Reaksi stress pada bencana yang dapat dilihat dari aspek emosional meliputi: lumpuh mental, gangguan
tidur, ingat kembali rasa ketakutan, ketakutan merasa sendiri, merasa asing, gelisah depresi, marah, rasa
berdosa karena bertahan hidup.
2. Reaksi StresFisik
Reaksi stress fisik pada bencana ditunjukan dengan keluhan seperti: sakit kepala, lemas di kaki – tangan,
merasa lelah, tenggorokan serak, nyeri otot, nyeri dada, mual, diare, kurang nafsu makan, gangguan
pernafasan, menggigil, kepala terasa panas, kedinginan, gemetar, pusing serasa berputar, kesemutan,
alergi, influenza. Ini menunjukkan berbagai macamreaksi stress fisik. Dari gejala-gejala di atas ini, dapat
dipahami bahwa reaksi-reaksi tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Reaksi stress kognitif pada bencana antara lain: susah berkonsentrasi, daya pikirnya lumpuh, kacau,
apatis, kehilangan ingatan jangka pendek, kemampuan mengambil keputusan dan pertimbangan
menurun, tidak dapat menentukan pilihan dan urutan prioritas.
Reaksi stress perilaku pada bencana adalah kemarahan meledak, tingkah laku yang
berlebihan/kekerasan, menarik diri dari pergaulan sosial (menyendiri), frekuensi minum minuman keras
dan rokok meningkat, berperilaku seperti anak kecil, berkelahi, bermasalah dengan anggota keluarga,
terisolasi dari masyarakat/komunitas, anoreksia (mnolak makan dan bulimia (makan berlebihan). Ini
menunjukkan berbagai macam reaksi stres perilaku.
1. Kelompok besar yang diikuti oleh semua pengungsi yang menepati tempat pengungsian
2. Kelompok kecil yaitu semua pengungsi yang tinggal di suatu tempat pengungsian dibagi dalam
kelompok kecil.
1. desa siaga sehat jiwa disertai kader kesehatan jiwa yang dibimbing oleh perawat kesehatan
jiwa dari puskesmas
2. perawat dan dokter puskesmas dilatih tentang pelayanan kesehatan jiwa masyarakat.
Keliat, B.A. & Marliana, T. (2018). Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial. Edisi 1. Depok, Jawa
Barat.
Kegiatan dilakukan pada seluruh penghuni tempat pengungsian yang mungkin antara seratus
sampai ribuan orang.
• Melakukan ibadah
Keliat, B.A. & Marliana, T. (2018). Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial. Edisi 1. Depok, Jawa
Barat.
Definisi krisis
Krisis merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh kejadian yang penuh stress atau ancaman yang
dirasakan.
Intervensi krisis merupakan strategi tindakan yang singkat, fokus dan cepat yang efektif dalam
menolong seseorang untuk dapat menghadapi kejadian yang penuh stres secara adaptif.
Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Edisi
Jenis krisis
A. Krisis Maturasi
Kejadian dalam tugas perkembangan yang membutuhkan perubahan peran. Periode transisional
selama remaja, dewasa,pernikahan, menjadi orang tua, kehidupan pertengahan dan pensiun
merupakan waktu kunci untuk terjadinya krisis maturasi.
B. Krisis Situasional
Terjadi ketika suatu kejadian dalam kehidupan mengganggu keseimbangan psikologis seseorang
atau kelompok. Dapat berupa kejadian yang tiba tiba, tidak wajar, dan tidak diharapkan
termasuk bencana alam dan bencana buatan manusia seperti kebakaran, gempa bumi , tsunami
dll.
Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Edisi
1. Ansietas
mengaktifkan metode koping yang biasa digunakan. Jika metode ini gagal, maka
ansietas akan meningkat karena mekanisme koping telah gagal.
Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Edisi
2. Kontak Telepon
kadangkala dilakukan melalui komunikasi telepon atau internet daripada melalui kontak
langsung/ bertatap muka.
3. Kerja Kelompok
Kelompok bertindak sebagai sistem pendukung bagi klien
5. Pendidikan Kesehatan
perlu dilakukan selama masa evaluasi. Pada saat ini ansietas pada klien telah menurun, jadi
kemampuan kognitif dapat digunakan dengan lebih baik.
Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Edisi