OLEH :
213310728
DOSEN PEMBIMBING :
JURUSAN KEPERAWATAN
TA. 2024
RESUME
2. Tujuan PFA
Tujuan utama PFA adalah untuk mengurangi kesengsaraan mental dan emosional
serta mempromosikan pemulihan yang sehat setelah kejadian traumatis. PFA
bertujuan ntuk memberikan bantuan segera dan praktis kepada individu yang
mengalami krisis, seperti bencana alam, kecelakaan, atau peristiwa
traumatis lainnya.
a. Mengurangi serta mencegah munculnya dampak psikologis yang lebih buruk
dari bencana atau situasi sulit lainnya
b. Memperkuat proses pemulihan psikologis
c. PFA tidak bertujuan untuk memberikan terapi jangka panjang atau diagnosis
yang mendalam, tetapi bertujuan untuk memberikan bantuan praktis dalam
situasi darurat.
d. Mengurangi gejala stress pasca-trauma, meningkatkan kapasitas bertahan, dan
membantu individu memulihkan diri setelah mengalami kejadian traumatis.
e. Membantu individu mengembangkan strategi penanganan stres yang adaptif,
meningkatkan rasa kontrol diri, dan membangun harapan untuk masa depan.
Siapa yang Bisa Melakukan? PFA bisa dilakukan oleh siapapun yang
telah mendapat pelatihan atau sosialisasi termasuk masyarakat umum. Di mana
dalam hal ini adalah orang‐orang di sekitar orang yang memerlukan dukungan.
Pada Siapa Diberikan? PFA bisa diberikan kepada orang yang memerlukan
dukungan dari berbagai tahapan perkembangan mulai dari anak, remaja, orang
dewasa, orang lanjut usia ataupun anggota keluarganya. Namun demikian perlu
diperhatikan bahwa mereka yang memberikan bantuan pun rentan mengalami
masalah psikologis ketika menjalankan tugasnya sehingga mereka membutuhkan
dukungan juga. Kapan Dilakukan? Salah satu prinsip dasar PFA: “Berikan
bantuan sesegera mungkin langsung pada orang yang memerlukan dukungan”.
Oleh karena itu PFA dapat dilakukan sesegera mungkin dalam hitungan menit, jam
atau hari, bergantung konteks situasi yang dihadapi.
Prinsip Dukungan Psikologis Awal
1. Melindungi
2. Memenuhi kebutuhan dasar
3. Memberikan bimbingan dan informasi
4. Mendorong penyintas untuk berpartisipasi dalam proses pemulihan
pasca bencana
5. Menghubungkan penyintas dengan lingkungan sosial terdekat
6. Memberikan kenyamanan dan menenangkan
2. Penatalaksanaan Fraktur
Untuk penatalaksanaan fraktur bisa secara medis pembedahan atau tanpa
pembedahan tergantung dengan jenis frakturnya, dan dilanjutkan dengan
fisioterapi. Adapun secara medis bisa dilakukan pembedahan atau tanpa
pembedahan, yang tanpa pembedahan bisa dilakukan dengan pemasangan GIPS
atau bisa dilakukan traksi, secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan
beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan disesuaikan dengan
arah tarikan yang segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan
traksi untuk mengurangi patah tulang, mempertahankan fragmen tulang pada
posisi yang sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian
jaringan lunak, memperbaiki deformitas.
1) Pertolongan pertama pada fraktur tertutup (Closed Fracture):
a. Setelah mengevaluasi cedera, instruksikan korban agar membatasi gerakan
tubuhnya. Gunakan bantalan ringan untuk memberikan dukungan pada
area yang terluka.
b. Jika memungkinkan, setelah menempatkan bantalan pada lokasi cedera,
terapkan gendongan dengan menggunakan kain untuk melindungi area
yang terluka agar tidak mengalami kerusakan lebih lanjut. Gendongan
digunakan sebagai penopang atau pembatas gerakan pada bagian tubuh
yang mengalami patah, sambil menunggu bantuan medis.
c. Lakukan imobilisasi pada tulang yang patah dengan mengggunakan
gendongan yang dibuat dari kain segitiga hingga setinggi dada. Langkah
ini bertujuan untuk menghambat pergerakan ketika korban dalam
perjalanan menuju fasilitas kesehatan. Segera hubungi layanan kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut
2) Pertolongan pertama open fraktur
a. Segera kontak Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tempatkan
balutan steril di atas daerah cedera untuk melindungi luka terbuka dari
kontaminasi, menghentikan perdarahan, dan mengurangi risiko infeksi.
Pastikan pembalutan tidak terlalu longgar maupun terlalu ketat. Susun
simpul balutan secara datar dan hindari menempatkannya di atas luka.
Letakkan bantalan di sebelah tulang yang patah jika menonjol dari kulit.
Pantau kondisi korban secara terus-menerus, terutama pernapasannya,
karena mungkin terjadi syok. Lakukan pemeriksaan sirkulasi pada lengan
atau kaki yang cedera di luar balutan setiap 10 menit.
b. Dalam situasi yang lebih kritis, misalnya di daerah terpencil di mana
bantuan medis memerlukan waktu lama atau jika Anda harus membawa
korban ke dokter atau Rumah Sakit sendiri, kemungkinan Anda perlu
menggunakan pembidaian belat (splint). Tambahkan bantalan tambahan di
sekitar kaki atau lengan dan terapkan pembidaian (mungkin dengan
menggunakan payung yang dilipat, gulungan koran, atau bahan keras
seperti tongkat) pada bagian yang dicurigai patah tulang. Pastikan
pembidaian tidak terlalu kencang dan upayakan untuk meminimalkan
gerakan sebisa mungkin.
REFERENSI :
Cahyono, W. (2015). PSYCHOLOGICAL FIRST AID: Sebuah Kesiapsiagaan Dari Kita
Untuk Kita. Depok: Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Parahita, P. S., & Kurniyanta, P. (n.d.). PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
PADA CEDERA FRAKTUR EKSTREMITAS.