Anda di halaman 1dari 40

KUSTA

(LEPRA / LEPROSY = MORBUS HANSEN)

Dr. Huntari Harahap


FKIK UNJA
2015
DEFINISI LEPRA
 Suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae dan mempengaruhi terutama
syaraf, kulit dan mukosa saluran pernafasan atas.
PENYEBARAN GEOGRAFIS

 Prevalensi didunia diperkirakan 10 – 12 juta


 Prevalensi rate > 5/1000 pada daerah rural
tropis dan subtropis

 Areaendemis :
Asia Selatan, Asia Tenggara yaitu : Philipina,
Indonesia, Kep. Pasifik, India, Bangledesh,
Myanmar. Tropikal Afrika, Amerika latin
(bbrp).
DI INDONESIA
 Ditemukan diseluruh Propinsi
 Tidak merata prevalensi lebih tinggi di wilayah bagian
Timur
 Laporan tahun 1985 :
- Irian Jaya (5,38 ‰)
- Maluku (4,28 ‰)
- Sul-sel (3,76 ‰)
- Terkecil : - Lampung (0,06 ‰)
- Yogyakarta (0,09 ‰)
AGEN INFEKSIUS
 Mycobacterium Leprae
 Ditemukan oleh Dr. Armaver Hansen
(1873)
 Dalam pengecatan menurut Ziehl –
Neelsen (ZN) : Kuman M. Leprae tampak
sebagai bentukan : Batang (Basil)
berwarna merah diatas latar belakang
yang kebiruan.  Basil tahan asam
 Kuman ini mudah ditemukan pada kusta
type lepromatosa dibandingkan
tuberkuloid
Ada 2 indikator yang penting dalam
penentuan derajat infeksi dan
viabilitas organisma, serta kemajuan
pengobatan (menurut Ridley)

1. Indeks Morfologis
Adalah : - Indeks yang menunjukkan
persentase basil yang hidup (viable)
Basil yang dianggap hidup adalah basil yang
bentuknya masih utuh atau solid
2. Indeks Bakteriologis
Hal ini menunjukkan beratnya infeksi dengan
menghitung kepadatan kuman pada rata-rata
lapang pandang mikroskop

Kriteria, (100x oil immersi)


1+ = paling sedikit ditemukan 1 basil dlm setiap 100 lp.
2+ = paling sedikit ditemukan 1 basil dlm setiap 10 lp
3+ = paling sedikit ditemukan 1 basil dlm setiap lp
4+ = paling sedikit ditemukan 10 basil dlm setiap lp
5+ = paling sedikit ditemukan 100 basil dlm setiap lp
6+ = paling sedikit ditemukan 1000 dlm setiap lp
RESERVOIR / SUMBER PENULARAN
 Manusia (type lepromatos, type tuberkuloid
dengan reaksi )
 Akhir-akhir ini ditemukan juga pada Armadillo
liar di USA bagian Tengah dan selatan dan kera
(Mengabay dan Chimpanzee) yang diimpor oleh
USA dari Afrika Barat.
CARA PENULARAN
 Kontak yang erat dan lama (kontak serumah)
 Saluran pernafasan bagian atas dari Px
lepramoteus
 Organisme masuk melalui saluran pernafasan
atas dan kuat yang terbuka

Masa Inkubasi :
9 bulan –20 tahun
 Rata-rata 4 tahun kusta type tuberkuloid
 Rata-rata 4 tahun kusta type lepramateus
WAKTU PENULARAN
 Penderita lepra yang tidak diobati tujuan type L.
 Sifat infeksius akan hilang, bila px diobati secara
teratur dengan DDS atau clofazimine dalam 3 – 4
bulan atau dengan rifampicin dalam 3-7 hari.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Mycobacterium leprae
• Basil tahan asam
• Positif gram
• Ukuran 3 – 8 Um x 0,5 Um
• Biakan medium artifisial (-)

BTA  masuk ke dalam tubuh : rentan -/+


TIDAK SAKIT
SAKIT  gejala klinis  tipe ?  CMI
CMI  : tuberkuloid
CMI  : lepromatosa
KLASIFIKASI
 Ridley & Jopling : TT, BT, BB, BL dan LL

 Madrid : Tuberkuloid, Borderline,


Lepromatosa

 WHO : Pausibasiler ~ sedikit basil :


