BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Manajemen
1. Teori Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen
tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling
(POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant & Massey, 1999). Manajemen juga diartikan sebagai
suatu organisasi bisnis yang memfokuskan pada produksi dan dalam
banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan. Menurut Gillies
(1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana & Rika Widya Sukmana (1996),
manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. Di sini manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisir, memimpin, mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan
seefesien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi (Grant dan Massey, 1999).
Manajemen juga didefinisikan sebagai proses untuk melaksanakan
pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian
tujuan dalam batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2015). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-
sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien,
keluarga dan masyarakat. Manajer keperawatan dituntut untuk
7
4. Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Manajer adalah seseorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah
orang lain. Seorang manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung
jawabnya menggunakan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang
lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu
tujuan umum.
Robert C. Millus menyebutkan tanggung jawab para pemimpin secara rinci,
yaitu:
1) Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis, dalam artian
kuantitas, kualitas, keamanan, dan lain sebagainya
2) Melengkapi para karyawan/pegawai dengan sumber-sumber dana yang
diperlukan untuk menjalankan tugasnya
3) Mengomunikasikan kepada para karyawan tentang apa yang diharapkan
dari mereka
9
b. Teori Kepemimpinan
1) Teori trait (bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapatkan) (Marquis dan Huston, 1998).Teori ini
disebut dengan “Great Man Theory”.
2) Teori perilaku
10
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu
produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994), teori perilaku ini
dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu
organisasi.
Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi antara lain sebagai berikut :
a) Gaya kepemimpin menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui
dua titik eksterm yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi.
(h) Tugas - tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
(i)Pujian dan kritik seimbang
(j)Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
(k) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
(l)Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
(m) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling
menghargai
(n) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama
(3) Liberal atau Laissez Faire
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sbb :
(a) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya pada bawahan
(b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
(c) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
(d) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
(e) Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
g) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan & Wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi 4 yaitu :
(1) Otoriter
(2) Demokratis
(3) Partisipatif
(4) Bebas Tindak
3) Teori contigency dan situational
Teori ini menekankan bahwa manager yang efektif adalah manager yang
melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan antara faktor bawaan,
situasi, dan perilaku.
4) Teori kontemporer (kepemimpinan dan manajemen)
Teori ini menekankan terhadap 4 komponen penting dalam suatu
pengelolaan, yaitu:
14
a) Manager/pemimpin
b) Staf & atasan
c) Pekerjaan
d) Lingkungan
5) Teori motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: Maslow, Aldever,
Herzberg, McCelland, Adams, dan V.Vroom. Berikut ini merupakan tabel yang
menggambarkan perbandingan beberapa teori motivasi yang diyakini dapat
membantu dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kesehatan.
Tabel 2.1 “Perbandingan beberapa teori motivasi berdasar isinya (contents)”
No Teori Penjelasan
1 The Need • Fisiologi Gaji pokok
Hierarchy • Aman Perencanaan yang
(Maslow) • Kasih Sayang regular (gaji)
hierarki • Harga Diri Kerjasama secara tim
kebutuhan • Aktualisasi Pencapaian posisi
Tantangan dalam
bekerja
2 ERG • ER Eksistence (Fisiologi &
Theory • G aman)
(Clayton Relatedness (Kasih
Alderfer) sayang)
Growth (Harga diri
&aktualisasi)
3 Two- • Motivators Kepuasan kerja
Factors • Hygiene Lingkungan yang
Theory kondusif
(Frederich
Herzberg)
Teori dua
faktor
4 Learned • Affiliation Bersahabat
Theory • Power Memerintah orang lain
(McCellan • Achievement Suka tantangan, kompetisi,
d) teori & menyelesaikan
masalah
belajar
secara efektif
6) Teori z
Komponen teori Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan,
menempatkan pegawai sesuai keahliannya.
7) Teori interaktif
Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sebagai
suatu system terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan
berkembang secara dinamis.
8) Kepemimpinan Efektif
Kompetensi tersebut dikategorikan menjadi 7, yaitu : a)
Kepemimpinan
b) Pengambilan keputusan dan perencanaan
c) Hubungan masyarakat/ komunikasi
16
d) Anggaran
e) Pengembangan
f) Personaliti/perilaku
g) Negosiasi (Harris dan Belakley,1995).
(3) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
b. Tanggung jawab anggota tim
(1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
(2) Kerja sama dengan tim dan antartim.
(3) Memberikan laporan.
c. Tanggung jawab ketua tim
(1) Membuat perencanaan.
(2) Membantu penugasan, supervise, dan evaluasi.
(3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
(4) Mengembangkan kemampuan anggota.
(5) Menyelenggarakan konferensi.
d. Tanggung jawab kepala ruang
(1) Perencanaan
a) Menunjukkan ketua tim anak bertugas di ruangan masingmasing.
4. Manajemen
Kasus
21
2. Metode Tim A.
Metode tim
Metode pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
22
Kepala Ruangan
c) Manfaat
(1)Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh
perawat pada shift berikutnya.
(2)Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan
dengan keadaan klien yang sebenarnya.
(3)Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang
belum terungkap.
a) Metode Pelaporan
33
(8)Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan
dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.
PASIEN
RENCANA
(1) TINDAKAN
PERKEMBANGAN
/KEADAAN PASIEN
35
MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI
SEBAGIAN
4. MUNCUL
MASALAH BARU
Gambar 2.2 Alur timbang terima
2) Ronde keperawatan
Salah satu upaya peningkatan mutu dalam pembeian asuhan keperawatan
adalah dengan cara menyelenggarakan ronde keperawatan. Adapun tujuan dari
ronde keperawatan adalah mencari solusi atau pemecahan masalah yang dihadapi
psisen. Sedangkan kriteria pasien yang akan dilakukan ronde adalah: a Pasien
dengan penyakit kronis. b Pasien dengan komplikasi.
c Pasien dengan penyakit akut.
Pelaksanaan dari ronde keperawatan meliputi kegiatan : a.
Persiapan
(1) Berdasarkan pengkajian data yang telah dilakukan terhadap seluruh
pasien, maka kelompok mengadakan analisa data berdasakan peran
masing-masing.
(2) Menentukan nama pasien dan jenis penyakit serta masalah
keperawatan yang dialami pesien
(3) Mencari literatur atau referensi untuk memperjelas kasus yang akan
diambil.
(4) Mendiskusikan hasil proposal dengan pembimbing klinik dan kepala
ruangan.
b. Pelaksanaan
(1) Ronde keperawatan dihadiri oleh pembimbing, perawat konsultan,
KATIM dan PP
(2) KATIM melakukan presentasi di ruang perawatan pasien mengenai
pengkajian yang didapatkan pada pasien, menentukan masalah
keperawatan yang masih ada pada pasien, menjelaskan implementasi
yang telah dilaksanakan
36
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
1 Informed Consent
2 Hasil Pengkajian/
Validasi data 1 Apa diagnosis
keperawatan
TAHAP 2 Apa data yang
PELAKSANAAN mendukung?
DI NURSE Penyajian Masalah
3 Bagaimana
STATION intervensi yang
sudah dilakukan?
4 Apa hambatan yang
dilakukan?
Validasi data
TAHAP
PELAKSANAAN Diskusi KATIM-PP,
(ronde) PADA Konsektor, KARU
BED KLIEN
Lanjutan-diskusi di
Nurse Station
Kesimpulan dan
rekomendasi solusi
TAHAP PASCA masalah
RONDE
Ronde keperawatan merupakan metode untuk menggali dan membahas
secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dengan
melibatkan tim keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan
pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan. 3) Sentralisasi obat a) Pengertian
38
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien dierahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2012).
b) Tujuan pengelolaan obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi.
c) Hal-hal ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi:
(1) Memberikan bermacam – macam obat untuk satu pasien
(2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama
(3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”.
(4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
(5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang
akan membuang atau lupa untuk meminum.
(6) Memesan obat yang lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak
yang tersisa sesudah batas kadaluarsa.
(7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif.
(8) Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
(1) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat.
(2) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan diketahui
(ditandatangani) oleh kelurga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau
bilamana obat tersebut akan habis. Serta penjelasan tentang 5T
(jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
(3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kartu sediaan.
(4) Obat yang telah diserahkan disimpan oleh perawat dalam kotak obat
(Nursalam, 2012)
f) Pembagian obat
(1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
(2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memerhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocockkan dengan terapi
yang diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
g) Penambahan obat
(1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis, atau
perubahan alur pemberin obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekligus dilakukan perubahan dalam kartu
sediaan obat.
40
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu obat. (Nursalam, 2011)
h) Obat khusus
(1) Obat dikatregorikan khusus apabila sediaan memilikiharga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memilikiefek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu.
(2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan format pemberian obat
khusus (obat emergency) yang berisi tanggal pemakaian, nama obat,
dosis, cara pemberian, nama pasien serta nama perawat yang
memberikan obat tersebut, jika katim tidak ada bisa didelegasikan kepada
anggota tim.
(3) Informasikan yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat. (Nursalam,2012)
DOKTER
Pendekatan
Perawat
Surat Persetujuan
Sentralisasi
Obat dari Perawat
PASIEN / KELUARGA
Persyaratan pengambilan
obat sesuai dengan
ketentuan
DEPO FARMASI /
APOTEK
41
PP / PERAWAT YANG
MENERIMA
PASIEN
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
10) Surat Persejuan Dilakukan Sentralisasi Obat
( Terlampir )
11) Format Serah Terima Obat ( Terlampir ) 4)
Discharge planning a) Pengertian
Perencanaan pilang adalah suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sbelum
dan sesudah pulang.
b) Tujuan
Menurut Jibb dan siras (1986) perenacanaan pulang bertujuan :
(1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologi, dan sosial
(2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
(3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
(4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
(5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
sertasikapdalam memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan
pasien.
(6) Melaksanakan rentang perawatan dirumahsakit dan masyarakat
42
Dokter
dan
KATIM Tahap 3 : Perencanaan pulang Penyelesaian
1. Penentuan keadaan pasien:
dibantu administrasi
a. klinis dan pemeriksaan penunjang
PP lain
b. Tingkat ketergantungan pasien
2. Pesanan pulang dengan
memberikan HE tentang : Monitor (sebagai
Jadwal kontrol dan pentingnya program servis savety)
melakukan kontrol secara oleh : keluarga dan
teratur. petugas.
Aturan minum obat
Aktivitas yang boleh dilakukan
dirumah
Diet
Rujukan ke pelayanan
kesehatan terdekat
Perawatan klien di rumah.
5) Dokumentasi keperawatan
44
Kegiatan dokumentasi dilakasanakan pada minggu ke I-II untuk uji coba dan
aplikasi dilaksanakan minggu ke III-IV. Secara garis besar model
pendokumentasian PIE meliputi:
1. Pengkajian keperawatan
Analisa data, kriteia – LARB: Lengkap, Akurat, Relevan dan Baru. a.
Pengelompokan data, Kriteria:
(1) Data biologis: Hasil dari (1) Observasi tanda-tanda vital dan
Pemeriksaan fisik melalui IPPA-Inspeksi,
Perkusi, Palpasi, Auskultasi; (2) pemeriksaan diagnostic/
penunjang; laboratorium dan foto.
(2) Data psikologis, social dan spiritual melalui wawancara dan observasi.
(3) Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (Review of
System) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan,
observasi , dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/
diagnostik.Keterangan lengkap seperti pada lampiran
2. Diagnostik Keperawatan Kriteria:
1) Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan
kesenjangan.
2) Diagnostik keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemeriksaan pasien.
3) Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
4) Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S.
3. Perencanaan
Komponen perencanaan keperawatan terdiri
atas: a) Prioritas masalah Kriteria:
1) Masalah yang mengamcam kehidupan merupakan prioritas utama.
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas
kedua.