Anda di halaman 1dari 42

6

BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen
1. Teori Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen
tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling
(POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant & Massey, 1999). Manajemen juga diartikan sebagai
suatu organisasi bisnis yang memfokuskan pada produksi dan dalam
banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan. Menurut Gillies
(1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana & Rika Widya Sukmana (1996),
manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. Di sini manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisir, memimpin, mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan
seefesien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi (Grant dan Massey, 1999).
Manajemen juga didefinisikan sebagai proses untuk melaksanakan
pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian
tujuan dalam batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2015). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-
sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien,
keluarga dan masyarakat. Manajer keperawatan dituntut untuk
7

merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan


prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
seefektif dan seefisien mungkun bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen merupakan suatu proses untuk melaksanakan
pekerjaan melalui upaya orang lain. Menurut Liang Lie, manajemen
adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian,
dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya (Liang Lie, 2008 dalam Nursalam, 2011).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Didalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing,
Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dalam Nursalam,
2011).
2. Fungsi Manajemen
a. Perencanaan adalah suatu proses menetapkan sasaran dan memilih cara
utuk sasaran tersebut
b. Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan tugas-tugas,
fungsi, wewenang dan tanggung jawab, penetapan orang dan alat-alat.
c. Pengarahan adalah pengeluaran, penugasan, pesanan dan instruksi.
d. Pengawasan dan Pengendalian adalah suatu proses kegiatan seorang
pemimpin untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai
dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawtan, pengobatan dan
rasa aman kepada pasien, keluarga, masyarakat (Gillies,1999)
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber - sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses
manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010).
8

Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah


kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan
yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat
manajer menjalankan profesi mereka. Manajemen keperawatan memahami dan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.
Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah
manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang
dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen
puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan
atau supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan
pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan
melaksanakan peran dan fungsinya.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).

4. Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Manajer adalah seseorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah
orang lain. Seorang manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung
jawabnya menggunakan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang
lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu
tujuan umum.
Robert C. Millus menyebutkan tanggung jawab para pemimpin secara rinci,
yaitu:
1) Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis, dalam artian
kuantitas, kualitas, keamanan, dan lain sebagainya
2) Melengkapi para karyawan/pegawai dengan sumber-sumber dana yang
diperlukan untuk menjalankan tugasnya
3) Mengomunikasikan kepada para karyawan tentang apa yang diharapkan
dari mereka
9

4) Memberikan reward atau insentif yang sepadan untuk mendorong prestasi


5) Mendeklarasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang
partisipasi apabila memungkinkan
6) Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan kerja yang efektif
7) Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengomunikasikan hasilnya 8)
Menunjukkan perhatian kepada para karyawan atau karyawati.

Kiat - kiatnya menjadi seorang pemimpin adalah sebagai berikut :


a) Memiliki kepemimpinan karismatik yang tidak dapat diukur secara
kuantitas
b) Memiliki kecerdasan, Kepandaian, dan pengetahuan mengenai pekerjaan
yang ditangani
c) Sejak kecil sudah tampak berbakat sebagai pemimpin
d) Memiliki sifat-sifat adil, cerdas, baik, realistis dan lain-lain
e) Memiliki keyakinan untuk berhasil
f) Selalu tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan
g) Mengetahui tugasnya
h) Pandai mengawasi dan menganalisis
i) Sanggup mendelegasikan wewenang
j) Menetapkan standar yang cukup tinggi
k) Mempunyai prestasi tinggi
l) Dapat menetapkan dan meraih tujuan, ambisi dan sasaran
m) Mengakui kelemahan dean kekuatan diri sendiri serta orang lain
n) Dapat menemukan dan mengguanakan sumber daya secara tepat
o) Dapat mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan
p) Belajar dari pengalaman langsung
q) Memahami pengguanaan kekuasaan.

b. Teori Kepemimpinan
1) Teori trait (bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapatkan) (Marquis dan Huston, 1998).Teori ini
disebut dengan “Great Man Theory”.
2) Teori perilaku
10

Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu
produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994), teori perilaku ini
dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu
organisasi.
Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi antara lain sebagai berikut :
a) Gaya kepemimpin menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui
dua titik eksterm yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi.

b) Gaya kepemimpinan menurut Likert


Likert dalam nursalam (2002) mengelompokan gaya kepemimpinan dalam
empat system.
(1) Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah
terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atua
hukuman.Komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah ke bawah (topdown).
(2) System Benevolent-Otoritatif (Authoritative)
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu, memotivasi
bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu, dan membolehkan
komunikasi ke atas.
(3) System konsultif
Pemimpinan mempunyai kepercaayaan yang cukup besar terhadap
bawahan.Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh
bawahan.
(4) System Partisipasi
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, selalu
memanfatkan ide bawahan
c) Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalm bukunya The Human
Side Enterprise (1960).Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak
11

menyukai pekerjaan, dan lebih suka dipimpin dari pada memimpin.


Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja, bisa
menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan
menjadi empat macam yaitu :
(1) Gaya Kepemimpinan Diktator
(2) Gaya Kepemimpinan Otokratis
(3) Gaya Kepemimpinan Demokratis
(4) Gaya Kepemimpinan Santai
d) Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam
(2011) mengemukakan empat gaya kepemimpinan, yaitu:
(1) Direktif
(2) Suportif
(3) Partisipatif
(4) Berorientasi Tujuan
e) Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey & Blanchard
Ciri - ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey & Blanchard (1997) meliputi :
(1) Instruksi
(a) Tinggi tugas dan rendah hubungan
(b) Komunikasi sejarah
(c) Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan sangat
minimal
(d) Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik
serta mengawasi dengan ketat.
(2) Konsultasi
(a) Tinggi tugas dan tinggi hubungan
(b) Komunikasi dua arah
(c) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi masukan dan
menampung keluhan.
(3) Partisipasi
(a) Tinggi hubungan dan rendah tugas
12

(b) Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam


pengambilan keputusan.
(4) Delegasi
(a) Rendah hubungan dan rendah tugas
(b) Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan
dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk
mengambil keputusan.

f) Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits & K. White


Menurut Lippits & K. White terdapat 3 gaya kepemimpinan yaitu :
(1) Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain :
(a) Wewenang mutlak berada pada pimpinan
(b) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
(c) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
(d) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
(e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatanpara
bawahan dilakukan secara ketat
(f) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
(g) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
(h) Tugas - tugas bawahan diberikan secara instruktif
(i)Lebih banyak kritik daripada pujian
(j)Pemimpin menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
(k) Pemimpin menuntut kesetian tanpa syarat
(l)Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
(m) Kasar dalam bersikap
(n) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pemimpin
(2) Demokratis
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sbb :
(a) Wewenang pimpinan tidak mutlak
(b) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
(c) Keputusan dibuat bersama antara pemimpin dan bawahan
(d) Komunikasi berlangsung timbal balik
(e) Pengawasan dilakukan secara wajar
13

(f) Prakarsa dapat datang dari bawahan


(g) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan

(h) Tugas - tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
(i)Pujian dan kritik seimbang
(j)Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
(k) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
(l)Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
(m) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling
menghargai
(n) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama
(3) Liberal atau Laissez Faire
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sbb :
(a) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya pada bawahan
(b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
(c) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
(d) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
(e) Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
g) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan & Wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi 4 yaitu :
(1) Otoriter
(2) Demokratis
(3) Partisipatif
(4) Bebas Tindak
3) Teori contigency dan situational
Teori ini menekankan bahwa manager yang efektif adalah manager yang
melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan antara faktor bawaan,
situasi, dan perilaku.
4) Teori kontemporer (kepemimpinan dan manajemen)
Teori ini menekankan terhadap 4 komponen penting dalam suatu
pengelolaan, yaitu:
14

a) Manager/pemimpin
b) Staf & atasan
c) Pekerjaan
d) Lingkungan
5) Teori motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: Maslow, Aldever,
Herzberg, McCelland, Adams, dan V.Vroom. Berikut ini merupakan tabel yang
menggambarkan perbandingan beberapa teori motivasi yang diyakini dapat
membantu dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kesehatan.
Tabel 2.1 “Perbandingan beberapa teori motivasi berdasar isinya (contents)”
No Teori Penjelasan
1 The Need • Fisiologi Gaji pokok
Hierarchy • Aman Perencanaan yang
(Maslow) • Kasih Sayang regular (gaji)
hierarki • Harga Diri Kerjasama secara tim
kebutuhan • Aktualisasi Pencapaian posisi
Tantangan dalam
bekerja
2 ERG • ER Eksistence (Fisiologi &
Theory • G aman)
(Clayton Relatedness (Kasih
Alderfer) sayang)
Growth (Harga diri
&aktualisasi)
3 Two- • Motivators Kepuasan kerja
Factors • Hygiene Lingkungan yang
Theory kondusif
(Frederich
Herzberg)
Teori dua
faktor
4 Learned • Affiliation Bersahabat
Theory • Power Memerintah orang lain
(McCellan • Achievement Suka tantangan, kompetisi,
d) teori & menyelesaikan
masalah
belajar
secara efektif

Tabel 2.2 “Perbandingan beberapa teori motivasi berdasar prosesnya”


No. Proses Penjelasan
15

1 Equity Theory (Adams)  Berdasarkan nilai-nilai & keadilan


terhadap karyawan

2 Expectancy Theory • Rumus


(Georgropoulos; Moheny; M = Job Outcomes x
Jones; Vroom) teori Valences x Expectancy x
Insrumentality
harapan
• Job Outcomes :
Penghargaan
(promosi, gaji naik & pengakuan)
• Valence :
Keinginan/perasaan berhasil
• Expectancy : Kemungkinan
berhasil dengan kerja keras
• Insrumentality : Keyakinan akan
berhasil berdasarkan kerja keras &
situasi

3 Reinforcement Theory  Stimulus-Respon-Consequence


(B.F. Skinner) teori
penguatan

4 Goal Setting (Locke)  Tujuan yang harus dicapai oleh suatu


organisasi

6) Teori z
Komponen teori Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan,
menempatkan pegawai sesuai keahliannya.
7) Teori interaktif
Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sebagai
suatu system terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan
berkembang secara dinamis.
8) Kepemimpinan Efektif
Kompetensi tersebut dikategorikan menjadi 7, yaitu : a)
Kepemimpinan
b) Pengambilan keputusan dan perencanaan
c) Hubungan masyarakat/ komunikasi
16

d) Anggaran
e) Pengembangan
f) Personaliti/perilaku
g) Negosiasi (Harris dan Belakley,1995).

5. Manajemen Asuhan Keperawatan


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan tuntutan perkembangan
iptek, maka metode system pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan
efisien yang didasari sebagai berikut :
a. Dasar pertimbangan metode pemilihan asuhan keperawatan (MAKP) Mc.
launghin Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi 8 model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model umum yang digunakan di rumah sakit
adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keprawatan primer.
Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk meyeleksi model
untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Karena setiap
perubahan akan berakibat suatu stress, maka perlu memepertimbangkan 6
unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan (Marquis dan Huston, 1998 :143).
b. Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

c. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan proses


keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesenimbangunan asuhan
keperawatan. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh
pendekatan proses keperawatan
d. Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suau perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektiftas
dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun suatu model, tanpa di
tunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
e. Terpenuhinya kepuasaan klien, keluarga, dan masyarakat.
17

Tujuan akhir suhan keperawatan kepuasan pelanggan atau pasien terhadap


asuhan yang diberikan oleh perawat.Oleh laraena itu, model yang baik adalah
model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
f. Kepuasan kenerja perawat
Pelancaran pelaksanan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat.Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan fungsi dalam pelaksanaan.
g. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model asuhan keperawatan.
Diharapkan akan meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
1) Jenis – jenis MAKP : a)
MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 atau 3 tim yang
terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihanya :
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
(2) Medukung pelaksanaan proses keperawatan.
(3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahanya :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konfernsi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. a. Konsep metode tim
Ketua tim sebagai perawata professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
(1) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencanakeperawatan terjamin.
(2) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
18

(3) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
b. Tanggung jawab anggota tim
(1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
(2) Kerja sama dengan tim dan antartim.
(3) Memberikan laporan.
c. Tanggung jawab ketua tim
(1) Membuat perencanaan.
(2) Membantu penugasan, supervise, dan evaluasi.
(3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
(4) Mengembangkan kemampuan anggota.
(5) Menyelenggarakan konferensi.
d. Tanggung jawab kepala ruang
(1) Perencanaan
a) Menunjukkan ketua tim anak bertugas di ruangan masingmasing.

b) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.


c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, tranisisi,
dan persiapan pulang, bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasrkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan.
e) Merencanakan setrategi pelaksanaan perawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, atau fisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, membimbing
pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatan dan menilai asuhankeperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah.
h) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk.
19

i) Mebantu mengmbangkan niat pendidikan dan latihan diri.


j) Membantu membibing peserta didik keperawatan.
k) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
(2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua timdan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahkan 2 ketua tim,
dan ketua tim membawa 3-2 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain.
f) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada ditempat
kepada ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
j) Mengatur penugasan jadwal dan pakarnya.
k) Identifikasi masalah dan cara penangananya.
(3) Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketu tim.
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuaan, ketrampilan, dan
sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membibing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
(4) Pengawasan
20

a) Melalui komunikasi : Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan


ketua tim maupun pelaksana mengenain asuhan keperawatan ynag
diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi :
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung yanitu mengecek daftar hadir
ketua tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan) mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
3) Evaluasi.
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan renana keperawatan yang telah disusun bersama ketua
tim.
5) Audit keperawatan
2) Konsep MAKP
a) Pengertian MAKP
Sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
b) Tujuan MAKP
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui penataan sistem
pemberian asuhan keperawatan baik struktur, proses dan nilai-nilai yang
diyakini dalam pemberian asuhan keperawatan.
c) Model MAKP

4. Manajemen
Kasus
21

1. Metode Fungsional A. Definisi Metode Fungsional


Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan yang merupakan pengorganisasian
tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas
menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.

Metode penugasan fungsional merupakan metode pemberian


asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur (Sitorus, 2006)
Prioritas utama metode ini adalah pemenuhan kebutuhan fisik
sehingga kurang memperhatikan kebutuhan manusia secara holistik
dan komprehensi
B. Contoh Penerapan Model Keperawatan Metode Fungsional

Keperawatan fungsional cenderung mengarah ke asuhan yang


terpecah dan kemungkinan mengabaikan kebutuhan prioritas pasien.
keperawatan fungsional juga dapat menimbulkan kepuasan kerja yang
rendah karena sebgaian petugas merasa kurang tertantang dan kurang
dirangsang dalam melakukan peran mereka. Nelson (2000).

2. Metode Tim A.
Metode tim
Metode pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
22

memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui


upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992).

B. Pelaksaanakan metode tim harus berlandaskan konsep berikut:


1) Ketua tim, sebagai perawat profesional, harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
2) Kuminkasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra
terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim.
C. Struktur organisasi metode penugasan tim sebagai berikut:
Kepala Ruangan
Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan :
1. Menyusun visi, misi, dan filosofi
2. Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan).
3. Fungsi Pengorganisasian
4. Menyusun struktur organisasi
5. Menyusun jadwal dinas
6. Membuat daftar alokasi pasien.
3. Metode kasus A.
Pengertian
Metode kasus disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang
merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat
bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien
dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Metode kasus merupakan metode
pemberian asuhan yang pertama digunakan.
Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu periode
dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada
kemampuan perawat itu dan kompleksnya kebutuhan pasien. (Ratna
Sitoruss, 2011)
Model ini sangat sesuai digunakan di ruang rawat khusus
seperti ruang perawatan intentif, misalnya: ruang ICCU, ICU, HCU,
hemodialisis, dll.
23

B. Struktur Organisasi Metode Kasus

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Gambar 2.1 Struktur Oksigenasi Metode kasus


C. Konsep Dasar Metode Kasus
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
D. Tugas Perawat dalam Metode Kasus
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6) Menerima dan menyesuaikan rencana.
7) Menyiapkan penyuluhan pulang.
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial masyarakat.
9) Membuat jadwal perjanjian klinik.
10) Mengadakan kunjungan rumah.
E. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi TIM Metode Kasus
a. Kepala Perawat
1) Memimpin rapat
24

2) Evaluasi kinerja perawat


3) Membuat daftar dinas
4) Menyediakan material
5) Perencanaan, pengawasan, pengarahan
b. Perawat primer
1) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
2) Mengadakan tindakan kolaborasi
3) Memimpin timbang terima
4) Mendelegasikan tugas
5) Memimpin ronde keperawatan
6) Evaluasi pemberian asuhan keperawatan
7) Bertanggung jawab terhadap klien
8) Memberi petunjuk jika klien akan pulang
9) Mengisi resume keperawatan

4. Manajemen kasus A. Definisi


Menurut American Nurses Association (1988), manajemen kasus
adalah suatu sistem pemberian pelayanan kesehatan yang didesain
untuk memfasilitasi pencapaian tujuan pasien yang diharapkan dalam
kurun waktu perawatan di rumah sakit. Fokus pertama manajemen
kasus adalah integrasi, koordinasi dan advokasi klien, keluarga serta
masyarakat yang memerlukan pelayanan yang ekstensif

B. Tujuan Manajemen Kasus


1) Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang
diharapkan sesuai dengan standar.
2) Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.
3) Menggunakan sumber data seefisien mungkin.
4) Efisiensi biaya
5) Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan
melalui kolaborasi dengan tim lainnya.
6) Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.
7) Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan.
25

C. Tugas Manajer Kasus (Case Management)


1) Mengumpulkan informasi dan menilai situasi klien agar dapat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta apa yang dapat
dilakukan terhadap mereka.
2) Memformulasikan suatu rencana pelayanan yang memungkinkan
untuk pemenuhan kebutuhan dan masalah klien.
3) Menempatkan dan menyediakan pelayanan, menyusun dan
menyampaikan pelayanan yang dibutuhkan bagi klien serta
mengkoordinasikan bantuan dari pelayanan-pelayanan tersebut.
4) Memonitor keefektifan dari rencana pelayanan dalam memnuhi
kebutuhan klien dan membantu penyesuaian yang dibutuhkan dalam
rencana untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.
5. Metode Moduler A. Definsi
Pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan
perawat profesional untuk sekelompok klien semenjak masuk rumah
sakit sampai pulang (tanggung jawab total). Untuk metode ini perlu
perawat yang berpengetahuan, terampil, dan punya kemampuan
kepemimpinan. Keuntungan dan kerugian metode ini merupakan
gabungan metode primer dan tim.
6. Metode Primer A. Definisi
Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4
– 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit
B. Karakteristik Modalitas Keperawatan Primer
1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai
pemulangan
2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan
lain, dan menyusun rencana perawatan.
26

3) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh


perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
4) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
5) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer.
C. Ketenagaan dari Metode Keperawatan Primer
1) Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten.

