Anda di halaman 1dari 24

Tinjauan

Pustaka
Morbus Hansen /
Kusta / Lepra
• Kusta berasal dari bahasa sansekerta: Kustha
yang berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara
umum.
• Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik
dan penyebabnya adalah Mycobacterium
leprae, yang bersifat intraselular obligat.
• Menyerang berbagai bagian tubuh terutama
saraf dan kulit.
Epidemiologi

▸ Penularan  kontak langsung antar kulit yang lama dan


erat, inhalasi.
▸ Masa tunas antara 40 hari – 40 tahun, rata-rata 3-5 tahun.
▸ Penyebaran kusta dari suatu tempat ke tempat lain
tersebar di seluruh dunia  Disebabkan oleh perpindahan
penduduk yang terinfeksi penyakit tersebut.
▸ Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan
di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu.
▸ Frekuensi tertinggi pada umur antara 25-35 tahun.
Etiologi
Mycobacterium leprae
• Kuman aerob tidak membentuk spora • Kuman ini menular kepada manusia
• Berbentuk basil melalui konak langsung dengan
• Dikelilingi oleh membran sel lilin, penderita (keduanya harus ada lesi baik
berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2- mikroskopis maukupun makroskopis,
0,5 micro. dan adanya kontak yang lama dan
• Biasanya berkelompok dan ada yang berulang-ulang melalui pernafasan
tersebar satu-satu • Bakteri ini mengalami proses
• Hidup di dalam sel perkembangbiakan dalam waktu 2-3
• Bersifat tahan asam (BTA) atau gram minggu, pertahanan bakteri ini dalam
positif tubuh manusia mampu bertahan 9 hari
di luar tubuh manusia kemudian
membelah dalam jangka 14-21 hari
dengan masa inkubasi rata-rata dua
hingga tahun bahkan juga dapat
memakan waktu 5 tahun.
Patogenesis

40 hari-40 tahun

CMI

CMI CMI
Patofisiologi
Mycobacterium Leprae

Penularan : Droplet Infection atau kontak dengan


kulit

Masuk dalam pembuluh darah dermis dan sel


Schwann saraf

Sistem Imun Seluler (SIS)

Makrofag aktif

Fagositosis

Pembentukan sel
epitel

Pembentukan
tuberkel

MORBUS HANSEN Mendapatkan pengobatan


MDT

•Lesi / bercak 1 – 5 •Lesi / bercak > 5 SIS Stress mental dan stress fisik
•Penebalan saraf tepi dengan •Penebalan saraf tepi dengan (kehamilan, post operasi, imunisasi,
gangguan fungsi pada 1 saraf gangguan fungsi pada > 1 saraf malaria,dll)
•BTA (-) •BTA (-) / (+) R. hipersensitivitas lambat

SIS
Pausi Basiler Multi Basiler Makrofag Makrofag tidak mampu fagosit
(PB) (MB) aktif basil

Proses Histriasit menjadi media


Gangguan saraf fagosit perkembangan se lepra
tepi
Basil mati dan menumpuk
Srf. Srf. Srf. Sensorik bercampur dengan makrofag
Motorik Otonom Aktifkan reaksi R. Humoral
(ENL)
gg. kelenjar fibrosis
keringat, Terbentuk granuloma
Ag+Ab
minyak &
Penebalan saraf kompleks
aliran darah
Ikut aliran darah
Basil mati dan menumpuk
Kulit kering, anestesia kulit dengan makrofag
mengkilap Proses inflamasi
atau bersisik
Terjadi bercak Stimulasi Terbentuk granuloma
sitokin: Stimulasi
trauma atau
protagladi histamin
cedera
Gatal-gatal ulcerasi n Ikut aliran darah
Receptor nyeri
Terjadi luka
gg.termoregulat Kulit
MK: Port de Mata Testis
or Proses di
Resiko entri talamus
Cidera MK: luka
Kerusakan Suhu Terbentuk iridociklik
Rasa nyeri Infiltrasi
Integritas Kulit >> nodul
MK: tubulus
MK: Resiko eritema
Resiko seminiverus
infeksi Demam gg.
Infeksi MK: ulcerasi
MK: Gangguan visus
Nyeri gg. hormon
rasa nyaman:
nyeri MK: Port de gg. fungsi MK: Gg.
Hipertemi entri luka Persepsi
barrier Ginekomastia
kulit sensori:
Penglihat
MK: an
MK: MK:HDR
Resiko
Infeksi Kerusakan
integritas kulit
Manifestasi Klinis
Cardinal Sign Diagnosis: 1 tanda utama

Kelainan (lesi) kulit Penebalan saraf tepi


yang mati rasa disertai gangguan
(anestesi) fungsi saraf BTA (+)
Bercak putih Gangguan fungsi Pada kerokan kulit (slit
(hipopigmentasi) sensoris : mati rasa skin smear)
Kemerahan (eritema) Gangguan fungsi
motoris : kelemahan
(paresis) atau
kelumpuhan (paralisis)
otot
Gangguan fungsi
otonom: kulit kering
dan retak-retak
Klasifikasi
Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi
kusta menurut WHO
Diagnosis Banding

▸ Diagnosis Banding Bercak Merah:

Psoriasis Tinea carcinata Dermatitis Seboroik


Bercak merah Bercak meninggi, Lesi di daerah sebore
berbatas tegas sering meradang (berminyak) dengan
dengan sisik mengandung sisik kuning berminyak
berlapis-lapis vesikel/krusta gatal, kronis, residif,
tidak ada rasa baal.
▸ Diagnosis Banding Bercak Putih:

Vitiligo Ptiriasis versiokolor Ptiriasis alba


Pigmen kulit tampak lesi berupa Makula bundar/oval
hilang plak hipopigmentasi dengan sisik, rasa
Warna kulit amat dengan skuama raba normal
putih halus dan berbatas
tegas
▸ Diagnosis banding nodul:

Neurofibromatosis Sarkoma Kaposi Veruka Vulgaris


bercak cafe au lait (bercak Nodus lunak berwarna Papul-papul diatas
coklat muda berbatas tegas) biru keunguan, dengan permukaan
yang sering timbul sejak lokalisata (terutama kasar.
lahir. Nodus dan tumor pada kaki).
bertangkai pada usia yang Pemeriksaan BTA (-)
lebih lanjut tersebar luas
tanpa rasa baal.
Pemeriksaan BTA (-)
Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan

Prinsip tata Memutuskan


mata rantai
laksana kusta penularan

Mencegah
Tata laksana resistensi obat
medikamentosa
• tipe kusta Pausibasiler
(PB) dan Multibasiler Memperpendek
(MB) masa
pengobatan

Meningkatkan
keteraturan
Tata laksana non- berobat
medikamentosa
Mencegah terjadinya
cacat/ mencegah
bertambahnya cacat
•  MDT (Multidrug
Therapy):
Kombinasi • Pausibasiler (PB) :
Rifampisin, DDS
obat • Multibasiler (MB) :
Rifampisin, DDS, dan
Klofazimin
Rifampisin
• Kegunaan: terapi kusta MB dan PB
• Kontraindikasi: hipersensitivitas, disfungsi hepar
• Efek samping: gejala gastrointestinal, ruam kulit, demam, trombositopenia, influenza like
syndrome, peningkatan konsentrasi bilirubin dan enzim transaminase

Dapson
• Kegunaan: obat kusta MB dan PB
• Kontraindikasi: anemia berat, hipersensitivitas terhadap sulfon
• Efek samping: gejala gastrointestinal berupa iritasi lambung
• Reaksi lain yang lebih jarang: sakit kepala, cemas, dan insomnia
Klofazimin
• Kegunaan:
• untuk tata laksana MDT MB,
• terapi alternatif pada reaksi kusta tipe 2
• Efek samping: pewarnaan kulit, rambut, kornea, konjungtiva, keringat, air mata, sputum,
feses, dan urin yang bersifat reversibel
• Gejala gastrointestinal: nyeri, mual, muntah, dan diare
Tatalaksana non-medikamentosa

▸ Edukasi mengenai penyakit, pengobatan,


dan efek samping pengobatan.
▸ Edukasi perawatan kulit, kaki, dan tangan
yang mati rasa.
▸ Edukasi perawatan luka.
▸ Edukasi untuk deteksi gangguan mata.
Komplikasi

Cacat Kusta
• Cacat merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien kusta baik akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun neuritis
sewaktu terjadi reaksi kusta
Neuritis
• Neuritis dapat terjadi sewaktu terjadi reaksi
kusta

Anda mungkin juga menyukai