Anda di halaman 1dari 21

TEORI BERDUKA

CHRONIC SORROW
Middle theory

Tati Hardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep


PENGGAGAS TEORI
 Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, dan Margaret
A Hainsworth
1. Georgene Gaskill Eakes
 Lahir di New Bern, North Carolina
 Sekolah keperawatan di Rumah Sakit Watts bagian Durham,
North Carolina dan menerima Diploma keperawatan 1966
 S1 di North Carolina Agricultural dan Technical State
University
 M.S.N University or North Carolina di Greensboro pada
tahun 1980 dan Ed.D dari North Carolina State University
pada tahun 1988.
 Georgene Gaskill Eakes menerima penghargaan untuk
pendidikan masternya dan dari North Carolina League
untuk studi doktoralnya
LANJ...
2. Mary Lermann Burke
 lahir di Sandusky Ohio
 Burke bekerja di keperawatan pediatric, setelah beberapa
tahun lulus dengan Summa Cum Laude dari Rhode Island
College Providence dengan Bachelor Degree.
 Th 1982 Burke menerima Master Degree pada parent-child
nursing dari Boston University.
 Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama
program masternya. Thesisnya berjudul ’The concerns of
Mothers of preschool children with myelomeningocele’,
yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang
mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia
mengembangkan Burke Chronic Sorrow Questionaire,
‘Chronic sorrow in mothers of school-age children with
myelomeningocele
LANJ...
3. Margaret A Hainsworth
 Lahir di Brockville, Ontario Canada
 Di United State dan menerima diploma keperawatan kesehatan
masyarakat.
 S1 tahun 1974 dia melanjutkan pendidikan di Salve Regina
College
 Master dibidang keperawatan kesehatan mental psikiatrik dari
Boston College tahun1974.
 Program doctor dari University Connecticut tahun 1986.
 Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan
dengan dukacita dimulai saat dia sebagai fasilitator untuk
memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sklerosis.
Praktik tersebut, menginspirasinya untuk mengambil disertasi
dengan judul ’ An ethnographic study of women with multiple
sclerosis using symbolic interaction approach’.
PERKEMBANGAN TEORI
 Dasar konseptual mengenai koping individu
terhadap kesedihan kronis digunakanlah
model stress dan adaptasi milik Lazarus dan
Folkman (1984). Konsep kesedihan kronis
berasal dari teori oleh Olshansky (1962).
Mengenai orang tua dengan anak-anak
retardasi mental yang mengalami kesedihan
yang terus berulang dengan menyebutkan
kesedihan kronis
 Wilayah teori dibatasi pada penjelasan atau
fenomena yakni respon kehilangan dan hal ini
sesuai dengan pengalaman praktik klinik.
KONSEP UTAMA TEORI
 Konsep utama dari chronic sorrow adalah
berduka kronis (chronic sorrow), kehilangan
(loss), peristiwa pencetus (trigger event),
metode manajemen (manejement method)
 Secara sederhana teori ini menjelaskan
subkonsep metode manajemen internal versus
metode manajemen eksternal. Selain itu teori
ini secara sederhana juga menjelaskan bahwa
respon metode manajemen yang dilakukan
oleh pasien dan keluarga (primary caregiver)
menghasilkan respon manajemen inefektif
versus manajemen efektif
MODEL TEORI CHRONIC
SORROW
BERDUKA KRONIS (CHRONIC
SORROW)
 Chronic sorrow adalah suatu kesenjangan
yang sedang berlangsung sebagai akibat dari
suatu kehilangan dengan karakteristik
perspasif dan permanen. Gejala berduka
dapat tetrjadi berulang secara periodik dan
gejala ini berpotensi progesif (Alligood,
2014).
KEHILANGAN (LOSS)

 Kehilangan muncul karena adanya


ketidakseimbangan atau perbedaan antara
ideal dan situasi atau pengalaman yang
nyata.
 Anak yang berkebutuhan khusus, amputasi,
kehilangan orang yg dikasihi
PERISTIWA PENCETUS (TRIGER EVENTS)

 Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan,


dan kondisi yang menyebabkaan perbedaan
atau kehilangan berulang dan memulai atau
memperburuk perasaan berduka
METODE MANAJEMEN
(MANAGEMENT METHOD)
 Metode Manajemen adalah suatu cara bagaimana
individu menerima penderitaan kronis. Bisa secara
internal (strategi koping individu) atau eksternal
(bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang
lain).
 Manajemen internal :

