Dosen Pembimbing
Disusun Oleh
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya untuk menyelesaikan makalahnini.
Shalawat beriringan salam kami sampaikan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada ilmu pengetahuan
yang dari zaman jahiliyah ke zaman terang benderang ( ilmu yang
bermanfaat)
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................!
Kata Pengantar....................................................................................!!
Daftar Isi..............................................................................................!!!
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................5
C. Tujuan Penulisan............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A.Saran .............................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................68
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
5
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Istilah
Manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang
berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketata laksanaan,
kepemimipinan, pemimpin, ketata pengurusan, administrasi, dan sebagainya.
Manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
6
Unsur-unsur manajemen itu terdiri dari men, money, methods, materials,
machines, and market disingkat dengan 6M.
1. Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja
operasional/pelaksana.
2. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.
4. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Machines yaitu mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk
mencapai tujuan.
6. Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.
7
ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-
usaha pengorganisasian.(G.R. Terry)
d. Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.
8
Filsafat manajemen adalah kumpulan pengetahuan dan kepercayaan yang
memberikan dasar atau basis yang luas untuk menentukan pemecahan terhadap
masalah-masalah manajer.
Manfaat filsafat manajemen :
1. Memberikan suara dasar dan pedoman bagi pekerjaan manajer
2. Memberikan kepercayaan dan pegangan bagi manajer dalam proses manajemen
untuk mencapai tujuan
3. Memberikan dasar dan pedoman berpikir efektif bagi manajer.
9
3. Asas Disiplin
Menurut asas ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah
ditetapkan dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta dilaksanakan
sepenuhnya.
4. Asas Kesatuan Perintah
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah dari
seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada seorang atasan pula. Asas
kesatuan perintah ini sangat diperlukan, jika bawahan diperintah oleh beberapa orang
atasan maka akan membingungkan.
5. Asas Kesatuan Jurusan atau Arah
Sekelompok bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu tujuan, satu
perintah, dan satu atasan supaya terwujud kesatuan arah, gerak dan tindakan menuju
sasaran yang sama.
6. Asas Kepentingan Umum Diatas Kepentingan Pribadi
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama
(organisasi) di atas kepentingan pribadi.
10
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian gaji,
jaminan sosial pekerjaan dan hukuman.
10. Asas Inisiatif
Seorang pimpinan harus memberikan dorongan dan kesempatan kepada
bawahan untuk berinisiatif, dengan memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif
memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.
Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab
antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Managment sebagai suatu ilmu pengetahuan,
karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori.
Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai
tujuan. Manajemen sebagai suatu ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasi.
Manajemen sebagai suatu seni bukan diartikan seni dalam formal yang biasa
dihubungkan dengan seni musik, sastra, tari, drama, patung, lukis, dan sebagainya.
dengan demikian, bukan berarti untuk menjadi pemimpin yang baik harus menjadi
seorang seniman, atau seorang pemimpin minimal harus menguasai salah satu cabang
kesenian seperti menari, menyanyi, dan melukis. Yang dimaksud seni disini adalah
seni dalam pengertian yang lebih luas dan umum, yaitu merupakan keahlian,
kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan
teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam (human and
natural resurces) secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
11
Dalam bahasa Belanda, kehalian, kemampuan, kemahiran, dan keterampilan
yang diperoleh menurut saluran biasa, yaitu menurut sistem pelajaran atau sistematik
tertentu, disebut (kunde). Jika keahlian, kemahiran, kemampuan, dan keterampilan
tidak dapat lagi ditelusuri berdasarkan saluran ilmu dan sistematik biasa maka disebut
kuast ( seni).
Berpijak tentang hal-hal yang telah dideskripsikan di atas, jelaslah bahwa seni
dan ilmu terdapat dalam manajemen. Manajemen dapat dikuasai oleh dengan lapisan
seni yang baik, atau sebaliknya manajemen dapat dikuasai oleh seni dengan lapisan
ilmu yang baik. Dalam setiap aktivitas diperlukan ilmu dan seni.
12
4. Terbekalinya tenaga profesional dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
kepemimpinan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen).
13
Managemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah
memperkirakan peristiwa-peristiwa sampai pembuatan rencana operasional.
Perencanaan juga merupakan fungsi managemen dari setiap perawat kepala dari
perawat klinis profesional sampai perawat manager, penyelia, direktur dan
administrator. Ratcliffe dan logsdon menspesifikasikan 6 tahap dalam proses
perencanaan :
Tahap merancang
Tahap delegasi
Tahap mendidik
Tahap perkembangan
Tahap implementasi
Tahap tindak lanjut (evaluasi penampilan dan umpan balik)
14
Managemen keperawatan adalah pembuat keputusan. Managemen keperawatan
membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat manager pada setiap tingkatan
bagian di bangsal atau unit.
Managemen keperawatan adalah suatu formulasi dan pencapaian tujuan sosial.
Perubahan sosial penting dalam hubungannya dengan kebutuhan kesehatan. Tujuan
pemenuhan seperti itu tergantung pada perawat manager. Perawat manager mengatur
dampak institusi sosial dan mengeluarkan tanggung jawab sosialnya relatif terhadap
keperawatan.
Managemen keperawatan adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah
pengidentifikasian kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja yang dilakukan
dan menyesuaikan desain organisasi dan struktur untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini.
Ada empat bentuk struktur organisasi : unit, departemen, puncak (divisi atau
tingkat eksekutif dari managemen organisasi), tingkat operasional (meliputi semua
fase pekerjaan dalam struktur organisasi)
Managemen keperawatan menunjukan fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin
dan bidang studi. Managemen keperawatan adalah bagian yang aktif dari divisi
keperawatan, organisasi, dan lembaga dimana hal ini berfungsi :
o Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan.
o Managemen keperawatan adalah mengarahkan atau memimpin.
o Divisi keperawatan yang dikelola baik memotivasi pekerja yang memuaskan.
o Managemen keperawatan komunikasi yang efisien.
o Managemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian. (Swanburg,
2000 )
15
Kerangka konsep managemen keperawatan adalah managemen partisipatif yang
berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia,
perawat/keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
Manusia, dalam managemen partisipatif adalah individu, keluarga/masyarakat
yang diberikan pelayanan keperawatan melelui pelaksanaan tugas keperawatan yang
terorgaisasi, terarah, terkoordinasi dan terintregasi dalam rentang kendali yang
ditetapkan.
Perawat/keperawatan adalah tenaga keperawatan baik tingkat managerial
puncak, menengah, maupun bawah dan para pelaksana keperawatan yang berada
dalam rentang komunikasi untuk bekerja sama memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar praktik keperawatan.
Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi pada
beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga dan masyarakat melalui
upaya mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan. Aspek
lingkungan merupakan area kewenangan dan tanggung jawab keperawatan baik
selama pasien berada dalam institusi pelayanan maupun persiapan menjelang pulang.
16
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan
balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang.
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan
data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan
penilaian hasil. ( Gillies, 1985 )
17
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan
ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana
yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat –
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator
seyogyanya bekerja bersama – sama dalamperenacanaan danpengorganisasian serta
fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
18
yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran
pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut
agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
19
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
20
1.Memenuhi Kriteria dan Hasil Manajemen Keperawatan
2.Memenuhi Aspek Aspek Operasional dan Fungsional Keperawatan
3.Memenuhi Mutu pelayanan Manajamen Kesehatan
4.Memenuhi Peran Dan meningkatkan Produktifitas Keperawatan
21
I. STANDAR PELAKSANAAN PENETAPAN TIM MANKEP
1. Peran Manajer
Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkung ( Nursalam,2002)
2. Peran Kepala Ruang
Kepala rungan disebuah ruangan keperawatan perlu melakukan koordinasi kegiatan
unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan
pemberian asuhan keperawatan kerja staf menurut ( Arwani,2005 )
3. Lini dan staff
Otalitis ini menunjukakan kekuasaan supervisi langsung terhadap
bawahannya.Sebaliknya,kerja staff dirumah sakit umumnya dihubungkan dengan
kegiatan pengarahan atau pemberian saran.Dibagian perawat,kepuasan ini
dilaksanakan oleh paramenejer yang bertanggung jawab terhadap pelatih dan
pendidik.
a. Langkah-Langkah Evaluasi
22
- Melaksanakan Tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
b. Hasil Evaluasi
- Tujuan tercapai ; Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan
- Tujuan tercapai sebagian ; jika klien menunjukkan sebagian dari standar dan
kriteria yang telah ditetapkan
- Tujuan tidak tercapai ; Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
23
Proses keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan
(Doengoes,2000). Proses keperawatan terbagi menjadi 5 langkah yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dengan tidak di
lakukannya proses keperawatan yang benar maka pasien tidak mendapat asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan mencegah masalah kesehatan
yang baru bahkan memperlambat proses kesembuhan dari pasien tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi standar praktek keperawatan antara lain :
1. Kecakapan intelektual
2. Ilmu pengetahuan
3. Percaya diri perawat
4. Sarana
5. Komunikas
6. Pengalaman kerja perawat
7. Motivasi pasien untuk sembuh
8. Kedisiplinan
Ada pendapat lain bahwa penyusunan standar secara otomatis dilakukan oleh
tim maka langkah-langkah dalam penyusunan standar sebagai berikut : merumuskan
filosofi dan tujuan, menghubungkan standar dan teori yang relevan, menetapkan topik
dan format standar (Sahar,J, 1996).
24
2. Menentukan filosofi dan tujuan keperawatan.
Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang memberikan arti bagi
seseorang dan berasal dari proses belajar sepanjang hidup melalui hubungan
interpersonal, agama, pendidikan dan lingkungan. Didalam pembuatan standar,
serangkaian tujuan keperawatan perlu ditetapkan berdasarkan filosofi yang diyakini
oleh profesi.
Teori yang dipilih amat bermanfaat dalam merencanakan standar, mengarahkan dan
menilai praktek keperawatan. Konsep-konsep keperawatan dapat digunakan untuk
menilai kembali tentang teori keperawatan yang telah dipilih sebelumnya. Ada
beberapa teori yang dapat dipilih dan disepakati oleh kelompok pembuat standar
keperawatan misalnya; teori Orem. Inti dari teori Orem adalah adanya kepercayaan
bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri (Self Care).
Format standar tergantung dari cara pendekatan yang dipilih sebelumnya dan topik
standar yang telah ditentukan. Apabila standar praktek keperawatan yang digunakan
adalah pendekatan standar proses maka format standar yang dipakai adalah format
25
standar ANA 1991 terdiri dari enam tahap yang meliputi ; pengkajian , diagnosa,
identifikasi hasil, perencanan, implementasi dan evaluasi.
Komite Keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang dari
struktur organisasi formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun, merumuskan
dan mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide perawat/bidan sehingga
memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan ide dari staf
profesional keperawatan.
Komite Keperawatan merupakan oganisasi yang berfungsi sebagai wahana
bagi tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang
hal-hal yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan.
26
1. Menetapkan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan fungsional tenaga
keperawatan.
2. Merumuskan norma-norma: harapan dan pedoman perilaku.
3. Menyediakan alat ukur pantau kinerja tenaga keperawatan.
4. memelihara dan meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan kinerja anggota.
5. Membina dan menangani hal-hal yang berkaitan dengan etika profesi keperawatan.
6. Mewujudkan komunitas profesi keperawatan.
7. Merumuskan sistem rekruitmen dan retensi staff.
27
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat
suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta
harus ada batasan waktu pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi
tentang mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang
perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan
Keperawatan Secara Profesional Tahun 2015”.
b. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan.
Contoh misi ruang perawatan:
Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
c. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan
dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi (Swansburg, 1993).
Contoh filosofi ruang perawatan:
Pasien adalah manusia sebagai individu yang unik bermartabat
d. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara
mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi
pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk
merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan.
28
menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun
(Marquis & Huston, 1998); sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering
disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga
sampai dengan 20 tahun (Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka
pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka pendek yang dapat diterapkan di
ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.
b. Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana
bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dibuat oleh
kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
c. Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana tahunan
disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan
dibuat oleh kepala ruang.
a. Pengertian
Perencanaan SDM adalah kegiatan merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi serta efektif efisien dalam membantu terwujudnya tujuan
29
(Hasibuan, 2005). Perencanaan SDM kesehatan adalah proses estimasi terhadap
jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan (Ilyas, 2004).
30
c. Tujuan Perencanaan SDM Keperawatan
Menurut Hasibuan (2005), tujuan perencanaan SDM keperawatan adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan.
Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu draf yang memunculkan kualifikasi
SDM keperawatan seperti apa yang dibutuhkan. Contoh kebutuhan SDM berdasarkan
tingkat pendidikan (D3 Keperawatan atau S1 Keperawatan), kebutuhan SDM
berdasarkan spesialisasi (perawat anak, perawat medical bedah, perawat
kegawatdaruratan, perawat maternitas, dan lain-lain). Selain itu, draf yang ada juga
memuat berapa jumlah kebutuhan SDM keperawatan yang sudah ada dan berapa
kekurangannya. Hal ini semua dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengembangan
tenaga keperawatan.
2) The right man on the right place and the right man on the right job (efektivitas dan
efisiensi).
Penempatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi
pendidikannya akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas-tugas
keperawatan.
3) Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa
mendatang.
Perencanaan SDM keperawatan harus dibuat secara cermat dan teliti. Data-data
penunjang harus tersedia dengan cukup, antara lain dalam hal apakah dalam waktu
dekat atau beberapa tahun kemudian ruang perawatan akan dikembangkan, berapa
jumlah tenaga keperawatan yang kira-kira dibutuhkan, dan berapa jumlah tenaga
keperawatan yang pension tahun ini atau tahun-tahun berikutnya.
4) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
Perencanaan yang cermat akan menghasilkan hitung-hitungan yang matang dalam hal
SDM. Dengan demikian, tidak sampai terjadi penggendutan ataupun kekurangan
31
SDM pada spesifikasi area tertentu atau area secara keseluruhan yang menjadi
penyebab tumpang tindihnya pelaksanaan tugas.
5) Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS).
6) Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian
karyawan.
7) Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi dan pensiun tenaga keperawatan.
32
Rata-rata jam
Rata-rata Jmlh jam
No. Jenis/kategori perawatan
pasien/hr perawatan/hr
px/hr
1 Px Interne 10 3,5 35
2 Px Bedah 8 4 32
3 Px Gawat 1 10 10
4 Px Anak 3 4,5 13,5
5 Px Kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93
Tabel 1. Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per Hari Berdasarkan Jenis Kasus
Untuk menghitung jumlah tenaga tersebut, perlu ditambah dengan faktor koreksi
yang berupa loss day (hari libur, cuti, hari besar). Penghitungannya menggunakan
rumus sebagai berikut.
33
Perlu diketahui bahwa perawat tidak hanya mengerjakan tugas-tugas
keperawatan, tetapi juga mengerjakan tugas-tugas non keperawatan. Dengan
demikian, perlu dihitung pula jumlah perawat guna mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan tadi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tugas-tugas non keperawatan diperkirakan sebesar 25% dari jam pelayanan
keperawatan.
34
RATA-RATA JAM PERAWATAN PASIEN PER-HARI
BERDASARKAN TINGKAT KETERGANTUNGAN
No Kategori Tingkat Rata-Rata Jumlah Jam Jumlah Jam
. Ketergantungan**) Jumlah Perawatan Perawatan/Hari
Pasien/Hari*) /Hari
1. Askep Minimal 7 2 14
2. Askep Sedang 7 3,08 21,56
3. Askep Agak Berat 11 4,15 45,65
4. Askep Maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37
Tabel 2. Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per-Hari Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan
Keterangan: *) berdasarkan penelitian diluar negeri
**) penjelasan terlampir
35
Untuk menghitung jumlah SDM keperawatan yang dibutuhkan, perlu ditambah
dengan faktor koreksi dengan rumus sebagai berikut.
Hasil penghitungan diatas tadi perlu ditambah lagi dengan kegiatan perawat yang
menjalankan tugas-tugas non-keperawatan diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan.
36
Jumlah tenaga keperawatan = tenaga tersedia + faktor koreksi
= 15,9 + 3,9 = 19,8 orang (dibulatkan menjadi 20 perawat).
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan diruangan tersebut adalah 20 orang perawat.
Contoh Kasus:
Ruang inap X dengan jumlah pasien sebanyak 20 orang dengan klasifikasi sebagai
berikut : 5 orang pasien dengan klasifikasi minimal, 12 orang pasien dengan
klasifikasi parsial, dan 3 orang pasien dengan klasifikasi total. Jumlah perawat yang
dibutuhkan di ruangan tersebut adalah:
Jumlah perawat dinas pagi
5 x 0,17 = 0,85
12 x 0,27 = 3,24 = 5,17 orang
37
3 x 0,36 = 1,08
Jumlah perawat dinas siang
5 x 0,14 = 0,70
12 x 0,15 = 1,80 = 3,4 orang
3 x 0,30 = 0,90
Jumlah perawat dinas malam
5 x 0,07 = 0,35
12 x 0,10 = 1,20 = 2,15 orang
3 x 0,20 = 0,60
38
Keterangan:
BOR : bed occupancy rate
TT : tempat tidur
Jumlah hari libur = loss day (hari minggu + cuti + hari besar) dalam satu tahun sekitar
78 hari.
Jam kerja efektif = 7 jam per shif
Contoh kasus:
Ruang A mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah dengan BOR 80%, rata-
rata jam perawatan per hari adalah 4 jam. Jumlah perawat yang dibutuhkan Ruang A:
39
Keterangan :
TT = tempat tidur
BOR = Bed occupancy rate
Contoh kasus.
Ruang A mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah dengan BOR 80%, rata
rata jam perawatan perhari adalah 4 jam. Berapa jumlah perawat yang di butuhkan
ruang A :
40
Penghitungan kebutuhan jumlah perawat berdasarkan rumus Ilyas (2004) adalah
sebagai berikut.
Keterangan :
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
(365 – (12 hr libur nasional + 12 hari cuti tahunan) x ¾ = 255 hari)
Jumlah ¾ adalah indeks yang berasal dari karakteristik jadwal kerja perawat di rumah
sakit pemerintah dan swasta yang berbentuk yayasan. Indeks ini diperoleh dari setiap
empat hari kerja efektif jaga malam, perawat mendapat libur satu hari.
Contoh kasus.
41
efektif per hari adalah 7 jam. Maka, kebutuhan tenaga keperawatan di ruang gawat
darurat adalah:
42
Contoh kasus :
RS ‘KAKAK” terdapat 25 operasi / hari dengan rincian sebagai berikut.
Operasi ringan : 8 orang
Operasi sedang : 10 orang
Operasi besar : 7 orang
Jumlah kebutuhan perawat di kamar operasi RS “KAKAK” adalah
43
Jadi, kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan adalah sebagai berikut.
Hasil yang di peroleh tersebut di tambah dengan faktor koreksi sebesar 15% dari hasil
penghitungan. Dengan demikian, jumlah perawat yang di butuhkan di rawat jalan
adalah 4 + (15% x 4) = 5 orang.
Kasus:
Anda adalah seorang kepala ruang rawat bedah laki-laki dengan 34 TT dan BOR
85%. Staf anda terdiri dari 15 perawat, 4 POS, 1 tenaga administrasi, & 3 cleaning
44
service. Hasil survey direktur keperawatan saudara menunjukkan adanya
ketidakpuasan dari pelanggan saudara (75% pelanggan ekternal & 68% pelanggan
internal). Bagaimana proses perencanaan saudara menanggapi permasalahan diatas?
Misi
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan profesional, bermutu dan bersahabat untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan.
b. Mengembangkan jiwa (sikap mental) wirausaha dalam menyelenggarakan
pelayanan mandiri yang bertumpu pada pemberdayaan seluruh potensi rumah sakit
dan penggolongan kemitraan seluas-luasnya.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bedah dalam kedudukannya sebagai pusat
rujukan daerah, pendidikan dan pengembangan keilmuan di bidang kesehatan bedah.
d. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan
yang bermutu.
45
- Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan asuhan
keperawatan yang holistik di ruang rawat bedah laki-laki
- Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat bedah laki-laki
- Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi dan rehabilitasi
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan secara kontinu.
- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berbasis evidence based practice
5. Kebijakan
a. Gaya kepemimpinan kepala ruangan bersifat situasional.
b. Kepala ruangan melakukan sistem reward dan punishment kepada staf.
c. Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan.
d. Kepala ruangan mengupayakan kebijakan pelatihan klinik tenaga kesehatan.
e. Merekomendasikan tenaga kesehatan yang kinerjanya baik kepada pihak rumah
sakit untuk diikutsertakan dalam program beasiswa.
f. Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu bulan sekali.
g. Mengoptimalkan sistem pendokumentasian keperawatan.
h. Memiliki standar operasional prosedur.
6. Prosedur
Pasien yang keluar dari ruang UGD akan diantar ke ruang rawat. Di ruang rawat,
bagian administrasi akan menerima informasi penerimaan pasien baru tersebut
dengan rincian:
a. informasi kelas yang akan dipilih
b. informasi pola tarif
c. informasi persyaratan
d. tanda tangan perjanjian
e. pengecekan kembali status klien dan memasukkan ke buku register baru.
Setelah itu, kepala ruangan memeriksa atau melengkapi informasi atau status klien
dengan memperhatikan surat pengantar rawat pasien dari poli UGD, memperhatikan
instruksi yang tertera dari perawatan di UGD dan melakukan pengecekan ulang
mengenai kelengkapan data pasien. Di lain pihak, perawat menyiapkan tempat tidur
yang siap pakai, lengkap dengan set KDM. Setelah melengkapi proses administrasi,
perawat menerima pasien dengan 5SP (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun,
Profesional), kemudian memindahkan pasien ke tempat tidur yang telah disiapkan,
mengatur kenyamanan pasien, memberikan info mengenai fasilitas yang terdapat di
ruangan, lalu memulai proses keperawatan.
46
Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % =
29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-
85%.
Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan
berpengalaman.
Ruangan:
- Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT
non AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT
AC
- Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2
TT AC
- Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal
sebesar 75%.
Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga
pasien.
Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak
ramah.
Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan
ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah
klien.
Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal
sebesar 68%.
Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak
mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil
yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan
pendidikannya.
Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3
dan masih ada yang SPK.
Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka
bekerja di ruang rawat bedah.
47
Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan
keperawatan bedah.
Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT
seharusnya tersedia 34 perawat.
Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1
Keperawatan dan masih tetap bekerja
Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
- Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
- Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang
mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum
dilaksanakan sesuai pedoman).
Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas
lengkap.
Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan
informasi yang jelas.
Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat
kurang ramah dan jarang tersenyum.
48
- Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT
non AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT
AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT
AC
- Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
Weakness:
Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal
sebesar 75%.
Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga
pasien.
Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak
ramah.
Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan
ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah
klien.
Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal
sebesar 68%.
Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak
mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil
yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan
pendidikannya.
Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3
dan masih ada yang SPK.
Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka
bekerja di ruang rawat bedah.
Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan
keperawatan bedah.
Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT
seharusnya tersedia 34 perawat.
49
Opportunity:
Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1
Keperawatan dan masih tetap bekerja
Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
- Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
- Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Threat:
RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang
merawat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum
dilaksanakan sesuai pedoman).
Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas
lengkap.
Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan
informasi yang jelas.
Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat
kurang ramah dan jarang tersenyum.
A. PENGERTIAN
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan
setiap kelompok, dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan
unit lainnya, baik cara vertical maupun horizontal yang bertanggung jawab mencapai
tujuan organisasi (Swansburg, 1993).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas,
wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan, baik vertical maupun horizontal
yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan ditetapkan. Fungsi
50
ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus
melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa,
dan di mana dan kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah
ditetapkan (Siagian,1983 dalam Juniati).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan orang, alat-alat, tugas-tugas,
kewenangan dan tanggung jawab yang seimbang dan sesuai dengan rencana
operasional sehingga suatu organisasi dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Subur, 1997).
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :
1. Adanya tujuan bersama
2. Adanya kerjasama dua orang atau lebih
3. Adanya pembagian tugas
4. Adanya kehendak untuk bekerja sama
B. KONSEP
Dalam menganalisa pengaruh pola formal organisasional pada sifat dasar komunikasi
antara para pekerja, perlu untuk mengerti konsep sebagai berikut:
1. Peran
Peran diartikan sebagai suatu set perilaku dan sikap yang diharapkan dari
seseorang oleh mereka yang berinteraksi dengannya. Peran seseorang diartikan oleh
harapan-harapan orang lain, individu tersebut sangat bergantung pada harapan
mereka bagi aspek identitas pribadinya. Sepanjang hidupnya seseorang memegang
serangkaian peran, yang berubah dengan perubahan keadaan hidupnya. Sebagai
pekerja sebuah departemen keperawatan, perawat dapat memegang beberapa peran
jabatan pada waktu yang sama. Kepala perawat tertentu merupakan bawahan bagi
atasannya, seorang supervisor bagi staf perawatnya, rekan kerja kepala perawat
lainnya dan mungkin kepala panitia atau konsultan bagi para pekerja di divisi lain
51
dalam organisasinya. Karena perbedaan sikap dan perilaku diperlukan dalam
pelaksanaan masing-masing peran, kepala perawat yang telah diuraikan di atas harus
sering "merubah seragam" selama hari kerjanya, penyesuaian dan penyesuaian ulang
ekspresi wajah, bahasa tubuh, nada suara dan bahasa untuk memenuhi harapan pihak
yang berkepentingan lainnya yang telah mengartikan setiap peran.
2. Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar
bersikap sesuai dengan harapan seseorang. Karena kekuasaan tumbuh dari interaksi
manusia, kekuasaan tidak bersifat statis, tetapi terus menerus berubah. Perolehan
kekuasaan oleh perawat perorangan tampaknya memudahkan perolehan kekuasaan
yang lebih besar dalam situasi yang sama. Kemungkinan karena meningkatnya
jumlah komunikasi dengan yang lain atau perubahan dalam kualitas komunikasi
tersebut. Begitu juga sebaliknya, kehilangan kekuasaan seorang pekerja bisa
mengubah hubungan timbal baliknya dengan yang lain sehingga membuatnya terus
menerus kehilangan kekuasaan seiring dengan waktu. Kekuasaan terdiri dari
beberapa jenis yaitu: kekuasaan memberikan penghargaan (Reward power) adalah
kesanggupan untuk memberikan penghargaan terhadap yang lain, kekuasaan paksaan
(Coercive power) adalah kesanggupan untuk menerapkan hukuman kepada yang lain.
Menejer perawat dapat menghukum seorang pegawai melalui penurunan pangkat,
skors, atau pemecatan. Kekuasaan referensi (Referent power) adalah kemampuan
mengilhami kebanggaan tertentu pada yang lain sehingga mereka berharap untuk
mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan obyek kekaguman mereka.
Kekuasaan ahli (Expert power) merupakan kemampuan untuk meyakinkan yang lain
supaya seseorang memiliki derajat pengetahuan dan keahlian tinggi dalam area
spesialisasi.
3. Status
Konsep status berhubungan erat dengan konsep kekuasaan. Status dapat diartikan
sebagai urutan penganugerahan suatu kelompok kepada seseorang yang sesuai
dengan penilaian mereka atas pekerjaan dan sumbangsihnya. Derajat status yang
52
diberikan kepada pekerjaan tertentu erat kaitannya dengan jarak dari hierarki
organisasi tingkat atas, jumlah keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
kerja tersebut, derajat pelatihan khusus, atau pendidikan yang diperlukan bagi posisi
tersebut, tingkat tanggung jawab dan otonomi yang diharapkan dalam pelaksanaan
kerja dan gaji yang didapat dari jabatan tersebut. Status masing - masing perawat
tergantung pada posisi dari departemen kesehatan dalam tabel organisasi unit
kerjanya. Status sebuah kelompok dikaitkan dengan kemampuannya dalam
mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kelompok.
Kebanyakan perawat percaya bahwa tujuan keperawatan bagi perawatan klien dan
kesembuhannya sama pentingnya dengan kesejahteraan klien seperti juga
dengantujuan pengobatan medis atau tujuan administrasi keuangannya.
4. Wewenang
Konsep wewenang secara berbelit-belit dihubungkan dengan konsep tanggung
jawab. Jabatan pada hierarki keperawatan puncak dihubungkan dengan lapisan atas
dari tanggung jawab dan wewenang. Jadi status yang tinggi dihubungkan dengan
wewenang yang memberi status pekerjaan tinggi bagaimanapun dapat diserahkan
pada jabatan di lapisan rendah struktur organisasi.
5. Kepusatan ( Centrality )
Konsep sentralisasi / kepusatan organisasi mengacu pada kenyataan bahwa
beberapa jabatan ditempatkan sedemikian rupa dalam struktur organisasi sehingga
melibatkan si pemegang jabatan ke dalam seringnya komunikasi dengan sejumlah
besar pekerja lainnya. Sebaliknya, jabatan lainnya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga terjadi sedikit komunikasi di antara pemegang jabatan dengan yang lainnya.
Dengan menggunakan skema organisasi lembaga tersebut, adalah mungkin untuk
menghitung jumlah langkah atau pertukaran pembicaraan yang diperlukan guna
menyampaikan informasi kepada jabatan yang diberikan dari setiap posisi lain dalam
jaringan kerja tersebut. Jumlah langkah bagi orang atau jabatan tertentu disebut total
jarak organisasi. Penambahan jarak perseorangan bagi semua pegawai dalam
organisasi dan membaginya dengan jumlah pegawai akan menghasilkan jarak rata-
53
rata organisasi (Average organizational distance) bagi semua jabatan dalam struktur
itu. Dengan membandingkan total jarak organisasi seseorang dengan jarak rata-rata
bagi seluruh struktur, seseorang dapat menentukan setiap jarak relatif organisasi
(Relative organizational distance) pegawai. Para pegawai dengan jarak relatif
organisasi yang terkecil adalah yang paling pokok dalam struktur tersebut. Mereka
lebih banyak menerima informasi yang berhubungan dengan kerja di banding pekerja
pokok. Terhadap pekerja yang berpengetahuan, informasi adalah bahan mentah untuk
produksi. Karena pekerja yang lebih terpusat secara organisasi seharusnya lebih
produktif dibanding pekerja yang kurang terpusat.
6. Komunikasi ( Communication )
Semua pekerjaan dalam sebuah kelompok manusia dilakukan melalui dan karena
komunikasi antar pekerja. Komunikasi biasa diartikan sebagai pengiriman informasi
dan opini antar manusia. Diperlukan pendahuluan pesan oleh si pengirim dan persepsi
pesan yang sama oleh si penerima pesan. Kebanyakan ahli komunikasi percaya
bahwa penangkapan pesan tersebut merupakan aspek yang lebih kritis dari proses dan
usaha memperbaiki kualitas serta akurasi komunikasi sebaiknya dimulai dengan
mengajari manusia bagaimana mendengar secara bersungguh - sungguh dan kritis
terhadap semua aspek pesan yang dikirim. Adalah mungkin untuk melatih pengirim
pesan agar mengatur, mengulang, dan merangkum informasi sehingga
memaksimalkan pengertian oleh si penerima pesan. Pengirim pesan dapat diajari
memperkuat isi verbal setiap pesan dengan ekspresi yang sesuai dan gerak isyarat
untuk menekankan konsep kunci serta untuk mendapatkan masukan dari si penerima
pesan sebagai tanda atas keefektifan komunikasi.
C. LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada
saat fungsi perencanaan.
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.
54
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen
kegiatan).
4. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.
5. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas.
6. Mendelegasikan wewenang dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya
keseimbangan antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti
puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja
dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerjasama yang sifatnya integrative perlu
diterapkan karena prinsip kerja integrasi diharapkan semua kegiatan pokok
puskesmas dapat diselesaikan.
D. TIPE-TIPE ORGANISASI
Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan
yang diterapkan di ruangan perawatan. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe
organisasi dilihat dari strukturnya.
1. Struktur Organisasi secara umum
Struktur Organisasi di ruangan menyesuaikan dengan metode penugasan yang
dijalankan di ruang perawatan. Akan tetapi, secara umum organisasi dibagi menjadi
tiga macam , antara lain sebagai berikut.
a. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia. Organisasi lini mencirikan
bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan
organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat
dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan
yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan
sedikit, sarana dan prasarana yang terbatas, serta tujuan dan kegiatan yang sederhana.
Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat
dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin serta
koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Sedangkan, kelemahannya adalah
keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar-benar dapat
55
memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi seiring terabaikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, organisasi lini sangat cocok diterapkan di ruang
perawatan.
b. Organisasi Staf.
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf
dicirikan bahwa dalam pengorganisasian dikembangkan satuan organisasi staf yang
berperan sebagai pemantu pimpinan. Orang yang duduk dalam suatu organisasi staf
adalah individu ahli yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Hal ini terjadi
karena pimpinan organisasi menghadapi permasalahan yang kompleks dan kesulitan
untuk memecahkan permasalahan yang ada sehingga dibutuhkan orang yang sanggup
dan mampu membantu pimpinan dalam memecahkan masalah organisasi.
Dalam organisasi staf, fungsi staf hanyalah sebagai pembantu. Pengambilan
keputusan tetap berada di tangan pimpinan. Keuntungan organisasi staf adalah
pengambilan dapat lebih baik. Kerugiannya adalah pengambilan keputusan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan organisasi lini.
c. Organisasi Lini dan Staf
Bentuk Operasi lini dan staf merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada
bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diplot sebagai penasihat, tetapi staf juga
diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi ini staf
diterapkan jika permasalah nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika
permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya diharapkan
memberikan buah pikirannya, tetapi staf juga harus membantu pelaksanaannya.
Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan lebih baik karena
pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab
pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatiannya pada
masalah yang lebih penting, serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat
dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahanyya
adalah pengambilan keputusan memakan waktu yang lebih lama lagi, dapat
menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak menegetahui batas-batas
wewenangnya. Bagan organisasi lini staf dapat dilihat dalam gambar berikut.
Seperti disampaikan pada kalimat di atas, struktur organisasi pelayanan keperawatan
di ruang rawat menyesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan. Berikut
adalah bagan struktur organisasi pelayanan di ruang perawatan yang mengacu pada
56
model pemberian asuhan keperawatan (Gillies, 1989).
STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN
1. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua karena metode ini
adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada
metode ini, seorang perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien
selama periode dinas (Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang perawatan
intensif.Metode Fungsional Metode penugasan fungsional merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama metode ini adalah pemenuhan kebutuhan
fisik sehingga kurang memerhatikan kebutuhan manusia secara holistic dan
komprehensif.
Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang membawahi secara
langsung perawat-perawat pelaksana yang ada di ruang tersebut. Metode ini
menggambarkan bahwa satu-satunya pemegang kendali manajerial dan laporan klien
adalah kepala ruang, sedangkan perawat lainnya hanya sebagai perawat pelaksana
tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai dengan
spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya, setiap perawat mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk memberikan tindakan keperawatan sebanyak satu atau dua
jenis tindakan. Jenis tindakan lainnya diberikan oleh perawat yang lainnya.
Berdasarkan struktur di atas, trgambar dengan jelas bahwa ada pembagian tugas
perawat, yaitu ada perawat yang tugasnya hanya memberikan obat ada perawat yang
tugasnya hanya merawat luka dan lain-lain. Namun demikian, guna mengurangi
beban tanggung jawab kepala ruang yang besar, pihak rumah sakit dapat
memodifikasi struktur tersebut dengan menempatkan wakil kepala ruang untuk
membantu tugas kepala ruang. Selain mengurangi beban kerja kepala ruang, dengan
adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pekerjaan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE FUNGSIONAL
Kelebihan Kelemahan
1. Efisiensi, terutama untuk
1. Kepala ruang kurang waktu untuk dapat memberikan
57
ruangan yang mempunyai masukan kepada perawat-perawatnya tentang
jumlah tenaga perawat bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang
minimal/sedikit. terbaik.
2. Perawat mempunyai
2. Setiap perawat tidak dapat memberikan asuhan seara
keahlian/spesialisasi komprehensif
tindakan tertentu 3. Komunikasi antar-perawat sangat terbatas
4. Prioritas hanya kebutuhan fisik sehingga tidak
komprehensif
5. Pemberian asuhan keperawatan terfragmentasi
6. Kepuasan pasien sulit tercapai
7. Kepuasan perawat selaku pemberi asuhan sulit
tercapai
58
- Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan).
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun struktur organisasi
- Menyusun jadwal dinas
- Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
- Memimpin operan
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengatur pendelegasian
- Melakukan supervise
Fungsi Pengendalian
- Mengevaluasi indikator mutu
- Melakukan audit dokumentasi
- Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga pasien dan perawat
- Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b) Compensatory Reward
- Melakukan penilaian kinerja kettua tim dan perawat pelaksana
- Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf keperawatan
c) Hubungan Profesional
- Memipin rapat keperwatan
- Memipin konferensi kasus
- Melakukan rapat tim kesehatan
- Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan
spesifikasi ruangan)
2) Ketua Tim
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
59
- Menyusun rencana jangka pendek (harian dan bulanan )
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
- Membuat daftar alokasi pasien kepada perawat pelaksana
Fungsi Pengarahan
- Memimpin Pre-Conference dan post-conference
- Menciptakan iklim motivasi di dalam timnya
- Mengatur pendelegasian dalam timnya
- Melakukan supervise kepada anggota timnya
Fungsi Pengendalian
- Melakukan observasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien
yang dilakukan oleh perawat pelaksana
- Memberikan umpan balik kepada perawat pelaksana
b) Compensatory Reward
- Melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana
c) Hubungan Profesional
- Melaksanakan konferensi kasus
- Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan Keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan
spesifikasi ruangan).
3) Perawata Pelaksana
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun rencana jangka pendek (harian)
b) Asuhan keperawatan
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan
spesifikasi ruangan)
60
Dengan melihat dan menyimak penjelasan di atas, secara jelas terdapat perbedaan
uraian tugas dari kepala ruang, ketua tim, dan perawat pelaksana. Berdasarkan uraian
di atas, tergambar bahwa kepala ruang dan ketua tim menjalankan tugas manajerial
dan asuhan keperawatan, sedangkan perawat pelaksana murni menjalankan asuhan
keperawatan. Batasan ini harus dipahami secara benar oleh masing-masing posisi
sebagai acuan untuk melaksanakan tugas limpah (pendelegasian).
Seperti halnya metode penugasan yang lain, metode penugasan tim mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan metode
penugasan tim.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE TIM
Kelebihan
1. Pelayanan keperawatan yang
1. Kegiatan-kegiatan konferen memerlukan waktu
komprehensif yang cukup lama sehingga kegiatan konferen tidak
2. Proses Keperawatan dapat diterapkan. akan dapat dilaksanakan jika dalam kondisi sibuk.
3. Metode tim memungkinkan untuk dapat
2. Jika jumlah perawat sedikit, menyebabkan pre-
bekerja lebih efektif dan efisien conference dan post-conference mungkin tidak
4. Metode tim memungkinkan untuk dapat dapat dilaksanakan. Untuk kegiatan pre-conference
bekerja sama antar-tim dan post-conference, setiap tim minimal terdiri dari
5. Metode tim memungkinkan tingginya dua orang.
kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan
6. Metode tim meningkatkan motivasi dan
kepuasan perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan
Tabel 5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tim
4. Metode Keperawatan Primer
Metode Keperawatan Primer adalah suatu metode pemberian asuhan Keperawatan
yang mempunyai karakteristik kontinuitas dan komprehensif dalam pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat yang bertanggung jawab
61
dalam merencanakan, melakukan, dan mengoordinasi selama pasien dirawat di ruang
perawatan. Perawat yang bertanggung jawab selama 24 jam atas pasien-pasiennya
tadi disebut”Perawat Primer”. Perawat primer biasanya bertanggung jawab antara 4-6
pasien. Berikut akan dijelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-masing
posisi dan struktur organisasi metode keperawatan perimer.
1) Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Primer
a) Perawat primer menerima dan mengorientasikan pasien yang masuk di ruang
perawatan.
b) Perawat primer mengkaji secara komprehensif dan merumuskan diagnosis
keperawatan
c) Perawat primer membuat rencana keperawatan (tujuan, criteria hasil, rencana
tindakan, dan rasional)
d) Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain dan
tenaga kesehatan yang lain atas rencana yang telah dibuat.
e) Perawat primer melaksanakan rencana yang telah dibuat
f) Perawat primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai
g) Perawat primer membuat rencana pulang pasien (termasuk rencana penyuluhan)
h) Perawat Primer melakukan rujukan kepada pekerja social dan kontak degan
lembaga social di masyarakat.
i) Perawat primer membuat jadwal perjanjian klinik
j) Perawat primer mengadakan kunjungan rumah2) Tugas Pokok dan Fungsi
Kepala Ruang
Menurut penulis, tugas pokok dan fungsi kepala ruang pada metode primer tidak jauh
berbeda dengan yang dilakukan pada metode penugasan tim seperti yang
disampaikan oleh kandidat, dkk (2006) sebagai berikut.
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Peencanaan
- Menyusun visi, misi dan filossofi
- Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan)
62
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun struktur organisasi
- Menyusun jadwal dinas
- Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
- Memimpin operan
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengatur pendelegasian
- Melakukan supervise
Fungsi pengendalian
- Mengevaluasi indikator mutu
- Melakukan audit dokumentasi
- Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga pasien, perawat, dan nakes lain.
- Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b) Compesatory Reward
- Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
- Merencnakan dan melaksanakan pengembangan staf
c) Hubungan Profesional
- Memimpin rapat keperawatan
- Melakukan rapat tim kesehatan
Selain menjalankan tugas di atas, ada salah satu tugas yang harus dijalankan oleh
kepala ruang adalah menjadi konsultan jika perawat mengalami kendala dalam
menjalankan tugasnya.
3) Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Asosiat
a) Melaksanakan tindakan keperawatan
b) Menerima delegasi dari primer primer
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE KEPERAWATAN PRIMER
Kelebihan Kelemahan
1. Akuntabilitas Dibutuhkan perawat yang benar-benar mempunyai
63
2. Otonomi pengalaman, pengetahua, sikap, dan kemampuan (skill)
3. Advokasi yang mumpuni
4. Kontinuitas
5. Komprehensif
6. Komunikasi
7. Koordinasi
8. Kolaborasi
9. Komitmen
10. Kepuasan pasien
11. Kepuasan perawat
12. Kepuasan dokter
13. Kepuasan rumah sakit
14. Penghargaan
15. Kesempatan untuk
mengembangkan diri
Tabel 6. Kelebihan dan kelemahan Metode Keperawatan Primer
Selain pembuatan struktur organisasi, menurut keliat, dkk (2006) kegiatan lain fungsi
pengoorganisasian dalam ruang perawatan adalah sebagai berikut.
1. Pembuatan Daftar Dinas
Daftar dinas merupakan bagian penting dalam pengorganisasian yang berisi jadal
dinas (shift pagi, siang, malam), perawat yang libur, dan perawat yang cuti. Daftar
dinas ini biasanya dibuat untuk kurun waktu dinas selama satu bulan. Pembuat daftar
dinas adalah kepala ruang yang dbantu ketua tim/ perawat primer.
2. Pembuatan Daftar Alokasi Pasien
Daftar alokasi pasien dibuat guna mengetahui jumlah dan nama pasien, jumlah dan
nama pasien jenis penyakit, dokter, serta distribusi perawta terhadap pasien yang
terdapat di ruangan. Daftar pasien berisi nama pasien, dokter yang bertanggung
jawab, perawat dalam tim (jika menerapkan metode penugasan tim), perawat yang
dinas, dan perawat yang bertanggung jawab tiap shift.
64
F. SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN
KESEHATAN/KEPERAWATAN
Komunikasi yang terjadi dalam organisasi pelayanan keseahtan/keperawatan adalah
komunikasi formal. Saluran-saluran komunikasi terbentuk dalam komunikasi formal
terbentuk. Saluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur organisasi. Saluran
komunikasi formal dibagi menjadi 3, yaitu veretikal, lateral, dan
diagonal(Handoko,1999)
a) Komunikasi vertical
Komunikasi vertical terjadi dari atas kebawah atau sebaliknya sesuai garis perintah.
Komunikasi dari atas kebawah terjadi dimulai dari manajemen puncak kemudian
menuju bawah melalui tingkatan-tingkatan manjemen sampai dengan personalpaling
bawah. Tujuan utama komunikasi kebawah adalah memeberi pengarahan, informasi,
instruksi, saran, masukan, dan penilaian. Informasi yang disampaikan kebawah dapat
berupa tujuan-tujuan organisasi dan juga kebijakan organisasi. Sedangkan, bentuknya
dapat berupa tulisan ataupun lisan. Komunikasi ke atas berfugnsi untuk memberikan
informasi ataupun umpan balik kepada tingkatan manajemen atas tentang hal-hal
yang terjadi tingkat bawah (robbins,2013). Informasi yang disampaikan dapat berupa
laporan hasil kerja, gagasan/ide, penjelasan , maupun permintaan. Komunitas ke atas
dapat dapat disebut juga sebagai umpan balik ke manajemen ats terkait kebijakan,
pengarahan , instruksi dan pengaturan.
Komunikasi vertical yang terjadi pada tingkat ruang perawatn dapat digambarkan
sebagai berikut : komunikasi antara kepala ruang dan ketua tim/perawat primer dan
atau perawat pelaksana; ketua tim/perawat primer dengan perawat pelaksana
b) Komunikasi lateral/horizontal
Komunikasi lateral terjadi pada antar-departemen pada antar-anggota dalam
kelompok kerja/selevel dan juga terjadi pada antar-departement pada tingakatan
organisasi yang sama. Komunikasi yang terjadi adalah pimpinan dengan pimpinan,
bawahan dengan bawahan.komunikasi ini bersifat koordinatif. Komunikasi
65
lateral/horizontal yang terjadi pada tingkat ruang perawatn adalah antar-kepala ruang,
abtar-ketua tim/perawat primer. Dan antar –perawat pelaksana.
c) Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang memotong atau menyilang diagonal
garis perintah organisasi. Komunikasi ini dilakukan antara dua orang pada tingkat
kedudukan yang berbeda, pada tugas dan fungsi yang berbeda, dan tidak mempunyai
wewenang langsung terhadap piuhak yang lain. Komunikasi diagonal yang terjadi
pada tingkat ruang perawatan adalah komunikasi antara perawat dan tim kesehatan
lain (dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain).
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN
Organisasi pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari organisasi
pelayanan kesehatan. Di dalamnya merupakan tempat padat tenaga kerja yang terdiri
dari individu-individu yang saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Penyampaian pesan secara akurat dan efektif
juga sangat diperlukan dalam kehidupan berorganisasi ini. Namun, menurut Lesikar
(dalam Handoko 1999), efektivitas komunikasi dalam organisasi dipengaruhi oleh
empat factor berikut.
1. Saluran Komunikasi Formal
Saluran komunikasi formal memengaruhi efektivitas komunikasi dalam dua cara,
yaitu secara Berikut.
a. Liputan saluran formal akan semakin melebar sesuai perkembangan organisasi.
Perkembangan dan pertumbuhan organisasi menjadi factor penyebab semakin
sulitnya mengadakan komunikasi secara efektif. Apalagi, kalau organisasi sudah
mempunyai banyak cabang yang menyebar. Maka, hal ini akan menyulitkan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif.
b. Saluran Komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar-tingkatan
organisasi. Sebagai contoh, perawat pelaksanan selalu dapat mengkomunikasikan
masalah-masalah yang dihadapi di ruangan dengan ketuam tim atau kepala ruangan.
66
Akan tetapi, tidak dapat mengkomunikasikan informasi secara langsung dengan wakil
direktur bidang pelayanan. Padahal, informasi tersebut seharusnya juga didapat wakil
direktur.
2. Struktur Organisasi
Perbedaan kekuasaan dan kedudukan dalam organisasi akan menentukan pihak-pihak
yang berkomunikasi dengan seorang serta isi dan ketepatan dalam berkomunikasi.
Terdapat adab dan aturan tertentu jika bawahan harus berkomunikasi dengan direktur.
Hal ini karena dibatasi formalitas dan kesopanan.Spesialisasi Jabatan
Spesialisasi jabatan akan mempermudah komunikasi antar-individu dalam
kelompoknya. Anggota suatu kelompok yang sama akan cenderung berkomunikasi
dengan istilah, tujuan, tugas, waktu dan gaya yang sama. Sedangkan komunikasi
antar kelompok yang berbeda cenderung akan mengalami hambatan..
4. Pemilikian informasi
Adanya individu-individu yang mempunyai informasi khusus dan pengetahuan
tentang pekerjaanya. Sebagai comntoh, perawat ruang anak mempunyai pengalaman
yang lebih dalam informasi-informasi perawatan anak. Kepala ruang perawatan juga
mempunyai informasi yang lebih tentang bagaimana cara mengatasi konflik di
ruangan yang dia pimpin.
BAB III
PENUTUP
1.Saran
mempelajarinya. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa
DAFTAR PUSTAKA
67
http://ratnasari15.blogspot.com/2014/10/makalah-konsep-dasar-
manajemen.html
http://kelompoksatuasik.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-manajemen-
keperawatan.html
http://makalahlistavanny.blogspot.com/2015/11/standar-praktik-
keperawatan.html
http://manajemenwirausahablogspot.blogspot.com/2017/05/bab-i-pendahuluan-
a.html
https://aanborneo.blogspot.com/2016/05/makalah-perencanaan-dalam-
manajemen.html
68