15 Mei 1998 di Jakarta dan


sejumlah kota lain akibat krisis moneter. Peristiwa ini adalah peristiwa
kerusuhan yang melibatkan isu SARA. Selain penjarahan besar-besaran,
disebut terdapat pula tindak kejahatan seksual terhadap perempuan.
Korban dari kerusuhan tersebut didominasi oleh etnis Tionghoa. Komnas
HAM menyebut peristiwa tersebut sebagai pelanggaran HAM berat masa
lalu. Sampai saat ini, penyelesaian kasus tersebut tidak kunjung
menemui titik terang.

6. Tragedi Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II

Tragedi Trisakti dikenang sebagai peristiwa mematikan yang terjadi


pada Mei 1998 jelang lengsernya Soeharto. Pada saat itu terjadi
penembakan terhadap warga sipil, terutama mahasiswa. Tragedi ini
menewaskan 4 mahasiswa.

Usai kasus Trisaksi, pada 13 November 1998, peristiwa penembakan


oleh aparat kembali terjadi kepada mahasiswa yang berdemonstrasi
memprotes Sidang Istimewa DPR/MPR dan menolak Dwifungsi ABRI di

71
kawasan Semanggi. Tragedi ini dikenal dengan peristiwa Semanggi I.
Menurut data Tim Relawan untuk Kemanusiaan, jumlah korban tewas
mencapai 17 orang warga sipil terdiri dari berbagai kalangan, dan
ratusan korban luka tembak, dan terkena benda tumpul.

Pada 24 September 1999, rencana pemberlakukan UU Penanggulangan


Keadaan Bahaya (PKB) kembali memicu demonstrasi besar dari
mahasiswa karena dianggap bersifat otoriter. Penembakan terhadap
mahasiswa pun kembali dilakukan dan dikenang sebagai peristiwa
Semanggi II. Merujuk catatan KontraS menyebutkan 11 orang
meninggal di seluruh Jakarta dan sekitar 217 orang mengalami luka.

Komnas HAM telah melakukan investigasi yang selesai pada Maret 2002.
Hasil penyelidikan itu telah dikirim ke Kejagung untuk dilakukan
penyidikan. Namun, Kejagung beberapa kali mengembalikan berkas
hasil penyidikan tersebut. Anehnya, pada 13 Maret 2008 berkas tersebut
sempat dinyatakan hilang;

7. Peristiwa Pembunuhan Dukun Santet 1998-1999

Pembunuhan dukun santet adalah peristiwa yang diawali dengan


perburuan dan pembunuhan terhadap orang yang diduga melakukan
santet atau praktik ilmu hitam. Hal ini dipicu oleh keresahan masyarakat
terhadap isu tertentu di Banyuwangi, Jawa Timur. Sejarah kelam ini
memakan korban jiwa hingga ratusan orang dan saat ini masih belum
menemui titik akhir. Komnas HAM telah selesai melakukan penyelidikan
terhadap kasus tersebut. Hasil penyidikan juga telah dikirim ke Kejagung
dan Presiden pada 2019.

8. Peristiwa Simpang KKA Aceh 3 Mei 1999

72
Melansir KontraS, peristiwa Simpang KKA bermula dari kekerasan aparat
TNI pada 3 Mei 1999 yang terjadi di Aceh Utara. Saat itu, tentara militer
menembaki warga sipil yang berunjuk rasa lantaran ada penganiayaan
terhadap warga. Peristiwa ini juga terjadi saat Aceh berstatus DOM. 

Peristiwa ini mengakibat 23 orang meninggal dunia dan 30 orang luka-


luka. 
Pada 26 Juni 2016 lalu, Komnas HAM telah selesai melakukan
penyelidikan dan menyatakan adanya dugaan pelanggaran HAM berat.
Namun, sampai sekarang belum ada pelaku yang ditangkap dan diadili
atas peristiwa ini. Bolak-balik berkas antara Kejaksaan Agung dan
Komnas HAM masih terjadi, hingga 28 Desember 2018 lalu, Komnas
HAM menyerahkan kembali 9 berkas penyelidikan setelah sebelumnya
dikembalikan;

9. Peristiwa Wasior dan Wamena 2001Peristiwa di Wasior,


Manokwari, Papua, dipicu oleh terbunuhnya lima anggota Brimob dan
satu orang sipil di perusahaan CV Vatika Papuana Perkasa di Desa
Wondiboi, Distrik Wasior. Mengutip laman KontraS (Komisi untuk Orang
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), sejumlah pasukan polisi
dikerahkan untuk menangkap pelaku yang juga diduga mengambil enam
pucuk senjata dari Anggota Brimob yang tewas. 

Namun pengejaran pelaku oleh aparat disertai tindak kekerasan


terhadap penduduk sipil yang tidak bersalah pada 13 Juni 2001 lalu.
Berdasarkan laporan KontraS, tercatat empat orang tewas, satu orang
mengalami kekerasan seksual, lima hilang, dan 39 disiksa.

Sementara itu, kasus di Wamena terjadi pada 4 April 2003 yang


bertepatan dengan Hari Raya Paskah. Pada saat itu, sekelompok massa
tidak dikenal melakukan penyisiran ke 25 kampung di Wamena. Mereka
mencoba membobol gudang senjata Markas Kodim 1702/Wamena.
73
Dampak dari peristiwa itu, Komnas HAM mencatat 9 orang tewas dan 38
orang lainnya luka berat.

Tim Ad Hoc Papua Komnas HAM telah melakukan penyelidikan pro


justisia terhadap dua kasus tersebut pada 17 Desember 2003 hingga 31
Juli 2004. Namun Kejagung sempat menolak hasil laporan Komnas HAM
dengan alasan laporan tidak lengkap.

10. Peristiwa Jambo Keupok Aceh 2003

Mengutip KontraS, peristiwa ini berawal saat Desa Jambo Keupok diduga
menjadi poros Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dalam operasinya,
anggota TNI Para Komando (PARAKO) bersama dengan Satuan
Gabungan Intelijen (SGI) melakukan tindak kekerasan terhadap
penduduk sipil, seperti penangkapan, penghilangan orang secara paksa,
penyiksaan dan perampasan harta benda. 

Puncaknya terjadi pada 17 Mei 2003 sekitar pukul 7 pagi. Ratusan


pasukan militer membawa senjata laras panjang dan beberapa pucuk
senapan mesin mendatangi desa Jambo Keupok. Mereka diinterogasi
sembari dipukuli dan dipopor senjata. Tidak jarang warga dipaksa
mengaku sebagai anggota GAM. Akibat peristiwa itu, KontraS mencatat
16 orang penduduk sipil meninggal dan 5 orang lainnya turut mengalami
kekerasan oleh aparat.

11. Pembunuhan Munir

Pembunuhan Munir Said Thalib, seorang aktivis HAM, terjadi pada 7


September 2004. Munir dinyatakan meninggal ketika dalam perjalanan
ke Belanda di dalam pesawat Garuda Indonesia. Berdasarkan hasil
autopsi, dalam tubuh Munir terdapat racun arsenik.

74
Dalam kasus ini, setidaknya baru tiga orang yang berhasil diseret ke
meja hijau, yakni mantan pilot Garuda Indonesia, Pollycarpus Budihari
Priyanto, yang divonis 14 tahun penjara; mantan Direktur Utama Garuda
Indonesia, Indra Setiawan, yang divonis satu tahun penjara; dan
mantan Deputi V BIN, Muchdi Purwopranjono, yang dinyatakan bebas. 

Berdasarkan Pasal 78 ayat (1) butir 3 KUHP, penuntutan pidana hapus


setelah 18 tahun untuk kejahatan yang diancam pidana mati atau
seumur hidup, seperti pembunuhan berencana. Kasus ini pun terancam
kedaluwarsa pada tahun ini.

Sampai saat ini kasus pembunuhan Munir masih diproses di Komnas


HAM. Kasus Munir belum juga diputuskan sebagai kasus pelanggaran
HAM berat dan dalang utama kasus pembunuhan Munir belum juga
terkuak.

12. Peristiwa Paniai 

Kasus Paniai merupakan kasus kekerasan sipil yang melibatkan


anggota TNI dan mengakibatkan 4 orang meninggal dan 21 orang
mengalami luka berat akibat penganiayaan. Komnas HAM resmi
menetapkan yang terjadi pada 7-8 Desember 2014 ini sebagai
pelanggaran HAM berat pada 2020 lalu. Seperti kasus pelanggaran HAM
berat yang sudah-sudah, laporan Komnas HAM yang dikirim ke Kejagun,
berkali-kali dikembalikan. Komnas HAM mencatat pengembalian itu
terjadi pada 19 Maret dan 20 Mei 2002

Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia Tahun 2022

1. Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat

75
Pada Januari 2022, penjara atau kerangkeng manusia di rumah Bupati
Langkat, Sumatera Utara, Terbit Rencana Peranginangin, terungkap.
Kerangkeng tersebut ditemukan saat Sang Bupati terjaring operasi
tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Atas
temuan ini, polisi pun mendatangi lokasi dan mendapatkan informasi
bahwa kerangkeng manusia itu merupakan tempat rehabilitasi narkotika.
Akan tetapi, belum ada izin sebagai tempat rehabilitasi narkoba di
rumah tersebut. Komnas HAM yang juga melakukan penyelidikan
menemukan minimal 26 bentuk penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan
yang merendahkan martabat terhadap para penghuni kerangkeng.
Beberapa di antara penghuni dipukuli, ditendang, disuruh
bergelantungan di kerangkeng seperti monyet, dicambuk anggota
tubuhnya dengan selang, dan lainnya. Hasil investigasi Komnas HAM
menunjukkan pula keterlibatan oknum TNI-Polri dalam tindak
penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan yang merendahkan martabat
para penghuni kerangkeng. Selama didirikan sejak 2012, ada enam
orang yang meninggal di dalam kerangkeng tersebut. Kasus dugaan
tindak pidana kekerasan di dalam kerangkeng manusia ini masih
berjalan di pengadilan hingga sekarang. Terdapat delapan tersangka
yang diadili. Satu di antaranya merupakan anak kandung dari Bupati
Terbit berinisial DP. Empat tersangka, yaitu DP, HS, HG, dan IS didakwa
dengan pasal penganiayaan yang menyebabkan kematian terhadap
korban. Sementara SP, JS,RG, dan TS didakwa dengan tindak pindana
perdagangan orang.

2. Kekerasan aparat di Wadas


Tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap warga
terjadi di desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, pada 8 Februari 2022.
Kericuhan berujung kekerasan oleh polisi ini terjadi dalam proses
pengukuran lahan warga untuk penambangan batu andesit di desa
tersebut. Batu andesit diperlukan untuk proyek pembangunan
Bendungan Bener di wilayah tersebut. Sebagian warga setuju
membebaskan lahan mereka. Namun, sebagian lainnya menolak karena
khawatir penambangan batu andesit berakibat pada rusaknya sumber

76
mata air Wadas. Dalam kericuhan ini, Komnas HAM menemukan bahwa
sejumlah warga ditendang dan dan dipukul. Tak hanya itu, puluhan
warga juga ditangkap dan ditahan polisi. Akibat kejadian tersebut,
warga pun mengalami trauma. Pasca kejadian, beberapa orang bahkan
tidak berani pulang ke rumah dan bersembunyi di hutan karena
ketakutan. Baca juga: Cerita Istri Munir, Keluarga Korban Pelanggaran
HAM Berat Hanya Diundang SBY dan Jokowi Jelang Pemilu.

3. Penyiksaan oleh Polri-TNI


Kontras atau Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
menemukan masih banyak kasus penyiksaan dilakukan oleh aparat
keamanan. Berdasarkan data Kontras, selama periode Juni 2021–Mei
2022, setidaknya terdapat 50 kasus penyiksaan, perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat manusia telah terjadi di Indonesia. Tidak menutup
kemungkinan, jumlah kasus riil di lapangan lebih besar dari temuan
Kontras. Berdasarkan 50 kasus penyiksaan yang tercatat oleh Kontras
tersebut, kepolisian masih menjadi aktor utama dalam kasus-kasus
penyiksaan, yakni sebanyak 31 kasus, dilanjutkan dengan TNI dengan
13 kasus dan sipir sebanyak 6 kasus. Adapun sejumlah kasus
penyiksaan tersebut telah menimbulkan sebanyak 144 korban dengan
rincian 126 korban luka-luka dan 18 tewas. Salah satu yang menarik
perhatian publik adalah kasus dugaan penyiksaan yang menyebabkan
matinya Freddy Nicolaus Siagian. Ia merupakan tahanan Satresnarkoba
Polres Metro Jakarta Selatan yang tewas pada 13 Januari 2022. Komnas
HAM menemukan indikasi kuat pelanggaran HAM berupa hak untuk
hidup, terbebas dari penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi,
penghukuman yang kejam dan merendahkan martabat, hak untuk
memperoleh keadilan, serta hak atas kesehatan. Freddy diduga
mengalami serangkaian tindak kekerasan yang begitu keji yang
menyebabkan sejumlah luka yang membekas pada tubuhnya. Selain itu,
Komnas HAM juga menyebutkan telah terjadi tindak pemerasan yang
dilakukan oknum polisi.

77
4. Kasus multilasi empat warga sipil di Mimika
Temuan potongan jenazah dari empat orang korban di Mimika, Papua,
menghebohkan masyarakat pada akhir Agustus 2022. Dari penyelidikan,
pelaku mutilasi merupakan enam prajurit TNI dan empat warga sipil.
Para pelaku diduga memiliki bisnis bersama sebagai pengepul solar.
Komnas HAM menyatakan tindakan para pelaku telah melukai nurani
dan merendahkan martabat manusia. Berdasarkan temuan awal,
Komnas HAM menyatakan pembuhan tersebut sebagai pembunuhan
berencana. Selain itu, Komnas HAM juga menemukan adanya senjata
rakitan yang dimiliki oleh salah satu pelaku dari unsur TNI. Atas temuan
ini, Komnas HAM meminta Panglima TNI Jenderal Andhika Perkasa
untuk memecat enam prajurit TNI yang terlibat. Dua dari enam
tersangka merupakan seorang perwira infanteri berinisial Mayor Inf HF
dan Kapten Inf DK. Sementara sisanya berinisial Praka PR, Pratu RAS,
Pratu RPC dan Pratu R. Sedangkan, empat tersangka dari kalangan sipil
yakni APL alias J, DU, R, dan RMH. Baca juga: Pengadilan HAM di
Indonesia.

5. Penembakan Brigadir J oleh Irjen Ferdy Sambo


Penembakan Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat pada 8 Juli
2022 menjadi kasus yang menarik perhatian publik akhir-akhir ini. Hal ini
dikarenakan penembakan tersebut dilakukan oleh atasannya, Irjen Ferdy
Sambo, di rumah dinas Ferdy di Kompleks Rumah Dinas Polri, Jalan
Duren Tiga Utara, Jakarta Selatan. Kasus ini semakin menarik perhatian
karena adanya rekayasa skenario yang dibuat oleh Ferdy Sambo.
Berdasarkan penyelidikan, Komnas HAM menyatakan Sambo telah
melakukan pelanggaran HAM berupa penghilangan hak untuk hidup dan
hak memperoleh keadilan. Selain itu, Sambo dan pelaku lain juga telah
melakukan obstruction of justice atau upaya menghalangi penegaka
hukum. Tindakan ini berimplikasi pada pemenuhan akses keadilan dan
kesamaan dalam penegakan hukum di Indonesia.

78
79

Anda mungkin juga menyukai