Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

SHINTA FEBRINA

21117109

DOSEN PEMBIMBING :
Joko Tri Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Konsep ManajemenKeperawatan
1. Pengertian ManajemenKeperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan
rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Manajemen dalam arti luas juga mempunyai pengertian sebagai
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4)
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa
hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal
hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen
secara umum dari beberapaahli.
2. FungsiManajemen
Fungsi manajemen adalah bentuk kegiatan manajemen yang memiliki
ciri dan waktu pelaksanaan tertentu. Menurur Henry Fayol, dalam
pekerjaan, seorang manajer menjalankan lima fungsi manajemen, yaitu
merencanakan, mengorganisasikan, memerintahkan, mengoordinasikan,
dan mengendalikan. Sedangkan, menurut Siagian (2007), fungsi
manajemen terdiri dari perencanaan, pengan, penggerakan, pengawasan
organisasi, dan penilaian. Pendekatan manajemen yang diterapkan dalam
manajemen 2000 adalah perpaduan bentuk fungsi manajemen yang terdiri
dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(directing), dan pengendalian (controling) dengan proses termasuk dari
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
a. Fungsi Planning
Fungsi Planning (Perencanaan) merupakan landasan dasar penerapan
fungsi manajemen secara menyeluruh ialah penerapan fungsi perencanaan
(Planning). Fungsi manajemen yang lain dapat dilaksanakan dengan baik
apabila fungsi perencanaan telah diterapkan secara optimal. Penetapan visi
dan misi serta tujuan organisasi merupakan penerapan dalam bentuk nyata
dari fungsi perencanaan yang telah dilakukan oleh manajer keperawatan
(Huber 2006). Berkaitan dengan hal itu penetapan visi, misi dan tujuan
organisasi akan menjadikan manajer dan staf perawat untuk terlibat secara
optimal dalam memperbaiki mutu pelayanan keperawatan melalui
keselamatan pasien.
b. Fungsi Organizing
Fungsi Organizing (pengorganisasian) merupakan kemampuan manajer
dalam menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya yang
dimiliki institusi dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui
penerapan fungsi Organizing (Pengorganisasian) (Gillies, 1994).
Efektivitas fungsi keperawatan dalam organisasi dapat didorong dengan
penempatan keperawatan dalam struktur formal dan informal. Dalam
lingkup keselamatan pasien maka para menejer keperawatan dapat
menjalankan fungsi antara lain: menyusun jadwal /waktu dinas dari
perawat pelaksana, melakukan orientasi pada staf baru terutama mengenai
kebijakan aturan maupun standar keselamatan pasien yang harus ditaati
dalambekerja.
c. Fungsi Actuating
Fungsi actuating (Pelaksanaan) lebih menekankan pada upaya
mengarahkan dan menggerakkan sumber daya manusia dalam mencapai
tujuan organisasi (Gillies, 1994). Optimalisasi lingkungan kerja yang
diciftakan melalui pengaruh dan dukungan terhadap staf serta adanya
komunikasi efektif merupakan upaya yang sangat dibutuhkan agar staf
termotivasi dan bersemangat dalam melakukan pekerjaannya apalagi
untuk keselamatanpasien.
d. Fungsi Controling
Fungsi Controling (Pengawasan) merupakan Standar keberhasilan
program dalam bentuk target, prosedur kerja dan penampilan staf
dibandingkan dengan hasil yang mampu dicapai atau mampu dikerjakan
oleh staf merupakan hal penting dalam fungsi pengawasan dan
pengendalian (Marquis & Huston, 2010). Dengan adanya pengawasan dan
pengendalian maka pasien yang belum mengalami perbaikan
dapatdilakukan ronde keperawatan.

B. Konsep Kepemimpinan dalamKeperawatan


1. KonsepKepemimpinan
Konsep pemimpin dan menajeman merupakan istilah yang digunakan
secara sinonim, namun berbeda. Perbedaannya pemimpin tidak selalu
ditunjuk oleh seseorang, mungkin tidak menjadi bagian organisasi secara
hararki, tujuannya memberdayakan orang dan menekankan pada hubungan
interpersonal.
Kepemimpinan adalah unsur terpenting dan merupakan penentu
kelancaran sistem pelayanan di rumah sakit, karena kepimimpinan inti dari
manajemen organisasi sehingga aktifitas kepemimpinan menunjukan pola
gaya memimpin yang berbeda-beda. Sebagai perawat dituntut memiliki
kiat dan strategi dalam menyelesaikan program yang dipenagaruhi oleh
pergantian atau perubahan dalam organisasi. Kepemimpinan yang efektif
diterapkan oleh kepala ruang akan mempengaruhi perawat dalam
menerapkan budaya dan motivasi dalam keselamatan pasien.
2. TeoriKepemimpinan
a. Teori Sifat (TraitTheory)
Teori yang berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik khas (fisik,
mental, kepribadian) yang terkaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan.
Teori ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para pemimpin.
b. Great ManTheory
Menurut teori kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir
sebagai pemimpin yang yang memiliki ciri-ciri yang istimewa yang
mencakup Karisma, Kecerdasan, Kebijaksanaan, dan Memberikan dampak
besar.
c. Big BangTheory
Suatu peristiwa besar bisa menciptakan seseorang menjadi pemimpin.
Seorang pemimpin mampu mengintegrasikan antara situasi dan pengikut.
Situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan,
pemberontakan, reformasi dll. Dalam hal ini, pengikut adalah orang yang
menokohkan seseorang dan bersedia patuh dan taat.
d. BehaviorTheory
Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus
dimiliki seorang pemimpin tetapi memusatkan pada bagaimana cara aktual
pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain dan hal ini
dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing. Dasar pemikiran
pada teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Teori ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) soerang
pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untukdiidentifikasikan.
e. SituationalTheory
Teori Kepemimpinan Situasional adalah suatu pendekatan terhadap
kepemimpinan yang menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku
bawahan, dan situasi sebelum menggunakan perilaku kepemimpinan
tertentu. Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori perilaku yang
menempatkan perilaku pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis dan
demokratis. Dalam teori ini dijelaskan bahwa seorang pemimpin memilih
tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional. Teori ini
menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif
diterapkandalamsituasitertentu.Keefektifankepemimpinantidak
tergantung pada gaya tertentu terhadap suatu situasi, tetapi tergantung
pada ketepatan pemimpin berperilaku sesuai dengansituasinya.
f. ContingencyTheory
Kepemimpinan dipengaruhi oleh variable-variabel lingkungan yang
menentukan gaya kepemimpinan. Tidak ada gaya kepemimpinan yang
terbaik untuk semua situasi. Keberhasilan pemimpin tergantung pada
sejumlah variable. Termasuk gaya kepemimpinan, kualitas para pengikut,
dan aspek lingkungan. Teori ini masih mengandung dua sudut pandang
keberhasilan suatu kepemimpinan. Di satu sisi Pemimpin harus flexible
dengan situasi, tetapi ada variable lain yang menentukan seperti kualitas
bawahan dan aspek lingkungan.

C. Konsep 5M (Man, Money, Material, Machine, dan Method) dalam


Keperawatan
Ada 5 Unsur-unsur Manajemen yang sangat dikenal sekali yaitu :
1. Manusia(Man)
Manusia atau man adalah Unsur manajemen yang pertama, manusia
atau setiap individu memegang peran penting pada suatu manajemen di
setiap bidangnya, baik itu industri maupun ekonomi. Segala sesuatu yang
terkait pada perencaan dan pelaksanaan produksi sangat bergantung sekali
pada manusia atau setiapindividunya.
2. Uang(Money)
Pada proses didalam manajemen, uang atau money sangat dibutuhkan
sekali. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, maka diperlukan biaya
usaha dalam bentuk uang sebagai modal utama perusahaan. Pengelolaan
uang yang baik akan berpengaruh sekali pada sukses atau tidaknya
manajemen.
3. Bahan(Materials)
Bahan atau materials menjadi sebuah unsur manajemen yang
selanjutnya, Pengontrolan bahan atau materials yang ada sangat
dibutuhkanpadaprosesmanajemen.Individuusahaharusdapat
memanfaatkan bahan-bahan material yang ada untuk sebaik mungkin
memakainya.
4. Mesin (Machines)
Teknologi sebagai bagian penting pada proses manajemen perusahaan,
seperti dapat dilihat yaitu alat dan mesin. Mesin diharapkan dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas yang lebih dibandingkan
menggunakan tenaga manusia saja.
5. Metode(Methods)
Pada saat melakukan proses manajemen, diperlukan langkah-langkah
tertentu yang disebut sebagai metode atau methods. Metode yang baik dan
tepat pasti menjadi sebuah unsur manajemen yang sangat penting agar
pada setiap langkahnya berjalan efektif danefisien.

D. Konsep Model Praktik dalam KeperawatanProfesional


1. Metode penugasan dalam asuhankeperawatan
a. Model PenugasanFungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Model ini digambarkan
sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua
pasien dibangsal, misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk
pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka
b. Model Penugasan Alokasi Pasien atau KeperawatanTotal
Pengorganisasian layanan asuhan keperawatan dengan model
penugasan alokasi pasien atau keperawatan total merupakan
pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa
pasien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode
tertentu atau sampai pasien pulang,Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan pasien.

c. Model PenugasanTim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman
kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered
Nurse).Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota group / tim. Ketua group bertugas memberi
pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang
kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadapklien.
d. Model PenugasanPrimer
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam
terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien
dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang.
Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara
total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan
diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana
keperawatan yang telah disusun oleh perawat primer.
e. Model ManajemenKasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk
satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu.
Pasien dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh perawat yang sama pada hari
berikutnya pada hariberikutnya.

2. Peran kepala ruangan, ketua tim/PJ shift dan perawat penugasan


dalam metodepenugasan
a. Tanggung Jawab Kepala Ruangan:
 Menetapkan rencana kebutuhan tenagakeperawatan
 Menetapkan program pengembangan pelayanankeperawatan
 Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenagakeperawatan
 Kelancaran kegiatan orientasi perawatbaru
 Menetapkan SOP pelayanankeperawatan
 Menetapkan laporan berkala pelaksanakeperawatan
 Menetapkan kebutuhan dan penggunaan alatmedis
 Menetapkan pelaksanaan program bimbingan mahasiswa institusi
pendidikankeperwatan
b. Tanggung Jawab Ketua Tim :
 Melakukan orientasi kepada pasien baru &keluarga
 Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana
keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan
mengevaluasirenpra
 Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui
komunikasi yangkonsisten
 Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan
keperawatan melaluikonfrens
 Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh
anggotatim
 Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
c. Tanggung Jawab Staf Perawat:
 Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yangberlaku
 Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siappakai
 Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan dan
lingkungan, peraturan, tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan
cara penggunaannya, serta kegiatan rutin sehari-hari diruangan
 Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan
keluarganya
 Mengkaji, menyusun, melaksanakan serta mengevaluasi kebutuhan
dan masalah kesehatanpasien
 Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi pada pasien agar
dapat segeramandiri
 Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan
darurat secara tepat dan benar sesuaikebutuhan
 Memantau dan menilai kondisi pasien dan memelihara suasana yang
baik antara pasien dan keluarganya, sehingga terciptaketenangan
 Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
yang tepat dan benar, sehingga tercipta sistem informasi rumah sakit
yang dapat dipercayaakurat
E. Konsep Modalitas dalam Manajemen Keperawatan (Orientasi Pasien
Baru, Meeting, Morning, Handover, Pre dan Post Conferences, Ronde
Keperawatan, DischargePlanning)
1. Orientasi PasienBaru
Penerimaan pasien baru merupakan suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Pada saat penerimaan
pasien baru disampaikan hal mengenai orientasi ruangan, perawatan,
medis, dan tata tertib ruangan (Nursalam. 2012.). Prosedur penerimaan
pasien adalah pelayanan pertama yang diberikan oleh rumah sakit dan
merupakan pengalaman yang selalu diingat oleh pasien (past
experience) yang akan menjadi salah satu penentu persepsi pasien
terhadap pelayanan di rumah sakit tersebut (Supranto J. Jakarta; 2006).
Oleh karena itu, kontak pertama antara perawat dan pasien menjadi catatan
yang sangat penting bagi pasien dalam memberikan penilaian kepuasan
pasien terhadap pelayanankeperawatan.
a. Prosedur Umum Penerimaan Pasien Baru
Prosedur umum yang terdapat dalam proses penerimaan pasien baru,
antara lain sebagai berikut (Potter PA, Perry. 2005.):
 Menempatkan pasien pada tempat penerimaan yangtepat
 Mengkaji masalah kesehatan dan kebutuhanpasien
 Menentukan sumber keuangan pasien untuk membiayai
pelayananyang
 diberikan
 Menjelaskan hak-hakpasien
 Mengorientasikan kebijakan dan prosedur tempatpelayanan
 Melakukan pemeriksaan dan skrining awal (spesifik untuk setiap
tempat pelayanan)
 Mengembangkan rencana perawatan sesuai kebutuhanindividu
 Membuat rencanapulang
b. Tahap pelaksanaan penerimaan pasienbaru
 Pasien datang di ruangan diterima oleh kepalaruangan/perawat
primer/ perawat yang diberi delegasi
 Perawat memperkenalkan diri kepada klien dankeluarganya
 Perawat menunjukkan kamar/tempat tidur klien dan mengantar
ke tempat yang telahditetapkan
 Perawat bersama karyawan memindahkan pasien ke tempat
tidur (apabila pasien datang dengan branchard/kursi roda) dan
berikan posisi yangnyaman
 Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien dengan sesuai
format
 Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yangsekamar
 Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab) dan tata tertibruangan.
 Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang
telahdisampaikan
 Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed consent sentralisasiobat
 Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat
kepuasanpasien
c. Peran Perawat dalam Penerimaan PasienBaru
Peran perawat dalam penerimaan pasien baru adalah sebagai
berikut (Nursalam. 2012.):
 Kepalaruang
Peran kepala ruang yaitu menerima pasien baru.
 Perawat primer(PP)
a) Peran perawat primer antara lain sebagaiberikut:
b) Menyampaikan lembar penerimaan pasienbaru
c) Menandatangani lembar penerimaan pasienbaru
d) Melakukan pengkajian pada pasienbaru
e) Mengorientasikan klien padaruangan
f) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang
bertanggungjawab
g) Mendokumentasikan penerimaan pasienbaru
 Perawatpelaksana
Peran perawat pelaksana adalah membantu PP dalam
pelaksanaan penerimaan pasienbaru
2. MettingMorning
Salah satu aktifitas pengorganisasian di sebuah bangsal adalah adanya
Meeting Morning yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari
sebelum dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang
perawatan sebagai wahana informasi dan komunikasi.
3. Hand Over
Timbang terima merupakan kegiatan komunikasi yang terjadi antara
shift satu dan shift yang lainnya (shift yang bertugas kepada shift
berikutnya). Komunikasi berlangsung untuk pergantian dinas. Isi laporan
yang dioperkan kepada shift berikutnya menyangkut segala hal yang
terkait dengan kondisi pasien (keluhan, tanda dan gejala, tindakan yang
sudah dilakukan, rencana tindakan berikutnya, danlain-lain).
4. Pre Dan PostConfrences
Pre conference adalah komunikasi antara ketua tim/perawat
primer/penanggung jawab shift dan perawat pelaksana setelah selesai
operan. Isi komunikasi pada kegiatan ini antara lain membagi tanggung
jawab pada masing-masing perawat, diskusi tentang hal-hal yang akan
dilakukan, dan pemberian reinforcement oleh ketua tim/perawat
primer/penanggung jawab shift kepada perawat pelaksana. Kegiatan ini
dilakukan pada masing-masing tim sebelum memberikan pelayanan
kepadapasien.
Post-conference adalah komunikasi antara ketua tim/perawat
primer/penanggung jawab shift dan perawat pelaksana sebelum timbang
terima/operan dilakukan. Isi komunikasi pada kegiatan ini antara lain
diskusi tentang hasil kegiatan, kendala yang dialami pada saat memberikan
asuhan, dan tindak lanjur apa yang harus dioperkan kepada shift
berikutnya. Kegiatan ini juga dilakukan pada masing-masing tim.
5. RondeKeperawatan
Pada tahapan ini, perawat menalkukan kegiatan asuhan keperawatan
dimulai dengan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
kegiatan evaluasi. Pada tahap ini ketua tim atau kepala ruangan dapat
melaksanakan kegiatan menejerialnya seperti supervisi terhadap
pelaskanaan asuhan keperawatan, koordinasi dan sebagainya
6. DischargePlanning
a. Pengertian DischargePlanning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien
dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry,
2005:1106). Menurut Kozier (2004), discharge planning
didefenisikan sebagai proses mempersiapkan pasien untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau
di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. The Royal Marsden
Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:10) menyatakan bahwa
discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan
pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi
keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke
lingkungan lain.Perencanaan pulang merupakan proses perencanaan
sistematis yang dipersiapkan bagi pasien untuk menilai, menyiapkan,
dan melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan yang ada atau
yang telah ditentukan serta bekerjasama dengan pelayanan sosial
yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah/pulang
(Carpenito, 2002 dalam Hariyati dkk, 2008:54). Programdischarge
planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan program
pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada
pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan
instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Potter &
Perry, 2005 dalam Herniyatun dkk,2009:128)
b. Pemberi Layanan DischargePlanning
Proses discharge planning harus dilakukan secara
komprehensif dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua
pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan
kesehatan kepada pasien (Potter & Perry, 2006). Seseorang yang
merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan
(continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang
berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning
bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan
kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan serta
mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning
Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:11). Seorang discharge
planners bertugas membuat rencana,mengkoordinasikan, memonitor
dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan.
Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yangpenting
dalam proses perawatan pasien dan dalam tim discharge planner rumah
sakit, karena pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses
keperawatan sangat berpengaruh dalam memberikan kontinuitas
perawatan melalui proses discharge planning (Caroll & Dowling, 2007
dalam Rahmi,2011:12).
c. Jenis DischargePlanning
Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:229),
discharge planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan
pulang ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak
terdapat komplikasi. Klien untuk sementara dirawat dirumah
namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau
Puskesmas terdekat.
2) Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini
merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun
apabila klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan
dapat dilakukankembali.
3) Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien
diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak
memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau
dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas
terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media
Cherie, Amsale dan Ato Berhane Gebrekidan. 2013. Kepermimpinan Dan
Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: KYTA
Hidaya, Nurman dkk. 2020. Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam
Keperawatan. Indramayu: Adab
Mamik. 2015. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Taman Sidoarjo:
Zifatama Publisher
Nursalam (2007), Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan Proffesional. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. 3rd ed. Jakarta: Salemba Medika

PotterPA,PerryAG.FundamentalofNursing :Conceps,Procces&Practice
Volume 1. 4th ed. Yulianti D, Ester M, editors. St Louis: Elsevier;
2005.

Anda mungkin juga menyukai