Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

OLEH :
VIYATA CHANIFIAH UTAMI
19.11.17

Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen


Program D-III Keperawatan
Malang
2021 – 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

VIYATA CHANIFIAH UTAMI


19.11.17
D-III KEPERAWATAN

TELAH DISETUJUI :

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING RUANGAN

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

I. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


A. Definisi
Menurut Keliat (1998) harga diri rendah adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah hati dan rendah diri yang
berkepanjngan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan
kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan
interpersonal yang buruk.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti an rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri.

B. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan


dalam harga diri rendah menurut Stuart (2006) yaitu:

a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakkepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya,
dan perubahan struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009) faktor presipitasi terjadi haga diri
rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang
menurun.

Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini


dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional
karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Sedangkan
harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
meningkat saat dirawat.

C. Pohon Masalah

Effect Isolasi Sosial : Menarik Diri

Core Problem Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Causa Gangguan Citra Tubuh


D. Rentang Respon Konsep Diri
Menurut Stuart (2006) rentang respon ini meliputi:

Respon Adaptif Respon maladaptif

- Aktualisasi diri - Harga diri rendah - Kerancuan


- Konsep diri identitas
positif - Deporsanalisasi

Keterangan :
a. Aktualisasi diri, merupakan pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
b. Konsep diri positif, merupakan pandangan seseorang terhadap apa
yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga
dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif.
Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu
yang sukses.
c. Harga diri rendah, merupakan perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak,
berguna, pesimis tidak ada harapan dan putus asa. Adapun
perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu
mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan kepada orang lain, ganguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif
mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara
sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas.
d. Keracuan identitas, merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak
kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun
perilaku yang berhubungan dengan keracuan identitas yaitu tidak
ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan
interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang
tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan
untuk empati terhadaapa orang lain.
e. Despersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis
dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau
luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan
dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak
nyata dan asing baginya.

E. Manifestasi Klinis
1. Mengkritik diri sendiri
2. perasaan tidak mampu
3. pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktifitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, dan sumber koping.
1. Faktor Predisposisi
a. Penolakan orangtua yang tidak realistis
b. Kegagalan berulang kali
c. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
d. Ketergantungan pada orang lain
e. Ideal diri yang tidak realistis (Sutejo, 2014)
2. Faktor Presipitasi
Menurut Sunaryo (2004) faktor prespitasi meliputi:
a. Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu,
sedang diduduki individu lain.
b. Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran
yang kabur, sesuai perilaku yang diharapkan.
c. Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses
peralihan mengubah nilai dan sikap.
d. Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki
banyak peran dalam kehidupannya.
Menurut Stuart. (2006), stressor pencetus juga dapat
berasal dari sumber internal atau eksternal seperti:
a. Trauma seperti penganiaayann seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapakan dan individu mengalaminya sebagai prustasi. Ada
tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan
2) Transisi peran situasi
3) Transisi peran sehat-sakit
3. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk
pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras,
menonton televise secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya dalam club sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan atau geng).
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga
yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatakan popularitas).

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:

a. Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang


diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan
keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
b. Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai
dengan nilai dan harapan yang diterima masyarkat.

B. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah

C. Intervensi
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang di miliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
c. Pasien dapat menetaptan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
e. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih.
2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan
saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.
1) Salam terapeutik, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan interaksi
3) Ciptakan lingkungan yang tenang
4) Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan)
5) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
6) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
7) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang
yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri
b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
1) Diskusikan apa penyebab perilaku kekerasan dari diri
klien
2) Diskusikan bersama klien apa yang menyebabkan prilaku
kekerasan timbul
c. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
2) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
d. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dapat digunakan
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah
e. Diskusikan bersama klien untuk menetapkan/merencanakan
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
f. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

D. Implementasi
Strategi pelaksanaan (SP) perilaku kekerasan terdiri dari:

a. SP 1 (pasien) : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki klien, membantu klienmenilai kemampuan yang

masihdapat digunakan, membantu klienmemilih/menetapkan

kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah

dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang

telah dilatih dalam rencana harian.

b. SP 2 (pasien) : Melatih klienmelakukan kegiatan lain yang

sesuai dengan kemampuan klien.

E. Evaluasi
Daftar Pustaka

Damaiyanti & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT


Refika Aditama

Keliat dan akemat, (2009). Proses keperawatan kesehatan jiwa, penerbit buku
kedokteran EGC : diagnosa keperawatan, Edisi 6, penerbit Jakarta.

Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Revika Aditama.

__________ (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : PT. Revika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai