Anda di halaman 1dari 13

Assalamualaikum

Peran Perawat
dalam Perawatan
Psikososial
G1B115004
Zela Mitia Eka Wati
G1B115005
Nadia Resyanti
KELOMPOK G1B115006
Intan Iwanda Sari
G1B115007
Shinta Ramadhani Fitri
G1B115028
Eka Nurlia Putri
G1B115029

1
Monica Wulandari
G1B115030
Siti Kholifah
G1B115033
Aururah Fitri Imaniza
DEFINISI

Bencana Psikososial

setiap kejadian yang menyebabkan Istilah yang


kerusakan gangguan ekologis, digunakan untuk
hilangnya nyawa manusia, atau menggambar
memburuknya derajat kesehatan atau hubungan antara
pelayanan kesehatan dalam skala kondisi sosial
tertentu yang memerlukan respon seseorang dengan
dari luar masyarakat dan wilayah yang kesehatan mental/
terkena. (WHO: 2002) emosionalnya.
Peran perawat membantu keluarga
dalam memulihkan kondisi pasca
bencana

1. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai


bencana (gempa, banjir, tsunami, longsor dll)
kepada anak dan keluarga
2.  Saling mendukung dan memperhatikan sesama
anggota keluarga, serta memberikan perhatian
lebih kepada anggota keluarga yang masih memiliki
masalah akibat bencana dan peristiwa sulit
3.  Memberikan dukungan kepada anak untuk
melakukan kegiatan baik di sekolah maupun di luar

sekolah
4.   Apabila dia berperan sebagai orang tua tunggal,
maka dia bekerja untuk mencari nafkah bagi
keluarga sesuai dengan kemampuan/ketrampilan
yang dimiliki.
Peran Perawat dan Aktivitas Psikososial Dalam
Menanggulangi Dampak Psikososial

Aktivitas
Aktivitas Psikososial
Psikososial Berdasarkan
Berdasarkan Kelompok
Tahap Bencana Usia
Tahap Tanggap Darurat :
Pasca dampak-langsung

1. Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja


bantuan, misalnya defusing dan debriefing untuk
mencegah secondary trauma
2. Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional
first aid), misalnya berbagai macam teknik relaksasi dan
terapi praktis
3. Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan
masyarakat.
4. Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak
5. Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
Tahap Pemulihan:
Bulan pertama

1. Lanjutkan tahap tanggap darurat


2. Mendidik profesional lokal, relawan, dan masyarakat
sehubungan dengan efek trauma
3. Melatih  konselor bencana tambahan
4. Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan
kepada penyintas
5. Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual
masyarakat
Tahap Pemulihan akhir:
Bulan kedua

1. Lanjutkan tugas tanggap bencana.


2. Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang
reseliensi atau ketangguhan.
3. Mengembangkan jangkauan layanan untuk
mengidentifikasi mereka yang masih membutuhkan
pertolongan psikologis.
4. Menyediakan "debriefing" dan layanan lainnya untuk
penyintas bencana yang membutuhkan.
5. Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan
komunitas lainnya  berbasis lembaga.
      Fase Rekonstruksi

1. Melanjutkan  memberikan layanan  psikologis dan


pembekalan bagi pekerja kemanusiaan dan penyintas
bencana.
2. Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya
bencana lagi.
3. Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana penyintas bisa
menghubungi konselor jika mereka membutuhkannya.
4. Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal \
tentang pendampingan psikososial agar mereka mampu
mandiri.
Tahap Tanggap Darurat :
Pasca dampak-langsung

1. Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja


bantuan, misalnya defusing dan debriefing untuk
mencegah secondary trauma
2. Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional
first aid), misalnya berbagai macam teknik relaksasi dan
terapi praktis
3. Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan
masyarakat.
4. Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak
5. Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
Aktivitas Psikososial Berdasarkan
Kelompok Usia
Dapat didukung dengan kegiatan menggambar, menulis
Anak-anak cerpen tentang pengalaman sehari-hari atau pengalaman
saat peristiwa bencana terjadi atau impian masa depan.

Remaja Mengajaknya Sholat dan Zikir untuk relaksasi, melakukan


aktifitas sosial, melakukan aktifitas olahraga, dan lain-lain.

Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa


Orang
sendiri, menjadi pendengar baik saat ia menceritakan
Dewasa
perasaannya tentang bencana yang menimpa.

Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan


Lansia kenyamanan pada lokasi penampungan, bantu untuk
membangun kembali kontak dengan keluarga maupun
lingkungan sosial lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Efendi, Ferry. Keperawatan Kesehatan Komunitas


Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta.
Penerbit Salemba Medika, 2009.
2. Mepsa, Putra. 2012. Peran Mahasiswa Keperawatan
Dalam Tanggap Bencana.
3. 20http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasisw
a_keperawatan_dalam_tanggap_bencana.docx.
Diakses tanggal 15 November 2012
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai