Anda di halaman 1dari 13

THEORY OF CHRONIC SORROW

Georgene Gaskill Eakes

Dr. Asti Melani Astari. SKp., MKep., Sp.Mat.


Latar Belakang Teori

Lulus Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural


1977
dan Technical State university.

Mendapatkan penghargaan Best Image dari Sigma Theta atau International Honor
1999
Society untuk penerbitan teorinya "Middle-Range Theory of Chronic Sorrow.

Nursing Concorcium Reseach Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan middle


1984 range teori keperawatan mengenai kesedihan kronis (chronic sorrow).

Membentuk dasar konseptualisasi mengenai koping individu terhadap kesedihan


1984
kronis digunakanlah model stress dan adaptasi milik Lazarus dan Folkman (1984).

1962 Konsep kesedihan kronis berasal dari teori oleh


Olshansky (1962).
Asumsi Teori
Kesehatan Lingkungan
Keperawatan Manusia

Praktek keperawatan Memiliki persepsi ideal Kesehatan seseorang Lingkungan pelayanan


memiliki lingkup praktek mengenai proses kehidupan tergantung adaptasi kesehatan merupakan
untuk mendiagnosa adanya dan kesehatan. Manusia terhadap kesenjangan yang tempat terjadinya interaksi
kesedihan kronis untuk akan membandingkan tercipta setelah kehilangan. individu dalam konteks
kemudian melakukan pengalamannya dengan Koping yang efektif social, dengan keluarga,
intervensi untuk idealismenya pribadi dan menghasilkan respon social dan pekerjaan
mengatasinya. Peran utama dengan orang-orang normal terhdap kehilangan.
perawat adalah bersikap disekitarnya. Meskipun
empati, memberi edukasi, pengalaman individu
serta merawat dan terhadap kehilangan
melakukan tindakan bersifat unik, namun
professional kompeten terdapat komponen-
lainnya. komponen yang umumnya
dapat diprediksi ada terikat
pengalaman kehilangan.
Konsep dan Hubungan Teori

1. Chronic Sorrow ; Merupakan ketidakseimbangan yang berkelanjutan karena


kehilangan yang dikarakteristikkan dengan pervasif dan permanen. Gejala kesedihan
berulang secara periodik dan biasanya gejala ini terus berkembang.
2. Loss (kehilangan) ; Kehilangan muncul karena adanya ketidakseimbangan/ perbedaan
antara ideal dan situasi atau pengalaman yang nyata. Sebagai contoh anak yang
sempurna dengan anak dengan kondisi kronik yang berbeda dengan ideal.
3. Trigger Events (Peristiwa pemicu) ; Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan dan
kondisi yang menyebabkan perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau
memperburuk perasaan berduka.
4. Management method (Metode Penanganan) ; Management method diartikan bahwa
individu menerima keadaan chronic sorrow. Hal tersebut dapat secara internal
(strategi koping personal) atau eksternal (praktisi pelayanan kesehatan atau intervensi
orang lain).
5. Inefektif management ; Management inefektif merupakan hasil dari strategi yang
meningkatkan ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow.
6. Effective management ; Management efektif merupakan hasil dari strategi yang
meningkatkan kenyamanan perasaan individual.
7. Strategi Manejemen ; NCRCS menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika
para individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif. Strategi tersebut
adalah :
• Strategi koping internal: Action (tindakan), tindakan mekanisme koping individu
baik yang dilakukan oleh yang bersangkutan maupun pelaku rawatnya. Contohnya
metode distraksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri. Berfikir positif
(bagian dari kognitif) dapat juga menjadi mekanisme koping, misalnya berpikir
positif, ikhlas menerima semua ini.
• Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan berkonsultasi
dengan ahli jiwa, bergabung dengan kelompok pendukung, melakukan curhat.
• Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis dan
mengekspresikan emosi.
8. Strategi menejemen ini semua
dianggap efektif bila para pelaku atau
individu mengaku terbantu untuk
menurunkan perasaan berduka (re-
grief).
Strategi koping eksternal,
dideskripsikan sebagai intervensi yang
dilakukan oleh professional kesehatan
dengan cara meningkatkan rasa Model Teori Duka Cita Kronis (Chronic Sorrow)
nyaman para subyek dengan bersikap
empati, memberi edukasi serta
merawat dan melakukan tindakan
professional kompeten lainnya
Penerapan Teori

Kasus :
Annie adalah anak pertama Amanda dan Alan yang sudah lama dirindukan kehadirannya
didunia ini. Ketika dia dilahirkan dia tidak responsif, terkulai dan tidak mampu untuk saat
diberi makan. Prognosisnya buruk dan dia diprediksikan tidak akan bertahan hidup. Ketika
dia berumur beberapa minggu, orang tua nya membawanya pulang ke rumah dan mereka
diberitahu untuk memberinya kecintaan, karena dia akan berumur pendek. Faktanya,
perawat klinik mengatakan kepada Amanda bahwa itu akan lebih baik jika Annie
menghilang saja. Karena ternyata Amanda mempunyai radang selaput otak (viral
meningitis) selama trimester pertama kehamilannya.
Tinjauan Teori :
Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/ disability saat lahir
atau dalam kehidupan keluarga dan masa depan orangtua. Saat didiagnosa adalah
merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga adalah
kecemasan yang tinggi. Orangtua tidak akan pernah siap untuk mendengar berita yang
traumatik tentang anak mereka dan pendapat anggota keluarga, teman, para kenalan
dan laporan media yang menambah kebingungan mereka. Informasi akurat dan
komprehensif tentang disability dibuat secepat mungkin meliputi hasil positif dan
negatif terhadap kerusakan dan disablity. Sebaiknya orangtua dipersiapkan dulu bahwa
mereka akan mendengar berita buruk.
a. Chronic Sorrow: Kesedihan mendalam dirasakan oleh keluarga
Amanda dan alan karena Annie adalah anak yang idam-idamkan.
Tetapi dia mengalami keterbatasan.
b. Loss
Pasangan Amanda dan Alan ”kehilangan” anak normal/sempurna. Dia mengharapkan
(idealnya) anak mereka bisa hidup dengan normal seperti anak yang lain, tetapi
kenyataan sejak lahir Annie sudah mempunyai keterbatasan yang disebabkan karena
radan selaput otak yang diderita Amanda.
c. Trigger events
Annie sebagai anak yang diharpakan lahir tidak sesuai harapan. Ketika dia dilahirkan dia
tidak responsif, terkulai dan tidak mampu untuk saat diberi makan.

d.Management method
Secara internal pasangan ini menggunakan strategi koping untuk mengidentifikasi proses
berduka. Secara eksternal didapat dari dukungan keluarga lain atau praktisi perawatan
kesehatan. Perawat juga dapat membantu mengidentifikasi strategi koping secara personal.
i)

e. Grief work fasilitation:


1. Identifiksi kehilangan
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi ikatan antara orang yang hilang
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi reaksi pertama terhadap kehilangan
4. Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
5. Dengarkan ekspresi kesedihan
6. Anjurkan diskusi pengalaman kehilangan sebelumnya
7. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan memori tentang kehilangan baik masa lalu dan sekarang
8. Buat pernyataan empati tentang duka cita
9. Anjurkan identifikasi ketakutan yang paling besar terhadap kehilangan
10. Instruksikan dalam fase berduka
11. Dukung perkemabangan melalui tahapan berduka
12. Libatkan orang yang berarti dalam diskusi/ pengambilan keputusan
13. Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi koping personal
14. Anjurkan pasien untuk melakukan kebiasaan sosial, budaya dan keagamaan komunikasikan
tentang penerimaan kehilangan
f. Hope instillation
1. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi harapan dalam hidup
2. Informasikan pasien tentang situasi saat ini adalah bagian yang temporer
3. Demonstrasikan harapan dengan mengenali nilai intrinsik pasien dan pandangan
penyakit dari segi individu
4. Kembangkan mekanisme koping individu
5. Ajarkan mengenali realita dengan mengamati situasi dan membuat perencanaan
darurat
6. Bantu pasien menemukan dan meninjau ulang tujuan berhubungan dengan harapan
7. Ajarkan kepada keluarga tentang aspek positif pada harapan
8. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk terlibat dalam kelompok pendukung
9. Ciptakan lingkungan untuk praktik keagamaan pasien
g. Coping enhancement
1. Kaji hal-hal yang dapat merubah gambaran diri klie
2. Kaji dampak situasi kehidupan klien terhadap peran dan hubungan
3. Dukung klien untuk mengidentifikasi gambaran nyata perubahan peran
4. Kaji pemahaman klien terkait dengan proses penyakit
5. Kaji dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi
6. Gunakan pendekatan yang membuat klien tenang dan nyaman
7. Ciptakan suasana untuk dapat menerima klien
8. Bantu klien untuk mengembangkan kemampuannya untuk menerima kejadian yang
dialaminya
9. Berikan informasi faktual terkait diagnosa, perawatan dan prognosis
10. Berikan klien untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan
11. Dukung klien untuk bersikap realistic
12. Evaluasi kemampuan klien untuk membuat keputusan
13. Kaji persepsi klien terhadap situasi yang menimbulkan stress
14. Hindari pembuatan keputusan pada saat klien mengalami stress berat
THANKS!
Any questions?

13

Anda mungkin juga menyukai