1. Kognitif koping contohnya berfikir positif,


membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak
memaksakan diri bila tidak mampu
2. Interpersonal koping dengan pergi memeriksakan
diri ke psikiater, masuk dalam suatu kelompok
atau group dan bicara atau berkomunikasi dengan
orang lain
LANJ...
 Manajemen eksternal adalah intervensi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang diberikan secara professional
dapat membantu memberikan rasa nyaman
bagi mereka, caring dr tenaga professional
yang kompeten lainnya
ASUMSI UTAMA TEORI
1. Keperawatan
 Praktik keperawatan memiliki lingkup praktik untuk
mendiagnosa adanya berduka kronis untuk kemudian
dilakukan intervensi untuk mengatasinya. Peran utama
perawat adalah bersikap empati, memberi edukasi, serta
merawat dan melakukan tindakan professional lainnya.
2. Manusia
 Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan
kesehatan. Manusia akan membandingkan
pengalamannya dengan idealismenya pribadi dan dengan
orang-orang disekitarnya. Meskipun pengalaman individu
terhadap kehilangan bersifat unik, namun terdapat
komponen-komponen yang umumnya dapat diprediksi
ada terikat pengalaman kehilangan.
LANJ...
3. Kesehatan
 Kesehatan seorang tergantung adaptasi
terhadap kesenjangan yang tercipta setelah
kehilangan. Koping yang efektif
menghasilkan respon normal terhadap
kehilangan
4. Lingkungan
 Lingkungan pelayanan kesehatan merupakan
tempat terjadinya interaksi individu dalam
konteks sosial dengan keluarga, sosial dan
pekerjaan
PENGAPLIKASIAN TEORI
1. Instrument pengkajian dukacita kronis yang
dikembangkan oleh Kendall (2005) dan
instrument dukacita kronis yang dikembangkan
oleh Burke & Eakes (2013).
2. Teori Chronic Sorrow digunakan dalam
standar bahasa NANDA-I, dan digunakan dalam
proses asuhan keperawatan pada pasien
kehilangan dan berduka.
ASUHAN KEP BERDASAR
CHRONIC SORROW
1. Pengkajian
a) Kaji fakror pencetus atau presipitasi (triger events): situasi, keadaan,
konsisi yang menyebabkan kehilangan berulang dan memulai perasaan
berduka. Contoh: kehilangan kesehatan, kehilangan peran dll
b) Faktor predisposisi (peningkat) seperti: genetik, kesehatan jasmani, mental,
pengalaman kehilangan, struktur kepribadian
c) Mekanisme koping (metode manajement), terdiri dari dua yaitu koping
internal (strategi koping individu) dan koping ekternal (bantuan tenaga
kesehatan atau intervensi dari orang lain).
 Koping internal : problem oriented, cognitive strategies (misal: berfikir

positif, tidak memaksakan diri bila tidak mampu, membuat sesuatu


dengan sebaik-baiknya), emotive kognitive (misal:menangis), koping
interpersonal (misal:pergi ke psikiater, berkomunikasi dengan orang lain
terkait masalah, masuk ke group untuk mendapatkan support), action/
tidakan (distraksi).
 Koping eksternal : intervensi dari profesional kesehatan dengan cara
meningkatkan rasa nyamaan dengan memberikan empati, edukasi dan
tindakan kompetensi
LANJ...
2. Diagnosa
 Duka cita
 Risiko duka cita

3. Intervensi
Prinsip interveni:
 Bina dan jalin hubungan saling percaya
 Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
 Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
 Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
 Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
 Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
 Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
 Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase : denial, anger, bargaining,
depression, acceptence
PRINSIP INTERVENSI LANJ...
Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak
dengan Respon Kehilangan
 Beri dorongan kepada keluarga untuk
menerima kenyataan serta menjaga anak
selama masa berduka.
 Gali konsep anak tentang kematian, serta
membetulkan konsepnya yang salah.
 Bantu anak melalui proses berkabung dengan
memperhatikan perilaku yang diperhatikan
oleh orang lain.
 Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman
atau pergi ke rumah duka.
PRINSIP INTERVENSI LANJ...
 Prinsip Intervensi Keperawatan pada
Orangtua dengan Respon
Kehilangan  (Kematian Anak)
4. EVALUASI
 Klien mampu mengungkapkan perasaannya
secara spontan
 Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan
terhadap kehilangan
 Klien dapat membina hubungan yang baik
dengan orang lain
 Klien mempunyai koping yang efektif dalam
menghadapi masalah akibat kehilangan
 Klien mampu minum obat dengan cara yang
benar

Anda mungkin juga menyukai