Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA ENDOMETRIUM

A. PENGERTIAN

Kista endometrium merupakan kelainan ginekologis yang ditandai dengan


adanya pertumbuhan lapisan endometrium secara ektopik yang ditemukan di
luar uterus. Secara lebih spesifik lagi dijelaskan sebagai suatu keadaan dengan
jaringan yang mengandung unsur – unsur stroma dan unsur granular
endometrium khas terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di dalam
rongga panggul atau daerah lain pada tubuh. (Manuaba)

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya endometriosis sampai saat ini masih belum diketahui


secara pasti. Namun, beberapa teori telah dikemukakan dan dipercaya sebagai
mekanisme dasar endometriosis. (A.Price, Sylvia)

1. Menstruasi retrograde
Teori ini dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, di mana terjadi
refluks (darah menstruasi mengalir balik) melalui saluran tuba ke dalam
rongga pelvis.Darah yang berbalik ke rongga peritoneum diketahui
mampu berimplantasi pada permukaan peritoneum dan merangsang
metaplasia peritoneum yang kemudian akan merangsang angiogenesis.Saat
ini, teori ini tidak lagi menjadi teori utama, karena teori ini tidak dapat
menjelaskan keadaan endometriosis di luar pelvis.
2. Teori imunologik dan genetik
Gangguan pada imunitas terjadi pada wanita yang menderita
endometriosis. Dmowski mendapatkan adanya kegagalan dalam sistem
pengumpulan dan pembuangan zat-zat sisa saat menstruasi oleh makrofag
dan fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis.
3. Teori metaplasia
Teori metaplasia ini dikemukakan oleh Robert Meyer yang menyatakan
bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang
berasal dari sel epitel selomik pluripoten dapat mempertahankan hidupnya
di daerah pelvis, sehingga terbentuk jaringan endometriosis. Teori ini
didukung oleh penelitian yang dapat menerangkan terjadinya pertumbuhan
endometriosis di thoraks, umbilikus dan vulva.
4. Teori emboli limfatik dan vascular
Teori ini dapat menjelaskan mekanisme terjadinya endometriosis di daerah
luar pelvis. Daerah retroperitoneal memiliki banyak sirkulasi limfatik.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa pada 29 % wanita yang menderita
endometriosis ditemukan nodul limfa pada pelvis. Hal ini dapat menjadi
salah satu dasar teori akan endometriosis yang terjadi di luar pelvis,
contohnya di paru.

C. PATOFISIOLOGI

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita dengan ibu atau


saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki risiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti
menoragiadapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan
memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh
seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan


menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme
tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun
menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat
seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan
endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dari infundibulum tuba fallopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dapat terkena
endometriosis.Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa,
sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran
regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi
terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin
normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen
dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan
progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan
menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan


menyebabkan nyeri saat menstruasi (dismenorea). Setelah
perdarahan,penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan
adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang
terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.

Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di
uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan
terjadinya infertil pada endometriosis. (A.Price, Sylvia)
PATHWAY
Gangguan menstruasi Toksik sampah
Faktor genetik

Gen abnormal Memengaruhi sistem hormon Terdapat mikroorganisme yang menghasilkan makrofag
tubuh

Gangguan sekresi esterogen Respon imun menurun


dan progesteron

Peningkatan pertumbuhan sel


endometrium Pertumbuhan sel-sel abnormal

Jaringan endometrium
tumbuh di luar uterus

Kista
Menyerang infundibulum,
endometrium
ovarium, memasuki peredaran
darah

Prosedur
Kurang
pembedahan
Terjadi siklus endokrin normal pengetahuan

Luka operasi
Esterogen dan progesteron Cemas

menurun

Nekrosis dan perdarahan Penggumpalan darah Diskontinuitas


jaringan
Iritasi peritoneum Menyerang tuba
Adhesi fallopii
Resiko infeksi

Nyeri Retroversi uterus Menghambat gerakan


spontan ujung fimbrae

Resiko Ovum ke uterus terhambat


perdarahan

Infertil

Gangguan citra tubuh


D. MANIFESTASI KLINIS
1. Dismenorea
Nyeri haid disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin
dalam rongga peritoneum, akibat perdarahan lokal pada sarang
endometriosis dan karena adanya infiltrasi endometriosis ke dalam syaraf
pada rongga panggul. Nyeri yang berlebihan dapat menyebabkan mual,
muntah bahkan diare. Dismenore primer terjadi pada awaltahun
menstruasi, cenderung meningkatkan dengan usia atau setelah
melahirkan,dan biasanya tidak berhubungan dengan endometriosis.
Dismenore sekunderterjadi di kemudian hari dan dapat meningkat dengan
usia. Ini mungkin peringatantanda endometriosis, meskipun beberapa
wanita dengan endometriosis merasa tidak ada nyeri sama sekali.
2. Nyeri
pelvikAkibat perlengketan, lama-lama dapat mengakibatkan nyeri pelvik
yang kronis. Rasa nyeri bisa menyebar jauh ke dalam panggul, punggung
dan paha bahkan menjalar sampai ke rektum. Duapertiga perempuan
dengan endometriosis mengalami nyeri intermenstrual.
3. Dispareunia
Endometriosis dapat menyebabkan rasa sakit selama atau setelah
hubungan seksual. Dalam penetrasi dapat menghasilkan nyeri pada
ovariumterikat oleh jaringan parut di atas vagina. Nyeri juga dapat
disebabkan olehadanya nodul pada endometriosis belakang rahim
atauligamen uterosakral, yang menghubungkan leher rahim dan sakrum.
4. Diskezia
Keluhan sakit buang air besar bila endometriosis sudah tumbuh dalam
dinding rektosigmoid dan terjadi hematokezia pada saat siklus haid.
5. Subfertilitas
Perlengketan pada ruang pelvis yang diakibatkan endometriosis dapat
menganggu pelepasan oosit dari ovarium atau menghambat perjalanan
ovum untuk bertemu dengan sperma.
E. KLASIFIKASI
Penentuan klasifikasi dan stadium endometriosis sangat penting
dilakukan untuk menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi
hasil pengobatan. Stadium endometriosis tidak memiliki korelasi dengan
derajat nyeri keluhan pasien maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau
infertilitas. Hal ini dikarenakan endometriosis dapat dijumpai pada pasien
yang asimptomatik. Klasifikasi Endometriosis yang digunakan saat ini adalah
menurut American Society For Reproductive Medicine yang telah direvisi
pada tahun 1996 yang berbasis pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman invasi
lesi, penyebaran penyakit dan perlengketan.
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis pada endometriosis, dilakukan
penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium
dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai – nilai
dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi
endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan
(stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat
(stadium IV).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya
risiko kekambuhan. Tujuan pengobatan endometriosis lebih disebabkan oleh
akibat dari endometriosis tersebut, seperti nyeri panggul dan infertilitas.Terapi
hormonal disarankan ketika rasa sakit mengganggu bekerjaatau kegiatan
sehari-hari, karena terapi ini biasanya mengurangi nyeri panggul dan
dispareunia lebih dari 80% perempuan yang menderita endometriosis. Terapi
hormon tidak efektifuntuk endometrioma ovarium besar yang memerlukan
operasi. Operasi jugadapat diindikasikan ketika pengobatan medis tidak
berhasil atau ketika kondisi medisNmelarang penggunaan terapi hormon.
a. Pengobatan simtomatik
Pengobatan dengan memberikan antinyeri seperti paracetamol, asam
mefenamat dan Non Steeroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID)
seperti ibuprofen.
b. Kontrasepsi oral
Penanganan terhadap endometriosis dengan pemberian pil kontrasepsi
dosis rendah. Tujuan pengobatan ini adalah induksi amenorea, dengan
pemberian berlanjut selama 6-12 bulan. Membaiknya gejala
dismenorea dan nyeri panggul dirasakan oleh 60-95% pasien.
3. Progestin
Progestin adalah obat sintetis yang memiliki aktivitas progesteron
seperti pada endometrium. Progestin memungkinkan efek anti
endometriosis dengan menyebabkan desisualisasi awal pada jaringan
endometrium dan diikuti dengan atrofi. Progestin digunakan untuk
mengurangi nyeri panggul endometriosis. Efek samping yang umum
dari terapi progestin adalah perdarahan uterus yang tidak teratur,
peningkatan berat badan, retensi air, nyeri payudara, sakit kepala,
mual, danperubahan mood, terutama depresi.
4. Gonadotropin Releasing Hormone Agonist (GnRHa)
GnRHa menyebabkan sekresi terus-menerus FSH dan LH sehingga
hipofisa mengalami disensitisasi dengan menurunnya sekresi FSH dan
LH mencapai keadaan hipogonadotropik hipogonadisme, dimana
ovarium tidak aktif sehingga tidak terjadi siklus haid.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Pemastian kista endometrium dapat dilakukan dengan pemeriksaan :

1. Ultrasonografi (USG)

Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk


mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound)
yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan
ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh
dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali
lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi
cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.

2. Laparoskopi

Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan


melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.

3. Hitung darah lengkap

Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi dari endometriosis sering berhubungan dengan adanya fibrosis


dan jaringan parut yang tidak hanya berefek pada organ yang terkena, namun
juga dapat menyebabkan obstruksi kolon dan ureter. Ruptur dari
endometrioma dan juga dihasilkannya zat berwarna coklat yang sangat iritan
juga dapat menyebabkan peritonitis. Meskipun jarang, lesi endometrium dapat
berubah menjadi malignan dan paling sering terjadi pada kasus endometriosis
yang berlokasi di ovarium.
I. PENATALAKSANAAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama


dan alamat, serta data penanggung jawab.

b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit

Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen


bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang
tidak berhenti, rasa mual dan muntah.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya tidak ada keluhan atau ada keluhan.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Kista Endometrium bukan penyakit menular/keturunan.

4) Riwayat perkawinan

Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya


kista endometrium.

d. Riwayat kehamilan dan persalinan

Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi


untuk tumbuh/tidaknya suatu kista endometrium.
e. Riwayat menstruasi

Klien dengan kista endometrium kadang-kadang terjadi digumenorhea


dan bahkan sampai amenorhea.

f. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara


sistematis.

1) Kepala

 Hygiene rambut

 Keadaan rambut

2) Mata

 Sklera : ikterik/tidak

 Konjungtiva : anemis/tidak

 Mata : simetris/tidak

3) Leher

 pembengkakan kelenjer tyroid

 Tekanan vena jugolaris.

 Jenis pernapasan

4) Dada

 Jenis pernapasan

 Bunyi napas

 Pemeriksaan sela iga

5) Ekstremitas

1) Nyeri panggul saat beraktivitas.


2) Tidak ada kelemahan.

6) Eliminasi, urinasi

 Adanya konstipasi

 Susah BAK

g. Data sosial ekonomi


Kista endometrium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat
dan berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun
sebelum menopause.

h. Data spiritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya dengan kista endometrium yang endometriumnnya
diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin
hamil/punya keturunan.

i. Pola kebiasaan sehari-hari

Biasanya klien dengan kista endometrium mengalami gangguan


dalam aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri

j. Pemeriksaan penunjang

Data laborium

1) Pemeriksaan Hb

2) Ultrasonografi untuk mengetahui letak batas kista

2. Diagnosa

a. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan.

b. PK perdarahan

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.

d. Resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasif dan pembedahan.


e. Deficit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska
pembedahan).

f. Gangguang citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.


3. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
No. TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
1. Nyeri akut b.d agen injuri
selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien
fisik berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
NOC : komprehensif termasuk lokasi,
Pain Level, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pain control, kualitas dan faktor presipitasi
Comfort level 2. Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 3. Gunakan teknik komunikasi
penyebab nyeri, mampu menggunakan terapeutik untuk mengetahui
tehnik nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri, mencari bantuan) 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang nyeri
dengan menggunakan manajemen nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
3. Mampu mengenali nyeri (skala, lampau
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri kesehatan lain tentang
berkurang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
5. Tanda vital dalam rentang normal lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyer
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyer
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Infection Control (Kontrol infeksi)
2.
penurunan pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi 2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
primer terkontrol pasien lain Pertahankan teknik isolasi
NOC : 3. Batasi pengunjung bila perlu
Immune Status 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
Knowledge : Infection control mencuci tangan saat berkunjung dan
Risk control setelah berkunjung meninggalkan
Kriteria Hasil : pasien
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
infeksi tangan
2. Mendeskripsikan proses penularan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
penyakit, factor yang mempengaruhi sesudah tindakan kperawtan
penularan serta penatalaksanaannya, 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
3. Menunjukkan kemampuan untuk alat pelindung
mencegah timbulnya infeksi 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
4. Jumlah leukosit dalam batas normal pemasangan alat
Menunjukkan perilaku hidup sehat 9. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
13. Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)
14. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
15. Monitor hitung granulosit, WBC
16. Monitor kerentanan terhadap infeksi
17. Batasi pengunjung
18. Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
19. Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
20. Pertahankan teknik isolasi k/p
21. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
22. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
23. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
24. Dorong masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
28. Ajarkan cara menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
Deficit personal hyegene Setelah dilakukan asuhan keperawatan Personal hyegene managemen
3.
b.d imobilitas (nyeri selama 3x24 jam diharapakan pasien 1. Kaji keterbatasan pasien dalam
pembedahan) menunjukkan kebersihan diri perawatan diri
NOC : 2. Berikan kenyamanan pada pasien
Kowlwdge : disease process dengan membersihkan tubuh pasien
Kowledge : health Behavior (oral,tubuh,genital)
Kriteria Hasil : 3. Ajarkan kepada pasien pentingnya
1. Pasien bebas dari bau menjaga kebersihan diri
2. Pasien tampak menunjukkan Ajarkan kepada keluarga pasien dalam
kebersihan menjaga kebersihan pasien
Pasien nyaman
Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC :
4.
diagnosis dan selama 3x 24 jam diharapakan cemasi Anxiety Reduction (penurunan
pembedahan terkontrol kecemasan)
NOC : 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Anxiety control 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Coping pelaku pasien
Kriteria Hasil : 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
1. Klien mampu mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas 4. Temani pasien untuk memberikan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk mengontol 5. Berikan informasi faktual
cemas mengenai diagnosis, tindakan
3. Vital sign dalam batas normal prognosis
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan 7. Lakukan back / neck rub
berkurangnya kecemasan Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksa
Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda perdarahan
5. PK: Perdarahan
selama 3x24 jam diharapakan pasien gastrointestinal
menunjukkan perdarahan dapat 2. Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan
diminimalkan dari suatu tempat
3. Monitor vital sign
4. Catat perubahan mental
5. Hindari aspiri
6. Awasi HB dan factor pembekuan
Berikan vitamin tambahan dan pelunan
feses
Setelah dilakukan asuhan Peningkatan citra tubuh :
6. Gangguan citra tubuh
keperawatan selama 3x 24 jam 1. Gunakan bimbingan antisipasif
diharapakan masalah teratasi dengan menyiapkan pasien terkait dengan
berhubungan dengan kriteria hasil NOC : perubahan perubahan citra tubuh (telah)
perubahan fungsi tubuh. Citra Tubuh : diprediskusikan
1. Kepuasan dengan penampilan tubuh 2. Bantu pasien untuk mendiskusikan
2. Penyesuaian terhadap perubahan stressor yang mempengaruhi ditra diri
tampilan fisik terkait dengan kondisi konginetal,
3. Penyesuaian terhadap perubahan cedera, penyakit atau pembedahan
status kesehatan 3. Tentukan persepsi pasien dan keluarga
4. Penyesuaian terhadap perubahan terkait dengan perubahan citra diri dan
fungsi tubuh realitas
5. Penyesuaian terhadap perubahan 4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
akibat pembedahan bagian dari tubuhnya yang memiliki
persepsi positife terkait dengan
tubuhnya
4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkain kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi
Subjektif : data berdasarkan keluhan yang disampaikan klien setelah
dilakukan tindakan.
Objektif : data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung kepada
klien setelah dilakukan tindakan.
Analisis : masalah keperawatan yang terjadi akibat perubahan status
klien dalam data subyektif dan obyektif.
Planning : perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan
atau dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC. Bulecheck, Gloria M., et al. 2013. Nursing Interventions Classification
(NIC) sixth Edition.
Mosby an Imprint of Elsevier Inc.
Mansjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapus.
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana.
Jakarta:EGC.
Moorhead, Sue., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition. Mosby an Imprint of Elsevier Inc.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015 – 2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai