Liputan6.com, Jakarta Tidak ada yang menginginkan bencana alam terjadi. Bencana alam datang tanpa
diundang dan sulit sekali untuk diprediksi. Tidak hanya menimbulkan kerusakan infrastruktur, tapi juga
gangguan terhadap kondisi psikologis para korban itu sendir.
Aspek psikologis juga penting untuk diperhatikan dalam menghadapi dampak bencana. Sebab, bencana
tidak hanya menyebabkan luka secara fisik, tetapi juga secara emosional.
Menurut sebuah penelitian, korban terdampak bencana berpotensi mengalami kecemasan, depresi, dan
trauma. Oleh karena itu, melakukan pertolongan pertama pada psikologis (Psychological First Aid)
korban merupakan sebuah usaha yang perlu diperhatikan untuk menghadapi dampak buruk bencana
alam.
Psychological first aid (PFA) adalah tindakan suportif dan manusiawi, berupa dukungan sosial, emosional,
atau praktis yang diberikan terhadap seseorang yang mengalami peristiwa krisis. Peristiwa kritis yang
dialami menyebabkan seseorang mengalami penderitaan dan membutuhkan pertolongan karenanya.
Peristiwa krisis yang terjadi seperti, kecelakaan, bencana alam, atau peristiwa traumatis lainnya. Sebagai
tambahan, PFA dilakukan dengan tetap memperhatikan budaya dan kemampuan dalam diri korban.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam psychological first aid adalah
2. Menjadi pendengar yang baik, namun tidak memaksa korban untuk bercerita. Terlebih lagi
memintanya untuk mengingat kembali dan menganalisa peristiwa traumatis yang sudah terjadi secara
detil.
5. Tidak semua orang yang mengalami peristiwa kritis membutuhkan psychological first aid.
6. Tidak terbatas pada profesi tertentu untuk memberikan psychological first aid
7. Bukan berarti memberi konseling, penyembuhan, pelabelan atau diagnosa terhadap peristiwa yang
terjadi
Sebagian orang berfokus hanya pada luka fisik dan menekankan pentingnya kehadiran bantuan medis
saat bencana terjadi. Padahal, terdapat luka emosional yang sama sakitnya dan butuh perhatian lebih
untuk ditangani. Dengan demikian, psychological first aid hadir sebagai sebuah tindakan untuk menjaga
dan mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan psikososial korban. Di samping itu, ada beberapa
alasan yang menjelaskan pentingnya melakukan psychological first aid pada korban, yaitu:
Tidak sedikit korban bencana alam merasa putus asa dan terpuruk, misalnya yang dialami oleh korban
Gempa Yogyakarta pada tahun 2006. Mereka kehilangan tempat tinggal, keluarga, harta benda dan
berbagai hal yang dimilikinya. Mereka seakan-akan berdiri di tanah yang tidak bisa dipijak, hampa dan
penuh kekosongan. Banyak dari mereka yang tidak tahu harus berbuat apa. Oleh karena itu, PFA ini
dilakukan agar mengurangi risiko terdampak bencana pada aspek psikologis. Sebab, kondisi psikologis
para korban juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya proses healing pasca bencana.
2. Meningkatkan Self-Healing
PFA dapat membantu seseorang untuk dapat menyembuhkan dirinya sendiri dari dalam. Self-healing ini
dilakukan dengan memberi dorongan kepada korban untuk bisa memahami keadaan yang telah terjadi.
Setelah memahami keadaan yang terjadi, korban bencana juga dibantu untuk menerima peristiwa yang
telah terjadi.
3. Membangun Harapan
Harapan adalah perasaan yang sangat penting bagi para korban terdampak bencana. Satu-satunya
tongkat yang membantunya untuk bangkit adalah memiliki harapan untuk tetap melanjutkan kehidupan,
apapun keadaannya. Di sinilah pentingnya PFA dalam membangun harapan bagi para korban.
Memberikan pelukan yang hangat untuk setiap tangisan yang mereka curahkan. Menemani para korban
agar sembuh dari luka-luka yang menyakitkan atas peristiwa traumatis yang dilaluinya.
Terdapat lima elemen dasar yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam memberikan psychological first
aid, yaitu:
Memastikan survivor terbebas dan berkurang dari ancaman atau kekhawatiran atas peristiwa yang
terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dan kenyamanan secara fisik dan
emosional. Kemudian membantu dirinya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan informasi
untuk memperolehnya kelak, seperti makanan, minuman dan tempat tinggal. Apabila survivor
mengalami luka fisik, segera mencari bantuan dari pihak medis.
Ketenangan
Menenangkan dan membantu survivor untuk kembali stabil dari tenggelamnya perasaan sedih dan
derita atas peristiwa traumatis yang terjadi. Untuk menenangkan survivor dapat dilakukan dengan
menciptakan suasana yang tenang dan terhindar dari tanda-tanda bahaya.
Menjadi pendengar yang baik bagi survivor yang ingin berbagi cerita dan emosi yang dirasakan tanpa
pemaksaan. Mengingatkan survivor bahwa tidak ada yang benar atau salah dalam merasakan emosinya
sekarang. Membantu survivor untuk memahami peristiwa yang terjadi serta memberikan informasi
untuk menghadapi tekanan yang dirasakan. Terakhir, menyampaikan pada survivor bahwa ada bantuan
yang akan datang sehingga jangan terjebak dalam rasa takut dan cemas.
Keterhubungan
Membantu dan memastikan survivor untuk tetap terhubung dengan relasi dekat atau pihak luar lainnya.
Hai ini dapat dilakukan dengan menghubungi relasi terdekat, menjaga sebuah keluarga atau siapapun
yang merupakan relasi terdekat untuk tetap besama.
Menghubungkan survivor dengan layanan bantuan yang tersedia. Serta, tetap memerhatikan budaya
yang berlaku terkait umur, ras dan agama.
Efikasi Diri
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang bahwa akan ada hasil positif dalam tindakan yang dilakukan serta
merasa mampu untuk menolong dirinya sendiri. Dalam psychological first aid,menguatkan efikasi diri
survivor dilakukan dengan melibatkan dirinya secara langsung untuk mengetahui dan menemukan
kebutuhannya sendiri. Kemudian mendampingi survivor dalam mengambil keputusan, memprioritaskan
permasalahan dan mencari cara penyelesaiannya.
Harapan
Sampaikan pada survivor bahwa ada harapan untuk kembali pulih dan ada orang-orang yang ingin
membantu. Selain itu, meyakinkan mereka bahwa apa yang dirasakan sekarang adalah hal yang normal.
Dengan demikian, survivor tidak terjebak dalam putus asa dan masih melihat kemungkinan untuk terus
bergerak.
Tiga Prinsip Dasar Psychological First Aid
WHO (World Health Organization) mengembangkan tiga prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam
memberikan psychological first aid, yaitu look (lihat), listen (dengar), dan link (terhubung). Look
menjelaskan pentingnya untuk melihat, mengamati dan memastikan situasi darurat yang dimasuki sudah
aman. Listen menjelaskan pentingnya untuk mendengarkan dan memahami apa yang dibutuhkan oleh
korban. Link menjelaskan pentingnya penyediaan informasi agar korban terhubung dengan informasi
atau bantuan praktis yang dibutuhkan.
Tiga prinsip dasar ini bersinggungan dengan lima elemen dasar yang telah disampaikan sebelumnya. Tiga
prinsip dasar seolah menekankan bahwa look, listen, dan link adalah pedoman penting yang harus selalu
diingat. Sebelum memenuhi tiga prinsip tersebut tentunya perlu memastikan seberapa siap orang-orang
yang ingin memberikan PFA. Kesiapan yang harus dipenuhi adalah mempelajari terlebih dahulu situasi
krisis yang terjadi, ketersediaan bantuan dan layanan yang ingin diberikan, serta keamanan dan
keselamatan tempat kejadian.
***
Setiap peristiwa traumatis selalu meninggalkan luka, baik fisik maupun psikis. Psychological first aid (PFA)
hadir untuk mendampingi korban yang terluka secara psikis, yang justru terasa lebih sulit untuk
menyembuhkannya. Terasa sulit karena luka psikis tidak dapat terlihat oleh kasat mata dan tidak
semudah itu untuk ditemukan.
Meski begitu, bukan berarti psychological first aid mustahil untuk dilakukan. Siapa saja bisa memberikan
psychological first aid dengan mempelajari terlebih dahulu makna dari PFA itu sendiri seperti apa. Ketika
PFA telah berhasil diberikan, harapannya korban kembali pulih dari luka, kembali merasa baik dan
sejahtera dengan keadaannya sekarang
https://m.liputan6.com/amp/3625635/pertolongan-pertama-pada-mental-korban-bencana-alam-untuk-
apa