Anda di halaman 1dari 7

Pembiayaan

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara

teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan

Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan). Tarif

Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS

Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah

peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlahpelayanan

kesehatan yang diberikan. Sedangkan Tarif Non Kapitasi adalah besaran

pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatankepada Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama berdasarkan jenis dan jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif

INA-CBG’sadalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada

Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada

pengelompokan diagnosis penyakit. Pembayaran iuran dibedakan menjadi:

1. Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.

2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja

dan Pekerja.

3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran

dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

4. Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan

Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan

sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak (Kementerian

Kesehatan RI, 2013).


Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan

berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu

jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja

wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi

tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS

Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal

10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja

berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif

sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar

oleh Pemberi Kerja (BPJS Kesehatan, 2013).

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib

membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan palinglambat tanggal 10

(sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat

dilakukan diawal (BPJS Kesehatan, 2013).

BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai

dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan

pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada

Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak

diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan

dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya (BPJS Kesehatan, 2013).

Iuran premi kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan pekerjainformal. Besaran iuran bagi pekerja bukan penerima upah itu

adalah Rp25.500 per bulan untuk layanan rawat inap kelas III, Rp42.500 untuk

kelas II dan Rp59.500 untuk kelas I (BPJS Kesehatan, 2013).


BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat

pertama dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan,

BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBG’s. Mengingat kondisi

geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau dengan

mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan

Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan

mekanisme lain yang lebih berhasil (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan

BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah

keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas

kesehatan tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan

BPJS Kesehatan.

KEPESERTAAN JKN

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling

singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta JKN

terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Non Penerima

Bantuan Iuran (Non PBI) (BPJS Kesehatan, 2013).

Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan

Iuran Jaminan Kesehatan, diantaranya disebutkan bahwa:

1. Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri Sosial

setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.


2. Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh

lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik

(BPS) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Sosial untuk dijadikan data

terpadu.

3. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut provinsi dan

kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI

Jaminan Kesehatan

4. Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan

sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI)

Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap orang yang

tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang membayar iurannya

secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI JKN terdiri

dari : (BPJS Kesehatan, 2013).

1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang

bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain

Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai

Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan Pekerja lain yang

memenuhi kriteria pekerja penerima upah

2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang

yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar

hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya


3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak

bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain Investor,

Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, dan bukan

pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, disebutkan pada pasal 11 ayat 1b

bahwa ‘penambahan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu untuk

dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria Fakir

Miskin dan Orang Tidak Mampu’. Kemudian pada ayat 2 disebutkan bahwa

‘Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri. Sementara itu, Menteri Kesehatan

melalui Surat Edaran Nomor HK/Menkes/32/I/2014 tentang Pelaksanaan

Pelayanan Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan pada Fasiitas Kesehatan

Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam

Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan yang mulai berlaku sejak 1 Januari

2014 menjelaskan tentang Penjaminan terhadap bayi baru lahir dilakukan dengan

ketentuan:

1. Bayi baru lahir dari peserta PBI secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan.

Bayi tersebut dicatat dan dilaporkan kepada BPJS Kesehatan oleh fasilitas

kesehatan untuk kepentingan rekonsiliasi data PBI

2. Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta pekerja

penerima upah secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan

3. Bayi baru lahir dari:


1) Peserta pekerja bukan penerima upah;

2) Peserta bukan pekerja; dan

3) Anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta penerima upah, dijamin hingga

hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya dan harus segera didaftarkan sebagai

peserta.
DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan. 2013. Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan. Jakarta:
Pusat Layanan Informasi BPJS Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions)
BPJS Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai