2021
Skenario 3
Hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Kabupaten Martapura, Kalimantan Selatan dan
menyebabkan banjir. Banjir terjadi karena hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Martapura
selama 2 hari dan debit banjir sungai meluap. Banjir tersebut menyebabkan hilangnya harta
benda misalnya rumah hanyut, hewan ternak yang hanyut.Selain itu, 68 orang meninggal
dunia.Seorang relawan menemukan salah satu korban yang kebingungan saat melihat harta
benda hanyut jauh dari sungai.Korban terlihat menangis, kain terlihat kotor, tubuh basah
kuyup dan berjalan tanpa tujuan.Relawan melakukan Look (Melihat), Listen (Mendengar),
dan Link performance directly (Menghubungkan kinerja secara langsung).
Klarifikasi istilah
Menetapkan masalah
1. Apa saja maslaah sikologi yang bisa terjadi pada penderita pasca bencana?
2. Apa saja faktor penghambat untuk melakukan 3L
3. Apa saja manfaat dilakukannya pfa dan butuh berapa lama dilakukan pada korban
tersebut?
4. Target dilakukannya pfa
5. Bagaimana pengaplikasian dari 3L itu caranya?
6. Hal-hal apa saja yang harus di perhatikan relawan pada pasien pfa?
7. Apa saja indikasi dilakukannya pfa?
8. Apakah persiapan mental waktu bencana dapat dilakukan pada pre preparedness?
Brainstrorming
1. Apa saja masalah sikologi yang bisa terjadi pada penderita pasca bencana?
putri : adanya gangguan kecemasan atau ansietas
irnanti : kehilangan
baiq : merasa sedih
2. Apa saja faktor penghambat untuk melakukan 3L?
laili : korban sendiri seperti terjadinya denial pada korban
taufik : komunikasi yang tidak bagus
3. Apa saja manfaat dilakukannya pfa dan butuh berapa lama dilakukan pada korban
tersebut?
ita : mengurangi strees pasca bencana, tidak bisa ditentukan karena itu dari koping
sendiri
bella : mengurangi dampak psikologis bencana, bisa dilakukan beberpa har atau
minggu setlah bencana
andri :aman, fungsi, aksi
laili : untuk mengurang risiko gangguan mental pasca bencana, meningkatkan self
healing, dan membangun harapan, sesuai kondisi psikis korbannya
putri : memperkuat proses pemulihan psikologis pada korban
4. Siapa yang membutuhkan pfa?
umi : menciptakan rasa aman, tenang dan nyaman
irnanti : kesehatan fisik, mengembalikan kkesehatan psikologi, prilaku, meningkatkan
kepercayaan pada seeorang dalam melakukan sesuatu
febri : memenuhi rasa aman, komunitas yang membutuhkan bantuan
taufik : orang-orang dalam bencana tetapi tidak semua orang
annis : orang cidera serius yang mengancan jiwa, orang yang kehilangan, orang yang
kemungkinan menyakiti diri sendir atau orang lain
laili : orang orang yang mengalami kejadian kritis saat becana dan tidak bisa
mengurusi diri sendiri dan orang lain
5. Bagaimana pengaplikasian dari 3L itu caranya?
bella : melihat kondisi sekitar, melihat kondisi kien, melihat sumber yang melindungi
relawan, memposisikan sebagai pasilitator, menghubungkan dengan orang orang
seperti rsj
annisa : look, cek keamanan sekitar, listen, yang dibutuhkan korban, link,
memberikan ifnromasi
6. Hal-hal apa saja yang harus di perhatikan relawan pada pasien pfa?
febri : kebutuhan apa saja yang dipikrakn korban, menghibur dan membuat Koran
merasana aman, membantu korban terhubungan dengan layanan luar
ita : harga diri dan hak hak penderita psikologis
umi : bersikap tidak menghakimi dan banyak Tanya
irnanti : keamanan, hak dan harga diri, menyesuaikan prilaku
7. Apa saja indikasi dilakukannya pfa?
bella : terganggunya emosial dan pengalaman sekunder
8. Apakah persiapan mental waktu bencana dapat dilakukan pada tahap pre
preparedness?
umi : mungkin
annisa : bisa jadi iya
Meganalisis masalah
1. Apa saja masalah sikologi yang bisa terjadi pada penderita pasca bencana?
putri : adanya gangguan kecemasan atau ansietas, karena bisanya korban ada trauma
sendiri seperti trauma kehilangan atau yang meraka hadapi sehingga rentan
mengalami ansietas atau gangguan kecemasan
irnanti : kehilangan, faktor penyebab dari mengalami ansietas dari isu dalam konteks
bencana seperti kehilnagan orang, barang berharga dan kehilangan pekerjaan,
kehilangan rasa aman dan nyama, mereka rentan mengalami kecemasan
baiq : merasa sedih, itu merasa kehilangan seseorang, barang berharga bisa membuat
orang merasa sedih
umi : depresi ini bisa terjadi ketika koping dari korban bencana tidak efektif dan risiko
cedera diri sendiri, BTSD gangguan stress seperti mimpi buruk (bencana gempa
bumi)
2. Apa saja faktor penghambat untuk melakukan 3L?
laili : korban sendiri seperti terjadinya denial pada korban, merupakan kondisi korban
yang mnegabaikan fakta, mengalami kehilangan orang yang dicintai, korban tidak
ingin bicara selain dengan keluarga dari sini bisa menjadi penghambat dari 3L akan
menyababkan kesulitan komunikasi dengan korban, melukai diri sendiri, melakukan
komunikasi yang efektif agar menghindari agar tidak terjadinya melukai diri sendiri
taufik : komunikasi yang tidak bagus, dapat mengahmbat dilakukan 3L, komunikasi
ini sangat penting pada saat krisis, biasanya orang dalam bencana menyalahkan diri
sendiri kita sebagai relawan harus tenang dalam meghadapinya, ingin berbagi cerita
karena belum nyama hanya diam saja, kita harus peka dalam isyarat tubuh saat
komunikasi pada korban itu sangat penting, seperti budaya dan ras gender
3. Apa saja manfaat dilakukannya pfa dan butuh berapa lama dilakukan pada korban
tersebut?
ita : mengurangi stres pasca bencana, tidak bisa ditentukan karena itu dari koping
sendiri karena bentuk kehilangan dari penderita dari yang berat, ringan, dan sedang,
dukungan keluarga dan tim pfa tergantung dari kondisi pasiennya bisa beberapa hari,
minggu atau ulan diusahakan bisa secepat mungkin korban kembali normal dan
jangan sampai berkelanjutan
bella : mengurangi dampak psikologis bencana, bisa dilakukan beberapa hari atau
minggu setelah bencana dilakukan pada saat kejadian bencana, dalam keadaan stabil
jangan pada saat trauma
andri : aman, fungsi, aksi
laili : untuk mengurang risiko gangguan mental pasca bencana, meningkatkan self
healing, dan membangun harapan, sesuai kondisi psikis korbannya, self healing
seperti proses pemulihan gangguan psikologis trauma atau keadaan yang tidak
diinginkan karena adanya luka pada masala lalu diarapkan dalam pfa ini korban dapat
melakui proses penyembuhan yang melibatkan diri sendiri yang dialami seperti
menerima yang dia miliki saat ini dan berpikiran positif, membangun harapan baru
untuk membangun kembali mental korban dan menjalani kehidupan sehari-hari
putri : memperkuat proses pemulihan psikologis pada korban, dengan adanya pfa ini
kita bisa memfasilitasi korban sehingga memperkuat kesembuhan psikologis korban
4. Siapa yang membutuhkan pfa?
taufik : orang-orang dalam bencana tetapi tidak semua orang, kondisi tertekan
membuat masyarakat atau korban merasa cemas dan stress dari anak anak atau
dewasa sebagai orang yang memberikan pfa ini jangan memaksakan dilakukannya pfa
ini, kapan saja mereka membetuhkan dan mendaftar siapa saja yang membutuhkkan
bantuan medis lebih lanjut
annisa : orang cidera serius yang mengancan jiwa setelah terjadinya bencana
mengalami luka pada tubuh, orang yang kehilangan, orang yang kemungkinan
menyakiti diri sendir atau orang lain seperti kesiapan mental pada seseorang dan bisa
dilakukan oleh pfa
laili : orang orang yang mengalami kejadian kritis saat becana dan tidak bisa
mengurusi diri sendiri dan orang lain karena korban tidak bisa beradaptasi tidak
berdaya, tidak merespon orang lain, orang seperti ini berpotensi tidak bisa mengurus
diri sendiri
5. Bagaimana pengaplikasian dari 3L itu caranya?
bella : melihat kondisi sekitar, melihat kondisi kien, melihat sumber yang melindungi
relawan, memposisikan sebagai fasilitator mendegarkan dan pasien hanya mau
didengarkan dengan mendengar aktif, menghubungkan dengan orang orang seperti rsj
memudahkan pasirn menemukan korban hilang atau kondisi korban yang terkena
dampak melalui link ini, memperhatikan tempt dilakukan pfa apakah aman atau tidak
dan mengobsevasi keadaan pasien
annisa : look, cek keamanan sekitar dicek kemabali apakah sudah aman atau belum
untukkoban, listen, yang dibutuhkan korban missal setelah bencana mengalmai
kekurangan kebutuhan sehari hari atau membutuhkan temen cerita dan kita hanya
mendengarkan mereka bercerita apa yang mereka alami setelah bencana, link,
memberikan informasi yang benar tentang yang sesuai keadaan dan yang bisa
menghubungkan dengan yang lain atau keluarga terdekat
6. Hal-hal apa saja yang harus di perhatikan relawan pada pasien pfa?
febri : kebutuhan apa saja yang dipikrakn korban, menghibur dan membuat korban
merasana aman, membantu korban terhubungan dengan layanan luar
ita : harga diri dan hak hak penderita psikologis, relawan pfa membantu daam
psikologis memperlakukanlah pasien dengan sopan dan pastikan hak bantuan yang
sama tanpa membeda bedakan
umi : bersikap tidak menghakimi dan banyak tanya, sikap dari relawan atau dari
korbannya masih diam
irnanti : keamanan, hak dan harga diri, menyesuaikan prilaku, menghindari
memposisikan risiko dari akibat dari tindakan yang kita lakukan sebagai pfa anak
anak dan orang dewasa sudah di tempat yang aman dan memeprlakukan pasien
dengan adat istiadat dan bisa mempergaruhi hal hal yang baik dilakukan oleh relawan
7. Apa saja indikasi dilakukannya pfa?
bella : terganggunya emosial dan pengalaman sekunder, terganggunya emosial dari
dampak psikologis perlu dilakukan pfa dan menunggu kondisi stabil, kehilangan
korban seperti orang tua, tempat tinggal itu bisa melukai diri sendiri dan orang lain,
orang orang
mereka tidak bisa mengurus dirinya sendiri, orang terlantar dan melukai diri sendiri
8. Apakah persiapan mental waktu bencana dapat dilakukan pada tahap pre
preparedness?
umi : mungkin, dengan adannya persiapan mental dapat mengurangi dampak
psikologis, tidak karena dari pfa sendiri dilakukan saat tanggap darurat bencana pada
daerah tersebut dan lebih mempersiapkan diri dalam bencana ini
annisa : bisa jadi iya, bisa dilakuakn kapan saja karena bencana itu tidak terduga dan
memeprsiapkan barang bawaan seperti surat berharga
Menetapkan LO
1. Definisi PFA
Andri: WHO tindakan humanis dan mendukung membantu seseorang yg
membutuhkan bantuan akibat bencana alam atau krisis
Laili : Brimer M jacob tindakan suportif emosional yang mengalami peristiwa
krisis yg menyebabkan penderitaan dan membutuhkan pertolongan kecelkaan,
traumatis, bencana alam atau peristiwa traumatis lainnya memperhatikan budaya
an diri korban
Irnanti : salah satu pendekatan untuk mengatasi meminimalkan kegawatan individu
bukan berupa konseling, atau diskusi untuk menganalisa diri korban bentuk
alernatif untuk menceritan permasalahannya agar nyaman dan tenang
Taufik : perawatan dasar yg praktis suortif dan humanis yg digunakan untuk
menolong orang yg mengalami tekanan dan keadaan krisis diberikan segera dg
pendekatan tidak memaksa dan sesuai nilai yg berlaku
Anisa : suatu bentuk kehadiran yg menunjukan untuk mengkaji kebutuhan layanan
kesehatan, kes.jiwa lebih lanjut
3. Triase PFA
Umi : tergantung bagaimana seseorang dapat mengenali atau bereaksi thd kriteria
indikasi sesuai dg kebutuhan tingkat intesitas perawatan kritera : anamnesis,
disfungsi syaraf simpatis, reaksi dari korban rasa bersalah, perasaan menyerah,
memiliki ide risiko cidera diri sendiri penggunaan seperti triase pd umumnya
Irnanti : 3 warna triase hijau : warga yg berdaya dan mampu memnuhi kebutuhan,
kuning : distress (kelihatan baik2 namun mereka butuh untuk mengatasi masalah),
perlu dimonitor, merah : disfungsi (ketidakberdayaan, mendampingi scr langsung dan
tidak langsung)
Putri : 5 warna merah (bahaya yg pasti bagi kehidupan, kategori treatmen
langsung, cth: kegelisahan, perilaku kekerasan), orange (sangat mendesak terlihat
agetasi, agresif fisik dan verbal, tidak terkendali, mengancam orang lain atau diri
sedniri, 10 menit setelah kejadian), (Mendesak 60 mneit setelah kejadian, tidak
kominkatif, halusinasi, delusi), (Semi urgent 120 menit stlh kejadian tidak ada
kegelisahan, koeepratif), (Non urgent mampu berdiskusi, koepratif)
Lestari, L. Y., & Sinaga, J. (2019). Psychological First-Aid (PFA) Training Pada Jemaat All
Saints Anglican Church Di Jakarta. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat Dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 2, 393–401.
https://doi.org/10.37695/pkmcsr.v2i0.285
E Damayanti, F., & Avelina, Y. (2019). Keefektifan Psychological First Aid (Pfa) Sebagai
Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana & Trauma. 117–124.
https://doi.org/10.32528/psn.v0i0.1738