Anda di halaman 1dari 68

MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKALAH RANGKUMAN MATERI PERTEMUAN 1-4

Dosen Pembimbing

Ns. Debby Silvia Dewi.S.Kep.M.Kep

Disusun Oleh

Yolanda pathrecia (19334205)

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya untuk menyelesaikan makalahnini.
Shalawat beriringan salam kami sampaikan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada ilmu pengetahuan
yang dari zaman jahiliyah ke zaman terang benderang ( ilmu yang
bermanfaat)

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam


rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan dating. Kami sebagai penulis berharap makalah ini bias
dipergunakan sebaik-baiknya. Semoga makalah ini sesuai dengan apa
yang diharapkan dan semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul.......................................................................................!
Kata Pengantar....................................................................................!!
Daftar Isi..............................................................................................!!!

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................5
C. Tujuan Penulisan............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Manajemen .............................................................6

2. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan ....................................13

3. Standar Praktek Keperawatan ....................................................23

4. Perencanaan Manajemen Keperawatan.......................................27

5. Pengorganisasian dalam Keperawatan........................................50

BAB III PENUTUP

A.Saran .............................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................68

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1) Latar Belakang

Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melallui orang


lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-
sumber dalam  mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan
dinamika suatu organisasi. Tujuan ditetapkan berdasarkan misi, filosofi dan tujuan
organisasi. Proses manajemen meliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui
perencanaan organisasi, pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia, fisik
dan teknologi. Semua perawat yang terlibat dalam manajemen keperawatan dianggap
perlu memahami misi, filosofi dan tujuan pelayanan keperawatan serta kerangka
konsep kerjanya.
Manajemen keperawatan mempunyhai lingkup manajemen operasional untuk
merencanakan, mengatur dan menggerakan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan.
Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien,
diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat
pengontrol pelayanan tersebut. Kemajuan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan,
telah memperluas peran dan fungsi keperawatan.
Selain itu, telah terjadi pula perubahan mendasar pada manajemen keperawatan
dan penggunaan sumber daya yang represif menuju kependayagunaan sumber daya
yang bersifat proaktif. Pelaksanaa manajemen sumberdaya proaktiflebih ditekankan
pada tejaminnya aktivitas kolaborasi dan keterbukaan dalam setiap kegiatan untuk
mencapai tujuan.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Konsep Dasar Manajemen

2. Apa itu Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

3. Apa itu Standar Praktek Keperawatan

4. Apa itu Perencanaan Manajemen Keperawatan

5. Apa itu Pengorganisasian dalam Keperawatan

C. Tujuan

1. Mengetahui Konsep Dasar Manajemen

2. Mengetahui Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

3. Mengetahui Standar Praktek Keperawatan

4. Mengetahui Perencanaan Manajemen Keperawatan

5. mengetahui Pengorganisasian dalam Keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

1.KONSEP DASAR MANAJEMEN


1.      Definisi Manajemen
A.    Definisi Umum

5
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Istilah
Manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang
berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketata laksanaan,
kepemimipinan, pemimpin, ketata pengurusan, administrasi, dan sebagainya.
Manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.

B.     Definisi Menurut Ahli


Beberapa definisi atau pengertian dari Manajemen menurut para ahli seperti
yang diuraikan oleh G.R. Terry. Menurutnya manajemen adalah suatu proses khusus
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya.
Harold Koontz dan Cyrill O’Donnel, ahli lainnya mengartikan manajemen
sebagai usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan
demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.
Drs. H. Malayu S.P.Hasibuan, menurutnya Manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.      Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
2.      Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoodinasi, koperatif,dan
terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya.
3.      Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab.
4.      Manajemen baru dapat di terapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerja
sama dalam suatu organisasi.
5.      Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni

C.     Unsur –unsur Manajemen

6
Unsur-unsur manajemen itu terdiri dari men, money, methods, materials,
machines, and market disingkat dengan 6M.
1.      Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja
operasional/pelaksana.
2.      Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.      Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.
4.      Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5.      Machines yaitu mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk
mencapai tujuan.
6.      Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.

D.    Fungsi manajemen


a.       Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan
dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Perencanaan juga
adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari
alternatif-alternatif yang ada.
b.      Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.
c.       Pengarahan
Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan agar mau bekerja sama dan
berkerja efektif untuk mencapai tujuan.(Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan). Pengarahan
adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara

7
ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-
usaha pengorganisasian.(G.R. Terry)
d.      Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.

2.      Pentingnya Manajemen


Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas, sedangkan kebutuhannya
tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam
melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung
jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka
terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam
organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan
baik serta tujuan yang akan diinginkan tercapai.
Pada dasarnya menejemen itu penting karena :
a.       Pekerjaan yang berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri akan lebih mudah
penyelesaiannya jika terdapat pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab
b.      Perusahaan akan dapat berhasil baik, jika manajemen diterapkan dengan baik
c.       Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi
yang dimiliki
d.      Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur
e.       Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan

2.2 Filsafat dan Asas-Asas Manajemen


1.      Filsafat Manajemen
Filsafat manajemen adalah kerja sama saling menguntungkan, bekerja efektif
dengan metode kerja yang terbaik untuk mencapai hasil yang optimal.

8
Filsafat manajemen adalah kumpulan pengetahuan dan kepercayaan yang
memberikan dasar atau basis yang luas untuk menentukan pemecahan terhadap
masalah-masalah manajer.
Manfaat filsafat manajemen :
1.      Memberikan suara dasar dan pedoman bagi pekerjaan manajer
2.      Memberikan kepercayaan dan pegangan bagi manajer dalam proses manajemen
untuk mencapai tujuan
3.      Memberikan dasar dan pedoman berpikir efektif bagi manajer.

2.      Asas-Asas Manajemen


Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran
umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari
hasil penelitian dan pengalaman. Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu yang
absolut atau mutlak. Artinya penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan-
keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah. Dengan menggunakan asas-asas
manajemen, seorang manajer dapat mengurangi atau menghindari kesalahan-
kesalahan dasar dalam menjalankan pekerjaannya.
Asas-asas umum manajemen menurut Henry fayol :
1.      Asas Pembagian Kerja
Asas pembagian kerja ini mutlak harus diadakan pada setiap organisasi karena
tanpa pembagian kerja berarti tidak ada organisasi dan kerja sama di antara
anggotanya. Dengan pembagian kerja maka daya guna dan hasil guna organisasi
dapat ditingkatkan demi tercapainya tujuan.
2.      Asas Wewenang dan Tanggung Jawab
Asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab antara
atasan dan bawahan. Wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab. Wewenang
menimbulkan “hak” sedangkan tanggung jawab menimbulkan “kewajiban”. Hak dan
kewajiban menyebabkan adanya interaksi atau komunikasi antara atasan dan
bawahan.

9
3.      Asas Disiplin
Menurut asas ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah
ditetapkan dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta dilaksanakan
sepenuhnya.
4.      Asas Kesatuan Perintah
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah dari
seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada seorang atasan pula. Asas
kesatuan perintah ini sangat diperlukan, jika bawahan diperintah oleh beberapa orang
atasan maka akan membingungkan.
5.      Asas Kesatuan Jurusan atau Arah
Sekelompok bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu tujuan, satu
perintah, dan satu atasan supaya terwujud kesatuan arah, gerak dan tindakan menuju
sasaran yang sama.
6.      Asas Kepentingan Umum Diatas Kepentingan Pribadi
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama
(organisasi) di atas kepentingan pribadi.

7.      Asas Pembagian Gaji yang Wajar


Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil,
wajar, dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga memberikan kepuasan yang
maksimal baik bagi karyawan maupun majikan.
8.      Asas Keteraturan
Asas ini dibagi atas material order dan social order, artinya keteraturan dan
ketertiban dalam penempatan barang-barang dan karyawan. Material order artinya
barang-barang atau alat-alat organisasi perusahaan harus ditempatkan pada tempat
yang disediakan. Social order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan
keahlian atau bidang spesialisasinya.
9.      Asas Keadilan

10
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian gaji,
jaminan sosial pekerjaan dan hukuman.
10.  Asas Inisiatif
Seorang pimpinan harus memberikan dorongan dan kesempatan kepada
bawahan untuk berinisiatif, dengan memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif
memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.

2.3  Ilmu dan Seni Manajemen

Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab
antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Managment sebagai suatu ilmu pengetahuan,
karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori.

Sedangkan Managment sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam


mencapai suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain, bagaimana cara
memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan
manusia adalah managing (mengatur) untuk mengatur diperlukan suatu seni,
bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.

Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai
tujuan.  Manajemen sebagai suatu ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasi.
Manajemen sebagai suatu seni bukan diartikan seni dalam formal yang biasa
dihubungkan dengan seni musik, sastra, tari, drama, patung, lukis, dan sebagainya.
dengan demikian, bukan berarti untuk menjadi pemimpin yang baik harus menjadi
seorang seniman, atau seorang pemimpin minimal harus menguasai salah satu cabang
kesenian  seperti menari, menyanyi, dan melukis. Yang dimaksud seni disini adalah
seni dalam pengertian yang lebih luas dan umum, yaitu merupakan keahlian,
kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan
teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam (human and
natural resurces) secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

11
Dalam bahasa Belanda, kehalian, kemampuan, kemahiran, dan keterampilan
yang diperoleh menurut saluran biasa, yaitu menurut sistem pelajaran atau sistematik
tertentu, disebut (kunde). Jika keahlian, kemahiran, kemampuan, dan keterampilan
tidak dapat lagi ditelusuri berdasarkan saluran ilmu dan sistematik biasa maka disebut
kuast ( seni).
            Berpijak tentang hal-hal yang telah dideskripsikan di atas, jelaslah bahwa seni
dan ilmu terdapat dalam manajemen. Manajemen dapat dikuasai oleh dengan lapisan
seni yang baik, atau sebaliknya manajemen dapat dikuasai oleh seni dengan lapisan
ilmu yang baik. Dalam setiap aktivitas diperlukan ilmu dan seni.

2.4 Tujuan Manajemen


Tujuan adalah sesuatu hasil yang ingin dicapai melalui proses manajemen.
Tujuan yang dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana, karena itu hendaknya
tujuan ditetapkan “jelas, realistis, dan cukup menantang” untuk diperjuangkan
berdasarkan pada potensi yang dimiliki. Jika tujuan jelas, realistis, dan cukup
menantang maka usaha-usaha untuk mencapainya cukup besar. Sebaliknya, jika
tujuan ditetapkan terlalu mudah atau terlalu muluk maka motivasi untuk mencapainya
rendah. Jadi, semangat kerja karyawan akan termotivasi, kalau tujuan ditetapkan
jelas, realistis, dan cukup menantang untuk dicapainya.
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia diharapkan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan seperti kita ketahui tujuan dalam managment sangat penting karena
tujuan tersebut dapat :
1.      Terwujudnya suasana kerja yang aktif, inofatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan
bermakna bagi para karyawan atau anggota
2.      Terciptanya karyawan atau anggota yang aktif mengemangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan Negara.
3.      Tercapainya tujuan yang lebih efektif dan efisien dalam sebuah organisasi.

12
4.      Terbekalinya tenaga profesional dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
kepemimpinan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen).

Berdasarkan tujuan tersebut dapat dipahami bahwa manajemen memiliki


peranan penting dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sejak awal.
Kesimpulannya bahwa tujuan merupakan hal terjadinya proses manajemen dan
aktivitas kerja, tujuan beraneka macam, tetapi harus ditetapkan secara jelas, realistis,
dan cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan dari
alternatif-alternatif yang ada. Kecakapan manajer dalam menetapkan tujuan dan
kemampuannya memanfaatkan peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat
dicapainya.

2.KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. DEFINISI MANAJEMEN KEPERAWATAN

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan melalui upaya


staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman
kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989 )

Dalam keperawatan, manejemen berhubungan dengan perencaan (planing)


pengoorganisasian ( organizing ), pengaturan staf ( staffing), kepemimpinaan
( leading), dan pengendalian ( kontroling ), aktifitas – aktifitas upaya keperawatan
atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit departermen. Menejemen
keperawatan merupakan juga kelompok dari perawat manejer yang mengatur
organisasi atau usaha keperawatan. Pada akhirnya manejemen keperawatan adalah
proses dimana perawat menejer menjalankan profesi mereka. (Swanburg, 2000 hal
456 )

B. PRINSIP MENEJEMEN KEPERAWATAN

13
Managemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah
memperkirakan peristiwa-peristiwa sampai pembuatan rencana operasional.
Perencanaan juga merupakan fungsi managemen dari setiap perawat kepala dari
perawat klinis profesional sampai perawat manager, penyelia, direktur dan
administrator. Ratcliffe dan logsdon menspesifikasikan 6 tahap dalam proses
perencanaan :
         Tahap merancang
         Tahap delegasi
         Tahap mendidik
         Tahap perkembangan
         Tahap implementasi
         Tahap tindak lanjut (evaluasi penampilan dan umpan balik)

Managemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif.


Contoh penggunaan waktu yang efektif :

 Eksekutif perawat kepala membuat suatu jadwal pertemuan yang berhubungan


dengan rencana managemen. Jadwal ini diikuti pada seluruh aktivitas sampai
pengaturan pertemuan, pertemuan divisi, pertemuan profesi, perjalanan, ronde,
pertemuan individu, dsb.
 Perawat kepala dari lembaga pelayanan perawatan di rumah mempunyai rencana
pertemuan staf yang dimulai dan di akhiri pada setiap minggu. Jadwal individual
perawat ditinjau ulang pada setiap pertemuan dan di bandingkan dengan tujuan
produktivitas yang seimbang dengan anggaran.
 Perawat kesehatan di rumah meninjau kembali jadwal setiap hari. Ini harus tepat
sehingga 5 menit sebelum menggunjungi pasien dapat ditambahkan selama 40 jam
kerja setiap minggu. Dengan cara ini jasa pelayanan meningkat bbukan berupa
materi.

14
Managemen keperawatan adalah pembuat keputusan. Managemen keperawatan
membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat manager pada setiap tingkatan
bagian di bangsal atau unit.
Managemen keperawatan adalah suatu formulasi dan pencapaian tujuan sosial.
Perubahan sosial penting dalam hubungannya dengan kebutuhan kesehatan. Tujuan
pemenuhan seperti itu tergantung pada perawat manager. Perawat manager mengatur
dampak institusi sosial dan mengeluarkan tanggung jawab sosialnya relatif terhadap
keperawatan.
Managemen keperawatan adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah
pengidentifikasian kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja yang dilakukan
dan menyesuaikan desain organisasi dan struktur untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini.

Ada empat bentuk struktur organisasi : unit, departemen, puncak (divisi atau
tingkat eksekutif dari managemen organisasi), tingkat operasional (meliputi semua
fase pekerjaan dalam struktur organisasi)
Managemen keperawatan menunjukan fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin
dan bidang studi. Managemen keperawatan adalah bagian yang aktif dari divisi
keperawatan, organisasi, dan lembaga dimana hal ini berfungsi :
o   Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan.
o   Managemen keperawatan adalah mengarahkan atau memimpin.
o   Divisi keperawatan yang dikelola baik memotivasi pekerja yang memuaskan.
o   Managemen keperawatan komunikasi yang efisien.
o   Managemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian. (Swanburg,
2000 )

C.  KERANGKA KONSEP MANAGEMEN KEPERAWATAN

15
Kerangka konsep managemen keperawatan adalah managemen partisipatif yang
berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia,
perawat/keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
Manusia, dalam managemen partisipatif adalah individu, keluarga/masyarakat
yang diberikan pelayanan keperawatan melelui pelaksanaan tugas keperawatan yang
terorgaisasi, terarah, terkoordinasi dan terintregasi dalam rentang kendali yang
ditetapkan.
Perawat/keperawatan adalah tenaga keperawatan baik tingkat managerial
puncak, menengah, maupun bawah dan para pelaksana keperawatan yang berada
dalam rentang komunikasi untuk bekerja sama memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar praktik keperawatan.
Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi pada
beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga dan masyarakat melalui
upaya mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan. Aspek
lingkungan merupakan area kewenangan dan tanggung jawab keperawatan baik
selama pasien berada dalam institusi pelayanan maupun persiapan menjelang pulang.

D.  KOMPONEN SISTEM MANAGEMEN KEPERAWATAN


Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses,
output, control dan mekanisme umpan balik.

Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,


personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok
manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.

16
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi  penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan
balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang.
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan
data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan
penilaian hasil. ( Gillies, 1985 )

E.  Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a.   Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui
fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b.   Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
c.   Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.

17
d.   Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan
ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e.   Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f.    Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana
yang telah diorganisasikan.
g.   Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
h.   Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara pegawai.
i.    Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat –
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
j.    Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator
seyogyanya bekerja bersama – sama dalamperenacanaan danpengorganisasian serta
fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi
hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan

18
yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran
pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari:
a.   Manajemen operasional
            Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut
agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

19
b.   Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

F.   KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


Secara garis besar konsep terbagi lagi menjadi beberapa pengertian diantaranya;
1.   Konsep Kualiatas
Dalam konsep ini organisasi mementingkan kualitas yang mampu memasuki pasar
dan dengan demikian harus mementingkan kepuasan pelanggan.
2.   Konsep manajement
Dalam konsep manajemen bukan hanya manajer melainkan semua personil bertugas
melaksanankan manajemen menggunakan fakta dan manajemen dengan siklus 
PDCA (plan do check acet).
3.   Konsep Proses
Dalam Konsep Proses siapapun yang akan melakukan tindakan lanjut rangkaian
tindakan,harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan. Pengendalian proses juga
lebih diutamakan agar kesalahan kualitas dapat dihindari.
4.   Konsep Standarilisasi
Dalam konsep ini semua melaksanakan pekerjaan berpangkal pada standar seperti
standar prosedur kualitas dan kompetensi
5.   Konsep Hormon Respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk membutuhkan
motivasi.
6.   Konsep Quality Assurunce
 Dalam Konsep ini keikutsertaan pegawai dari kegiatan dalam gugus kendali mutu
(quality circle)

G. STANDAR PELAKSANAAN MANKEP

20
1.Memenuhi Kriteria dan Hasil Manajemen Keperawatan
2.Memenuhi Aspek Aspek Operasional dan Fungsional Keperawatan
3.Memenuhi Mutu pelayanan Manajamen Kesehatan
4.Memenuhi Peran Dan meningkatkan Produktifitas Keperawatan

H. TIPE- TIPE MANAJEMEN KEPERAWATAN


Dalam setiap realitasnya bahwa manajemen dalam melaksanakan proses manajemen
keperawatannya terjadi adanya sesuatu perbedaan antaran saru dengan lainnya
( menurut G.R Terry dikutip Maman Ukas).terbagi 6 tipe,yaitu ;
1.   Tipe Manajemen Pribadi (Manajementl Personal)
Dalam sistem kepemimpinan ini,segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan
mengadakan kontak pribadi ( secara lisan atau lansung )
2.   Tipe Manajemen Non Pribadi (Non Manajement Personal).Dilaksanakan melalui
bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.   Tipe Manajemen Otoliter (Autoritotion Management).Biasanya bekerja keras
sungguh-sungguh teliti dan tertib
4.   Tipe Manajemen Demokratis ( Democratis Management).Memenage denagn
demokratis oleh dirinya merupakan bagian dari kelompok yang berusaha bertanggung
jawab tentang pelaksanaan untuk tujuan bersama.
5.   Tipe Manajemen Paternalistis (Paternalistis Management). Didirikan oleh sesuatu
pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok.
6.   Tipe Manajemen Menurut bakat (indogenious Management) Biasanya timbul pada
orang informal yang mungkin berlatih dengan adanya sistem kompetisi. ( Sulaiman
dan Sunarno,!983 )
..........dibagi menjadi 3 ( Bertha,1983) ;
a. Otocratis
b. Demokratis
c. Laissezfaire

21
I.    STANDAR PELAKSANAAN PENETAPAN TIM MANKEP
1.   Peran Manajer
Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkung ( Nursalam,2002)
2.   Peran Kepala Ruang
Kepala rungan disebuah ruangan keperawatan perlu melakukan koordinasi kegiatan
unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan
pemberian asuhan keperawatan kerja staf menurut ( Arwani,2005 )
3.   Lini dan staff
Otalitis ini menunjukakan kekuasaan supervisi langsung terhadap
bawahannya.Sebaliknya,kerja staff dirumah sakit umumnya dihubungkan dengan
kegiatan pengarahan atau pemberian saran.Dibagian perawat,kepuasan ini
dilaksanakan oleh paramenejer yang bertanggung jawab terhadap pelatih dan
pendidik.

