Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN

KHUSUS
Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II
Dosen Pengampu: Nia Restiana,M.Kep.Ns.Sp.Kep.J

Oleh :

Andriana N C1914201127
Alif RamadhaN C1914201121
Farissa Nurussa’adah C1914201123
Riana Madaniah C1914201128
Rai Fahrul S C1914201130
Siti Nurathifah C1914201134

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021
PEMBAHASAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

A. Pengertian Anak Kebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan,
baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan
dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang
seusia dengannya.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan
dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang digolongkan
pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan ganngguan atau
kelainan pada aspek :

1. Fisik/motorik a.l. cerebral palsi, polio


2. Kognitif : mentalretardasi, anak unggul ( berbakat )
3. Bahasa dan bicara
4. Pendengaran Penglihatan
5. Sosial emosi

B. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode kehidupan anak,
yaitu : Sebelum kelahiran Penyebab yang terjadi sebelum proses kelahiran, dalam hal ini
berarti ketika anak dalam kandungan, terkadang tidak disadari oleh ibu hamil. Faktor-faktor
tersebut antara lain :

• Gangguan Genetika : Kelainan Kromosom, Transformasi Kelainan kromosom kerap


diungkap dokter sebagai penyebab keguguran, bayi meninggal sesaat setelah dilahirkan,
maupun bayi yang 7 dilahirkan sindrom down. Kelainan kromosom ini umumnya terjadi
saat pembuahan, yaitu saat sperma ayah bertemu sel telur ibu. Hal ini hanya dapat
diketahui oleh ahlinya saja, tidak kasat mata sehingga para ibu hamil tidak dapat
memprediksikannya. Untuk mengetahui bahwa proses tansformasi kromosom berjalan
normal membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk uji laboratoriumnya.
• Infeksi Kehamilan Iinfeksi saat hamil dapat mengakibatkan cacat pada janin.
Penyebabnya adalah parasit golongan protozoa yang terdapat pada binatang seperti
kucing, anjing, burung, dan tikus. Gejala umumnya seperti mengalami gejala berupa
demam, flu, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Faktor ini terjadi bisa dikarenakan
makanan atau penyakit. Infeksi kehamilan dapat diketahui jika si ibu rutin memeriksakan
kehamilannya sehingga jika ada indikasi infeksi kehamilan dapat segera diketahui. Bisa
juga infeksi terjadi karena adanya penyakit tertentu dalam kandungan si ibu hamil.
• Usia Ibu Hamil (high risk group) Ada beberapa hal yang menyebabkan ibu beresiko
hamil, antara lain : riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik
(misalnya, riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati); tinggi badan ibu
hamil kurang dari 145 cm; ibu hamil yang kurus/berat badan kurang; usia ibu hamil
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun; sudah memiliki 4 anak atau lebih; jarak
antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun; ibu menderita anemia atau kurang darah;
tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai;
kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal; riwayat penyakit kronik
seperti diabetes, darah tinggi,asma dll.
• Keracunan Saat Hamil Keracunan kehamilan sering disebut Preeclampsia (pre-e-klam-
sia) atau toxemia adalah suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya
terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
• Pengguguran Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Secara medis, pengguguran kandungan adalah berakhirnya kehamilan sebelum fetus
dapat hidup sendiri diluar kandungan. Batas umur kandungan 28 minggu dan berat fetus
kurang dari 1000 gram. Pengguguran Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin:
abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Secara medis, pengguguran kandungan adalah
berakhirnya kehamilan sebelum fetus dapat hidup sendiri diluar kandungan. Batas umur
kandungan 28 minggu dan berat fetus kurang dari 1000 gram. Lahir Prematur Menurut dr
Suyanto, Sp.OG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Budi Kemuliaan,
bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan menurut masa gestasinya (usia
kehamilannya). Adapun masa gestasi normal adalah 38-40 minggu. Dengan demikian
bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum masa gestasi si ibu mencapai 38 minggu.
C. Jenis anak berkebutuhan khusus
1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tuna Netra)
Tuna netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sbagian,
dan walaupun mereka telah diberi pertolongan alat bantu khusus mereka masih tetap
mendapat Pendidikan khusus. Kehilangan kemampuan penglihatan adalah suatu kondisi
dimana fungsi penglihatannya mengalami penurunan mulai dari derajat yang ringan
hingga yang paling berat. Ada dua kategori besar yang tergolong dengan kehilangan
kemampuan penglihatan yaitu:
a. Low vision yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan namun dapat menyelesaikan tugas
tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat,
penggunaan alat-alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar.
b. Kebutaan yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau hanya memiliki
kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau tidak. Penyebab terjadinya
kehilangan kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan pada
struktur atau fungsi dari mata.

Ciri-ciri Tuna Netra : Anak-anak dengan gangguan penglihatan dapat dietahui


dengan cirri-ciri berikut:

• Tidak mampu melihat


• Tidak mampu mengenali pada jarak 6 meter
• Kerusakan nyata pada kedua bola mata
• Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan
• Mengalami kesulitan saat mengambil benda kecil di sekitarnya
• Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering
• Peradangan hebat pada kedua bola mata
• Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak, antara lain mata bergoyang -goyang
terus
2. Anak dengan gangguan pendengaran ( Tuna Rungu )
Keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi /tingkatan baik ringan,
sedang, berat dan sangat berat yang akan mengakibatkan padagangguan komunikasi dan
bahasa.

Ketunarunguan ini dapat digolongkan dalam kurang dengar atau tuli. Gangguan
pendengaran merupakan gangguan yang menghambat proses informasi bahasa melalui
pendengaran, dengan maupun tanpa alat pengeras, bersifat permanen maupun sementara,
yang mengganggu proses pembelajaran anak. Penyebab gangguan pendengaran terbagi
dalam dua kategori, yaitu :

a. Faktor genetik. Pengaruh genetik dapat menyebabkan cacat tulang telinga bagian
tengah, sehingga mengakibatkan berkurangnya pendengaran.
b. Faktor lingkungan/pengalaman. Lingkungan yang mempengaruhi pendengaran
biasanya berupa serangan penyakit, misalnya campak, radang telinga, pemakaian
obat-obatan, trauma suara terlalu keras

Ciri-ciri Tuna Rungu :

• Tidak mampu dengar


• Terlambat perkembangan bahasa
• Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
• Kurang / tidak tanggap bila diajak bicara
• Ucapan kata tidak jelas
• Kualitas suara aneh/monoton.
• Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
• Banyak perhatian terhadap getaran
• Keluar nanah dari kedua telinga
• Terdapat kelainan organis telinga
3. Anak retardasi mental ( Tuna Garhita )
Adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi normal
dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. Tuna grahita dapat diklasifikasikan kedalam
tiga kelompok :
a. Kelompok mampu didik, IQ 68-78
b. Kelompok mampu latih, IQ 52-55 3. Kelompok mampu rawat, IQ 30-40

Tunagarhita adalah kondisi kelainan/keterbelakangan mental, (retardasi mental) atau


tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, yang disebabkan oleh fungsi-fungsi kognitif
yang sangat lemah. Adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut
cacat ganda . Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan
penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya
cacat lain selain cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita
yakni cacat ganda.

Ciri-ciri Tuna Grahita

• Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar


• Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia
• Perkembangan bicara/bahasa terlambat
• Tidak ada/kurang sekalai perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
• Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
• Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)

Perawatan untuk pengidap retardasi mental


Retardasi mental adalah kondisi yang akan tetap ada seumur hidup pengidapnya. Meski
begitu, ada beberapa metode yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.Sebelum perawatan dimulai, dokter akan mendiagnosis
kondisi ini dengan melihat pola perilaku serta melakukan tes IQ. Setelah diagnosis dilakukan,
dokter bekerjasama dengan keluarga, akan membuat rencana perawatan yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan penderita.Beberapa metode perawatan yang dapat dilakukan di
antaranya:
• Perawatan sejak dini, bagi bayi dan balita
• Program pendidikan khusus
• Terapi perilaku
• Konseling
• Pemberian obat
Sebagai orangtua, Anda juga bisa melakukan hal-hal di bawah ini, untuk mendukung anak
dengan retardasi mental.
• Mempelajari sebanyak-banyaknya informasi tepercaya tentang retardasi mental
• Membantu anak untuk bisa belajar mandiri. Biarkan ia mencoba hal-hal baru dan
melakukan tugas sehari-harinya sendiri.
• Saat anak sudah bisa mempelajari hal baru, beri pujian dan bantu ia belajar saat
melakukan kesalahan
• Sertakan anak dalam aktivitas sosial, seperti les menggambar
• Jalin kerjasama yang kuat dengan dokter, terapis, dan guru anak
• Berkomunikasilah dengan ibu lain yang memiliki anak dengan kondisi serupa, untuk
mendapatkan informasi dan dukungan tambahan
4. Anak dengan kelainan fisik ( Tuna Daksa)
Merupakan gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan sistem persarafan,
sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy. Cerebral
Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya
pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukan
merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk)
Ciri-ciri Tuna Daksa
• Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
• Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
• Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
• Terdapat cacat pada alat gerak,
• Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
• Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANAK KEBUTUHAN KHUSUS
(RETALDASI MENTAL)

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat menggunakan
indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas perkembangan
sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang tidak sesuai dengan
standar pencapaian tumbuh kembang.
c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan,
seperti gangguan motorik, bahasa, dan adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif, gangguan belajar dan lain
lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan diri atau kontrol diri
dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.

Pengkajian Anak

a. Identitas Nama :
Identitas Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
b. Jenis kelamin
c. Anak ke Jumlah
Anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup, akan
mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima. Belum ditambah
lagi bila jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini mungkin, karena
dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan
kebajikan.
e. Penanggung jawab
1) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2) Pendidikan Ayah/Ibu
3) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh kembang anak karena
orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan anak.
4) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan
untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua sebaiknya mulai mengenalkan
alamat tempat tingal mereka kepada anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat kesehatan ibu pada
masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil
sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu hamil
sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat pertumbuhan otak
janin, anemia pada bayi baru lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu
sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu
sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu
sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari
setelah dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses tumbuh kembang anak,
khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh
besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen.
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada bayinya.
Juga faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang
i. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang
berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang
anak baik fisik, mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan
tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan
mencari penyebabnya
j. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakitpenyakit tertentu
yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun
sudah mendapat imunisasi lengkap.
Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi/Gizi Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari.
Usia 2,5- 3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu
berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi perlu
dimulai, supaya evakuasi sisa makanan dilakukan secara teratur, sehingga
mempermudah kelancaran pemberian makanan)
3) Istirahat dan tidur Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun, kebutuhan tidur
anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam
pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan
mulai perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri.
Upaya ini dapat dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6) Tanda-tanda vital Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi mental menurut
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) , adalah sebagai berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa
NO NIC NOC
Keperawatan
1 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
Definisi Ketiadaan atau keperawatan diharapkan a. Pertimbangkan budaya
kurangnya informasi perawatan diri: kebersihan anak saat mempromosikan
kognitif yang berkaitan secara mandiri, dengan aktivitas perawatan diri
dengan topik tertentu kriteria hasil: b. Pertimbangkan usia anak
Gejala dan Tanda a. Mencuci tangan saat mempromosikan
Mayor Objektif b. Mempertahankan aktivitas perawatan diri
a. Tidak mampu kebersihan mulut c. Tentukan jumlah dan tipe
mandi/mengenakan c. Memperhatikan kuku jari terkait dengan bantuan
pakaian/ makan/ ke tangan yang diperlukan
toilet/ berhias d. Memperhatikan kuku d. Fasilitasi anak untuk
secara mandiri kaki menggosok gigi dengan
b. Minat melakukan e. Mempertahankan tepat
perawatan diri penampilan yang rapi e. Monitor kebersihan kuku,
kurang f. Mempertahankan sesuai dengan kemampuan
kebersihan tubuh merawat diri anak
Keterangan: f. Monitor integritas kulit
Tidak terganggu anak
2 Gangguan tumbuh Setelah dilakukan tindakan a. Bina hubungan saling
kembang berhubungan keperawatan diharapkan percaya 2. Instruksikan
dengan efek perkembangan anak: usia klien mengenal perilaku
ketidakmamp uan fisik anak pertengahan adekuat, dan perkembangan
Definisi Kondisi dengan kriteria hasil: dengan cara yang tepat
individu a. Bermain berkelompok b. Bantu klien memutuskan
mengalamigangguan (4-5) bagaimana masalah
kemampuan bertumbuh b. Mengembangkan dipecahkan
dan berkembang sesuai persahabatan (4-5) c. Bantu klien beradaptasi
dengan kelompok usia c. Menunjukkan kreatifitas dengan adanya perubahan
Gejala dan Tanda (4-5) peran
Mayor Objektif d. Menunjukkan d. Jadwalkan kunjungan
a. Tidak mampu kemampuan pada tingkat terkait dengan
melakukan mampu di sekolah perkembangan situasi dan
keterampilan atau strategi yang tepat
perilaku khas e. Jadwalkan peninjauan
sesuai usia kembali untuk
b. Pertumbuhan fisik mengevaluasi
terganggu keberhasilan atau
kebutuhan penguatan
f. Libatkan keluarga
maupun orang orang
terdekat klien jika
memungkinkan
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
dengan ancaman keperawatan diharapkan a. Bina hubungan saling
terhadap konsep diri tingkat kecemasan berkurang, percaya
Defenisi: Kondisi dengan kriteria hasil: b. Instruksikan klien
emosi dan pengalaman a. Mengeluarkan rasa marah mengenal perilaku dan
subyektif individu secara berlebihan (4) perkembangan dengan cara
terhadap objek yang b. Rasa takut disampaikan yang tepat
tidak jelas dan spesifik secara lisan (4) c. Bantu klien memutuskan
akibat antisipasi c. Rasa cemas yang bagaimana masalah
bahaya yang disampaikan secara lisan dipecahkan
memungkinka n (4) d. Bantu klien beradaptasi
individu melakukan dengan adanya perubahan
tindakan untuk peran
menghadapi ancaman e. Jadwalkan kunjungan
Batasan karakteristik : terkait dengan
a. Merasa bingung perkembangan situasi dan
b. Merasa khawatir strategi yang tepat
dengan akibat dari f. Jadwalkan peninjauan
kondisi yang kembali untuk
dihadapi mengevaluasi keberhasilan
c. Sulitberkonsentrasi atau kebutuhan penguatan
d. Gelisah g. Libatkan keluarga maupun
e. Sulit tidur orang orang terdekat klien
f. Merasa tidak jika memungkinkan
berdaya
g. Kontak mata buruk
4 Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
koping keluarga keperawatan diharapkan a. Bina hubungan saling
Defenisi : Pola adaptasi manajemen koping keluarga percaya
anggota keluarga meningkat, dengan kriteria b. Instruksikan klien
dalam mengatasi hasil: mengenal perilaku dan
situasi yang dialami a. Menetapkan fleksibelitas perkembangan dengan cara
klien secara efektif dan peran (4) yang tepat
menunjukkan b. Menghadapi masalah c. Bantu klien memutuskan
keinginan serta keluarga (4) bagaimana masalah
kesiapan untuk c. Mengelola masalah dipecahkan
meningkatkan keluarga (4) d. Bantu klien beradaptasi
kesehatan keluarga dan d. Melibatkan anggota dengan adanya perubahan
klien. keluarga dalam peran
a. Gejala dan Tanda pengambilan keputusan e. Jadwalkan kunjungan
Mayor: Subjektif (4) terkait dengan
Anggota keluarga e. Mengungkapkan perasaan perkembangan situasi dan
menetapkan tujuan dan emosi secara terbuka strategi yang tepat
untuk diantara anggota keluarga f. Jadwalkan peninjauan
meningkatkan gaya (4) kembali untuk
hidup sehat f. Menggunakan strategi mengevaluasi keberhasilan
b. Anggota keluarga untuk mengelola konflik atau kebutuhan penguatan
menetapkan keluarga (4) g. Libatkan keluarga maupun
sasaran untuk g. Menggunakan strategi orang orang terdekat klien
meningkatkan pengurangan stress yang jika memungkinkan
kesehatan berpusat pada keluarga
(4)
5. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
berhubungan dengan keperawatan diharapkan dapat a. Pahami hubungan antara
gangguan fungsi memahami pengetahuan perilaku orang tua dan
kognitif Defenisi pengasuhan, dengan kriteria tujuan yang sesuai
Ketiadaan atau hasil: dengan usia anak
kurangnya informasi a. Pertumbuhan dan b. Rancang program
kognitif yang berkaitan perkembangan yang pendidikan yang
dengan topic tertentu. normal (3-5) didadasarkan pada
a. Gejala dan Tanda b. Perilaku anak yang kekuatan keluarga
Mayor Subjektif normal (3-5) c. Libatkan orang tua dalam
Menanyakan c. Kebutuhan keamanan (3- desain dan isi yang ada
masalah yang 5) dalam program
dihadapi Objektif d. Pencegahan cedera (3-5) Pendidikan
Menunjukkan e. Kebutuhan perawatan d. Identifikasi factor-faktor
perilaku tidak fisik (3-5) personal yang berdampak
sesuai anjuran f. Kebutuhan psikologi (3- pada keberhasilan
b. Menunjukkan 5) program pendidikan
persepsi yang g. Kebutuhan emosi (3- 5) (misalnya, nilai-nilai
keliru terhadap h. Kebutuhan stimulasi (3-5) budaya pengalaman
masalah i. Kebutuhan untuk negative dengan penyedia
bersosialisasi (3-5) layanan sosial, hambatn
j. Kebutuhan spiritual (3-5) bahasa, komitmen waktu,
k. Kebutuhan bimbingan masalah penjadwalan,
moral (3- 5) perjalanan dan kurangnya
l. Pengelolaan kesehatan minat)
umum (3- 5) e. Identifikasi adanya
m. Metode disiplin yang pemicu stress keluarga
sesuai untuk usia (misalnya, depresi
perkembangan (3-5) orangtua, kecanduan
n. Strategi komunikasi yang narkoba, alkohol,
efektif (3-5) kesadaran/ kecakapan
berbahasa, tingkat
pendidikan yang rendah,
kekerasan dalam rumah
tangga, konflik
perkawinan, percampuran
keluarga setelah
perceraian, dan .hukuman
yang berlebihan pada
anak-anak)
f. Identifikasi tugas
perkembangan atau
tujuan yang sesuai untuk
anak

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi. Dengan rencana keperawatan
yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan
dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien
(Padila, 2012).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak dengan anak.
Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan objektif dari klien, keluarga.
Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi,
sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan
untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter, 2009
ANALISA JURNAL

Pola Asuh Orang Tua dan Hubungannya Terhapa Kemampuan ADL pada Anak
Retardasi Mental di SLB Yayasan Putra Asih Kediri

1Katmini, 2Abd. Syakur

1,2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Institut Ilmu Kesehatan Strada, Kediri, Indonesia
Email: 1 katminitini@gmail.com, 2 syakurabdmpd@gmail.com

Metode PICO

NO Kriteria Chritical Thingking


Sampel di ambil dari 30 orang tua yang mempunyai anak radiasi mental usia 6-12
1 P
tahun.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
analitik korelasional yaitu berusaha menjawab mengapa dan
2 I
bagaimanahubungan antar variabel1 (pola asuh1orang tua1 terhadap
kemampuan ADL pada anak). Identifikasi Variabel
Dalam jurnal ini terdapat beberapa jurnal lain mengenai pengertian dan pola
asuh yang di terapkan seperti.juga yang gabungan ibu dan orang lain
(kakek/nenek/pengasuh) (Benny et al.,2014). Kondisi ini menyebabkan
3 C terjadinya perbedaan pola asuh termasuk dalam ADL kepada anak.
Akibatnya anak tidak memiliki kemampuan dalam ADL dan tetap meminta
bantuan orang tua.

Dari penelitian pola asuh terhadap kemampuan ADL anak usia 6-12 tahun
memiliki presentasenya lebih dominan di pola asuh orang tua yang tidak
otoriter. Hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan kemampuan ADL
4 O
Nilai Coefficien Correlation sebesar 0,694 termasuk kategori kuat.
Meskipun tidak otoriter pola asuh lain dapat mempengaruhi ADL anak
dalam bermasyarakat dan
5 T Di SLB Yayasan Putra Asih Kota Kediri Tahun 2018
STRATEGI PELAKSANAAN TERAPEUTIK KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN PENGLIHATAN

A. Kondisi Klien
Seorang klien berusia 13 tahun dirawat di RSUD Selamet Selalu dengan gangguan
penglihatan. Klien tampak cemas dan gelisah karena gangguan penglihatan yang dialaminya.
Klien juga tampak sedikit murung dan bertanya tanyatentang penyakit yang dideritanya
B. Masalah Keperawatan
Defisit pengetahuan tentang gangguan penglihatan yang dialaminya
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Memberikan edukasi mengenai penyebab gangguan penglihatan klien
D. Tujuan
Agar klien mengetahui apa yang menyebabkan dirinya mengalami gangguan penglihatan
E. Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik “Halo selamat pagi adik, perkenalkan saya suster Rai, adik namanya
siapa?” “Halo adik Intan, adik bisa memanggil saya suster Rai, saya yang akan
membantu merawat adik di ruangan ini mulai hari ini. Hari ini saya bertugas mulai
jam 7 pagi sampai jam 2 sore nanti”
b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana keadaan adik hari ini? Semalam tidurnya nyenyak
tidak?”
c. Kontrak “Adik, hari ini saya kesini ingin berbincang-bincang dengan adik mengenai
penyakit yang adik alami.” \
d. Waktu “Tidak lama kok dik, hanya 15 menit saja. Adik bersedia?”
e. Tempat “Baiklah dik, adik maunya dimana kita berbincang-bincang?” “Kalau begitu,
mari saya bantu adik untuk ke taman.
2. Fase Kerja
“Nah, dik Intan belum mengetahui tentang penyebab buta yang adik intan alami kan?,
baiklah saya akan menjelaskan tentang penyebab buta yang adik intan alami sekarang.”
“Karena kepala adik intan dulu saat kecelakaan itu terkena benturan, selain itu gangguan
penglihatan dapat terjadi karena kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan
humoris viterius, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visus sehingga dapat mengakibatkan kebutaan” “Apakah dik
intan paham dengan apa yang saya katakana?” “Bagus sekali dik intan, tapi sekarang adik
sudah dapat pendonor mata, dan sebentar lagi dik Intan bisa melihat” “Disini dokter
anastesi sudah menjadwalkan operasi dik intan, jadi dik intan tidak usah khawatir. Karena
operasi ini jalan terbaik untuk dik intan dan pastinya operasi akan berjalan lancar” “Nah
bagaimana dik intan, masih cemas mengenai gangguan penglihatan yang dik intan
alami?” “Bagus dik intan, dik intan tenang saja, semua akan berjalan dengan lancar”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan dik intan setelah berbincang-bincang tentang penyakit yang dik
intan alami?” “Apakah dik intan bisa menjelaskan kembali? “Nah betul sekali dik
intan” “Karena dik intan sudah tau apa yang menyebabkan penyakit yang dik intan
alami, maka dik intan tidak usah khawatir lagi ya”
b. Tindak lanjut klien “Nah sekarang dik intan boleh istirahat dulu sambil menunggu
waktu operasi adik
c. Kontrak yang akan datang “Nah dik intan, nanti sekitar 3 jam lagi saya akan kembali
ke ruangan dik intan untuk memeriksa kondisi dik intan sebelum dioperasi,
bagaimana dik intan? Bisa ya?” “Kita akan bertemu kembali di ruangan dik intan.
Sebelumnya ada yang ingin dik intan tanyakan lagi?” “Baiklah dik intan, kalau begitu
saya permisi ke ruangan perawat dulu. Nanti kalau dik intan perlu bantuan, dik intan
bisa panggil saya di ruang perawat. Terimakasih dik intan atas kerjasamanya yang
sangat baik. Selamat pagi” (tersenyum)
REFERENSI

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/b3401-panduan-penanganan-abk-bagi-
pendamping-_orang-tua-keluarga-dan-masyarakat.pdf

http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/HABIBI.pdf

https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-retardasi-mental-yang-membuat-seseorang-sulit-
berkembang

http://jurnal.unublitar.ac.id/index.php/briliant/article/view/444/pdf

https://pdfcookie.com/documents/sp-kebutuhan-khusus-0256np1o38l1

Anda mungkin juga menyukai