Anda di halaman 1dari 2

Nama : Shafira Nur Shaumu

NIM : I1B021089
Keperawatan Reguler A-21

RESUME PERAN PERAWAT DI AREA BENCANA


KHUSUSNYA KESEHATAN MENTAL

Jika terjadi bencana, relawan biasa melakukan pencarian korban dan mengevakuasi
penyintas lainnya terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan tim medis. Hari-hari
berikutnya profesional kesehatan mental seperti psikolog, perawat psikiatri, dan psikiater
datang untuk memecahkan masalah mental para penyintas. Efek psikologis dari suatu
bencana seringkali dapat berupa stres, ketakutan, mimpi buruk, kepanikan, dan kesedihan.
Hal ini merupakan kejadian yang normal dan akan sembuh secara alami seiring berjalannya
waktu. Sebagai petugas kesehatan, kita tidak boleh mengganggu mekanisme koping normal
dengan memaksa mereka pulih dengan cepat karena setiap individu memiliki waktu
pemulihan yang berbeda.

Dampak Bencana di Bidang Kesehatan:


1. Kecelakaan dan trauma
2. Hilangnya nyawa dan penguburan mayat massal.
3. Wabah penyakit yang menular, akibat kekurangan air bersih sehingga sering terjadi
penyakit kulit.
4. Masalah gizi buruk, akibatnya kurang bahan makanan dan hanya makanan instan yang
tersedia.
5. Masalah trauma psikologis, akibat trauma bencana, ketidaknyamanan, ataupun masalah
pelecehan seksual di tempat penampungan sementara.

Tahapan Individu Memproses Peristiwa Traumatik (prinsip loss and griefing):


1. Shock and denial, dengan berandai andai tidak terjadinya bencana.
2. Anger, marah kepada diri sendiri, menyalahkan tuhan dan alam.
3. Bargaining, muncul solusi yang diandai andaikan jika sudah kembali ke keadaan semula.
4. Despair, bisa memunculkan masalah gangguan mental akibat tidak bisa menghadapi
kenyataan bencana.
5. Acceptance, penyintas dapat menerima dengan baik terjadinya bencana.

Peran Perawat dalam Setiap Tahap Bencana:


1. Tahap Tanggap Darurat
- Melakukan skrining penyintas sehat, risiko, dan gangguan emosional.
- Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing dan
debriefing untuk mencegah secondary trauma.
- Memberikan pertolongan emosional pertama (teknik relaksasi).
- Berusaha menyatukan kembali keluarga dan masyarakat penyintas.
- Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak.
- Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
2. Tahap Pemulihan: Bulan Pertama
- Mendidiak profesional lokal dan masyarakat, agar tidak ketergantungan dengan para
relawan untuk mengatasi efek trauma yang panjang, seperti: pelatihan berbagai teknik
relaksasi untuk mengatasi tekanan emosional.
- Melatih konselor bencana tambahan: menambah kuantitas.
- Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada penyintas.
- Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual masyarakat penyintas.
- Menggali informasi budaya lokal, bahasa, dan tradisi, adat yang mudah dipahami
penyintas untuk menghidupkan aktivitas kebiasaan sehari-hari.
3. Tahap Pemulihan Aakhir: Bulan Kedua
- Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang resiliensi atau ketangguhan.
- Mengembangkan jangkauan layanan untuk mengidentifikasi pertolongan psikologis.
- Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas lainnya berbasis
lembaga. Relawan mulai menarik diri dan diharapkan lembaga yang sudah bisa settle,
professional lokal sudah ada sehingga dapat mandiri tanpa relawan.
- Mulai terindetifikasi mereka yang tidak bisa beradaptasi yang mengalami masalah
kesehatan jiwa, untuk itu perlu diwaspai dan diberi penanganan yang cepat dan khusus.
4. Tahap Rekonstrusi
- Melajutkan memberikan layanan psikologis dan pembelakan bagi pekerja kemanusiaan.
- Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
- Membuat hot line sehingga dapat fokus pada masalah psikososial.
- Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang pendampingan
psikososial agar mampu mandiri.

Anda mungkin juga menyukai