D. Kelebihan dan Kekurangan Keperawatan Primer


Secara garis besar, sistem keperawatan primer memiliki kelebihan
dan kekurangan sebagai berikut.
1. Kelebihan:
a. Bersifat kontinu dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri,
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit (Gillies, 1989).
2. Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction, memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel
asertif, self direction, memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

E. Tugas Keperawatan Primer 1. Tugas Kepala Ruangan


a. Menjadi konsultan dan pengendali mutu perawat primer
b. Member orientasi dan merencanakan karyawan baru
27

c. Menyusun jadwal dinas dan member penugasan pada perawat


asisten
d. Melakukan evaluasi kerja
e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi.
2. Tugas Perawat Primer
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komperhensif

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan


c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama berdinas
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f. Menerima dan menyesuaikan rencana
g. Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, dengan cara kontak
dengan lembaga sosial di masyarakat.
i. Membuat jadwal perjanjian klinik
j. Mengadakan kunjungan rumah
3. Tugas Perawat Associate
Perawat associate adalah seorang perawat yang diberi wewenang
dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan
keperawatan langsung kepada klien. Berikut uraian tugas PA :
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih saying.
b. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
c. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
d. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
e. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respons klien pada catatan perawatan
f. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
g. Pemberian obat
h. Pemeriksaan laboratorium
28

i. Persiapan klien yang akan operasi


j. Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial,
dan spiritual dari klien
k. Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
l. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman,
nyaman, dan ketenangan

m. Pendekatan dan komunikais terapeutik


n. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis
o. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
p. Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
q. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan
secara administrative
r. Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
s. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan
menurut fungsinya supaya siap pakai
t. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, dan
kenyamanan, dan keindahan ruangan
u. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas
v. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
w. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara
lisan maupun tulisan
x. Membuat laporan harian klien
Nursalam “Manajemen keperawatan” (2015), menyebutkan peran
masing-masing komponen; Kepala ruangan, Perawat primer dan
Perawat Assotiate
Kepala ruangan (KARU) Perawat primer (PP) Perawat Associate (PA)
29

Menerima pasien baru Membuat perencanaan Memberikan ASKEP


Memimpin rapat ASKEP Mengikuti timbang
Mengevaluasi kinerja Mengadakan terima
perawat tindakan kolaborasi Melaksanakan tugas
Membuat daftar dinas Memimpin timbang yang didelegasikan
Menyediakan material terima Mendokumentasikan
Perencanaan, tindakan keperawatan
Mendelegasikan tugas
pengawasan dan
pengarahan. Memimpin ronde
keperawatan
Mengevaluasi pemberian
ASKEP
Bertanggungjawab
terhadap pasien
Member petunjuk jika
pasien akan pulang
Mengisi resume
keperawatan

F. Metode Modifikasi Keperawatan Primer


(1) Primer  asuhan berkesinambungan  tanggung jawab &
tanggung gugat Satu orang perawat profesional  perawat primer.
(2) Dalam Kep Primer  hubungan profesional dapat ditingkatkan 
profesi lain memahami kondisi klien secara detail sehingga
mampu melakukan hubungan kolaborasi secara optimal;.
(3) Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena 
butuh jumlah Ners.
a. Ketika jenis Tenaga berbeda  metode tim penting  perawat
dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat mengarahkan dan
membimbing perawat lain dibawah tanggung jawabnya.
b. Metode tim tidak digunakan secara murni  tanggung jawab
asuhan keperawatan terfragmentasi pada berbagai anggota tim,
sehingga sukar menunjukkan akuntabilitas tenaga keperawatan.
30

6. Fase-Fase dalam Manajemen Keperawatan


a. Mengidentifikasi misi dan falsafah yang dikembangkan
b. Menetapkan tujuan
c. Mengumpulkan data-data, yang mencakup :
1) Sensus rata-rata harian pasien
2) Kapasitas tempat tidur
3) Beban kerja perawat
4) Rata-rata lama hari rawat (ALOS)
5) Angka kelahiran
6) Jumlah tindakan operasi
7) Kecenderungan populasi pasien, yang mencakup : diagnosis, kelompok
usia, keparahan penyakit, tingkat ketergantungan pasien.
8) Kecenderungan dalam teknologi
9) Analisis SWOT
Pengertian analisis SWOT banyak macamnya.Secara sederhana
dapat diartikan sebagai suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu
organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat
tentang berbagai faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan serta hambatan
yang dimiliki dan atau yang dihadapi oleh organisasi.
Dalam analisis SWOT ditemukan ada empat unsur pokok yang
perlu dipahami diantaranya: a) S (Strenght) Kekuatan
Kekuatan (strength) di sini adalah berbagai kelebihan yang
bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dapat
dimanfaatkan akan berperan besar tidak hanya dalam memperlancar
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga
dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
b) W (Weakness) Kelemahan
Kelemahan (weaknesses) di sini adalah berbagai kekurangan
yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila
berhasil diatasi akan berperan besar, tidak hanya dalam meperlancar
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga
dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
c) O (Opportunity) Kesempatan
31

Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif


yang dihadapi oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan
akan besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi.
d) T (Threat) Hambatan
Hambatan (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang
dihadapi oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
(1) Mengembangkan rencana kegiatan
(2) Mengembangkan rencana evaluasi
Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Pengisian Item Internal Factor (IFAS) dan External Factor (EFAS).
Cara pengisian data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh
pengumpulan data pada bagian lain). Data tersebut dibedakan
menjadi dua yaitu: IFAS yang meliputi aspek kelemahan ( weakness)
dan kekuatan (strength) dan EFAS yang meliputi aspek peluang
(opportunity) dan ancaman (trheatened).
b) Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting).
c) Peringkat (rating). Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan
berdasarkan pengukuran baik secara observasi, wawancara,
pengukuran langsung. Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan
nilai kinerja positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman
menggambarkan nilai kinerja yang negatif kemudian, bobot dikali
dengan peringkat untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.

d) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor maka untuk


mendapatkan nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (SW)
dan EFAS adalah peluang dikurangi ancaman (O-T). Hasil dari IFAS
dan EFAS kemudian dimasukkan didalam diagram layang untuk
mengetrahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak
kuadaran.
32

(1) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/ turn


around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan (peluang).
(2) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan
tujuan mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk
mendapatkan peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan.
(3) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi
dengan tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk
mengantisipasi faktor ancaman dari luar.
(4) Pada kekuatan WT, strategi perencanaan bersifat bertahan
dengan tujuan mempertahankan eksistensi supaya
institusi/perusahaan tetap ada dan dapat menjalankan fungsinya
secara minimal.
7. Kegiatan dalam Manajemen Keperawatan
1) Timbang terima a) Pengertian
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
b) Tujuan
(1)Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
(2)Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
(3)Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat.
(4)Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien
yang berkesinambungan.

c) Manfaat
(1)Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh
perawat pada shift berikutnya.
(2)Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan
dengan keadaan klien yang sebenarnya.
(3)Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang
belum terungkap.
a) Metode Pelaporan
33

(1)Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung


kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan
kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan
rencana keperawatan.
(2)Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat
kemudian dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi klien satu persatu.
b) Prosedur Pelaksanaan
(1)Kedua kelompok dinas sudah siap.
(2)Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan
( tanggung jawab )
(3)Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
c) Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
(1)Identitas klien dan diagnosa medis.
(2)Masalah Keperawatan yang masih muncul.
(3)Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan ( secara umum )
(4)Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
(5)Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalamkegiatan
operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lain,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.
d) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
(1)Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah
ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang
kurang jelas.
(2)Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan
padat.
(3)Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali dalam
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.

e) Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam timbang terima


(1)Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati.
34

(2)Dipimpin oleh penanggung jawab klien / perawat primer.


(3)Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
(4)adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.
(5)Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan
menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.
(6)Timbang terima harus berorientasi pada masalaha keperawatan yang ada
pada kliwn, dengan kata lain informasi yang diberikan berawal dari
masalahnya terlebih dahulu ( setelah diketahui melalui pengkajian ), baru
kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan
serta perkembangan setelah dilakukan tindakan.
(7)Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan volume suara
yang pelan dan tegas ( tidak berbisik ) agar klien disebelahnya tidak
mendengarkan apa yang dibicarakan untuk menjaga privacy klien,
terutama mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat klien.

(8)Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan
dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.

f) Alur timbang terima.

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH
KOLABORATIF
KEPERAWATAN

RENCANA
(1) TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN
/KEADAAN PASIEN
35

MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI
SEBAGIAN
4. MUNCUL
MASALAH BARU
Gambar 2.2 Alur timbang terima

2) Ronde keperawatan
Salah satu upaya peningkatan mutu dalam pembeian asuhan keperawatan
adalah dengan cara menyelenggarakan ronde keperawatan. Adapun tujuan dari
ronde keperawatan adalah mencari solusi atau pemecahan masalah yang dihadapi
psisen. Sedangkan kriteria pasien yang akan dilakukan ronde adalah: a Pasien
dengan penyakit kronis. b Pasien dengan komplikasi.
c Pasien dengan penyakit akut.
Pelaksanaan dari ronde keperawatan meliputi kegiatan : a.
Persiapan
(1) Berdasarkan pengkajian data yang telah dilakukan terhadap seluruh
pasien, maka kelompok mengadakan analisa data berdasakan peran
masing-masing.
(2) Menentukan nama pasien dan jenis penyakit serta masalah
keperawatan yang dialami pesien
(3) Mencari literatur atau referensi untuk memperjelas kasus yang akan
diambil.
(4) Mendiskusikan hasil proposal dengan pembimbing klinik dan kepala
ruangan.
b. Pelaksanaan
(1) Ronde keperawatan dihadiri oleh pembimbing, perawat konsultan,
KATIM dan PP
(2) KATIM melakukan presentasi di ruang perawatan pasien mengenai
pengkajian yang didapatkan pada pasien, menentukan masalah
keperawatan yang masih ada pada pasien, menjelaskan implementasi
yang telah dilaksanakan
36

(3) Membuka acara diskusi, dimana kegiatan ini dilaksanakan diruang


perawatan pasien
(4) Selanjutnya kelompok bersama pembimbing dan konsultan melakukan
validasi terhadap masalah-masalah yang ditemukan di nurse station.

(a) Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan


Langkah – langkah ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
37

TAHAP PRA KATIM


RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

1 Informed Consent

2 Hasil Pengkajian/
Validasi data 1 Apa diagnosis
keperawatan
TAHAP 2 Apa data yang
PELAKSANAAN mendukung?
DI NURSE Penyajian Masalah
3 Bagaimana
STATION intervensi yang
sudah dilakukan?
4 Apa hambatan yang
dilakukan?

Validasi data

TAHAP
PELAKSANAAN Diskusi KATIM-PP,
(ronde) PADA Konsektor, KARU
BED KLIEN

Lanjutan-diskusi di
Nurse Station

Kesimpulan dan
rekomendasi solusi
TAHAP PASCA masalah
RONDE
Ronde keperawatan merupakan metode untuk menggali dan membahas
secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dengan
melibatkan tim keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan
pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan. 3) Sentralisasi obat a) Pengertian
38

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien dierahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2012).
b) Tujuan pengelolaan obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi.
c) Hal-hal ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi:
(1) Memberikan bermacam – macam obat untuk satu pasien
(2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama
(3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”.
(4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
(5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang
akan membuang atau lupa untuk meminum.
(6) Memesan obat yang lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak
yang tersisa sesudah batas kadaluarsa.
(7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif.
(8) Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.

(9) Mengeluarkan obat (dari) tempat penyimpanan waktu terlalu banyak


pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuci (Mc Mahon,
1999).
d) Teknik pengelolaan obat
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
(1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepada ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
(2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat.
e) Penerimaan obat
39

(1) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat.
(2) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan diketahui
(ditandatangani) oleh kelurga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau
bilamana obat tersebut akan habis. Serta penjelasan tentang 5T
(jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
(3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kartu sediaan.
(4) Obat yang telah diserahkan disimpan oleh perawat dalam kotak obat
(Nursalam, 2012)
f) Pembagian obat
(1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
(2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memerhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocockkan dengan terapi
yang diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.

(3) Pada saat pemberian obat, perawat obat, perawat menjelaskan


macam obat, kegunaan obat, dan efek samping. Usahakan tempat/
wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek
samping pada pasien.
(4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruang atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat. (Nursalam, 2011)

g) Penambahan obat
(1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis, atau
perubahan alur pemberin obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekligus dilakukan perubahan dalam kartu
sediaan obat.
40

(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu obat. (Nursalam, 2011)
h) Obat khusus
(1) Obat dikatregorikan khusus apabila sediaan memilikiharga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memilikiefek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu.
(2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan format pemberian obat
khusus (obat emergency) yang berisi tanggal pemakaian, nama obat,
dosis, cara pemberian, nama pasien serta nama perawat yang
memberikan obat tersebut, jika katim tidak ada bisa didelegasikan kepada
anggota tim.
(3) Informasikan yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat. (Nursalam,2012)

i) Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

DOKTER
Pendekatan
Perawat
Surat Persetujuan
Sentralisasi
Obat dari Perawat

PASIEN / KELUARGA

Persyaratan pengambilan
obat sesuai dengan
ketentuan

DEPO FARMASI /
APOTEK
41

Pengaturan Obat Pasien


untuk 24 jam

PP / PERAWAT YANG

MENERIMA

PASIEN
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
10) Surat Persejuan Dilakukan Sentralisasi Obat
( Terlampir )
11) Format Serah Terima Obat ( Terlampir ) 4)
Discharge planning a) Pengertian
Perencanaan pilang adalah suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sbelum
dan sesudah pulang.
b) Tujuan
Menurut Jibb dan siras (1986) perenacanaan pulang bertujuan :
(1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologi, dan sosial
(2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
(3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
(4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
(5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
sertasikapdalam memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan
pasien.
(6) Melaksanakan rentang perawatan dirumahsakit dan masyarakat
42

c) Jenis discharge planning


Menurut Chesa (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai
berikut :
(1) Conditional discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi pasien baik dn tidak terdapat komplikasi. Tetapi
harus ada pebgawasan dari puskesmas terdekat.
(2) Absolut discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan
akhir dari hubungan antara pasien dengan rumah sakit.
(3) Judikal discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang.
Format discharge planning (Terlampir).

d) Alur Disharge Planning


43

Pasien masuk Ruang


Hijr Ismail

Tahap 1 Admisi Orientasi :


a. Penjelasan tentang :
Karu,Katim, 1. Dokter yang merawat.
PP 2. Perawat yang bertanggung
jawab.
3. Tata tertib dan waktu
berkunjung.
b. Penyerahan obat dan
pemeriksaandiagnostik yang
dibawa pasien .
c. Pengkajian dan penentuan masalah
keperawatan.\
KATIM, Tahap 2 : masa perawatan
PP, Dokter, 1. Diagnosa madis
tenaga 2. Terapi medis
kesehatan 3. rencana dan tindakan keperawatan
4. Perkiraan lama keperawatan
lain
5. Perkembangan kondisi pasien
6. pemeriksaan dignostik dan
laboratorium yang dilakukan.

Dokter
dan
KATIM Tahap 3 : Perencanaan pulang Penyelesaian
1. Penentuan keadaan pasien:
dibantu administrasi
a. klinis dan pemeriksaan penunjang
PP lain
b. Tingkat ketergantungan pasien
2. Pesanan pulang dengan
memberikan HE tentang : Monitor (sebagai
 Jadwal kontrol dan pentingnya program servis savety)
melakukan kontrol secara oleh : keluarga dan
teratur. petugas.
 Aturan minum obat
 Aktivitas yang boleh dilakukan
dirumah
 Diet
 Rujukan ke pelayanan
kesehatan terdekat
 Perawatan klien di rumah.
5) Dokumentasi keperawatan
44

Kegiatan dokumentasi dilakasanakan pada minggu ke I-II untuk uji coba dan
aplikasi dilaksanakan minggu ke III-IV. Secara garis besar model
pendokumentasian PIE meliputi:
1. Pengkajian keperawatan
Analisa data, kriteia – LARB: Lengkap, Akurat, Relevan dan Baru. a.
Pengelompokan data, Kriteria:
(1) Data biologis: Hasil dari (1) Observasi tanda-tanda vital dan
Pemeriksaan fisik melalui IPPA-Inspeksi,
Perkusi, Palpasi, Auskultasi; (2) pemeriksaan diagnostic/
penunjang; laboratorium dan foto.
(2) Data psikologis, social dan spiritual melalui wawancara dan observasi.
(3) Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (Review of
System) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan,
observasi , dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/
diagnostik.Keterangan lengkap seperti pada lampiran
2. Diagnostik Keperawatan Kriteria:
1) Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan
kesenjangan.
2) Diagnostik keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemeriksaan pasien.
3) Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
4) Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S.
3. Perencanaan
Komponen perencanaan keperawatan terdiri
atas: a) Prioritas masalah Kriteria:
1) Masalah yang mengamcam kehidupan merupakan prioritas utama.
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas
kedua.

3) Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.


b) Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat-SMART
Kriteria (NOC-Nursing Outcome Criteria)
disesuaikan standar pencapaian:
1) Tujuan dirumuskan secara singkat.
2) Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
45

3) Spesifik pada diagnosis keperawatan.


4) Dapat diukur.
5) Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6) Adanya target waktu pencapaian.
c) Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing
Intervention Classification) yang telah ditetapkan oleh Instansi Pelayanan
setempat. Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung 3 komponen,
meliputi DET tindakan keperawatan:
1) Diagnosis/ Observasi
2) Edukasi (HE)
3) Tindakan-independen , dependen dan interdependen Kriteria :
(1) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
(2) Merupakan alternatif tindakan secara tepat
(3) Melibatkan pasien/ keluarga
(4) Mempertimbangkan latar belakang social budaya pasien/
keluarga
(5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
(6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
(7) Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber daya
dan fasilitas yang ada
(8) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
(9) Menggunakan formulir yang baku
(10) Intervensi/ Implementasi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeriksaan dan pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.Intervensi
keperawatan berorientasi pada 15 komponen dasar keperawatan yang
dikembangkan dengan prosedur teknis perawatan.
Kriteria:
(a) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
(b) Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien.
(c) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/ keluarga.
(d) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
46

(e) Menggunakan sumber daya yang ada.


(f) Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan
pasien/ keluarga.
(g) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
keperawatan.
(h) Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik.
(i) Menerapkan etika keperawatan.
(j) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan
mengutamakan keselamatan pasien.
(k) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.
(l) Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam
keselamatan pasien.
(m) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
(n) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
(o) Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang
telah ditentukan
4. Evaluasi
Dikakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan.
Kriteria:
1) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
2) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan tingkah
laku pasien
3) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil
tindakan selanjutnya
4) Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain
5) Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan
standar praktik keperawatan)
Komponen Evaluasi mencangkuo aspek: K-A-P-P (kognitif-
afektifpsikomotor-perubahan biologis) yang meliputi:
a) Kognitif (Pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan).
b) Afektif (Sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan.
c) Psikomotor (Tindakan/ perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.
d) Perubahan Biologis(tanda vital, sistem, dan imunologi)
47

Anda mungkin juga menyukai