Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) KELUARGA: MASALAH PSIKOSOSIAL


ANSIETAS DENGAN MEETING KELUARGA PADA KLIEN DI RUMAH TN. B

OLEH :

NUR HANIEF MB

PB1905033

PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2020/2021
 
A. LATAR BELAKANG

      Pada awal tahun 2020 ini, dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (Covid-
19) yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. WHO semenjak Januari 2020 telah

menyatakan dunia masuk ke dalam darurat global terkait virus ini. Ini merupakan
fenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke 21, yang skalanya mungkin dapat
disamakan dengan Perang Dunia II, karena event-event skala besar (pertandingan-
pertandingan olahraga internasional contohnya) hampir seluruhnya ditunda bahkan
dibatalkan. Kondisi ini pernah terjadi hanya pada saat terjadi perang dunia saja, tidak
pernah ada situasi lainnya yang dapat membatalkan acara-acara tersebut. Terhitung mulai
tanggal 19 Maret 2020 sebanyak 214.894 orang terinfeksi virus corona, 8.732 orang
meninggal dunia dan pasien yang telah sembuh sebanyak 83.313 orang.
      Khusus di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan status darurat bencana
terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 terkait pandemi virus ini
dengan jumlah waktu 91 hari. Langkah-langkah telah dilakukan oleh pemerintah untuk
dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan
gerakan Social Distancing. Konsep ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi bahkan
memutus mata rantai infeksi Covid-19 seseorang harus menjaga jarak aman dengan
manusia lainnya minimal 2 meter, dan tidak melakukan kontak langsung dengan orang

lain, menghindari pertemuan massal. Tetapi banyak masyarakat yang tidak menyikapi hal
ini dengan baik, seperti contohnya pemerintah sudah meliburkan para siswa dan
mahasiswa untuk tidak berkuliah atau bersekolah ataupun memberlakukan bekerja di
dalam rumah, namun kondisi ini malahan dimanfaatkan oleh banyak masyarakat untuk
berlibur. Selain itu, walaupun Indonesia sudah dalam keadaan darurat masih saja akan
dilaksanakan tabliqh akbar, dimana akan berkumpul ribuan orang di satu tempat, yang jelas
dapat menjadi mediator terbaik bagi penyebaran virus corona dalam skala yang jauh
lebih besar. masih banyak juga masyarakat Indonesia yang menganggap enteng virus ini,
dengan tidak mengindahkan himbauan-himbauan pemerintah.
        Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu
yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat
tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2007).
      Ansietas memiliki gejala seperti, perasaan khawatir atau takut, mudah tersinggung,
kecewa, gelisah, perasaan kehilangan sulit tidur sepanjang malam, sering membayangkan
hal-hal yang menakutkan dan rasa panik pada hal yang ringan, konflik-konflik yang
ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan ansietas
(Maryam dkk, 2008). Kecemasan adalah hal umum pada manusia, 10-20% dari populasi
manusia didapati mengalami kecemasan (Bethesda, 2009). Dalam journal of American
society dinyatakan bahwa 3-14 dari setiap 100 orang lansia memiliki gangguan kecemasan.
Berdasarkan hal diatas maka saya seabagai perawat di bidang CMHN yang
memberikan asuhan keperawatan kepada masyarakat khususnya keluarga Tn.B merasa
perlu memberikan terapi aktivitas kelompok keluarga dengan meeting keluarga pada
keluarga Tn. B, diharapkan Tn.B dan keluarga dapat mengatasi masalah kecemasan
(Ansietas) dan untuk memberikan Dukungan Kesehatan Jiwa Psikososial (DKJPS).
Dengan adanya meeting keluarga diharapkan klien dan keluarga dapat mengatasi dan
termotivasi dalam mengatasi kecemasan yang dirasakan, sehingga tidak menimbulkan
akibat atau masalah yang fatal dan memburuk kondisi atau kesehatan pada klien.Terapi
aktivitas kelompok diperlukan dalam praktik keperawatan jiwa untuk mengatasi gangguan
interaksi dan komunikasi serta merupakan salah satu keterampilan terapeutik. Terapi
aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas yang berupaya meningkatkan
psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan. Terapi aktivitas
kelompok memiliki dua tujuan umum, yaitu tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif.
       Tujuan terapeutik untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasi dengan
lingkungan (hubungan dengan luar diri klien), meningkatkan stimulus realitas dan respon
individu, memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif, meningkatkan rasa
dimiliki, meningkatkan rasa percaya diri, dan belajar cara baru dalam menyelesaikan
masalah. Sedangkan tujuan rehabilitatif untuk meningkatkan kemampuan untuk ekspresi
diri, meningkatkan kemampuan empati, meningkatkan keterampilan sosial, serta
meningkatkan pola penyelesaian masalah.
       Terapi aktivitas kelompok dengan meeting keluarga dan latihan otot progresif
diharapakan dapat memberikan stimulus kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk klien.
Selain itu juga dapat menjalin komunikasi dan kerjasama antar klien. Berdasarkan alasan-
alasan di atas, maka kami bermaksud untuk melakukan terapi aktivitas kelompok keluarga
mengurangi kecemasan dan untuk memberikan Dukungan Kesehatan Jiwa Psikososial
(DKJPS) berupa meeting keluarga pada keluarga Tn. B

B. TUJUAN
Tujuan Umum     : Untuk memberikan Dukungan Kesehatan Jiwa Psikososial (DKJPS).
Tujuan Khusus    :
1) Keluarga mampu mengetahui masalah
2) Keluarga mampu mengambil keputusan
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga
4) Menciptakan suasana keluarga yang kondusif
5) Mampu menggunakan fasilitas kesehatan

C. LANDASAN TEORI
Terapi Aktivitas Kelompok
       Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif.
Tahapan -Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )
       Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen. Menggambarkan fase-fase dalam terapi
aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
- Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader, anggota,
tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan serta membuat proposal
lengkap dengan media yang akan digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
- Fase awal
Pada fase ini terhadap 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi, konflik atau
kebersamaan
Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing,
terapis/perawat mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan
anggota.
Konflik :
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
Kebersamaan :
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan
siapa dirinya.
- Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim:

1. Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya

2. Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang
telah terbina

3. Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati

4. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistis

5. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya

6. Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif

Petunjuk untuk leader pada fase ini :

1. Intervensi terapis/perawat didasari pada kerangka kerja teoritis, pengalaman,


personality dan kebutuhan kelompok serta anggotanya

2. Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasannya,


mendorong kelompok bekerja pada tugasnya

3. Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah


khusus.

- Fase terminasi

       Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota
kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk menghindari
hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa
bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik
pada tiap anggota
       Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi
aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre dan post test.
D. SASARAN
1. Peserta adalah Tn. B dan anggota keluarganya yang tinggal dalam satu rumah
yang mengalami masalah psikososial gangguan ansietas
2. Kriteria Inklusi
1. Klien yang sudah mampu berinteraksi dengan klien lain.
2. Klien dengan kondisi yang stabil.
3. Klien bersedia mengikuti terapi.
4. Kriteria eksklusi :
1. Klien dengan masalah ansietas yang belum mampu berinteraksi
dengan orang lain.
2. Klien dengan masalah ansietas yang berat.
3. Klien yang memiliki keterbatasan dalam bergerak.
5. Proses seleksi peserta
1. Menyeleksi klien sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Mengidentifikasi nama klien dan masalah keperawatan yang
dialami.
3. Membuat kontrak waktu dengan klien

E. PENGORGANISASIAN
1.  Terapis/perawat : Nur Hanief MB
2.  Klien     : Ny. W, Ny. Y, Ny. S
Uraian Tugas   :
1. Leader/terapis/perawat
- Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai.
- Memberikan memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
- Mampu  memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib.
- Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
- Menjelaskan tata cara meeting keluarga.

2. Pasien
Kriteria pasien dalam Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
a. Pasien dengan masalah psikososial ansietas
b. Pasien dalam kondisi stabil
c. Pasien dapat diajak kerjasama (kooperatif)
d. Pasien yang tidak mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan
Proses Seleksi
a. Mengidentfikasi pasien yang masuk kriteria
b. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi : menjelaskan
tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan aturan rapat dalam
kegiaatan TAK.
Daftar nama peserta Terapi Aktifitas Kelompok :
No. NAMA
1. Ny. W
2. Ny. S
3. Ny. Y
 
F. PELAKSANAAN
Hari/Tanggal       : Selasa, 16 Maret 2021
Pukul                   : 17.00 WIB – selesai
Setting Tempat   :

Keterangan :

: leader/terapis/perawat

: pasien

G. LANGKAH-LANGKAH
1. Persiapan
- Membuat pre planning.
- Menyeleksi peserta.

- Membuat kontrak waktu dengan klien

- Mempersiapkan alat dan tempat.

- Alat dan bahan yang diperlukan : perekam, handphone.


- Tempat : rumah Tn. B

H. TINDAKAN KEPERAWATAN
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Memperkenalkan identitas diri
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Menyepakati topik, waktu dan tempat
I. Strategi Komunikasi
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assalamualaikumwarohmatullahi wabarokatuh ibu-ibu semua, selamat sore.
Masih ingat dengan saya? Baik Bu Sofi, Bu Wahyu, Bu Yoan ..
2) Evaluasi / Validasi Data
“Bagaimana kabar ibu-ibu semua hari ini? Alhamdulillah kalau keluarga ibu
semua dalam keadaan sehat. Apakah bapak ibu masih merasaan cemas akan covid
-19 ini?
3) Kontrak (Topik, Waktu dan tempat)
Topik
“Sesuai dengan kontrak kita yang kemarin, hari ini kita akan melakukan aktivits
fisik dengan senam bersama ya ibu-ibu..tujuannya agar fisik kita
rileks,menghilangkan hormon stres sehingga kita tidak mudah terkena penyakit”
Waktu
“Kira-kira 10-15 menit”
Tempat
“Seperti biasa disini saja”
b. Fase Kerja
“Melakukan senam bersama dengan diiringi musik dari handphone”
c. Fase Terminasi
Evaluasi subjektif “Bagaimana perasan ibu-ibu semua setelah kita melakukan
senam?”
Evaluasi objektif
“Apa saja tadi yang kita diskusikan?
RTL
“Jangan lupa praktekkan senam tadi bersama anggota keluarga masing-masing, bisa
dengan anak, pasangan.”
RTL Relawan
“Dua hari, kita senam lagi ya “
Salam
“Selamat sore, saya mohon pamit, salam sehat selalu”

J. EVALUASI KEGIATAN
1.      Evaluasi Struktur
a. Pre planning telah disiapkan sebelumnya.

b. Kontrak waktu sudah tepat dan mempertimbangkan kondisi klien.

c. Media dan alat yang dipilih sduah tepat.

d. Tempat luas dan sesuai untuk meeting keluarga.

e. Materi TAK sesuai dengan kondisi klien.

f. Tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan karakteristik
klien untuk melakukan terapi aktifitas kelompok.

2.      Evaluasi Proses

a. Leader/ terapis/perawat menjelaskan aturan main dengan jelas

b. 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif
dari awal sampai selesai.

c. Di akhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan dan dilakukan kontrak


yang akan datang.

3.      Evaluasi Hasil

a. Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal.

b. 100 % klien mampu memahami perintah dari leader.


c. 100% klien mampu berkoordinasi dengan klien yang lain untuk melaksanakan
perintah leader.

d. 100% klien mampu mempertahankan kontak mata saat berinteraksi dengan


klien yang lain.

e. 100% klien mampu mengikuti aturan selama meeting keluarga.

f. 80% klien mampu mengemukakan pendapat tentang permainan yang telah


dilakukan

Anda mungkin juga menyukai