J.   BENTUK- BENTUK EVALUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN


Evaluasi
Tahap Akhir dari proses maenejerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan
yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa
jauh staff mampu melaksanakan tugasnya  dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

a. Langkah-Langkah Evaluasi

-          Menentukan Kriteria,Standart dan pertanyaan evaluasi


-          Mengumpulkan data baru tentang klien
-          Menafsirkan data baru
-          Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
-          Merangkum hasil dan membuat kesimpulan

22
-          Melaksanakan Tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan

b. Hasil Evaluasi

-          Tujuan tercapai ; Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan
-          Tujuan tercapai sebagian ; jika klien menunjukkan sebagian dari standar dan
kriteria yang telah ditetapkan
-          Tujuan tidak tercapai ; Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

3.STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN

2.1 Pengertian Standar Praktek Keperawatan


Standar praktek keperawatan adalah : ekspektasi minimal dalam
memberikan asuhan keperawatan yang aman,efektif, dan etis.standar praktek
keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi
masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi. (Alim 2011)
Banyak masalah yang terjadi dilayanan kesehatan di sebabkan kurangnya
pengetahuan oleh para tenaga kesehatan mengenai apa yang menjadi tugas dan
wewenangnya dalm memberikan layanan kesehatan baik di rumah sakit,praktek
kelompok maupun prktek mandiri. (Abdul, 2011)
Dengan adanya standar keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
ke pasien diharapkan perawat mempunyai patokan atau pedoman dalam memberikan
layanan kesehatan ,sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara profesi yang satu
dengan yang lain,dan tidak sampai terjadi mal praktek (Munjida, 2011).
Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk
mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan dalam upaya
mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah
intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi     sesuai dengan yang
direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Standar praktik keperawatan merupakan acuan untuk praktik keperawatan 
yang harus dicapai oleh seorang perawat dan dikembangkan untuk membantu
perawat melakukan validasi mutu dan mengembangkan keperawatan.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Standar Praktik Keperawatan

23
Proses keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan
(Doengoes,2000). Proses keperawatan terbagi menjadi 5 langkah yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dengan tidak di
lakukannya proses keperawatan yang benar maka pasien tidak mendapat asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan mencegah masalah kesehatan
yang baru bahkan memperlambat proses kesembuhan dari pasien tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi standar praktek keperawatan antara lain :
1.        Kecakapan intelektual
2.        Ilmu pengetahuan
3.        Percaya diri perawat
4.        Sarana
5.        Komunikas
6.        Pengalaman kerja perawat
7.        Motivasi pasien untuk sembuh
8.        Kedisiplinan

2.3. Langkah-Langkah Penyusunan Standar Praktik Keperawatan


Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu lama karena
ada beberapa langkah yang harus ditempuh diantaranya menentukan komite (tim
penyusun), menentukan filosofi dan tujuan keperawatan, menghubungkan standar
dengan teori keperawatan, menentukan topik dan format standar (Irawaty,1996,h.9)

Ada pendapat lain bahwa penyusunan standar secara otomatis dilakukan oleh
tim maka langkah-langkah dalam penyusunan standar sebagai berikut : merumuskan
filosofi dan tujuan, menghubungkan standar dan teori yang relevan, menetapkan topik
dan format standar (Sahar,J, 1996).

Adapun langkah-langkah penyusunan standar menurut Dewi Irawaty,1996


adalah :

1. Menetukan komite (tim khusus)

Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu dan tenaga yang


banyak, untuk itu perlu dibentuk tim penyusun. Tim penyusun terdiri dari orang-
orang yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang luas tentang
pelayanan keperawatan.

24
2. Menentukan filosofi dan tujuan keperawatan.

Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang memberikan arti bagi
seseorang dan berasal dari proses belajar sepanjang hidup melalui hubungan
interpersonal, agama, pendidikan dan lingkungan. Didalam pembuatan standar,
serangkaian tujuan keperawatan perlu ditetapkan berdasarkan filosofi yang diyakini
oleh profesi.

3. Menghubungkan standar dan teori keperawatan.

Teori yang dipilih amat bermanfaat dalam merencanakan standar, mengarahkan dan
menilai praktek keperawatan. Konsep-konsep keperawatan dapat digunakan untuk
menilai kembali tentang teori keperawatan yang telah dipilih sebelumnya. Ada
beberapa teori yang dapat dipilih dan disepakati oleh kelompok pembuat standar
keperawatan misalnya; teori Orem. Inti dari teori Orem adalah adanya kepercayaan
bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri (Self Care).

Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien untuk dapat


melakukan perawatan mandiri, dengan melihat kemampuan yang dimiliki klien.
Berdasarkan teori tersebut maka dapat digunakan sebagai landasan dalam
mengembangkan standar praktek keperawatan.

4. Menentukan topik dan format standar

Topik-topik yang telah ditentukan disesuaikan pada aspek-aspek penyusunan standar


misalnya ; aspek asuhan keperawatan, pendidikan dan kelompok klien atau yang
bersifat umum yaitu menggunakan pendekatan meliputi standar struktur, standar
proses dan standar hasil.

Format standar tergantung dari cara pendekatan yang dipilih sebelumnya dan topik
standar yang telah ditentukan. Apabila standar praktek keperawatan yang digunakan
adalah pendekatan standar proses maka format standar yang dipakai adalah format

25
standar ANA 1991 terdiri dari enam tahap yang meliputi ; pengkajian , diagnosa,
identifikasi hasil, perencanan, implementasi dan evaluasi.

Karena standar merupakan pendekatan sistematis yang terencana dalam praktek


keperawatan maka diharapkan bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan pada
klien juga termasuk pendekatan diri klien dan keluarganya.

2.4 Komite Keperawatan

            Komite Keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang dari
struktur organisasi formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun, merumuskan
dan mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide perawat/bidan sehingga
memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan ide dari staf
profesional keperawatan.
Komite Keperawatan merupakan oganisasi yang berfungsi sebagai wahana
bagi tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang
hal-hal yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan.

Fungsi Komite Keperawatan :


                     Dalam kaitan dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit
1.      Menjamin tersedianya norma-norma : standar praktek/asuhan/prosedur keperawatan
sesuai lingkup asuhan dan pelayanan serta aspek penting asuhan di seluruh area
keperawan
2.      Menjaga kualitas asuhan melalui perumusan rencana peningkatan mutu
keperawatan tingkat rumah sakit: menetapkan alat-alat pemantauan, besar sampel,
nilai batas, metodologi pengumpulan data, tabulasi, serta analisis data.
3.      Mengkoordinasi semua kegiatan pemantauan mutu dan evaluasi keperawatan : jenis
kegiatan, jadwal pemantauan dan evaluasi, penanggung-jawab pelaksana.
4.      Mengintegrasikan proses peningkatan mutu keperawatan dengan rencana rumah
sakit untuk menemukan kecenderungan dan pola kinerja yang berdampak pada lebih
dari satu departemen atau pelayanan.
5.      Mengkomunikasikan informasi hasil telaah mutu keperawatan kepada semua yang
terkait, misalnya komite mutu rumah sakit.
6.      Mengusulkan solusi kepada manajemen atas masalah yang terkait dengan
keprofesionalan tenaga dan asuhan dalam sistem pemberian asuhan, misalnya sistem
pelaporan pasien, penugasan staf.
7.      Memprakarsai perubahan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
8.      Berpartisipasi dalam komite mutu tingkat rumah sakit.
9.      Mempertahankan keterkaitan antara teori, riset dan praktek.

           Dalam kaitan dengan anggota

26
1.       Menetapkan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan fungsional tenaga
keperawatan.
2.       Merumuskan norma-norma: harapan dan pedoman perilaku.
3.       Menyediakan alat ukur pantau kinerja tenaga keperawatan.
4.       memelihara dan meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan kinerja anggota.
5.       Membina dan menangani hal-hal yang berkaitan dengan etika profesi keperawatan.
6.       Mewujudkan komunitas profesi keperawatan.
7.       Merumuskan sistem rekruitmen dan retensi staff.

Garis besar tugas Komite Keperawatan :


1. Menyusun dan menetapkan Standar Asuhan Keperawatan di RS
2. Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Menyusun model Praktek Keperawatan Profesional
4. Memantau dan membina perilaku etik dan profesional tenaga keperawatan
5. Meningkatkan profesionalisme keperawatan melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan seiring kemajuan IPTEK yang terintegrasi dengan perilaku yang baik.
6. Bekerja-sama dengan Direktur/bidang keperawatan dalam merencanakan program
untuk mengatur kewenangan profesi tenaga keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan sejalan dengan rencana strategi RS.
7. Memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi bagi tenaga
keperawatan yang akan melakukan tindakan asuhan keperawatan.
8. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan, menyampaikan laporan
kegiatan Komite Keperawatan secara berkala (setahun sekali) kepada seluruh tenaga
keperawatan RS.

4.PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

A.    Pengertian Perencanaan


Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005).

4.    Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan


1.      Perumusan Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan
a.      Perumusan Visi

27
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat
suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta
harus ada batasan waktu pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi
tentang mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang
perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan
Keperawatan Secara Profesional Tahun 2015”.
b.      Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan.
Contoh misi ruang perawatan:
  Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
c.       Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan
dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi (Swansburg, 1993).
Contoh filosofi ruang perawatan:
  Pasien adalah manusia sebagai individu yang unik bermartabat
d.      Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara
mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi
pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk
merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan.

2.      Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan


Kegiatan perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah membuat
perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Perencanaan
jangka pendek atau disebut juga “perencanaan operasional” adalah perencanaan yang
dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun; perencanaan jangka

28
menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun
(Marquis & Huston, 1998); sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering
disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga
sampai dengan 20 tahun (Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka
pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka pendek yang dapat diterapkan di
ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.
a.       Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.
b.      Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana
bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dibuat oleh
kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
c.       Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana tahunan
disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan
dibuat oleh kepala ruang.

3.      Perencanaan SDM Keperawatan


Kegiatan perencanaan yang tidak kalah penting dalam manajemen keperawatan
adalah perencanaan SDM keperawatan. Perencanaan SDM keperawatan sangat
menentukan efektivitas dan efisiensi kegiatan dalam organisasi pelayanan
keperawatan.

a.      Pengertian
Perencanaan SDM adalah kegiatan merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi serta efektif efisien dalam membantu terwujudnya tujuan

29
(Hasibuan, 2005). Perencanaan SDM kesehatan adalah proses estimasi terhadap
jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan (Ilyas, 2004).

b.      Dasar Perencanaan SDM Keperawatan


Dalam membuat perencanaan SDM tentu harus ada yang mendasari. Berikut adalah
beberapa hal yang mendasari pembuatan perencanaan SDM keperawatan.
1)      Perencanaan tidak akan timbul dengan sendirinya, tetapi perencanaan timbul
didasari oleh hasil pemikiran yang bersumber dari hasil-hasil penelitian. Perencanaan
tidak boleh hanya mengandalkan asumsi. Tanpa data yang factual dan valid,
perencanaan yang dibuat tidak akan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
yang dihadapi.
2)      Perencanaan mutlak harus memiliki keberanian mengambil keputusan dengan
segala resikonya. Perencanaan yang kita buat tidak hanya sekedar berupa sebuah
rencana. Rencana dibuat harus ada dasarnya. Perencanaan dibuat untuk dikerjakan.
Apa pun resikonya, seorang manajer keperawatan harus berani mengambil keputusan
terhadap perencanaan yang dibuat dan akan dikerjakan.
3)      Orientasi suatu rencana adalah masa depan. Artinya, rencana diibaratkan suatu titik
yang akan kita tuju dan kita capai. Rencana harus mempunyai arah ke depan, maju,
dan realistis. Sebagai contoh: dalam lima tahun ke depan berapa jumlah SDM
keperawatan yang dibutuhkan dan lain-lain.
4)      Rencana harus mempunyai makna. Artinya, janganlah membuat suatu rencana yang
tidak jelas arah dan tujuannya. Janganlah hanya berpikiran “daripada tidak
mempunyai rencana” karena pekerjaan yang sudah kita lakukan akan sia-sia. Dengan
dukungan data dan fakta yang objektif, akan memunculkan masalah yang actual
sehingga perencanaan yang dibuat akan bermakna. Jika dilaksanakan, akan
mempermudah usaha yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan organisasi.

30
c.       Tujuan Perencanaan SDM Keperawatan
Menurut Hasibuan (2005), tujuan perencanaan SDM keperawatan adalah sebagai
berikut:
1)      Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan.
Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu draf yang memunculkan kualifikasi
SDM keperawatan seperti apa yang dibutuhkan. Contoh kebutuhan SDM berdasarkan
tingkat pendidikan (D3 Keperawatan atau S1 Keperawatan), kebutuhan SDM
berdasarkan spesialisasi (perawat anak, perawat medical bedah, perawat
kegawatdaruratan, perawat maternitas, dan lain-lain). Selain itu, draf yang ada juga
memuat berapa jumlah kebutuhan SDM keperawatan yang sudah ada dan berapa
kekurangannya. Hal ini semua dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengembangan
tenaga keperawatan.
2)      The right man on the right place and the right man on the right job (efektivitas dan
efisiensi).
Penempatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi
pendidikannya akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas-tugas
keperawatan.
3)      Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa
mendatang.
Perencanaan SDM keperawatan harus dibuat secara cermat dan teliti. Data-data
penunjang harus tersedia dengan cukup, antara lain dalam hal apakah dalam waktu
dekat atau beberapa tahun kemudian ruang perawatan akan dikembangkan, berapa
jumlah tenaga keperawatan yang kira-kira dibutuhkan, dan berapa jumlah tenaga
keperawatan yang pension tahun ini atau tahun-tahun berikutnya.
4)      Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
Perencanaan yang cermat akan menghasilkan hitung-hitungan yang matang dalam hal
SDM. Dengan demikian, tidak sampai terjadi penggendutan ataupun kekurangan

31
SDM pada spesifikasi area tertentu atau area secara keseluruhan yang menjadi
penyebab tumpang tindihnya pelaksanaan tugas.
5)      Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS).
6)      Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian
karyawan.
7)      Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi dan pensiun tenaga keperawatan.

d.      Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Menurut Depkes (2002), kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit berada di
ruangan antara lain: rawat inap, gawat darurat, critical care, kamar operasi, dan rawat
jalan. Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan di masing-masing ruangan ini
mempunyai rumus yang berbeda.
1)      Ruang Rawat Inap
  Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap berdasarkan Rumus
Depkes adalah sebagai berikut.
         Berdasarkan klasifikasi pasien
         Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
  Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap berdasarkan
klasifikasi pasien adalah sebagai berikut.
Cara penghitungannya didasarkan atas:
         Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus;
         Rata-rata pasien per hari;
         Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien;
         Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari;
         Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari.

RATA-RATA JAM PERAWATAN PASIEN PER HARI


BERDASARKAN JENIS KASUS

32
Rata-rata jam
Rata-rata Jmlh jam
No. Jenis/kategori perawatan
pasien/hr perawatan/hr
px/hr
1 Px Interne 10 3,5 35
2 Px Bedah 8 4 32
3 Px Gawat 1 10 10
4 Px Anak 3 4,5 13,5
5 Px Kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93
Tabel 1. Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per Hari Berdasarkan Jenis Kasus
 

Untuk menghitung jumlah tenaga tersebut, perlu ditambah dengan faktor koreksi
yang berupa loss day (hari libur, cuti, hari besar). Penghitungannya menggunakan
rumus sebagai berikut.

33
Perlu diketahui bahwa perawat tidak hanya mengerjakan tugas-tugas
keperawatan, tetapi juga mengerjakan tugas-tugas non keperawatan. Dengan
demikian, perlu dihitung pula jumlah perawat guna mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan tadi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tugas-tugas non keperawatan diperkirakan sebesar 25% dari jam pelayanan
keperawatan.

Jumlah tenaga keperawatan dibutuhkan adalah sebagai berikut.


Jumlah tenaga keperawatan = tenaga tersedia + faktor koreksi
         = 16,5 + 4,1 = 20,6 orang (dibulatkan menjadi 21
             perawat).
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan diruangan tersebut adalah 21 orang perawat.

  Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan berdasarkan tingkat ketergantungan


pasien dibedakan menjadi beberapa kategori, antara lain sebagai berikut.
         Asuhan keperawatan minimal
         Asuhan keperawatan sedang
         Asuhan keperawatan agak berat
         Asuhan keperawatan maksimal
Berikut adalah contoh kasus diruang rawat inap.

34
RATA-RATA JAM PERAWATAN PASIEN PER-HARI
BERDASARKAN TINGKAT KETERGANTUNGAN
No Kategori Tingkat Rata-Rata Jumlah Jam Jumlah Jam
. Ketergantungan**) Jumlah Perawatan Perawatan/Hari
Pasien/Hari*) /Hari
1. Askep Minimal 7 2 14
2. Askep Sedang 7 3,08 21,56
3. Askep Agak Berat 11 4,15 45,65
4. Askep Maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37
Tabel 2. Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per-Hari Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan
Keterangan: *) berdasarkan penelitian diluar negeri
          **) penjelasan terlampir

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.

35
Untuk menghitung jumlah SDM keperawatan yang dibutuhkan, perlu ditambah
dengan faktor koreksi dengan rumus sebagai berikut.

Hasil penghitungan diatas tadi perlu ditambah lagi dengan kegiatan perawat yang
menjalankan tugas-tugas non-keperawatan diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan.

Jumlah tenaga keperawatan dibutuhkan adalah sebagai berikut.

36
Jumlah tenaga keperawatan = tenaga tersedia + faktor koreksi
= 15,9 + 3,9 = 19,8 orang (dibulatkan menjadi 20 perawat).
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan diruangan tersebut adalah 20 orang perawat.

  Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan berdasarkan Rumus Douglas.


Selain penghitungan Depkes (2002), ada cara penghitungan lain, yaitu dari Douglas
(1992), ini mengacu pada klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan
sebagai berikut.

KLASIFIKASI PASIEN BERDASARKAN TINGKAT


KETERGANTUNGAN
Jumla Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
h
Pag Sian Mala Pag Sian Mala Pag Sian Malam
Pasien
i g m i g m i g
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Tabel 3. Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan

Contoh Kasus:
Ruang inap X dengan jumlah pasien sebanyak 20 orang dengan klasifikasi sebagai
berikut : 5 orang pasien dengan klasifikasi minimal, 12 orang pasien dengan
klasifikasi parsial, dan 3 orang pasien dengan klasifikasi total. Jumlah perawat yang
dibutuhkan di ruangan tersebut adalah:
Jumlah perawat dinas pagi

5 x 0,17     = 0,85
12 x 0,27   = 3,24           = 5,17 orang

37
3 x 0,36     = 1,08
Jumlah perawat dinas siang

5 x 0,14     = 0,70
12 x 0,15   = 1,80           = 3,4 orang
3 x 0,30     = 0,90
Jumlah perawat dinas malam

5 x 0,07     = 0,35
12 x 0,10   = 1,20           = 2,15 orang
3 x 0,20     = 0,60

Dengan demikian, jumlah perawat yang dibutuhkan setiap hari adalah


5,17+3,4+2,15= 10,72 (dibulatkan menjadi 11 orang). Hasil tersebut ditambah lagi
dengan perawat yang libur atau cuti sebanyak lebih kurang 4 orang, 1 orang kepala
ruang, dan 2 orang ketua tim/perawat primer. Jumlah perawat yang dibutuhkan
diruang rawat tersebut adalah 18 orang.

  Penghitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rumus Gillies.


Perhitungan jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan formula Gillies (1989)
menggunakan rumus sebagai berikut.

38
Keterangan:
BOR          : bed occupancy rate
TT              : tempat tidur
Jumlah hari libur = loss day (hari minggu + cuti + hari besar) dalam satu tahun sekitar
78 hari.
Jam kerja efektif = 7 jam per shif

Contoh kasus:
Ruang A mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah dengan BOR 80%, rata-
rata jam perawatan per hari adalah 4 jam. Jumlah perawat yang dibutuhkan Ruang A:

                     

Jadi, kebutuhan perawat di Ruang A adalah 15 orang.

  Penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan rumus PPNI.


Penghitungan kebutuhan jumlah perawat di ruang rawat inap menurut PPNI 
menggunakan rumus sebagai berikut.

         

39
Keterangan :
TT              = tempat tidur
BOR          = Bed occupancy rate

Contoh kasus.
Ruang A mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah dengan BOR 80%, rata
rata jam perawatan perhari adalah 4 jam. Berapa jumlah perawat yang di butuhkan
ruang A :

Jadi kebutuhan jumlah perawat di ruang A adalah 22 orang.


Penghitungan jumlah perawat antara rumus Gillies dan rumus PPNI
menghasilkan nilai yang berbeda. Rumus Gillies menghasilkan nilai yang selalu lebih
kecil karena Gillies mengasumsikan bahwa perawat di AS sudah profesional sehingga
bekerja lebih efektif dan efisien.
Pada penghitungan menggunakan rumus PPNI, hasil penghitungan di kalikan
dengan 125%. Hal ini di asumsikan karena tingkat produktivitas perawat di Indonesia
adalah 75% sehingga nilai yang di dapatkan selalu lebih besar di bandingkan rumus
Gillies.

  Penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan rumus Ilyas.

40
Penghitungan kebutuhan jumlah perawat berdasarkan rumus Ilyas (2004) adalah
sebagai berikut.

Keterangan :
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
(365 – (12 hr libur nasional + 12 hari cuti tahunan) x ¾ = 255 hari)
Jumlah ¾ adalah indeks yang berasal dari karakteristik jadwal kerja perawat di rumah
sakit pemerintah dan swasta yang berbentuk yayasan. Indeks ini diperoleh dari setiap
empat hari kerja efektif jaga malam, perawat mendapat libur satu hari.

2)      Ruang Gawat Darurat


Dasar penghitungan kebutuhan perawat di ruang gawat darurat adalah sebagai
berikut.
a)      Rata rata jumlah pasien per hari
b)      Jumlah jam perawat per hari
c)      Jam efektif perawat per hari.

Contoh kasus.

Rata rata jumlah pasien per hari


adalah 25 orang, jumlah jam perawatan per orang per hari adalah 3 jam, dan jam

41
efektif per hari adalah 7 jam. Maka, kebutuhan  tenaga keperawatan di ruang gawat
darurat adalah:

Penghitungan loss day seperti rumus sebelumnya di peroleh hasil


sebagai berikut

Jumlah yang di peroleh di tambah dengan loss day :


Jadi, jumlah perawat yang di butuhkan di gawat darurat adalah :
11 + 3 = 14 orang.
Penghitungan kebutuhan perawat di ruang intensif hampir sama dengan di ruang
gawat darurat, namun pembedanya adalah jumlah jam perawatan di ruang intensif
lebih besar.

3)      Kamar Operasi


Dasar penghitungan tenaga perawat di kamar operasi menurut Depkes (2002) adalah
sebagai berikut :
a)      Jumlah dan jenis operasi
b)      Jumlah kamar operasi
c)      Pemakaian kamar operasi (di perkirakan 6 jam perhari) pada hari kerja
d)      Tugas perawat di kamar operasi, instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/tim)
e)      Ketergantungan pasien.
         Operasi ringan = 1 jam/operasi
         Operasi sedang = 2 jam/operasi
         Operasi besar = 5 jam/operasi
Rumus yang dipergunakan adalah :

42
 

Contoh kasus :
RS ‘KAKAK” terdapat 25 operasi / hari dengan rincian sebagai berikut.
         Operasi ringan      : 8 orang
         Operasi sedang     : 10 orang
         Operasi besar        : 7 orang
Jumlah kebutuhan perawat di kamar operasi RS “KAKAK” adalah

Jadi jumlah kebutuhan perawat di kamar operasi adalah 19 orang.


4)      Rawat Jalan
Menurut Depkes (2002), penghitungan kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan
adalah menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh kasus :
         Rata rata jumlah pasien per hari adalah 100
         Jumlah jam perawat per pasien/hari adalah 15 menit.

43
Jadi, kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan adalah sebagai berikut.
 

Hasil yang di peroleh tersebut di tambah dengan faktor koreksi sebesar 15% dari hasil
penghitungan. Dengan demikian, jumlah perawat yang di butuhkan di rawat jalan
adalah 4 + (15% x 4) = 5 orang.

Penghitungan dengan rumus - rumus di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan.


Rumus di atas tidak seluruhnya sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang
ada di tempat kita. Hasil penghitungan yang di peroleh sangat bervariasi. Hal ini
karena hasil penghitungan tersebut dapat di pengaruhi oleh banyak hal, salah satunya
adalah produktivitas. Semakin tinggi produktivitas tenaga keperawatan, sebaiknya
menggunakan rumus yang menghasilkan nilai terkecil.
Untuk itu, guna menghasilkan data dan hasil yang lebih akurat, manajer
keperawatan harus melakukan penghitungan yang lebih teliti terkait dengan
klasifikasi pasien dan jumlah jam perawatan. Pengklasifikasian yang ceroboh dan
penghitungan jumlah jam keperawatan yang tidak akurat akan menghasilkan nilai
yang tidak dapat menjawab persoalan kebutuhan tenaga keperawatan.

Kasus:
Anda adalah seorang kepala ruang rawat bedah laki-laki dengan 34 TT dan BOR
85%. Staf anda terdiri dari 15 perawat, 4 POS, 1 tenaga administrasi, & 3 cleaning

44
service. Hasil survey direktur keperawatan saudara menunjukkan adanya
ketidakpuasan dari pelanggan saudara (75% pelanggan ekternal & 68% pelanggan
internal). Bagaimana proses perencanaan saudara menanggapi permasalahan diatas?

Pembahasan : Proses Perencanaan


Hierarki perencanaan, meliputi: Rumah Sakit Ojo Radiat
         Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Ojo Radiat sebagai rujukan utama daerah di Jawa Barat
yang unggul, mandiri dan berkualitas dalam pelayanan bedah secara holistik tahun
2020.

         Misi
a.       Mewujudkan pelayanan kesehatan profesional, bermutu dan bersahabat untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan.
b.      Mengembangkan jiwa (sikap mental) wirausaha dalam menyelenggarakan
pelayanan mandiri yang bertumpu pada pemberdayaan seluruh potensi rumah sakit
dan penggolongan kemitraan seluas-luasnya.
c.       Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bedah dalam kedudukannya sebagai pusat
rujukan daerah, pendidikan dan pengembangan keilmuan di bidang kesehatan bedah.
d.      Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan
yang bermutu.

         Hierarki perencanaan ruang rawat Arjuna, meliputi:


1.      Visi
Terwujudnya ruang rawat bedah laki-laki berkualitas tinggi yang memberikan
perawatan secara holistik tahun 2020.
2.      Misi
a.       Memberikan pelayanan perawatan bedah laki-laki yang profesional, bermutu dan
bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b.      Memberikan perawatan bedah laki-laki dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan
daerah.
c.       Memberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan
kualitas perawatan bedah.
d.      Mendorong dan memfasilitasi tenaga kesehatan untuk mengadakan penelitian
perawatan bedah di ruang rawat bedah laki-laki.
3.      Filosofi
Profesional dalam melayani
4.      Tujuan
  Tujuan jangka panjang
Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal secara holistik dan berbasis evidence
based practice.
  Tujuan jangka pendek

45
-          Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan asuhan
keperawatan yang holistik di ruang rawat bedah laki-laki
-          Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat bedah laki-laki
-          Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi dan rehabilitasi
-          Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan secara kontinu.
-          Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berbasis evidence based practice
5.      Kebijakan
a.       Gaya kepemimpinan kepala ruangan bersifat situasional.
b.      Kepala ruangan melakukan sistem reward dan punishment kepada staf.
c.       Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan.
d.      Kepala ruangan mengupayakan kebijakan pelatihan klinik tenaga kesehatan.
e.       Merekomendasikan tenaga kesehatan yang kinerjanya baik kepada pihak rumah
sakit untuk diikutsertakan dalam program beasiswa.
f.        Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu bulan sekali.
g.      Mengoptimalkan sistem pendokumentasian keperawatan.
h.      Memiliki standar operasional prosedur.

6.      Prosedur
Pasien yang keluar dari ruang UGD akan diantar ke ruang rawat. Di ruang rawat,
bagian administrasi akan menerima informasi penerimaan pasien baru tersebut
dengan rincian:
a.       informasi kelas yang akan dipilih
b.      informasi pola tarif
c.       informasi persyaratan
d.      tanda tangan perjanjian
e.       pengecekan kembali status klien dan memasukkan ke buku register baru.

Setelah itu, kepala ruangan memeriksa atau melengkapi informasi atau status klien
dengan memperhatikan surat pengantar rawat pasien dari poli UGD, memperhatikan
instruksi yang tertera dari perawatan di UGD dan melakukan pengecekan ulang
mengenai kelengkapan data pasien. Di lain pihak, perawat menyiapkan tempat tidur
yang siap pakai, lengkap dengan set KDM. Setelah melengkapi proses administrasi,
perawat menerima pasien dengan 5SP (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun,
Profesional), kemudian memindahkan pasien ke tempat tidur yang telah disiapkan,
mengatur kenyamanan pasien, memberikan info mengenai fasilitas yang terdapat di
ruangan, lalu memulai proses keperawatan.

         Tahap/Langkah Perencanaan


1.      Pengumpulan data
  Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
  Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
  Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan

46
  Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
  Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % =
29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-
85%.
  Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
  Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan
berpengalaman.
  Ruangan:
-          Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT
non AC
-          Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT
AC
-          Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2
TT AC
-          Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
-          Kondisi bangunan ruangan kokoh
-          Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
  Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal
sebesar 75%.
  Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga
pasien.
  Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak
ramah.
  Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan
ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
  Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah
klien.
  Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
  Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
  Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal
sebesar 68%.
  Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak
mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
  Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil
yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
  Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
  Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan
pendidikannya.
  Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3
dan masih ada yang SPK.
  Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka
bekerja di ruang rawat bedah.

47
  Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan
keperawatan bedah.
  Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
  Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
  Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT
seharusnya tersedia 34 perawat.
  Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
  Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
  Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1
Keperawatan dan masih tetap bekerja
  Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
-          Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
-          Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
  RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
  Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
  Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang
mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum
dilaksanakan sesuai pedoman).
  Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
  Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
  Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas
lengkap.
  Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan
informasi yang jelas.
  Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat
kurang ramah dan jarang tersenyum.

2.      Analisis lingkungan  Analisa SWOT


Strength :
  Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
  Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
  Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
  Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
  Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % =
29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-
85%.
  Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
  Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan
berpengalaman.
  Ruangan:

48
-          Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT
non AC
-          Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT
AC
-          Terdapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT
AC
-          Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
-          Kondisi bangunan ruangan kokoh
-          Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap

Weakness:
  Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal
sebesar 75%.
  Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga
pasien.
  Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak
ramah.
  Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan
ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
  Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah
klien.
  Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
  Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
  Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal
sebesar 68%.
  Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak
mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
  Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil
yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
  Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
  Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan
pendidikannya.
  Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3
dan masih ada yang SPK.
  Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka
bekerja di ruang rawat bedah.
  Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan
keperawatan bedah.
  Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
  Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
  Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT
seharusnya tersedia 34 perawat.

49
Opportunity:
  Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
  Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
  Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1
Keperawatan dan masih tetap bekerja
  Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
-          Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
-          Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.

Threat:
  RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
  Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
  Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang
merawat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum
dilaksanakan sesuai pedoman).
  Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
  Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
  Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas
lengkap.
  Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan
informasi yang jelas.
  Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat
kurang ramah dan jarang tersenyum.

5.PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN

A.       PENGERTIAN
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan
setiap kelompok, dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan
unit lainnya, baik cara vertical maupun horizontal yang bertanggung jawab mencapai
tujuan organisasi (Swansburg, 1993).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas,
wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan, baik vertical maupun horizontal
yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan ditetapkan. Fungsi

50
ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus
melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa,
dan di mana dan kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah
ditetapkan (Siagian,1983 dalam Juniati).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan orang, alat-alat, tugas-tugas,
kewenangan dan tanggung jawab yang seimbang dan sesuai dengan rencana
operasional sehingga suatu organisasi dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Subur, 1997).
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :
1.       Adanya tujuan bersama
2.      Adanya kerjasama dua orang atau lebih
3.      Adanya pembagian tugas
4.      Adanya kehendak untuk bekerja sama
B.        KONSEP
Dalam menganalisa pengaruh pola formal organisasional pada sifat dasar komunikasi
antara para pekerja, perlu untuk mengerti konsep sebagai berikut:
1.      Peran
Peran diartikan sebagai suatu set perilaku dan sikap yang diharapkan dari
seseorang oleh mereka yang berinteraksi dengannya. Peran seseorang diartikan oleh
harapan-harapan orang lain, individu tersebut sangat bergantung pada harapan
mereka bagi aspek identitas pribadinya. Sepanjang hidupnya seseorang memegang
serangkaian peran, yang berubah dengan perubahan keadaan hidupnya. Sebagai
pekerja sebuah departemen keperawatan, perawat dapat memegang beberapa peran
jabatan pada waktu yang sama. Kepala perawat tertentu merupakan bawahan bagi
atasannya, seorang supervisor bagi staf perawatnya, rekan kerja kepala perawat
lainnya dan mungkin kepala panitia atau konsultan bagi para pekerja di divisi lain

51
dalam organisasinya. Karena perbedaan sikap dan perilaku diperlukan dalam
pelaksanaan masing-masing peran, kepala perawat yang telah diuraikan di atas harus
sering "merubah seragam" selama hari kerjanya, penyesuaian dan penyesuaian ulang
ekspresi wajah, bahasa tubuh, nada suara dan bahasa untuk memenuhi harapan pihak
yang berkepentingan lainnya yang telah mengartikan setiap peran.
2.      Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar
bersikap sesuai dengan harapan seseorang. Karena kekuasaan tumbuh dari interaksi
manusia, kekuasaan tidak bersifat statis, tetapi terus menerus berubah. Perolehan
kekuasaan oleh perawat perorangan tampaknya memudahkan perolehan kekuasaan
yang lebih besar dalam situasi yang sama. Kemungkinan karena meningkatnya 
jumlah komunikasi dengan yang lain atau perubahan dalam kualitas komunikasi
tersebut. Begitu juga sebaliknya, kehilangan kekuasaan seorang pekerja bisa
mengubah hubungan timbal baliknya dengan yang lain sehingga membuatnya terus
menerus kehilangan kekuasaan seiring dengan waktu. Kekuasaan terdiri dari
beberapa jenis yaitu: kekuasaan memberikan penghargaan (Reward power) adalah
kesanggupan untuk memberikan penghargaan terhadap yang lain, kekuasaan paksaan
(Coercive power) adalah kesanggupan untuk menerapkan hukuman kepada yang lain.
Menejer perawat dapat menghukum seorang pegawai melalui penurunan pangkat,
skors, atau pemecatan. Kekuasaan referensi (Referent power) adalah kemampuan
mengilhami kebanggaan tertentu pada yang lain sehingga mereka berharap untuk
mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan obyek kekaguman mereka.
Kekuasaan ahli (Expert power) merupakan kemampuan untuk meyakinkan yang lain
supaya seseorang  memiliki derajat pengetahuan dan keahlian tinggi dalam area
spesialisasi.
3.      Status
Konsep status berhubungan erat dengan konsep kekuasaan. Status dapat diartikan
sebagai urutan penganugerahan suatu kelompok kepada seseorang yang sesuai
dengan penilaian mereka atas pekerjaan dan sumbangsihnya. Derajat status yang

52
diberikan kepada pekerjaan tertentu erat kaitannya dengan jarak dari hierarki
organisasi tingkat atas, jumlah keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
kerja tersebut, derajat pelatihan khusus, atau pendidikan yang diperlukan bagi posisi
tersebut, tingkat tanggung jawab dan otonomi yang diharapkan dalam pelaksanaan
kerja dan gaji yang didapat dari jabatan tersebut. Status masing - masing perawat
tergantung pada posisi dari departemen kesehatan dalam tabel organisasi unit
kerjanya. Status sebuah kelompok dikaitkan dengan kemampuannya dalam
mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kelompok.
Kebanyakan perawat percaya bahwa tujuan keperawatan bagi perawatan klien dan
kesembuhannya sama pentingnya dengan kesejahteraan klien seperti juga
dengantujuan pengobatan medis atau tujuan administrasi keuangannya.
4.      Wewenang
Konsep wewenang secara berbelit-belit dihubungkan dengan konsep tanggung
jawab. Jabatan pada hierarki keperawatan puncak dihubungkan dengan lapisan atas
dari tanggung jawab dan wewenang. Jadi status yang tinggi dihubungkan dengan
wewenang yang memberi status pekerjaan tinggi bagaimanapun dapat diserahkan
pada jabatan di lapisan rendah struktur organisasi.
5.      Kepusatan ( Centrality )
Konsep sentralisasi / kepusatan organisasi mengacu pada kenyataan bahwa
beberapa jabatan ditempatkan sedemikian rupa dalam struktur organisasi sehingga
melibatkan si pemegang jabatan ke dalam seringnya komunikasi dengan sejumlah
besar pekerja lainnya. Sebaliknya, jabatan lainnya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga terjadi sedikit komunikasi di antara pemegang jabatan dengan yang lainnya.
Dengan menggunakan skema organisasi lembaga tersebut, adalah mungkin untuk
menghitung jumlah langkah atau pertukaran  pembicaraan yang diperlukan guna
menyampaikan informasi kepada jabatan yang diberikan dari setiap posisi lain dalam
jaringan kerja tersebut. Jumlah langkah bagi orang atau jabatan tertentu disebut total
jarak organisasi. Penambahan jarak perseorangan bagi semua pegawai dalam
organisasi dan membaginya dengan jumlah pegawai akan menghasilkan jarak rata-

53
rata organisasi (Average organizational distance) bagi semua jabatan dalam struktur
itu. Dengan membandingkan total jarak organisasi seseorang dengan jarak rata-rata
bagi seluruh struktur, seseorang dapat menentukan setiap jarak relatif organisasi
(Relative organizational distance) pegawai. Para pegawai dengan jarak relatif
organisasi yang  terkecil adalah yang paling pokok dalam struktur tersebut. Mereka
lebih banyak menerima informasi yang berhubungan dengan kerja di banding pekerja
pokok. Terhadap pekerja yang berpengetahuan, informasi adalah bahan mentah untuk
produksi. Karena pekerja yang lebih terpusat secara organisasi seharusnya lebih
produktif dibanding pekerja yang kurang terpusat.
6.      Komunikasi ( Communication )
Semua pekerjaan dalam sebuah kelompok manusia dilakukan melalui dan karena
komunikasi antar pekerja. Komunikasi biasa diartikan sebagai pengiriman informasi
dan opini antar manusia. Diperlukan pendahuluan pesan oleh si pengirim dan persepsi
pesan yang sama oleh si penerima pesan. Kebanyakan ahli komunikasi percaya
bahwa penangkapan pesan tersebut merupakan aspek yang lebih kritis dari proses dan
usaha memperbaiki kualitas serta akurasi komunikasi sebaiknya dimulai dengan
mengajari manusia bagaimana mendengar secara bersungguh - sungguh dan kritis
terhadap semua aspek pesan yang dikirim. Adalah mungkin untuk melatih pengirim
pesan agar mengatur, mengulang, dan merangkum informasi sehingga
memaksimalkan pengertian oleh si penerima pesan. Pengirim pesan dapat diajari 
memperkuat isi verbal setiap pesan dengan ekspresi yang sesuai dan gerak isyarat
untuk menekankan konsep kunci serta untuk mendapatkan masukan dari si penerima
pesan sebagai tanda atas keefektifan komunikasi.
C.       LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN
1.      Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada
saat fungsi perencanaan.
2.      Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.

54
3.      Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen
kegiatan).
4.      Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.
5.      Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas.
6.      Mendelegasikan wewenang dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya
keseimbangan antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti
puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja
dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerjasama yang sifatnya integrative perlu
diterapkan karena prinsip kerja integrasi diharapkan semua kegiatan pokok
puskesmas dapat diselesaikan.
D.       TIPE-TIPE ORGANISASI
Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan
yang diterapkan di ruangan perawatan. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe
organisasi dilihat dari strukturnya.
1.      Struktur Organisasi secara umum
Struktur Organisasi di ruangan menyesuaikan dengan metode penugasan yang
dijalankan di ruang perawatan. Akan tetapi, secara umum organisasi dibagi menjadi
tiga macam , antara lain sebagai berikut.
a.       Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia. Organisasi lini mencirikan
bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan
organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat
dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan
yang diutamakan adalah wewenang dan perintah. 
Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan
sedikit, sarana dan prasarana yang terbatas, serta tujuan dan kegiatan yang sederhana.
Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat
dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin  serta
koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Sedangkan, kelemahannya adalah
keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar-benar dapat

55
memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi seiring terabaikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, organisasi lini sangat cocok diterapkan di ruang
perawatan.
b.      Organisasi Staf.
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf
dicirikan bahwa dalam pengorganisasian dikembangkan satuan organisasi staf yang
berperan sebagai pemantu pimpinan. Orang yang duduk dalam suatu organisasi staf
adalah individu ahli yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Hal ini terjadi
karena pimpinan organisasi menghadapi permasalahan yang kompleks dan kesulitan
untuk memecahkan permasalahan yang ada sehingga dibutuhkan orang yang sanggup
dan mampu membantu pimpinan dalam memecahkan masalah organisasi.  
Dalam organisasi staf, fungsi staf hanyalah sebagai pembantu. Pengambilan
keputusan tetap berada di tangan pimpinan. Keuntungan organisasi staf adalah
pengambilan dapat lebih baik. Kerugiannya adalah pengambilan keputusan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan organisasi lini.
c.       Organisasi Lini dan Staf
Bentuk Operasi lini dan staf merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada
bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diplot sebagai penasihat, tetapi staf juga
diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi ini staf
diterapkan jika permasalah nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika
permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya diharapkan
memberikan buah pikirannya, tetapi staf juga harus membantu pelaksanaannya.
Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan lebih baik karena
pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab
pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatiannya pada
masalah yang lebih penting, serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat
dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahanyya
adalah pengambilan keputusan memakan waktu yang lebih lama lagi, dapat
menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak menegetahui batas-batas
wewenangnya. Bagan organisasi lini staf dapat dilihat dalam gambar berikut.
Seperti disampaikan pada kalimat di atas, struktur organisasi pelayanan keperawatan
di ruang rawat menyesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan. Berikut
adalah bagan struktur organisasi pelayanan di ruang perawatan yang mengacu pada

56
model pemberian asuhan keperawatan (Gillies, 1989).
STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN
1.      Metode Kasus
       Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua karena metode ini
adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada
metode ini, seorang perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien
selama periode dinas (Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang perawatan
intensif.Metode Fungsional Metode penugasan fungsional merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama metode ini adalah pemenuhan kebutuhan
fisik sehingga kurang memerhatikan kebutuhan manusia secara holistic dan
komprehensif.
Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang membawahi secara
langsung perawat-perawat pelaksana yang ada di ruang tersebut. Metode ini
menggambarkan bahwa satu-satunya pemegang kendali manajerial dan laporan klien
adalah kepala ruang, sedangkan perawat lainnya hanya sebagai perawat pelaksana
tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai dengan
spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya, setiap perawat mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk memberikan tindakan keperawatan sebanyak satu atau dua
jenis tindakan. Jenis tindakan lainnya diberikan oleh perawat yang lainnya.
Berdasarkan struktur di atas, trgambar dengan jelas bahwa ada pembagian tugas
perawat, yaitu ada perawat yang tugasnya hanya memberikan obat ada perawat yang
tugasnya hanya merawat luka dan lain-lain. Namun demikian, guna mengurangi
beban tanggung jawab kepala ruang yang besar, pihak rumah sakit dapat
memodifikasi struktur tersebut dengan menempatkan wakil kepala ruang untuk
membantu tugas kepala ruang. Selain mengurangi beban kerja kepala ruang, dengan
adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pekerjaan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE FUNGSIONAL
Kelebihan Kelemahan
1.      Efisiensi, terutama untuk
1.      Kepala ruang kurang waktu untuk dapat memberikan

57
ruangan yang mempunyai masukan kepada perawat-perawatnya tentang
jumlah tenaga perawat bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang
minimal/sedikit. terbaik.
2.      Perawat mempunyai
2.      Setiap perawat tidak dapat memberikan asuhan seara
keahlian/spesialisasi komprehensif
tindakan tertentu 3.      Komunikasi antar-perawat sangat terbatas
4.      Prioritas hanya kebutuhan fisik sehingga tidak
komprehensif
5.      Pemberian asuhan keperawatan terfragmentasi
6.      Kepuasan pasien sulit tercapai
7.      Kepuasan perawat selaku pemberi asuhan sulit
tercapai

Tabel 4. Kelebihan dan kelemahan metode Fungsional


3.      Metode Tim
Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan
yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan
keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan
“Ketua tim”. Selain itu, Sitorus (2006) juga menyampaikan bahwa dengan metode
penugasan tim, setiap anggota kelompok/tim mempunyai kesempatan untuk
berkontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan efisien, tugas
pokok dan fungsi masing-masing, posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-
masing personel perawat. Keliat, dkk (2006) menguraikan secara rinci tugas pokok
dan fungsi masing-masing posisi yang tergambar dalam struktur organisasi metode
penugasan tim sebagai berikut.
1)      Kepala Ruangan
a)      Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
-          Menyusun visi, misi, dan filosofi

58
-          Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan).
Fungsi Pengorganisasian
-          Menyusun struktur organisasi
-          Menyusun jadwal dinas
-          Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
-          Memimpin operan
-          Menciptakan iklim motivasi
-          Mengatur pendelegasian
-          Melakukan supervise
Fungsi Pengendalian
-          Mengevaluasi indikator mutu
-          Melakukan audit dokumentasi
-          Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga pasien dan perawat
-          Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b)      Compensatory Reward
-          Melakukan penilaian kinerja kettua tim dan perawat pelaksana
-          Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf keperawatan
c)      Hubungan Profesional
-          Memipin rapat keperwatan
-          Memipin konferensi kasus
-          Melakukan rapat tim kesehatan
-          Melakukan kolaborasi dengan dokter
d)      Asuhan keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan
spesifikasi ruangan)
2)      Ketua Tim
a)      Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan

59
-          Menyusun rencana jangka pendek (harian dan bulanan )
                        Fungsi Pengorganisasian
-          Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
-          Membuat daftar alokasi pasien kepada perawat pelaksana
Fungsi Pengarahan
-          Memimpin Pre-Conference dan post-conference
-          Menciptakan iklim motivasi di dalam timnya
-          Mengatur pendelegasian dalam timnya
-          Melakukan supervise kepada anggota timnya
Fungsi Pengendalian
-          Melakukan observasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien
yang dilakukan oleh perawat pelaksana
-          Memberikan umpan balik kepada perawat pelaksana
b)      Compensatory Reward
-          Melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana
c)      Hubungan Profesional
-          Melaksanakan konferensi kasus
-          Melakukan kolaborasi dengan dokter
d)      Asuhan Keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan
spesifikasi ruangan).
3)      Perawata Pelaksana
a)      Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
-          Menyusun rencana jangka pendek (harian)
b)      Asuhan keperawatan
-          Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan
spesifikasi ruangan)

60
Dengan melihat dan menyimak penjelasan di atas, secara jelas terdapat perbedaan
uraian tugas dari kepala ruang, ketua tim, dan perawat pelaksana. Berdasarkan uraian
di atas, tergambar bahwa kepala ruang dan ketua tim menjalankan tugas manajerial
dan asuhan keperawatan, sedangkan perawat pelaksana murni menjalankan asuhan
keperawatan. Batasan ini harus dipahami secara benar oleh masing-masing posisi
sebagai acuan untuk melaksanakan tugas limpah (pendelegasian).
Seperti halnya metode penugasan yang lain, metode penugasan tim mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan metode
penugasan tim.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE TIM
Kelebihan
1.      Pelayanan keperawatan yang
1.      Kegiatan-kegiatan konferen memerlukan waktu
komprehensif yang cukup lama sehingga kegiatan konferen tidak
2.      Proses Keperawatan dapat diterapkan. akan dapat dilaksanakan jika dalam kondisi sibuk.
3.      Metode tim memungkinkan untuk dapat
2.      Jika jumlah perawat sedikit, menyebabkan pre-
bekerja lebih efektif dan efisien conference dan post-conference mungkin tidak
4.      Metode tim memungkinkan untuk dapat dapat dilaksanakan. Untuk kegiatan pre-conference
bekerja sama antar-tim dan post-conference, setiap tim minimal terdiri dari
5.      Metode tim memungkinkan tingginya dua orang.
kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan
6.      Metode tim meningkatkan motivasi dan
kepuasan perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan
                                    Tabel 5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tim
4.      Metode Keperawatan Primer
Metode Keperawatan Primer adalah suatu metode pemberian asuhan Keperawatan
yang mempunyai karakteristik kontinuitas dan komprehensif dalam pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat yang bertanggung jawab

61
dalam merencanakan, melakukan, dan mengoordinasi selama pasien dirawat di ruang
perawatan. Perawat yang bertanggung jawab selama 24 jam atas pasien-pasiennya
tadi disebut”Perawat Primer”. Perawat primer biasanya bertanggung jawab antara 4-6
pasien. Berikut akan dijelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-masing
posisi dan struktur organisasi metode keperawatan perimer.
1)      Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Primer
a)         Perawat primer menerima dan mengorientasikan pasien yang masuk di ruang
perawatan.
b)         Perawat primer mengkaji secara komprehensif dan merumuskan diagnosis
keperawatan
c)         Perawat primer membuat rencana keperawatan (tujuan, criteria hasil, rencana
tindakan, dan rasional)
d)         Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain dan
tenaga kesehatan yang lain atas rencana yang telah dibuat.
e)         Perawat primer melaksanakan rencana yang telah dibuat
f)          Perawat primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai
g)         Perawat primer membuat rencana pulang pasien (termasuk rencana penyuluhan)
h)         Perawat Primer melakukan rujukan kepada pekerja social dan kontak degan
lembaga social di masyarakat.
i)          Perawat primer membuat jadwal perjanjian klinik
j)          Perawat primer mengadakan kunjungan rumah2)      Tugas Pokok dan Fungsi
Kepala Ruang
Menurut penulis, tugas pokok dan fungsi kepala ruang pada metode primer tidak jauh
berbeda dengan yang dilakukan pada metode penugasan tim seperti yang
disampaikan oleh kandidat, dkk (2006) sebagai berikut.
a)         Pendekatan Manajemen
Fungsi Peencanaan
-          Menyusun visi, misi dan filossofi
-          Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan)

62
Fungsi Pengorganisasian
-          Menyusun struktur organisasi
-          Menyusun jadwal dinas
-          Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
-          Memimpin operan
-          Menciptakan iklim motivasi
-          Mengatur pendelegasian
-          Melakukan supervise
Fungsi pengendalian
-          Mengevaluasi indikator mutu
-          Melakukan audit dokumentasi
-          Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga pasien, perawat, dan nakes lain.
-          Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b)      Compesatory Reward
-          Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
-          Merencnakan dan melaksanakan pengembangan staf
c)      Hubungan Profesional
-          Memimpin rapat keperawatan
-          Melakukan rapat tim  kesehatan
Selain menjalankan tugas di atas, ada salah satu tugas yang harus dijalankan oleh
kepala ruang adalah menjadi konsultan jika perawat mengalami kendala dalam
menjalankan tugasnya.
3)      Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Asosiat
a)   Melaksanakan tindakan keperawatan
b)   Menerima delegasi dari primer primer
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE KEPERAWATAN PRIMER
Kelebihan Kelemahan
1.      Akuntabilitas Dibutuhkan perawat yang benar-benar mempunyai

63
2.      Otonomi pengalaman, pengetahua, sikap, dan kemampuan (skill)
3.      Advokasi yang mumpuni
4.      Kontinuitas
5.      Komprehensif
6.      Komunikasi
7.      Koordinasi
8.      Kolaborasi
9.      Komitmen
10.  Kepuasan pasien
11.  Kepuasan perawat
12.  Kepuasan dokter
13.  Kepuasan rumah sakit
14.  Penghargaan
15.  Kesempatan untuk
mengembangkan diri
Tabel 6. Kelebihan dan kelemahan Metode Keperawatan Primer
Selain pembuatan struktur organisasi, menurut keliat, dkk (2006) kegiatan lain fungsi
pengoorganisasian dalam ruang perawatan adalah sebagai berikut.
1.         Pembuatan Daftar Dinas
Daftar dinas merupakan bagian penting dalam pengorganisasian yang berisi jadal
dinas (shift pagi, siang, malam), perawat yang libur, dan perawat yang cuti. Daftar
dinas ini biasanya dibuat untuk kurun waktu dinas selama satu bulan. Pembuat daftar
dinas adalah kepala ruang yang dbantu ketua tim/ perawat primer.
2.         Pembuatan Daftar Alokasi Pasien
Daftar alokasi pasien dibuat guna mengetahui jumlah dan nama pasien, jumlah dan
nama pasien jenis penyakit, dokter, serta distribusi perawta terhadap pasien yang
terdapat di ruangan. Daftar pasien berisi nama pasien, dokter yang bertanggung
jawab, perawat dalam tim (jika menerapkan metode penugasan tim), perawat yang
dinas, dan perawat yang bertanggung jawab tiap shift.

64
F.        SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN
KESEHATAN/KEPERAWATAN
Komunikasi yang terjadi dalam organisasi pelayanan keseahtan/keperawatan adalah
komunikasi formal. Saluran-saluran komunikasi terbentuk dalam komunikasi formal
terbentuk. Saluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur organisasi. Saluran
komunikasi formal dibagi menjadi 3, yaitu veretikal, lateral, dan
diagonal(Handoko,1999)
a)      Komunikasi vertical
Komunikasi vertical terjadi dari atas kebawah atau sebaliknya sesuai garis perintah.
Komunikasi dari atas kebawah terjadi dimulai dari manajemen puncak kemudian
menuju bawah melalui tingkatan-tingkatan manjemen sampai dengan personalpaling
bawah. Tujuan utama komunikasi kebawah  adalah memeberi pengarahan, informasi,
instruksi, saran, masukan, dan penilaian. Informasi yang disampaikan kebawah dapat
berupa tujuan-tujuan organisasi dan juga kebijakan organisasi. Sedangkan, bentuknya
dapat berupa tulisan ataupun lisan. Komunikasi ke atas berfugnsi untuk memberikan
informasi ataupun umpan balik kepada tingkatan manajemen atas tentang hal-hal
yang terjadi tingkat bawah (robbins,2013). Informasi yang disampaikan  dapat berupa
laporan  hasil kerja, gagasan/ide, penjelasan , maupun permintaan. Komunitas ke atas
dapat  dapat disebut juga sebagai umpan balik ke manajemen  ats terkait kebijakan,
pengarahan , instruksi dan pengaturan.
Komunikasi vertical yang terjadi pada tingkat ruang perawatn dapat digambarkan
sebagai berikut : komunikasi antara kepala ruang dan  ketua tim/perawat primer  dan
atau perawat pelaksana; ketua tim/perawat primer dengan perawat pelaksana
b)      Komunikasi lateral/horizontal
Komunikasi lateral terjadi pada antar-departemen pada antar-anggota dalam
kelompok kerja/selevel dan juga terjadi pada antar-departement pada tingakatan
organisasi yang sama. Komunikasi yang terjadi  adalah pimpinan dengan pimpinan,
bawahan dengan bawahan.komunikasi ini bersifat koordinatif. Komunikasi

65
lateral/horizontal yang terjadi pada tingkat ruang perawatn adalah antar-kepala ruang,
abtar-ketua tim/perawat primer. Dan antar –perawat pelaksana.
c)      Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang memotong atau menyilang diagonal
garis perintah organisasi. Komunikasi ini dilakukan antara dua orang pada tingkat
kedudukan yang berbeda, pada tugas dan fungsi yang berbeda, dan tidak mempunyai
wewenang langsung terhadap piuhak yang lain. Komunikasi diagonal yang terjadi
pada tingkat ruang perawatan adalah komunikasi antara perawat dan tim kesehatan
lain (dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain).
G.       FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN
Organisasi pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari organisasi
pelayanan kesehatan. Di dalamnya merupakan tempat padat tenaga kerja yang terdiri
dari individu-individu yang saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Penyampaian pesan secara akurat dan efektif
juga sangat diperlukan dalam kehidupan berorganisasi ini. Namun, menurut Lesikar
(dalam Handoko 1999), efektivitas komunikasi dalam organisasi dipengaruhi oleh
empat factor berikut.
1.      Saluran Komunikasi Formal
Saluran komunikasi formal memengaruhi efektivitas komunikasi dalam dua cara,
yaitu secara Berikut.
a.       Liputan saluran formal akan semakin melebar sesuai perkembangan organisasi.
Perkembangan dan pertumbuhan organisasi menjadi factor penyebab semakin
sulitnya mengadakan komunikasi secara efektif. Apalagi, kalau organisasi sudah
mempunyai banyak cabang yang menyebar. Maka, hal ini akan menyulitkan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif.
b.      Saluran Komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar-tingkatan
organisasi. Sebagai contoh, perawat pelaksanan selalu dapat mengkomunikasikan
masalah-masalah yang dihadapi di ruangan dengan ketuam tim atau kepala ruangan.

66
Akan tetapi, tidak dapat mengkomunikasikan informasi secara langsung dengan wakil
direktur bidang pelayanan. Padahal, informasi tersebut seharusnya juga didapat wakil
direktur.
2.      Struktur Organisasi
Perbedaan kekuasaan dan kedudukan dalam organisasi akan menentukan pihak-pihak
yang berkomunikasi dengan seorang serta isi dan ketepatan dalam berkomunikasi.
Terdapat adab dan aturan tertentu jika bawahan harus berkomunikasi dengan direktur.
Hal ini karena dibatasi formalitas dan kesopanan.Spesialisasi Jabatan
Spesialisasi jabatan akan mempermudah komunikasi antar-individu dalam
kelompoknya. Anggota suatu kelompok yang sama akan cenderung berkomunikasi
dengan istilah, tujuan, tugas, waktu dan gaya yang sama. Sedangkan komunikasi
antar kelompok yang berbeda cenderung akan mengalami hambatan..
4.      Pemilikian informasi
Adanya individu-individu yang mempunyai informasi khusus dan pengetahuan
tentang pekerjaanya. Sebagai comntoh, perawat ruang anak mempunyai pengalaman
yang lebih dalam informasi-informasi perawatan anak. Kepala ruang perawatan juga
mempunyai informasi yang lebih tentang bagaimana cara mengatasi konflik di
ruangan yang dia pimpin.
BAB III
PENUTUP
1.Saran

Demikianlah pemaparan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang

mempelajarinya. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa

yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

67
http://ratnasari15.blogspot.com/2014/10/makalah-konsep-dasar-
manajemen.html

http://kelompoksatuasik.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-manajemen-
keperawatan.html

http://makalahlistavanny.blogspot.com/2015/11/standar-praktik-
keperawatan.html

http://manajemenwirausahablogspot.blogspot.com/2017/05/bab-i-pendahuluan-
a.html

https://aanborneo.blogspot.com/2016/05/makalah-perencanaan-dalam-
manajemen.html

68

Anda mungkin juga menyukai