PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada daerah permukiman khususnya
didaerah pesisir dan aliran sungai adalah beraneka ragam.Diantaranya adalah penyakit
Kusta,Filariasis,DBD,Malaria dan chikungunya.Berberapa penyebab adalah berhubungan
dengan kebersihan lingkungan yang kurang,air sungai yang kurang memenuhi
standar,sampah yang tidak tertata dengan baik,pengetahuan yang kurang terkait dengan
kesehatan dan faktor resiko munculnya penyakit.Hal ini sangat memerlukan
penatalaksanaan yang baik,sehingga tidak terjadi penyakit dengan tingkat keparahan yang
tinggi bahkan sampai menyebabkan kematian.Penatalaksanaan yang baik akan
menurunkan angka kejadian penyakit tersebut.
Maka dari itu penulis menulis makalah tentang masalah kesehatan di masyarakat :
Kusta,Filariasis,DBD,Malaria dan chikungunya dengan mencantumkan konsep dari
semua penyakit yang disebutkan dan cara yang terbaik untuk penatalaksanaannya oleh
petugas kesehatan.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep penyakit Kusta
2. Mengetahui dan memahami konsep penyakit Filariasis
3. Mengetahui dan memahami konsep penyakit DBD
4. Mengetahui dan memahami konsep penyakit Malaria
5. Mengetahui dan memahami konsep penyakit Chikungunya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kusta
1. Definisi
Penyakit kusta dikenal juga dengan nama Morbus Hansen atau lepra. Istilah
kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha yang berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara umum
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular kronik yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M leprae) yang intra seluler
obligat menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan
mukosa traktus respiratorius bagian atas kemudian ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat.
2. Epidemiologi
Kusta terdapat dimana-mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin,
daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah.
Makin rendah sosial ekonomi makin berat penyakitnya.Sebenarnya kapan
penyakit kusta ini mulai bertumbuh tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi ada
yang berpendapat penyakit ini berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke
Mesir, Eropa, Afrika dan Amerika.
Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari
pasien kusta tipe MB (Multi basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat
(Mansjoer dkk, 2000). Penyakit ini menyerang segala umur namun jarang sekali
pada anak dibawah usia 3 tahun. Hal ini diduga berkaitan dengan masa inkubasi
yang cukup lama. Namun meskipun sebagian besar penduduk di daerah endemik
lepra pernah terinfeksi M. Leprae tidak semua akan terserang penyakit ini karena
kekebalan alamiah terhadap kuman tersebut. Diperkirakan sekitar 15% dari
populasi didaerah endemis kekebalan tubuhnya tidak cukup untuk membunuh
kuman yang masuk dan kemungkinan suatu saat bisa terserang penyakit ini
3. Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh M .leprae yang ditemukan oleh G.H.
Armauer Hansen tahun 1873 di Norwegia.masa membelah diri M.Leprae 12-21
hari dan masa tunasnya 40 hari-40 tahun.Basil ini bersifat tahan asam, bentuk
pleomorf lurus, batang ramping dan sisanya berbentuk paralel dengan kedua
ujung-ujungnya bulat dengan ukuran panjang 1-8 um dan diameter 0,25-0,3 um.
Basil ini menyerupai kuman berbentuk batang yang gram positif, tidak bergerak
dan tidak berspora. Dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen basil yang hidup dapat
berbentuk batang yang utuh, berwarna merah terang, dengan ujung bulat (solid),
sedang basil yang mati bentuknya terpecah-pecah (fragmented) atau granular.
Basil ini hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu rendah dan tidak dapat
dikultur dalam media buatan (in vitro).Basil ini bersifat obligat intraseluler yang
menyerang saraf perifer,kulit dan organ lain seperti mukosa saluran pernapasan
bagian atas,hati dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
4. Factor penyebab kejadian penyakit kusta
a. Agent
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Kusta adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri M. leprae yang menyerang kulit, saraf tepi di
tangan maupun kaki, dan selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan
mata.
Kuman ini satu genus dengan kuman TB dimana di luar tubuh
manusia, kuman kusta hidup baik pada lingkungan yang lembab akan
tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Kuman kusta dapat bertahan
hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai
bertahun-tahun lamanya. Kuman Tuberculosis dan leprae jika terkena
cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu. Seperti halnya
bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan
dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80% volume
sel bakteri dan merupakan hal esensial untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk yang
memiliki rentang suhu yang disukai, merupakan bakteri mesofilik yang
tumbuh subur dalam rentang 25-400C, tetapi akan tumbuh secara optimal
pada suhu 31-370C.
b. Host
Manusia merupakan reservoir untuk penularan kuman seperti
Mycobacterium tuberculosis dan morbus Hansen, kuman tersebut dapat
menularkan pada 10-15 orang. Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan
(1991), tingkat penularan kusta di lingkungan keluarga penderita cukup
tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3
orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik, kuman
ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik jika ventilasi
ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik
benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan fisik
terdiri dari : keadaan geografis (dataran tinggi atau rendah, persawahan
dan lain-lain), kelembaban udara, suhu, lingkungan tempat tinggal.
Adapun lingkungan non fisik meliputi : sosial (pendidikan, pekerjaan),
budaya (adat, kebiasaan turun temurun), ekonomi (kebijakan mikro dan
local) dan politik (suksesi kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan
pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit).
5. Klasifikasi
Klasifikasi WHO (1982) yang kemudian disempurnakan pada tahun
1997 : Dalam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe
yaitu tipe Paucibacillary (PB) dan Multibacillary (MB). Dasar klasifikasi ini
adalah negatif dan positifnya basil tahan asam (BT) dalam skin smear. Pedoman
utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit kusta menurut WHO adalah
sebagai berikut :
Tanda Utama
Multibacillary
Baciler
(MB)
Bercak Kusta
-
Jumlah
1-5
Banyak
Ukuran
Kecil
Distribusi
Unilateral/bilateral
Konsistensi
Batas
Tegas
Kurang tegas
Kehilangan rasa
Selalu ada&jelas
Tidak jelas
Kehilangan
Bercak
Bercak berkeringat
kemampuan
berkeringat
rambut
dan
dibagian
tidak
rontok
pada bercak
bercak rontok
Infiltrate
-
Kulit
Tidak ada
Ada
dan
kadang
tidak ada
-
Membrane mukosa
tersumbat
perdarahan
Ada
dan
kadang
tidak ada
di
hidung
Ciri hidung
Central
penyembuhan ditengah
pelana,suara sengau
Lebih
sering
terjadi Terjadi
pada
tahap
mula,asimetris
Healing Ginekomastia,hidung
lanjut,lebih
dari
dan
Deformitas cacat
simetris
Asimetris dan terjadi pada Terjadi pada tahap lanjut
Sediaan apusan
tahap mula
BTA negatif
BTA Positif
6. Manifestasi Klinis
Menurut WHO 1995 tanda gejala kusta adalah :
1) Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas.Lesi kulit dapat
tunggal atau multiple biasanya hipopigmentasi tetapi kadang terdapat
kemerahan .Kehilangan sensibilitas pada lesi akibat dari kerusakan saraf
tepi yang dapat mengakibatkan kelemahan otot.
2) Terdapat penebalan saraf tepi dan nyeri tekan
Tanda gejala berdasarkan jenis kusta:
1) Kusta kering(Tipe tuberkuloid)
Kusta jenis ini tidak menular.Kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar
uang logam,jumlahnya hanya beberapa ,sering ada di pipi,punggung,pantat,paha
dan lengan.Bercak terlihat kering.Bentuk ini sering di dapatkan pada orang
Indonesia yang daya tahan tubuhnya terhadap kusta cukup tinggi.
2) Kusta bentuk basah(tipe lepromatosa)
Kusta jenis ini menular karena banyak kuan dapat ditemukan diselaput lender
hidung,kulit dan tubuh bagian lain.Jumlahnya lebih sedikit dan sering terjadi pada
orang dengan daya tahan tubuh terhadap kusta rendah.Kelainan kulit seperti
kemerahan,terlihat mengkilap dan berminyak,terdapat benjolan seperti biji jagung
dibagian tubuh,wajah,daun telinga yang disertai dengan rontoknya alis
mata,menebalnya cupingg hidung.
7. Tingkat kecacatan pada penderita kusta
Kerusakan saraf pada pendirita kusta meliputi :
a. Kerusakan fungsi sensorik
Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang/mati rasa (anestesi).
Akibat kurang/mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka.
Sedangkan pada kornea mata akan mengakibatkan kurang/hilangnya reflek kedip
sehingga mata mudah kemasukan kotoran, benda-benda asing yang dapat
menyebabkan infeksi mata dan akibatnya buta.
b. Kerusakan fungsi motorik
Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/lumpuh dan lama-lama otot
mengecil (atrofi) oleh karena tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki
menjadi bengkok (clow hand/clow toes) dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada
sendi, bila terjadi kelemahan/ kekakuan pada mata, kelopak mata tidak dapat
dirapatkan (lagoptalmus).
c. Kerusakan fungsi otonom
Terjadinya gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi
darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras, dan akhirnya dapat
pecah-pecah. Pada umumnya apabila terdapat kerusakan fungsi saraf tidak
ditangani secara tepat dan tepat maka akan terjadi cacat ke tingkat yang lebih
berat
8. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Penyuluhan
Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat dan memiliki
resiko tertular karena berada disekitar penderita dengan cara memberikan
penyuluhan
tentang
kusta.Penyuluhan
yang
diberikan
berupa
penyesuaian
diri
secara
maksimal
atas
usaha
untuk
Gambaran Kasus Filariasis Di Propinsi Riau tahun 2011dari DinKes Propinsi Riau
Daerah Endemis Filariasis
Kab/Kota
Puskemas
Jumlah
Kasus
Desa
Elephantiasi
Pekanbaru
Kampar
Indragiri Hulu
40
149
Indragiri Hilir
24
60
Bengkalis
Siak
13
Dumai
14
Rokan Hilir
20
47
Pelalawan
Rokan Hulu
Kuantan Singingi
10
PROPINSI
43
147
323
3. Etiologi
Penyebab dari filariasis adalah infeksi oleh cacing filarial. Parasit
memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasit akan menuju
pembuluh limfa dan nodus limfa. Di pembuluh limfa terjadi perubahan dari
larva(microfilaria) menjadi cacing dewasa. cacing dewasa akan menghasilkan
produk yang akan menyebabkan dilatasi dari pembuluh darah limfa.
Di Indonesia Filariasis paling banyak disebabkan oleh
- Cacing Wuchereria Bancrofti
- Cacing Brugia Malayi
- Cacing Brugia Timori
Faktor yang mempengaruhi
- Lingkungan fisik
Termasuk iklim, suhu udara, kelembaban udara, hujan, sinar matahari,
kondisi geografis suatu daerah misalnya rawa rawa dan kondisi air serta
tumbuhan
-
air
(eceng
perkembangbiakan nyamuk
Lingkungan Sosial
gondok)
yang
bisa
menjadi
tempat
gigitan nyamuk
4. Cara penularan
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang
yang telah tertular sebelumnya darah yang tertular mengandung larva dan akan
ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau
menghisap darah orang tersebut.
5. Manifestasi Klinis
a. Demam berulang
b. Terdapat benjolan yang terasa panas dan nyeri pada paha, ketiak
c. Teraba adanya tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha
atau ketiak kearah ujung kaki atau tangan
d. Pembesaran pada tangan, kaki, skrotum, payudara dan vagina
e. Filarial Abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah
bening dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki
gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh
penderita, sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.
berikut beberapa tatalaksana yang bisa dilakukan dalam filariasis :
a. Bed rest untuk kondisi akut
b. Diet dan aktivitas
Makanan berlemak dibatasi pada individu dengan
filariasis
baik
untuk
filariasis
bancrofti
maupun
malayi,
bersifat
sementara
dan
mudah
diatasi
dengan
obat
perindukan nyamuk
Pembersihan semak semak disekitar rumah
Menimbun mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai
nyamuk.
Serta
menimbun,
mengeringkan
atau
obat penurun panas atau dikompres. Oleh karena itu, jangan menganggap
remeh cirri pertama ini. Silakan segera mengkonsultasikan dengan dokter
jika dibutuhkan segera.
b. Seluruh persendian tubuh terasa sakit, nyeri, pegal, dan linu. Jika anak
anak yang mengalami, biasanya mereka hanya tampak semakin rewel
dengan tangisannya karena belum dapat menyampaikan dengan pasti apa
yang mereka rasakan di tubuhnya.
c. Perut terasa nyeri dan mual. Cirri inipun sama dengan sebelumnya jika
terjadi pada anak anak. Karena itu, para orang tua hendaknya
mewaspadai sejak dini.
d. Kepala terasa sangat pusing. Jangan sembarangan memilih serta meminum
obat pusing jika cirri ini anda alami selain cirri lainnya. Segera periksakan
ke dokter agar tidak terjadi hal di luar dugaan.
e. Wajah akan memerah karena demam, dan mata terasa panas. Hal ini dapat
diamati secara langsung oleh orang di sekitar anda juga. Hendaknya cirri
ini menjadikan anda tidak mudah menggunakan obat luar untuk
mengobatinya.
f. Sulit BAB atau malah diare.
g. Muncul bintik-bintik merah dipermukaan kulit. Salah satu siri bintiknya
adalah tidak akan hilang walaupun ditekan oleh jari.
h. Mimisan, perdarahan seperti ini sebenarnya adalah tanda-tanda penyakit
DBD yang sudah cukup terlambat untuk ditangani.
Ciri cirri atau karakteristk demam berdarah menurut medis:
a. Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3 (normal : 150 450/mm3)
b. Adanya pembesaran organ hati dan limfa.T
c. erjadinya pengentalan darah, nilai hematokrit atau Hct meningkat 20 %
Itulah beberapa ciri DBD yang hampir tidak ada bedanya dengan demam
biasa. Bila anda atau orang terdekat anda mengalami cirri-ciri penyakit DBD
seperti diatas , sebaiknya jangan ragu untuk segera ke dokter dan melakukan
periksa darah. Alasannya tentu saja karena penyakit DBD hanya bias diketahui
lewat pemeriksaan kadar trombosit dalam darah.
4. Etiologi
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat
bejana bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang
terdapat di luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus).
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang
yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
5. Manifestasi klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkubasi anatara 13 15 hari, tetapi rata-rata 5 8 hari. Gejala klinik timbul
secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadangkadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat
pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan
bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan,
lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik
ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 12 jam sebelum suhu
naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama
beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 6, mula mula berbentuk makula
besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-
bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian
menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang
dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mulamula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.
Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura,
ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya
dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan
tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan
lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan
tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi.
Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang
tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling
berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS), (Soegijanto, 2000).
Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria
diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang
berlebihan (overdiagnosis).
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4
derajat, yaitu:
Derajat I: demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji
bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi
jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun
demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan
alternatif harus tetap dipertimbangkan.
8. Komplikasi
Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua minggu.
Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut untuk selama beberapa
minggu hinga berbulan-bulan. Gejala klinis yang semakin berat pada penderita
DBD dan dengue shock syndromes dapat berkembang menjadi gangguan
pembuluh darah dan gangguan hati. Hal ini tentu dapat mengancam jiwa.
Sindrom Syok Dengue (SSD)
Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai
kegagalan sirkulasi dengan manifestasi:
- Nadi yang cepat dan lemah
- Tekanan darah turun ( 20 mmHg)
- Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)
- Kulit dingin dan lembab
- Gelisah
Sindrom syok dengue, menurut sumber lain3: pada penderita
DBD yang disertai syok, setelah demam berlangsung selama beberapa
hari, keadaan umum penderita tiba-tiba memburuk. Pada sebagian besar
penderita ditemukan tanda kegagalan peredaran darah yaitu kulit teraba
lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lemah,
kecil sampai tidak dapat diraba. Tekanan darah menurun menjadi 20
mmHg atau kurang, dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
lebih rendah. Penderita kelihatan lesu, gelisah, dan secara cepat masuk
dalam fase kritis syok. Penderita seringkali mengeluh nyeri di daerah
perut sesaat sebelum syok timbul. Nyeri perut hebat seringkali
mendahului perdarahan gastrointestinal, dan nyeri di daerah retrosternal
tanpa sebab yang dapat dibuktikan memberikan petunjuk terjadinya
perdarahan gastrointestinal yang hebat. Syok yang terjadi selama periode
demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
Tatalaksana sindrom syok dengue sama dengan terapi DBD, yaitu
pemberian cairan ganti secara adekuat. Pada sebagian besar penderita,
melihat
penurunan
hemoglobin
dan
hematokrit
tanpa
Dehidrasi
Pendarahan
Jumlah platelet yang rendah
Hipotensi
Bradikardi
Kerusakan hati
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable)
sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan, derajat pembesaran hati
tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk menemukan pembesaran
hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati
sering kali ditemukan dan pada sebagian kecil kasus dapat disertai
ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas pada anak besar dan ini
berhubungan dengan adanya perdarahan.
4) Gangguan neurogik (kejang, ensephalopati)
9. Peran perawat
Peran utama perawat terhadap penderi penyakit endemik DBD ini adalah
memberikan perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatannya. Perawatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dari pasien sehingga nyawa pasien dapat
diselamatkan. Semakin banyak nyawa pasien yang diselamatkan, maka semakin
sedikit tigkat mortalitas pada kawasan endemik tersebut, namun sebaliknya jika
banyak penderita DBD mendapatkan perawatan yang kurang optimal, maka
tingkat kematian penderita DBD akan semakin meningkat.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan
keperawatan tetap bersatu dengan pelayanan kesehatan. Setiap anggota tim
kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompok yang dapat mengatur,
merencanakan dan menilai tidakan yang diberikan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kegiatan yang ditekankan adalah
upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
Posyandu,
yang
terlambat
akan
menyebabkan
komplikasi
dan
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan
oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain,
1999).
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut dan kronik disebabkan oleh
protozoa ganas plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan spelomegali
(Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III, 2001).
Malaria adalah penyakit demam menular yang disebabkan oleh protozoa
ganas plasmodium yang merupakan parasit pada sel darah merah. Malaria
ditularkan oleh nyamuk anopheles dan ditandai oleh serangan menggigil dan
demam berkeringat yang terjadi pada interval yang bergantung pada waktu yang
diperlukan untuk perkembangan generasi bara parasit dalam tubuh (Ghipson. JM.,
Mikrobiologi dan Parasiologi Modern Untuk Perawat, 1996).
Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik,
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegaly.
2. Epidemiologi
a. Orang
Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting, oleh
karena penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di luar
Jawa dan Bali. Epidemi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah
dengan angka kematian yang lebih tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun
dibanding orang dewasa.8 Penelitian Yulius (2007) dengan desain case series di
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384 penderita
malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141 orang (36,7%) perempuan,
kelompok umur 5-14 tahun 23 orang (6%), 15-44 tahun 326 orang (84,9%), dan
>45 tahun 35 orang (9,1%).
Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006) tahun 1999 di
Kabupaten Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang
diteliti, 44% berasal dari pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada
PNS/TNI/POLRI.21 Penelitian Sunarsih, dkk tahun 2004-2007 dengan desain
kasus kontrol, kasus malaria di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota
Pangkalpinang banyak diderita responden berumur 21-25 tahun (17,6%), umur
36-40 tahun (14,7%). Namun secara keseluruhan fenomena tersebut menunjukkan
dari 12,8 tahun 2003 meningkat menjadi 14,3 tahun 2004 dan 25,4 tahun
2005.
3. Etiologi
Disebabakan
oleh
gigitan
nyamuk
anopheles
yang
mengandung
Siklus
dimulai
ketika
anopheles
betina
nenggigit
manusia
dan
memasukkan sporozoid yang terdapat pada air liurnya, kedalam darah manusia.
Jasat yang langsing dan lincah ini dalam waktu 30 menit sampai satu jam
memasuki sel parenkim hati dak berkembang biak membentuk skizon hati yang
mengandung ribuan merozoid. Proses ini disebut skitogani eksoeritrosit karena
parasit belum masul kedalam sel darah merah. Lama fase ini berbeda, untuk tiap
spesies plasmodium. Pada akhir fase skizon hati pecah, merozoid keluar, lalu
masuk dalam aliran darah (disebut sporulasi).
Fase eritrosit dimulai saat merozoid dalam darah menyerang sel darah
merah dan membentuk trofozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoid skizon
merozoid. Setelah dua sampai 3 generasi merozoid berubah menjadi bentuk
seksual
b. Fase seksual, dalam tubuh nyamuk.
Jika nyamuk anopheles betina menghisab darah manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk kedalam perut
nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikrogametosit dan
makrogametosit dan terjadilah pembuahan yangdisebut zygot. Selanjutnya
ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ooksida. Jika ooksida
pecah, ribuan sporozoid dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk dan
siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia.
5. Manifestasi klinis
Pada anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis malaria
tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah :
1) Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporulasi) pada malaria tertiana (P. Vivax dan P. Ovale).
Pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke
3, sedangkan malaria kuartania (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap seangan ditandai dengan
bebeapa serangan demam periodik. Demam khas malaria terdiri atas 3
stadium, yaitu menggigil (15 menit 1 jam), puncak demam (2 6 jam),
dan tingkat berkeringat (2 4 jam). Demam akan mereda secara bertahan
karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada
respon imun.
2) Splenomegali
Merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongeori
menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit
dan jaringan ikat yang bertambah.
3) Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling
kerap adalah anemia karena P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritrosit dalam
sum-sum tulang belakang.
d. Ikterus
4) Disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
6. Penatalaksaan
1) Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaktu
progruanil, pirimetamin
2) Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu
primakuin
3) Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina,
klorokuin dan amoalakuin
4) Gametosid yang menghancurkan benuk seksual
5) Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista
dan sporotozoid dalam nyamuk anopheles yaitu primakuin dan pnoguanil.
7. Pemeriksaan penunjang
1) Hapus darah tepi
a. Tetes darah tepi dengan pewarnaan gimsa (spesies parasit)
b. Tetes tebal (lebih sensitive dekteksi parasit)
2) Res serosol
a. IFA (inderat Flovorescen Antibody)
b. IHA (interean Hemoglotinatiaon)
c. Untuk diagnostic akut (+) bila beberapa hari setelah infeksi
parasite
3) Pemeriksaan GBC
8. Komplikasi
1) Malaria serebal adalah kejang-kejang penurunan keadaan sampai koma.
Terjadi karena edema pada otak akibat tersumbatnya pembuluh darah otak
akibat dipenuhi oleh kuman malaria.
memperkuat upaya
melakukan
bimbingan
teknis
untuk
daerah
dan
membantu
kegiatan
penanggulangan KLB.
Vektor malaria yang dominan terhadap penularan malaria di Indonesia adalah
sebagai berikut:
a.Wilayah Indonesia Timur, yaitu Papua, Maluku, dan Maluku Utara, di wilayah
pantai adalah An. subpictus, An. farauti, An. koliensis dan An. punctulatus
sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. farauti.
b. Wilayah Indonesia Tengah, yaitu Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, NTT dan
NTB, vektor yang berperan di daerah pantainya adalah An. subpictus, An.
barbirostris. Khusus di NTB adalah An. subpictus dan An. sundaicus. Sedangkan di
wilayah pegunungan adalah An. barbirostris, An. flavirostris, An letifer. Khusus
wilayah Kalimantan, selain Anopheles tersebut di atas juga An. balabacencis.
c.Untuk daerah pantai di wilayah Sumatera, An. sundaicus; daerah pegunungan An.
leucosphyrus, An. balabacencis, An. sinensis, dan An. maculatus.
d. Wilayah Pulau Jawa. Vektor yang berperan di daerah pantai adalah An. sundaicus
dan An. subpictus dan di pegunungan adalah An. maculatus, An. balabacencis dan
An. aconitus.10
9. Peran perawat
a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan
kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis.
Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria,
risiko terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan
tanda
malaria,
pengobatan
malaria,
pengetahuan
tentang
upaya
yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini terjadi
pada lutut pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.
2. Etiologi
Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV). CHIKV
termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti.
3. Manifestasi klinis
a. Demam
b. Gejala yang khas :
- Rasa pegal-pegal
- Ngilu
- Sakit pada tulang-tulang
c. Demam dan nyeri akan hilang dalam 5 hari
4. Pencegahan
Satu-satunya cara untuk menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk
pembawa virusnya dg cara :
a. Menutup bak penampungan air.
b. Menguras penampungan air minimal 1x seminggu.
c. Tidak membiarkan tempat genangan air.
d. Tidak menggantungkan benda seperti baju-baju di ruangan.
e. Membasmi nyamuk dg pengasapan insektisida malation dan jentikjentiknya dengan themopos.
f. Menghindari tempat gelap dan pengap.
g. Membuka jendela kamar/rumah sehingga memungkinkan cahaya matahari
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Kusta merupakan salah satu penyakit menular kronik yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae (M leprae) yang intra seluler obligat menyerang saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas
kemudian ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
2. Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filarial dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing Filaria hidup
di saluran dan kelenjar getah bening
3. Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti.
4. Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegaly.
5. Cikungunya adalah nyeri sendi yang terjadi pada lutut pergelangan kaki serta
persendian tangan dan kaki yang mengakibatkan tulang penderita meliuk atau
melengkung.
B. Saran
Semoga pembahasan diatas dapat berguna bagi pembaca baik itu kita sebagai
perawat maupun masyarakat, terutama masyarakat yang berada di daerah pesisir dan
aliran sungai agar tingkat perkembangan penyakit-penyakit tersebut dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Depkes RI Dirjen P2M dan PLP. 1996. Buku Pedoman pemberantasan Penyakit Kusta. Jakarta
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.ed III. Jakarta: Media Aeuscualpius
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Jakarta: Salemba
Medika.
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Smeltzer C Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak.
Sagung Seto : Jakarta