TT, BT, I
Multibasiler ~ banyak basil :
BB, BL, LL
GAMBARAN KLINIS
Kelainan Kulit
 Bentuk : makula, infiltrat, papul, nodus
 Jumlah : satu, beberapa, banyak
 Distribusi : simetris, asimetris
 Permukaan : halus, berkilat, kering bersisik
 Batas : jelas, tidak jelas
 Anastesia : jelas, tidak jelas, tidak ada
BENTUK LESI PADA LEPRA
GAMBARAN KLINIS
Saraf Perifer
• N. fasialis

• N. aurikularius magnus Perlu dinilai


• N. ulnaris

• N. medianus 
• N. radialis

• N. poplitea lateralis
- Pembesaran
• N. tibialis posterior
- Konsistensi
-Nyeri +/-
TES MOTORIK (PARESIS / PARALISIS)
MORBUS HANSEN

KERUSAKAN SARAF

Sensoris Motoris Otonom

Anastesi paresis/paralisis kulit kering


PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
 Membantu menegakkan diagnosis

 Pengamatan pengobatan

 M. leprae terlihat merah


 solid : batang utuh  hidup
 fragmented : batang terputus  mati
 granular : butiran  mati
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Indeks Bakteri:
 Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu
sediaan
 Nilai 0 – 6+

 Indeks Morfologi:
 Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah
solid dan non solid
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan Histopatologik
– Untuk memastikan gambaran klinis
– Penentuan klasifikasi kusta

3. Pemeriksaan Serologis
– Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
– Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination)
– Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
DIAGNOSIS
Berdasarkan penemuan tanda Kardinal yaitu

1. Bercak kulit yang mati rasa (total/sebagian) berupa


makula atau plak hipopigmentasi/eritematosa

2. Penebalan saraf tepi, rasa nyeri +/- dan gangguan


fungsi saraf +/-

3. Ditemukan basil tahan asam


– cuping telinga
– lesi kulit aktif
– biopsi
DIAGNOSIS
D/ kusta paling sedikit 1 tanda Kardinal

 Tanda Kardinal (-):


 Tersangka kusta
 Observasi dan periksa ulang setelah 3 – 6 bln 
kusta +/-
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit kusta ~ The Greatest Immitator

– Dermatofitosis
– Tinea versikolor
– Pitiriasis rosea
– Pitiriasis alba
– Psoriasis
– Neurofibromatosis
– dll
PENGOBATAN
Multi Drugs Treatment (MDT):
• DDS (Diamino Difenil Sulfon)

• Klofazimin (Lamprene)

• Rifampisin

Pemberian MDT:
• Mencegah dan mengobati resistensi

• Memperpendek masa pengobatan

• Mempercepat pemutusan mata rantai penularan


PENGOBATAN
Obat Alternatif:
 Ofloksasin

 Minosiklin

 Klaritromisin
PENGOBATAN
MDT Multibasiler (MB)
– BB,BLdan LL
– atau semua tipe BTA (+)

• Rifampisin 600 mg/bulan


• DDS 100 mg/hari
• Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
• Diberikan 2 – 3 tahun bakterioskopik (-)
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
PENGOBATAN
MDT Pausibasiler (PB)
– I, TT, dan BT

• Rifampisin 600 mg/bulan


• DDS 100 mg/hari
• Diberikan 6 – 9 bulan
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
PENGOBATAN
MDT Pausibasiler (Lesi tunggal)

 Rifampisin 600 mg
 Ofloksasin 400 mg

 Minosiklin 100 mg

 ROM  diberikan dosis tunggal


PENGOBATAN
Release From Treatment (RFT) :
 Penghentian pemberian obat

 Kontrol klinis dan bakterioskopis

Release From Control (RFC) :


 Bebas dari pengamatan

 Lesi baru (-), BTA (-)


PENGOBATAN
WHO (1998)
 RFT & RFC tidak dianjurkan lagi

 Pasien dinyatakan sembuh jika :

 Kasus MB  12 dosis dalam 12 – 18 bulan

 Kasus PB  6 dosis dalam 6 – 9 bulan


PEMBERANTASAN :

Tujuan pemberantasan :
 Memutuskan mata rantai penularan
menurunkan insidens penyakit kusta sehingga
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
lagi.
 Mengobati penderita sampai sembuh dan bila
mungkin rehabilitasi secara lengkap.
 Mencegah timbulnya deformitas.
2. Kegiatan dalam program pemberantasan
penyakit kusta:
a. Pasif Penemuan penderita (case finding)
b. Aktif  - kontak survey
 school survey
 mass survey
 case survey

3. Pengobatan penderita  - berobat secata


teratur MDT
4. Penyuluhan kesehatan menghilangkan lepro-
phobia !!!
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai