Anda di halaman 1dari 4

Reaksi stress terhadap bencana

1. Reaksi Stres Emosional

Reaksi stress pada bencana yang dapat dilihat dari aspek emosional meliputi: lumpuh mental, gangguan
tidur, ingat kembali rasa ketakutan, ketakutan merasa sendiri, merasa asing, gelisah depresi, marah, rasa
berdosa karena bertahan hidup.

2. Reaksi StresFisik

Reaksi stress fisik pada bencana ditunjukan dengan keluhan seperti: sakit kepala, lemas di kaki – tangan,
merasa lelah, tenggorokan serak, nyeri otot, nyeri dada, mual, diare, kurang nafsu makan, gangguan
pernafasan, menggigil, kepala terasa panas, kedinginan, gemetar, pusing serasa berputar, kesemutan,
alergi, influenza. Ini menunjukkan berbagai macamreaksi stress fisik. Dari gejala-gejala di atas ini, dapat
dipahami bahwa reaksi-reaksi tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh.

3. Reaksi Stres Kognitif

Reaksi stress kognitif pada bencana antara lain: susah berkonsentrasi, daya pikirnya lumpuh, kacau,
apatis, kehilangan ingatan jangka pendek, kemampuan mengambil keputusan dan pertimbangan
menurun, tidak dapat menentukan pilihan dan urutan prioritas.

4. Reaksi Stres Perilaku

Reaksi stress perilaku pada bencana adalah kemarahan meledak, tingkah laku yang
berlebihan/kekerasan, menarik diri dari pergaulan sosial (menyendiri), frekuensi minum minuman keras
dan rokok meningkat, berperilaku seperti anak kecil, berkelahi, bermasalah dengan anggota keluarga,
terisolasi dari masyarakat/komunitas, anoreksia (mnolak makan dan bulimia (makan berlebihan). Ini
menunjukkan berbagai macam reaksi stres perilaku.

Harmono,R. (2016). Keperawatan Kegawadaruratan dan manajemen bencana. Kemenkes RI.

Strategi Penanggulangan Dampak Psikososial pada Bencana

A. Kegiatan di Tempat Pengungsian

1. Kelompok besar yang diikuti oleh semua pengungsi yang menepati tempat pengungsian

2. Kelompok kecil yaitu semua pengungsi yang tinggal di suatu tempat pengungsian dibagi dalam
kelompok kecil.

3. Keluarga atau individu dengan kebutuhan khusus.

B. Kegiatan di Barak Pengungsian


Kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama dapat didelegasikan kepada tokoh masyarakat
yang berada pada kelompok besar dan kelompok kecil yang menyurupai ketua RT atau RW.
C. Kegiatan di Rumah/Kembali ke Desa
Kegiatan dibarak pengungsian dilanjutkan ke desa yaitu :

1. desa siaga sehat jiwa disertai kader kesehatan jiwa yang dibimbing oleh perawat kesehatan
jiwa dari puskesmas

2. perawat dan dokter puskesmas dilatih tentang pelayanan kesehatan jiwa masyarakat.

Keliat, B.A. & Marliana, T. (2018). Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial. Edisi 1. Depok, Jawa
Barat.

Teknik Penanggulangan Masalah Psikososial pada Bencana

A. Teknik pada kelompok besar

Kegiatan dilakukan pada seluruh penghuni tempat pengungsian yang mungkin antara seratus
sampai ribuan orang.

Kegiatan yang dilakukan :

• Asesmen umum tentang masalah fisik, lingkungan dan pikiran.

• Latihan nafas dalam

• Lathan relaksasi progresif

• Mengingatkan kebersihan diri

• Latihan perfokus pada lima jari

• Latihan menghentikan pikiran

• Laihan membangun interaksi

• Melakukan ibadah

• Peran serta kegiatan

B. Teknik pada kelompok kecil


• Kelompok dewasa
Membicarakan tentang perasaan, harapan, keinginan, hal positif yang masih dapat disyukuri.
Kelompok menjadi dukungan sosial bagi para anggota kelompok, dan membangun harapan
masa de-pan yang realistis.
• Kelompok remaja
Melakukan olah raga, musik, tari, bernyanyi, menulis, aktivitas sosial. Dapat pula dilakukan
latihan membangun percaya diri dan haga diri.

C. Teknik pada kelompok anak


Yang dapat dilakukan adalah bermain, menggambar, bernyanyi, menari, musik, bercerita, dan
olah raga. Dapat pula memutar film kartun dan film anak anak

D. Teknik pada kelompok lansia


Yang dapat dilakukan adalah membicarakan tentang perasaan, berikan informasi tentang
kegiatan yang dilakukan dipengungsian, berbagi pengalaman masa lalu yang sukses, lakukan
pendampingan untuk masalah dan kebutuhan lansia.

E. Teknik pada Keluarga dan Individu


Yaitu yang membutuhkan perhatian khusus misalnya yang kehilangan anggota keluarga, rumah,
harta benda, cedera, gangguan jiwa. Lakukan perawatan sesuai dengan masalah yang dialami
secara profesional yaitu oleh perawat jiwa atau dokter jiwa.

Keliat, B.A. & Marliana, T. (2018). Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial. Edisi 1. Depok, Jawa
Barat.

Definisi krisis

Krisis merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh kejadian yang penuh stress atau ancaman yang
dirasakan.

Intervensi krisis merupakan strategi tindakan yang singkat, fokus dan cepat yang efektif dalam
menolong seseorang untuk dapat menghadapi kejadian yang penuh stres secara adaptif.

Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Edisi

Indonesia. Singapore. Eksevier Singapore Pte Ltd.

Jenis krisis

A. Krisis Maturasi
Kejadian dalam tugas perkembangan yang membutuhkan perubahan peran. Periode transisional
selama remaja, dewasa,pernikahan, menjadi orang tua, kehidupan pertengahan dan pensiun
merupakan waktu kunci untuk terjadinya krisis maturasi.

B. Krisis Situasional
Terjadi ketika suatu kejadian dalam kehidupan mengganggu keseimbangan psikologis seseorang
atau kelompok. Dapat berupa kejadian yang tiba tiba, tidak wajar, dan tidak diharapkan
termasuk bencana alam dan bencana buatan manusia seperti kebakaran, gempa bumi , tsunami
dll.

Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Edisi

Indonesia. Singapore. Eksevier Singapore Pte Ltd.


Fase Respon Terhadap Krisis

1. Ansietas
mengaktifkan metode koping yang biasa digunakan. Jika metode ini gagal, maka
ansietas akan meningkat karena mekanisme koping telah gagal.

2. Mekanisme koping yang baru


akan dicoba atau ancaman didefinisikan ulang sehingga koping yang lama dapat
digunakan. Resolusi masalah dapat terjadi pada fase ini. Namun jika resolusi tidak terjadi
maka akan masuk ke fase terakhir.

3. Ansietas pada tingkat berat atau panik


yang berlangsung terus menerus dan dapat mengakibatkan disorganisasi psikologis.

Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Edisi

Indonesia. Singapore. Eksevier Singapore Pte Ltd.

Program intervensi krisis

1. Program Mobil Krisis


memberikan intervensi krisis terdisiplin digaris depan untuk individu , keluarga dan komunitas

2. Kontak Telepon
kadangkala dilakukan melalui komunikasi telepon atau internet daripada melalui kontak
langsung/ bertatap muka.

3. Kerja Kelompok
Kelompok bertindak sebagai sistem pendukung bagi klien

4. Program Penjangkauan Korban


Pasien dijangkau melalui program penjangkauan (outreach program) menggunakan teknik
intervensi krisis.

5. Pendidikan Kesehatan
perlu dilakukan selama masa evaluasi. Pada saat ini ansietas pada klien telah menurun, jadi
kemampuan kognitif dapat digunakan dengan lebih baik.

Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Edisi

Indonesia. Singapore. Eksevier Singapore Pte Ltd.

Anda mungkin juga menyukai