PENDAHULUAN
A. Definisi
Kutil kelamin, atau kondiloma akuminata merupakan Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang ditularkan melalui virus yang paling umum, bahkan melebihi
herpes genital.2
Kondiloma akuminatum (kondiloma akuminata atau kutil kelamin) ialah lesi
berbentuk papilomatosis dengan permukaan verukosa disebabkan oleh human
papillomavirus (HPV) tipe tertentu (terutama tipe 6 dan 11), terdapat di daerah
kelamin dana tau anus.1
Beberapa manifestasi paling umum dari infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) di venereologi adalah Condylomata acuminata dan Bowenoid Papulosis.
Penyakit-penyakit ini sering sulit didiagnosis oleh dokter kulit, ahli kebidanan,
ginekolog, dan ahli urologi.8
Condylomata acuminate adalah tumor jinak eksofitik vulva yang biasanya
dihasilkan (90%) dari HPV tipe 6 dan 11 (beberapa jenis HPV lain dapat
dilibatkan). Hingga 83% wanita dengan kutil kelamin eksternal atau riwayat kutil
kelamin eksternal memiliki infeksi HPV serviks bersamaan.2
Kutil yang terlihat secara klinis sekitar 1% orang dewasa yang aktif secara
seksual.5
B. Epidemiologi
Penyakit ini merupakan infeksi menular seksual (IMS) karena 98%
penularan melalui hubungan seksual. Sisanya dapat ditularkan melalui barang
(fomites) yang tercemar partikel HPV.1 Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui
kontak kulit langsung. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun
2008 terdapat sekitar 499 juta kasus baru IMS yang dapat disembuhkan di seluruh
dunia, terdiri atas 106 juta juta kasus klamidiasis, 106 juta gonore, 11 juta sifilis
dan 276 juta kasus trikomoniasis. Sedangkan IMS yang tidak dapat disembuhkan,
misalnya infeksi (HSV)- 2 diperkirakan sebanyak 536 juta kasus dan infeksi human
papillomavirus (HPV) diderita oleh 291 juta perempuan. Kejadian IMS terbanyak
dijumpai di berbagai negara berkembang.
Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dan Asia Selatan, menempati urutan
teratas, diikuti oleh Afrika sub Sahara, Amerika Latin, dan Karibia. Berdasarkan
data WHO (tahun 2005), jumlah kasus klamidiasis, gonore, sifilis dan trikooniasis
di Asia Tenggara adalah sebesar 70,8 juta. Di Indonesia, sesuai data dari 12 Rumah
Sakit (RS) Pendidikan selama kurun waktu 2007-2011, ditemukan 3 IMS terbanyak
yaitu kondiloma akuminata, gonore dan infeksi genital non-spesifik atau urethritis
non-spesifik.4
Insiden kutil kelamin tampak dalam penelitian Ontario ditemukan 1,1%.
Data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa kutil kelamin adalah IMS yang
paling umum. HPV 6 dan 11 menyebabkan 80% hingga 90% kondilomata
acuminata; jenis 42, 43, dan 44 menyumbang sebagian besar kasus tambahan.5
Kondiloma akuminata menduduki peringkat pertama di 6 kota yaitu Medan,
Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja dan Denpasar dengan usia terbanyak didapatkan
pada golongan usia 25-45 tahun.7
Kebanyakan individu yang aktif secara seksual terinfeksi secara subklinis
dengan HPV; kebanyakan infeksi HPV tidak menunjukkan gejala, subklinis atau
tidak dikenali. 1% orang dewasa yang aktif secara seksual (15-19 tahun)
mengembangkan EGW. meningkat banyak kali selama dua dekade terakhir.9
C. Etiologi
Kutil kelamin adalah hasil dari infeksi virus papiloma manusia (HPV) dan
salah satu penyakit menular seksual yang paling umum, terutama disebabkan oleh
HPV tipe 6 dan 11.1 HPV adalah papovavirus DNA yang berkembang dalam inti
sel epitel yang terinfeksi.9 HPV merupakan virus DNA berukuran 55-60 nm.
Genom virus berupa rantai ganda DNA berbentuk sirkuler dengan panjang 8000
pasangan basa. Genom virus mengandung sembilan open reading frames (ORFs)
yang terorganisasi dalam 3 regio yaitu the early expression region (E), late
expression region (L), the long control region (LCR).17
Human papillomavirus (HPV) sangat umum, terjadi pada 80% wanita yang
aktif secara seksual pada usia 50 tahun. Penularan terjadi melalui kontak dengan
kulit kelamin yang terinfeksi, selaput lendir, atau cairan tubuh dari pasangan
dengan infeksi HPV yang nyata atau subklinis. HPV adalah spesies-spesifik dan
hanya menginfeksi manusia. Sebagian besar infeksi bersifat sementara, tetapi
proporsi infeksi pada wanita menurun seiring bertambahnya usia. Tidak seperti
penyakit menular seksual lainnya, sekuel infeksi HPV mungkin memerlukan waktu
bertahun-tahun untuk berkembang. Lebih dari 100 subtipe HPV telah diidentifikasi,
dengan setidaknya 40 diidentifikasi dalam infeksi genital. Jenis virus HPV secara
teratur diklasifikasikan ke dalam kategori berisiko rendah dan berisiko tinggi.
Subtipe berisiko rendah, seperti 6 dan 11, biasanya terkait dengan kondiloma
genital. Subtipe berisiko tinggi, seperti 16, 18, 31, 33, dan 45, sangat rahasia karena
hubungannya dengan displasia serviks dan kanker serviks. Dari subtipe berisiko
tinggi, HPV 16 dan 18 bersama-sama menyebabkan sekitar dua pertiga kasus
kanker serviks, sedangkan subtipe HPV risiko rendah jarang menyebabkan kanker.5
Penyebab kondiloma akuminata adalah human papillomavirus (HPV) yaitu
virus DNA yang tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini dikenal
sekitar 100 genotipe HPV. Namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma
akuminata, tersering atau 70-100% oleh tipe 6 dan 11. Selain itu pernah pula
ditemukan tipe 30, 42, 43, 44, 45, 51, 54, 55 dan 70. Beberapa tipe HPV tertentu
berpotensi onkogenik tinggi yaitu tipe 16 dan 18 yang paling sering dijumpai pada
kanker serviks. Tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminata dan
neoplasia intraepithelial serviks derajat ringan.5
D. Faktor risiko
Usia yang rendah meningkatkan resiko infeksi HPV yang tinggi, usia
puncak kurang dari 25 tahun. Jumlah dan usia pasangan seksual untuk wanita
meningkatkan risiko penularan HPV. Infeksi HPV juga telah dikaitkan dengan
merokok tetapi rokok saat ini dan sebelumnya tidak didapatkan korelasi dengan
jumlah merokok. Kemungkinan hubungan kontrasepsi oral dengan infeksi HPV
sangat sulit untuk dinilai, karena kontrasepsi oral sangat terkait dengan aktivitas
seksual.5
Menurut Fitzpatrick factor risiko kondiloma akuminata sebagai berikut
Jumlah pasangan seksual atau frekuensi hubungan seksual
Pasangan seksual dengan kutil kelamin
Pasangan seksual memiliki infeksi menular seksual lain
Kondiloma akuminata terutama ditemukan pada usia antara 20 tahun sampai 30
tahun dan kejadiannya menurun setelah usis tersebut.6
E. Cara Penularan
Transmisi HPV terjadi melalui kontak dengan lesi epitel yang tampak
maupun dalam bentuk subklinis, dan/atau cairan genital yang mengandung HPV.
Penularan infeksi HPV terutama melalui hubungan seksual. Bila seseorang
melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi HPV, maka
kemungkinan akan tertular virus dan timbul KA adalah sebesar 75%. Kontak
langsung dengan tangan atau tidak langsung melalui benda-benda yang
terkontaminasi dengan HPV (fomites) dapat terjadi penularan, meskipun jarang
terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis vagina saat melahirkan dapat
menimbulkan lesi disaluran nafas bayi.7
Menurut Fitzpatrick :9
Melalui kontak seksual : genital-genital, oral-genital, genital-anal
Mikroabrasi terjadi pada permukaan epitel yang memungkinkan virions dari
pasangan yang terinfeksi masuk ke lapisan sel basal pasangan yang tidak terinfeksi.
Selama kelahiran, ibu dengan kutil kelamin dapat menularkan HPV kepada
neonates, hasilnya menjadi kutil kelamin dan papilomatosis laring saat anak-anak
F. Patogenesis
Infeksi HPV genital pada umumnya mengenai mukosa yang lembab dan
berdekatan dengan epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat
berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV untuk
menularkannya kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma berulang dapat
meningkatkan infektivitas dan replikasi virus. Virus akan memasuki sel epitel basal
pejamu, melepaskan kapsul protein dan berada bersama sel pejamu sebagai circular
episome. Selanjutnya virus akan berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8
bulan, dan selama itu tidak nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan aktif akan
dimulai bila terjadi lesi pertama. Sampai sekarang belum diketahui pemicu
perubahan bentuk laten menjadi infeksius, namun dipengaruhi oleh faktor pejamu,
virus, dan lingkungan. Sistem imun seluler yang kompeten dibutuhkan untuk
pembersihan HPV, namun masih menjadi tantangan untuk menghilangkan virus
dari pejamu yang imunokompeten. HPV terlindung dari respon imun pejamu
karena virus berlokasi didalam sel.7
Gbr 1. Vulvar condyloma acuminatum dengan epitel skuamosa acanthotic
dan perubahan koilocytic yang menonjol.2
Bentuk kedua dari infeksi HPV adalah “infeksi produktif”. Replikasi DNA virus di
antara tengah dan superficial dari lapisan epitel skuamous secara langsung pada
sintesis kromosom DNA dari pejamu. Hal ini memungkinkan sejumlah besar virion
utuh untuk dibentuk, yang mengarah ke aspek morfologi khas seperti "perubahan
koilocytic.2
G. Gejala klinis
Kutil kelamin pada wanita dapat berkembang di seluruh saluran genital
bawah, termasuk di leher rahim. Pada orang dengan fungsi kekebalan normal,
terlihat kutil dan bukti replikasi virus hilang sekitar 18 bulan.5
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab misalnya
daerah genitalia eksterna. Pada laki-laki tempat predileksinya di perineum dan
sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, di dalam meatus uretra, korpus dan
pangkal penis. Pada perempuan di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina,
kadang-kadang pada porsio uteri. Dengan semakin banyaknya hubungan seksual
anogenital, semakin banyak pula ditemukan kondiloma akuminata di daerah anus
dan sekitarnya. Kondisi lembab misalnya pada perempuan dengan fluor albus dan
pada laki-laki yang tidak disirkumsisi, lesi kondiloma akuminata lebih cepat
membesar dan bertambah banyak. Selain itu, kondisi imunitas yang menurun,
misalnya pada orang yang terinfeksi HIV atau mengalami transplantasi organ tubuh
juga akan menambah cepat pertumbuhan kondiloma akuminata. Dalam keadaan
hamil, akan menambah banyak lesi dan akan cepat sembuh dengan berahirnya
kehamilan.1
Kondiloma akuminata seringkali tidak menimbulkan keluhan, namun dapat
disertai rasa gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat menimbulkan rasa nyeri,
bau kurang enak dan mudah berdarah.1
Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti kembang
kol, berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa. Ukuran lesi berkisar dari
beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter. Tiap kutil dapat bergabung
menjadi massa yang besar. Bentuk lain berupa lesi keratotic, dengan permukaan
kasar dan tebal, biasanya ditemukan diatas permukaan yang kering, misalnya
batang penis. Lesi timbul sebagai papul atau plak verukosa atau keratotic, soliter
atau multiple. Lesi berbentuk kubah dengan permukaan yang rata dapat ditemukan
di tempat yang kering sama halnya dengan lesi keratotic. Seringkali berkelompok
dengan warna seperti mukosa sampai merah jambu atau merah-kecoklatan.1
Manifestasi klinik menurut Fitzpatrick9
Gejala pada kulit
Biasanya asimptomatik, kecuali tampilan secara kosmetik
Kecemasan memiliki infeksi menular seksual
Gatal, panas, berdarah, pada vagina atau uretra discharge, dyspareunia
Obstruksi jika massa besar jarang terjadi
Lesi mucocutaneus
1. 4 tipe klinik dari kutil kelamin :
o Small popular
o Kembang kol kecil
o Keratotic kutil
o Papul/plak yang datar atasnya (paling umum pada cervix)
2. Warna : seperti warna kulit, pink, red, coklat
3. Soliter, menyebar dan terpencil atau membentuk massa konfluen yang banyak
4. Individu immunocompromised lesi dapat menjadi sangat besar
5. Tempat predileksi :
o Laki-laki : frenulum, corona, glans penis, preputium dan scrotum
o Perempuan : labia, clitoris, periurethral, perineum, vagina, cervix
o Kedua jenis kelamin : perineal, perianal, canal anal, rectal; meatus uretra, uretra,
kandung kencing; orofaring.
Laryngeal Papillomas
o Relative jarang; berhubungan dengan HPV-6 dan -11
o Muncul paling sering pada pita suara laring
o Usia: anak-anak <5tahun; dewasa >20tahun
o Berisiko karcinoma sel skuamous in situ dan invasive karsinoma sel skuamous
Gbr. 2 Papular warts: penis
(sumber : Fitzpatrick)
H. Diagnosis
Diagnosis kondiloma acuminata didasarkan pada pemeriksaan fisik, tetapi
dapat dikonfirmasi melalui biopsi kutil. Pemeriksaan menyeluruh dari genitalia
eksternal dan daerah anogenital harus dilakukan selama pemeriksaan ginekologi
rutin, terutama pada pasien dengan lesi cervical atau vagina. Karena kondiloma lata
sifilis menyerupai kutil kelamin (kondiloma akuminata), sehingga dokter harus
dapat membedakan dua jenis lesi pada pasien yang berisiko tinggi untuk kedua
infeksi.8
Diagnosis KA umumnya dapat ditegakkan berdasar gambaran klinis,
pemeriksaan fisik dengan pencahayaan yang baik dan kaca pembesar.7
Kondiloma akuminata terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya
yang khas. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi dan
kulit atau mukosa sekitarnya dibungkus dengan kain kasa yang telah dibatasi
dengan larutan asam asetat 5% selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka, seluruh
area yang dibungkus tadi, diperiksa dengan kaca pembesar (pembesaran 4-8kali).
Hasil tes yang disebut sebagai positif acetowhite, terjadi warna putih akibat ekspresi
sitokeratin pada sel suprabasal yang terinfeksi HPV. Bagian sel ini mengandung
banyak protein dan warna putih terjadi sebagai akibat denaturasi protein. Lesi HPV
seringkali menunjukan pola kapillar (punctuated capillary pattern) yang berbatas
tegas. Pada keadaan inflamasi, tes dapat menunjukan hasil positif namun dengan
pola yang lebih difus dan tidak beraturan.8
I. Diagnosis Banding1
1. Veruka vulgaris : vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau
sama dengan warna kulit.1
2. Kondiloma lata : merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium II, berupa plakat
yang erosive dan basah, ditemukan banyak spirochaeta pallidum. 1 Lesi berupa
papul-papul dengan permukaan lebih halus dan bentuk lebih bulat dari KA.7
3. Karsinoma verukosa (Buschke-Lowenstein tumor atau giant condylomata);
dianggap sebagai lesi neoplastic yang bersifat invasive local, biasanya dihubungkan
dengan HPV tipe 16.1
4. Pearly penile papules, secara klinis tampak papul berawarna sama dengan kulit,
terkadang lebih putih, berukuran 1-2mm, tersebar diskrit, mengelilingi sulkus
coronaries. Ini adalah varian normal dan tidak perlu diobati.
5. Karsinoma sel skuamosa, merupakan keganasan dan kadang sulit dibedakan dengan
KA. Perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi.
J. Pemerksaan penunjang3
Kolposkopi
Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat serviks dan
traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang dilakukan bersamaan
dengan tes asam asetat.7
Pap Smear
Semua wanita harus didorong untuk pap smear tahunan karena HPV adalah agen
etiologi utama dalam patogenesis untuk penyebab kanker serviks. Tes pap anal
dengan sikat serviks dan solusi fiksatif sangat membantu dalam mendeteksi
displasia dubur.3
Histopatologi
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA. Indikasinya adalah
untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif terhadap terapi, dan curiga
ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan cepat, fiksasi pada dasar lesi,
perdarahan dan ulserasi spontan. Secara mikroskopis, lesi KA ditandai dengan
gambaran koilosit (keratinosit berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi
perinuklear). Pada epidermis terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete redges yang
memanjang.7
Dermoskopi
Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan dengan lesi liken
planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada lesi KA menunjukkan gambaran
pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa pola mosaik pada lesi awal yang
masih datar dan ola menyerupai tombol (knoblike), serat menyerupai jari pada lesi
papilomatosa.7
Identifikasi genom HPV
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV anogenital secara
rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe HPV. Pemeriksaan polymerase
chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA HPV dengan sensitivitas dan
spesifisitas tinggi.7
K. Pengobatan
Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi yaitu jumlah, ukuran dan bentuk serta
lokasi. Cara pengobatan dapat dibagi atas pengobatan yang dilakukan oleh pasien
(home-patient-applied-treatment) dan pengobatan oleh dokter (physician-applied
treatment).1
Pilihan manajemen termasuk perawatan kimia, kauter, dan perawatan
imunologi. Produk yang diaplikasikan termasuk podofiloks dan imiquimod;
pengobatan ini tidak boleh digunakan selama kehamilan. Perawatan yang diberikan
oleh penyedia layanan kesehatan termasuk aplikasi asam trikloroasetat, aplikasi
resin podophyllin dalam tingtur benzoin, cryosurgery, eksisi bedah, operasi laser,
atau interferon intralesi. Lesi yang melebihi 2 cm memberi respons terbaik terhadap
pengobatan cryoteri, kauter, atau laser. 1
Lesi lebih tahan terhadap terapi pada pasien yang hamil, menderita diabetes,
merokok atau imunosupresif. Pada pasien dengan lesi vagina atau vulva yang luas,
persalinan melalui seksio sesarea mungkin diperlukan, untuk menghindari laserasi
vagina yang luas dan masalah dengan menjahit jaringan. Operasi caesar juga
mengurangi kemungkinan penularan ke bayi, yang dapat menyebabkan
perkembangan papillomata laring, meskipun risikonya kecil dan tidak dianggap
sebagai indikasi untuk kelahiran sesar. 1
1. Kemoterapi1
a. Tintura podofilin 25%
Aplikasi dilakukan oleh dokter, tidak boleh oleh pasien sendiri. Kulit
disekitarnya dilindungi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi dan dicuci setelah
4-6jam. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali
pemberian jangan melebihi 0.3cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala
intoksikasi berupa mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat nafas dan keringat
yang disertai kulit dingin.
c. 5-fluorourasil
Konsentrasi antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi di meatus uretra.
Pemberiannya setiap hari oleh pasien sendiri sampai lesi hilang. Pasien dianjurkan
untuk tidak miksi selama 2jam setelah pengobatan.
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi) 1
3. Bedah beku (N2, N2O cair) 1
4. Bedah scalpel1
5. Laser karbondioksida1
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila
dibandingkan elektrokauterisasi.
6. Interferon1
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (intramuscular atau intralesi) dan topical
(krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6mU secara intramuscular 3 kali
seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5mU injeksi intramuscular selama
6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit injeksi intramuscular
selama 10 hari berturut-turut.
7. Imunoterapi1
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat
diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator.
1. Sri Linuwih., Kusmarina Bramono., Wresti Indriatmi., 2015. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi ketujuh.Balai Penerbit FKUI. Jakarta
2. Leonard Boris, et al., 2014. A Clinical and Pathological Overview of Vulvar
Condyloma Acuminatum, Intraepithelial Neoplasia, and Squamous Cell
Carcinoma. Hindawi Publishing Corporation. Belgium
3. Chang George and Mark Welton.,2004. Human Papilomavirus, Condyloma
Acuminata and Anal Neoplasia. Clinics in Colon and Rectal Surgery.Vol 17.
4. Suwandani Resti., 2015. Pengetahuan Dan Sikap Berisiko Waria Dengan Kejadian
Infeksi Menular Seksual (Ims) Pada Waria Di Sidoarjo. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol 3. Surabaya
5. M. Money Deborah., Vancouver BC Diane. 2007. Epidemiology and Natural
History of HPV Infection. Chapter 1
6. Achdiat Pati,dkk. 2013. Kondiloma Akuminata di Daerah Anus yang Disebabkan
oleh Infeksi Human Papiloma Virus Tipe 6, 11 dan 16 pada Seorang Laki Suka Laki
dengan HIV Positif. Global Medical and Health Communication. Bandung
7. Tri ratnasari Diana. Kondiloma Akuminata.Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya
Kusuma. Surabaya.
8. Beckmann Charles, et al., 2010. Obstetrics and Gynecology. Edisi
Keenam.Lippincott Williams & Wilkins.
9. Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Condyloma Accuminata. In
Goldsmith lA, Katz SI, Gilchrest BA. Fitzpatrick's Dermatology In General
Medicine. New York: Mc Graw Hill; 2012.
10. Ilko Bakardzhiev, et al., 2012. Treatment of Condylomata Acuminata and
Bowenoid Papulosis with CO2 Laser and Imiquimod. Journal of IMAB - Annual
Proceeding (Scientific Papers) 2012, vol. 18
11. Murtiastutik, D. Penatalaksanaan kondiloma akuminata. Dalam: Buku ajar infeksi
menular seksual. Surabaya: Airlangga university press. 2008; 170-8.
12. Zubier F. Kondiloma akuminata. Dalam: Daili SF, Indriatmi W, Zubier F. Infeksi
menular seksual. Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2009; 140-5.
13. Murtiastutik, D. Kondiloma akuminata. Dalam: Buku ajar infeksi menular seksual.
Surabaya: Airlangga university press. 2008; 165-9.
14. James WD, Berger TG, Elston D. Pavopavirus: genital warts. In: Andrews disesase
of skin: clinical dermatology. 10th ed. Philadelphia : Saunders Elsevier. 2006; 403-
11.
15. Bxton PK. Viral infection: genital warts. In: ABC of dermatology. 4th ed. London:
BMJ publishing group. 2003; 94-5.
16. Ghadishah D. Condyloma acuminata. [Cited 2011, Aug 1, update Apr 15, 2011].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview#showall
17. Wahyu Yuli, et al., Peranan Human Papilomavirus terhadap Bowenoid Papulosis.
Dalam: Telaah Kepustakaan. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.