Anda di halaman 1dari 24

R E F E R AT

R E A K S I K U S TA
Pembimbing : Dr. Eko Rini Puji Rahayu, Sp.KK.

Diajukan Oleh :
Yudwari Adhicha Nuredis, S.Ked J510170008
Oka Iramda S, S.Ked J510170014
Husnul Fatah Noor S,S.Ked J510170004

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
BAB I PENDAHULUAN

Di Indonesia pada
Myocobacterium leprae
akhir 2008 tercatat
Kusta berasal dari ditemukan oleh G.A
22.359 orang, dengan
bahasa India kustha, HANSEN pada tahun
kasus baru tahun 2008
1874 di Norwegia.
tercatat 16.668 orang.
Disebabkan
M. Leprae yg
bersifat
intraseluler
obligat

DEFINISI
Penularan 
Saluran
Masa inkubasi Pernapasan
 2,5 tahun Atas atau
Kontak Kulit
yang Lama
Dinding sel M Leprae terdiri dari inner dan outer layer

Inner layer Outer Layer

• Peptida yang • arabinogalactan


merupakan Asam • mycolic acids -->
amino dengan sekuen primarily responsible
spesifik, tahan for the special
terhadap enzim  characteristic of acid-
bertanggung jawab fastness
pada patogenisitas dan
diagnostic antigen
• Sugar
PENULARAN LEPRA

Melalui sekret hidung


Basil yang berasal dari sekret hidung
penderita yang sudah mengering, diluar
masih dapat hidup 2–7 x 24 jam

Kontak kulit dengan kulit.


Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur
15 tahun, keduanya harus ada lesi baik
mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya
kontak yang lama dan berulang-ulang.
Patogenesis
Masuknya M.Leprae ke dalam tubuh berkaitan dengan Sistem Imunitas
Selular (SIS)
- mengaktifasi dari eosinofil.
- mengaktifasi dari makrofag
- mengaktifasi sel B untuk menghasilkan IgG dan IgE
- mengaktifasi sel mast.

M. leprae ada di dalam subjek


Memasuki getah bening dan pembuluh darah
untuk mencapai sel Schwann dengan mengikat
domain G dari rantai a2 dari sel-sel laminin 2
schwann
Sel Schwann yang terinfeksi menyajikan
determinan antigenik M. leprae pada limfosit T
antigen spesifik.

Memulai reaksi granulomatosa


inflamasi kronik
Patogenesis

Makrofag tidak Sehingga


Kelumpuhan Kemudian
Pada kusta tipe mampu kuman dapat
sistem imunitas dapat merusak
LL terjadi menghancurkan bermultiplikasi
selular, jaringan.
kuman dengan bebas,

Pada kusta tipe TT

Kemampuan sistemimunitas selular tinggi sehingga makrofag sanggup menghancurkan kuman.

Setelah semua kuman di fagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid

Membentuk sel datia langhans.

Bila infeksi ini tidak segera di atasi akan terjadi reaksi berlebihan dan

Masa epiteloid akan merusakan saraf dan jaringan disekitarnya.


Mengaktifkan
Mhc Kelas Ii Cd4+ Akan
Sel Schwaan Setelah Mengaktifkan
Itu Mengaktifka Th1 Dan Th2
n Cd4+

Ketidakmampuan
Makrofag Akan Mer Gagal Memakan Mengaktifkan
angsang Dia Beker M. Leprae Makrofag
ja Terus-menerus

Untuk Menghasilka Sitokin Dan Gf Tidak


Mengenelai Jaringan Fibrous
n Sitokin Dan Gf Bagian Self Sehingga Terjadilah
Yang Lebih Banyak Atau Nonself Sehingga
Lagi Penebalan Saaf Tepi
Akan Merusak Saraf
Klasifikasi Lepra

Klasifikasi Zona Spektrum Kusta

Ridley & Jopling Tuberkoloid Borderline Mid Borderline Lepromatous


polar Tuberculoid Borderline Lepromatous polar

WHO Pausibasiler (PB) Multibasilar (MB)


PB (Pausibasilar) MB (Multibasilar)
Lesi kulit (makula 1-5 lesi >5 lesi Distribusi
yang datar, papul Hipopigmentasi/eritema lebih simetris
yang meninggi, Distribusi tidak simetris
infiltrate,
plak eritem, nocus)
Kerusakan saraf Hilangnya sensasi Hilangnya sensasi
(menyebabkan yang jelas kurang jelas
hilangnya
sensasi/kelemahan Hanya satu cabang Banyak cabang
otot yang dipersarafi saraf saraf
oleh
saraf yang terkena
BTA Negatif Positif
Tipe Indeterminate (I), Lepromatosa (LL),
Tuberkuloid (T), Borderline
Borderline tuberkuloid lepromatous (BL),
(BT) Mid borderline
(BB)
Karakteristik Tuberculoid Borderline Indeterminate
Leprosy (TT) Tuberkuloid (BT) Leprosy (I)

Lesi
Bentuk Makula atau Makula dibatasi
makula dibatasi infiltrat; infiltrat saja Hanya infiltrat
infiltrat

Jumlah Satu atau Satu dengan lesi Satu atau


beberapa satelit beberapa
Distribusi Terlokasi dan Asimetris Bervariasi
asimetris
Permukaan Kering,skuama Kering, skuama Halus agak
berkilat
Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai
tidak jelas
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau
tidak jelas
BTA
Pada lesi kulit Negatif Negatif, atau 1+ Biasanya negatif
Tes Lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif
ALUR DIAGNOSIS KUSTA
Terapi Lepra
Recommending Disease Rifampisin Dapsone Clofazime Duration
Organization Type
WHO PB 600 mg/mo 100 mg/day - 6 mo
MB 600 mg/mo 100 mg/day 50 mg/day 1 yr
300 mg/mo
U.S. Public Health Service PB 600 mg/day 100 mg/day - 1 yr

MB 600 mg/day 100 mg/day 50 mg/day 2 yr

Other Microbicidal Agents

Clarthromycin 500 mg/day


Minocycline 100 mg/day
Levofloxacin 500 mg/day
PATOFISIOLOGI REAKSI KUSTA

Reaksi
Reaksi Tipe 1 Hipersensitivitas Type
IV

Berkurangnya
kompleks imun

Aktivasi sistem
Reaksi Tipe 2
komplemen

Meningkatnya mediator
inflamasi
ALUR DIAGNOSIS KUSTA
Terapi Reaksi Lepra
Thalidomide Prednisone or Duration Other
Prednisolone Agents

Reversal Reaction - 0.5 – 1 6 bulan – 2 NSAID


(tipe 1) mg/kgBB tap off tahun

Erythema 100-200 mg/ Jika thalidomide 5-10 tahun Pentoxyfiline


Nodusum tdk ada,
Leprosum (tipe 2) 0.5 – 1
mg/kgBB
Fenomena Lucio Kortikosteroid
dosis tinggi tap
off sesuai
kondisi pasien
Cara Pemberian Kortikosteroid pada Reaksi Lepra

Bila terdapat
ketergantungan
2 Minggu VI 5
terhadap
mg/hari (1x1
2 Minggu V 10 Prednison,
tab) pagi hari
mg/hari (1x2 dapat diberikan
2 Minggu IV 15 sesudah makan
tab) pagi hari Lampren lepas
mg/hari (1x3
2 Minggu III 20 sesudah makan
tab) pagi hari
mg/hari (1x4
2 Minggu II 30 sesudah makan
tab) pagi hari
mg/hari (1x6
2 Minggu I 40 sesudah makan
tab) pagi hari
mg/hari (1x8
sesudah makan
tab) pagi hari
sesudah makan
Prognosis

Ad vitam • Bonam

• Dubia ad malam pada fungsi ekstremitas,


Ad Funcionam karena dapat terjadi mutilasi,

Ad Sanam • Dubia ad bonam


Kesembuhan
dan Kepatuhan
Pengobatan

Gejala Penyakit Higienitas

Kusta
BAB III KESIMPULAN
Reaksi kusta adalah suatu episode akut dalam
perjalanan kronis penyakit kusta dan
merupakan reaksi kekebalan cellular response Reaksi tipe 1 umumnya terjadi pada kusta tipe
atau reaksi antigen antibodi humoral response BT, BB dan BL . Pada reaksi tipe ini sistem
dengan akibat merugian teutama jika mengenai imunolois seluler memiliki peran penting.
saraf tepi karena menyebabkan kecacatan. Dua Sedangkan pada reaksi tipe 2 sistem imunolois
jenis reaksi kusta an sering yaitu reaksi tipe 1 humoral memiliki peanan lebih dominan dan
atau reaksi reversal dan tipe 2 atau eritema umumnya terjadi pada kasus kusta tipe BL dan
nodosum leprosum (ENL). Fenomena Lucio LL.
sering dikenal sebagai reaksi kusta tipe 3 an
lebih berat dan jarang ditemui.

Pengobatan reaksi kusta tipe 1 bertujuan untuk


mengatasi inflamasi akut asa sakit dan
kerusakan saraf sedangkan tujuan pengobatan
ENL adalah mengendaljikan inflamasi rasa
nyeri dan pencegahan episode selanjutnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai