” PERILAKU KEKERASAN“
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Debby Sinthania,S.Kep,M.kep
DI SUSUN OLEH :
YOLANDA PATHRECIA (19334205)
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari
marah atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan
dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan
emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan memengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut
terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping
yang kurang bagus. Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati, dkk. 2010 : 80).
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang
terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi
dan interjensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu
responterhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi
dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan
yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress,dan
merasa bersalah dan bahkan merusa diri sendiri (Kusumawati, dkk. 2010 :
80).
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi perilaku kekerasan ?
2. Apa penyebab perilaku kekerasan ?
3. Bagaimana proses terjadinya perilaku kekerasan?
4. Bagaimana tanda dan gejala perilaku kekerasan?
5. Apa akibat perilaku kekerasan?
6. Bagaimana penatalaksanaan perilaku kekerasan ?
7. Rencana asuhan keperawat ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi perilaku kekerasan
2. Untuk mengetahui penyebab perilaku kekerasan
3. Untuk mengetahui proses terjadinya perilaku kekerasan
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala perilaku kekerasan
5. Untuk mengetahui akibat perilaku kekerasan
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan perilaku kekerasan
7. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatau bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah
tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah
(Berkowitz, 1993 dalam Dermawan,Deden, 2013).
Menurut Keliat, dkk perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Keliat, dkk, 2011).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tak terkontrol (Kusumawati,dkk.2010:81).
B. Penyebab
Resiko terjadinya perilaku kekerasan diakibatkan keadaan emosi yang
mendalam karena penggunaan koping yang kurang bagus. Beberapa faktor
yang menjadi penyebab perilaku kekerasan yaitu :
1. Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan menyebabkan ia menjadi frustasi, jika ia tidak mampu
mengendalikannya maka ia akan berbuat kekerasan disekitarnya.
2. Hilangnya harga diri, pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika ebutuhan ini tida dipenuhi akibatnya
individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri,lekas marah dan
mungkin melakuan tindakan kekerasan disekitar.
3. Kebutuhan penghargaan status dan prestise, manusia pada umumnya
mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai
dan diakui. Jika tidak mendapat pengakuan individu tersebut maka dapat
menimbulkan resiko perilaku kekerasan (Helena,dkk.2011:80)
C. Tanda dan Gejala
Jelaskan tanda dan gejala kepada klien pada tahap marah, kritis atau
perilaku kekerasa, dan kemungkinan bunuh diri. Muka merah, tegang,
pandangan mata tajam, mondar-mandi, memukul, iritable, sensitif dan agresif
(Kusumawati, dkk. 2010:83).
Tanda dan gejala, perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan mata
tajam, otot tegang dan nada suara tinggi, berdebat, sering pula memaksakan
kehendak ,merampas makanan dan memukul bila tidak sengaja
(Prabowo,2014:143).
1. Motor agitaton
2. Verbal
3. Efek
4. Tingkat kesadaran
Adaptif Maladaptif
1. Respon adaptif
a. Peryataan ( Assertion)
a. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk
menghindari suatu tuntutan nyata
b. Agresif
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
b. Faktor Psikologis
c. Faktor Sosiokultural
Fungsi dan hubungan social yang terganggu disertai lungkungan social yang
mengancam kebutuhan individu, yang mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma dan budaya dapat mempengaruhi individu
untuk berperilaku asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara lansung melalui proses sosialisasi, merupakan proses meniru dari
lingkungan yang menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara
menyelesaikan masalah.
2. Faktor Presipitasi
Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian social yang berubah seperti
serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina, lingkungan
yang terlalu ribut, atau putusnya hubungan social/kerja/sekolah
F. Mekanisme Koping
1. Sublimasi
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginannya yang
tidak baik, misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu, menyumbunya.
3. Represi
4. Reaksi formasi
5. Deplacement
G. Penatalaksanaan
Menurut Eko Prabowo (2014) penatalaksanaan pada klien dengan perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Terapi Farmakologi
Pasien dengan perilaku kekerasan perlu perawatan dan pengobatan yang
tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif
tinggi contohnya: Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah,
contohnya Trifluoperazine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan Transquilizer bukan obat antipsikotik seperti neuroleptika, tetapi
meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan
anti agitasi.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam
terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti
membaca Koran, bemain catur. Terapi ini merupakan langkah awal yang
harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya
seleksi dan ditentukan nya program kegiatannya.
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan
perawatan lansung pada setiap keadaan pasien. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladatif,
menanggulangi perilaku maladaptive, dan memulihkan perilaku maladaptif ke
perilaku adaptif sehingga derajat kesehatan pasien dapat ditingkatkan secara
optimal.
4. Terapi somatic
Menurut Depkes RI (2000) menerangkan bahwa terapi somatik terapi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan
tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi
adalah perilaku pasien.
5. Terapi kejang listrik (ECT)
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah
bentuk terapi yang diberikan kepada pasien dengan menimbulkan kejang
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan di pelipis
pasien. Terapi ini awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30
kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 kali sehari dalam
seminggu (seminggu 2 kali).
H. Pohon Masalah
↑ → Effeck
Perilaku kekerasan
↑ → Cor proplem
Gambar 1. (Prabowo,2014:146).
1.Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang : nama perawat, nama klien,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
2) Usia dan No. Rekam Medik.
b. Alasan Masuk
Biasanya alasan utama pasien untuk masuk ke rumah sakit
yaitu pasien sering mengungkapkan kalimat yang bernada
ancaman, kata-kata kasar, ungkapan ingin memukul serta
memecahkan perabotan rumah tangga. Pada saat berbicara wajah
pasien terlihat memerah dan tegang, pandangan mata tajam,
mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan. Biasanya
tindakan keluarga pada saat itu yaitu dengan mengurung pasien
atau memasung pasien. Tindakan yang dilakukan keluarga tidak
dapat merubah kondisi ataupun perilaku pasien
c. Faktor Predisposisi
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan sebelumnya
pernah mendapat perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang
dilakukan masih meninggalkan gejala sisa, sehingga pasien kurang
dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya gejala sisa
timbul merupakan akibat trauma yang dialami pasien berupa
penganiayaan fisik, kekerasan di dalam keluarga atau lingkungan,
tindakan kriminal yang pernah disaksikan, dialami ataupun
melakukan kekerasan tersebut.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan hasil tekanan darah meningkat, nadi cepat, pernafasan
akan cepat ketika pasien marah, mata merah, mata melotot,
pandangan mata tajam, otot tegang, suara tinggi, nada yang
mengancam, kasar dan kata-kata kotor, tangan menggepal, rahang
mengatup serta postur tubuh yang kaku.
e. Psiokososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan tentang garis keturunan keluarga
pasien, apakah anggota keluarga ada yang mengalami
gangguan jiwa seperti yang dialami oleh pasien.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya tidak ada keluhan mengenai persepsi
pasien terhadap tubuhnya, seperti bagian tubuh yang tidak
disukai.
b) Identitas diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan
merupakan anggota dari masyarakat dan keluarga. Tetapi
karena pasien mengalami gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan maka interaksi antara pasien dengan keluarga
maupun masyarakat tidak efektif sehingga pasien tidak
merasa puas akan status ataupun posisi pasien sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
c) Peran diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang
dapat melakukan peran dan tugasnya dengan baik sebagai
anggota keluarga dalam masyarakat.
d) Ideal diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan ingin
diperlakukan dengan baik oleh keluarga ataupun
masyarakat sehingga pasien dapat melakukan perannya
sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat dengan
baik.
e) Harga diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan
memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain
sehingga pasien merasa dikucilkan di lingkungan
sekitarnya.
f. Hubungan social
Biasanya pasien dekat dengan kedua orang tuanya terutama
dengan ibunya. Karena pasien sering marah-marah, bicara kasar,
melempar atau memukul orang lain, sehingga pasien tidak pernah
berkunjung ke rumah tetangga dan pasien tidak pernah mengikuti
kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat.
g. Spiritual
1) Nilai keyakinan
Biasanya pasien meyakini agama yang dianutnya dengan
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
2) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang (jarang)
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
h. Status mental
Penampilan ,biasanya pasien berpenampilan kurang rapi,
rambut acak-acakan, mulut dan gigi kotor, badan pasien bau.
i. Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara cepat dengan rasa marah, nada
tinggi, dan berteriak (menggebu-gebu).
j. Aktivitas Motorik
Biasanya pasien terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir
dengan tangan yang mengepal dan graham yang mengatup, mata
yang merah dan melotot.
k. Alam Perasaan
Biasanya pasien merasakan sedih, putus asa, gembira yang
berlebihan dengan penyebab marah yang tidak diketahui.
l. Afek
Biasanya pasien mengalami perubahan roman muka jika
diberikan stimulus yang menyenangkan dan biasanya pasien
mudah labil dengan emosi yang cepat berubah. Pasien juga akan
bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
m. Interaksi selama wawancara
Biasanya pasien memperlihatkan perilaku yang tidak
kooperatif, bermusuhan, serta mudah tersinggung, kontak mata
yang tajam serta pandangan yang melotot. Pasien juga akan
berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
n. Persepsi
Biasanya pasien mendengar, melihat, meraba, mengecap
sesuatu yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan
tidak nyata.
o. Proses atau Arus Pikir
Biasanya pasien berbicara dengan blocking yaitu
pembicaraan yang terhenti tiba-tiba dikarenakan emosi yang
meningkat tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan
kembali.
p. Isi Pikir
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki
phobia atau ketakutan patologis atau tidak logis terhadap objek
atau situasi tertentu.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tingkat
kesadarannya yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti
kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh pasien
dalam sikap yang canggung serta pasien terlihat kacau.
r. Memori
Biasanya klien dengan perilaku kekerasan memiliki memori
yang konfabulasi yaitu pembicaraan yang tidak sesuai dengan
kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk
menutupi gangguan yang dialaminya.
s. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu
berkonsentrasi, pasien selalu meminta agar pernyataan
diulang/tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan. Biasanya
pasien pernah menduduki dunia pendidikan, tidak memiliki
masalah dalam berhitung (penambahan maupun pengurangan).
t. Kemampuan penilaian
Biasanya pasien memiliki kemampuan penilaian yang baik,
seperti jika disuruh untuk memilih mana yang baik antara makan
atau mandi terlebih dahulu, maka ia akan menjawab mandi terlebih
dahulu.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan
b. Resiko Bunuh Diri
c. Harga Diri Rendah
3. Tindakan Keperawatan Perilaku Kekerasan
Berdasarkan Nursing Interventions Classification & Nursing
Outcomes Classification (2016) :