Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Program K3 Tempat Kerja

Sejak tahun 1950, International Labour Organization (ILO) dan World

Health Organization (WHO) telah memberikan pemikiran tentang suatu

definisi umum dari kesehatan kerja (occupational health). Setelah diadopsi

oleh ILO/WHO Joint Committee on Occupational Health pada sidang

pertama tahun 1950 dan direvisi pada sidang ke-12 pada tahun 1955, telah

dirumuskan definisi kesehatan kerja adalah segala hal yang mengarah

kepada promosi dan pemeliharaan derajat kesehatan yang paling tinggi

secara fisik, mental dan sosial baik dari para tenaga kerja dalam semua

jenis pekerjaan dan jabatan. Bentuk pencegahan yang dilakukan berupa

pencegahan dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja,

perlindungan tenaga kerja dalam pekerjaannya dari risiko sebagai akibat

faktor-faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan

tenaga kerja dalam lingkungan kerja yang diadaptasi pada kemampuan

fisiologis dan psikologis dan penyesuaian pekerjaan pada manusia dan

setiap orang pada pekerjaannya (Soedirman dan Sumamur, 2014).

Menurut Permenkes RI No. 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, definisi keselamatan dan

kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan

untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja


melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi; mencegah dan

mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan

unsur manajemen, pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh

serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk

mendorong produktivitas (Permenkes RI No. 50 tahun 2012).

Terdapat beberapa alasan yang mengungkapkan pentingnya sistem

manajemen K3 diterapkan dalam suatu perusahaan. Alasan tersebut dapat

dilihat dari aspek manusiawi, ekonomi, undang-undang (UU) dan

peraturan, serta nama baik (Adrian dkk, 2009). Berikut adalah argumentasi

betapa pentingnya sistem manajemen K3.

a. Alasan manusiawi. Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa

berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, merupakan

suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan kecelakaan yang

terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya (misalnya

kematian, cacat/luka berat, luka ringan), melainkan juga penderitaan bagi

keluarganya. Oleh karena itu pengusaha atau pemimpin suatu perusahaan

mempunyai kewajiban untuk melindungi para pekerjanya dengan cara

menyediakan lapangan kerja yang aman.

b. Alasan ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan

menimbulkan kerugian ekonomi, seperti kerusakan mesin, peralatan,


bahan dan bangunan, biaya pengobatan dan biaya santunan kecelakaan.

Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah pencegahan

kecelakaan, maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja,

perusahaan juga dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.

c. Alasan UU dan Peraturan. UU dan peraturan dikeluarkan oleh

pemerintah atau suatu organisasi bidang keselamatan kerja dengan

pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi, makin

meningkatnya pembangunan dengan menggunakan teknologi modern,

pekerjaan masih menjadi sumber kompleks terjadinya kecelakaan kerja.

d. Nama Baik Institusi. Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi

yang baik dapat mempengaruhi kemampuannya dalam bersaing dengan

perusahaan lain. Reputasi atau citra perusahaan juga merupakan sumber

daya penting yang dilihat salah satunya dari kesejahteraan pekerjanya.

Prestasi keselamatan kerja perusahaan dapat mendukung reputasi

perusahaan itu, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselamatan kerja

yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan secara tidak

langsung.

K3 memiliki dua komponen di dalamnya yaitu kesehatan dan keselamatan

kerja. Adapun pengertian dari keselamatan kerja adalah sarana utama

untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat dari

kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi

keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selai menjadi hambatan langsung, juga


merugikan secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan

kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada

lingkungan kerja dan lain-lain (Sumamur, 1985). Secara umum

keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang

berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan aset perusahaan agar terhindar

dari kecelakaan dan kerugian lainnya.

Kesehatan kerja adalah suatu ilmu yang penerapannya untuk

meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit akibat kerja yang diwujudkan melalui pemeriksaan

kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi.

Mengingat betapa pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) di suatu perusahaan, sebagai sebuah perusahaan yang besar dan

terstandardisasi internasional, PTPN VII Bekri telah menerapkan Standar

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) baik dari segi

fasilitas, jenis pelayanan maupun monitoring semua pekerja yang ada di

perusahaan tersebut.

Selain ketentuan tentang K3 yang tercantum di dalam PKB, Perusahaan

juga memiliki Pedoman Pelaksanaan K3 yang terdiri dari:

Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang

Tanaman Karet, Kelapa Sawit, The dan Tebu.


Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Tehnik

dan Amdal: Pabrik Karet, Minyak Kelapa Sawit, The dan Gula

Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kantor

Direksi, Kantor Perwakilan / Distrik dan IPMG Panjang, Boom Baru,

Pulau Bay.

Untuk meningkatkan pelaksanaan K3 menuju zerro accident, manajemen

telah melengkapi perlengkapan K3 di setiap Unit serta menyediakan

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di setiap Kantor dan Pabrik.

Perlengkapan tersebut senantiasa diperiksa secara rutin agar selalu siap

manakala diperlukan. Simulasi dan pelatihan K3 dilaksanakan secara

berkala. Demikian pula, pemeriksaan

lingkungan kerja dan Pemeriksaan Pekerja yang berpotensi dampak

penyakit akibat kerja juga rutin dilaksanakan. Sosialisasi K3 secara teratur

dilaksanakan di setiap unit usaha dan Kantor Dreksi melalui kegiatan

breefing pagi dan doa bersama, kampanye K3, bulan bakti K3,

pemasangan poster dan rambu-rambu berupa anjuran dan peringatan di

setiap stasiun pabrik dan bengkel umum serta di tempat-tempat yang

rawan kecelakaan. Meskipun demikian, berbagai upaya tersebut masih

belum berhasil menekan angka kecelakaan kerja menjadi zerro accident.

Selama periode pelaporan terjadi sejumlah kasus kecelakaan kerja

sebanyak 155 kasus, baik kategori ringan, sedang dan berat.


Kategori Jumlah Jumlah Jumlah
Kasus Kasus Kasus
Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
Ringan 91 16 148
Sedang 11 3 4
Berat 1 - 3
Fatal/Meninggal - - -
Jumlah 103 19 155

Penatalaksanaan atau penanganan kasus kecelakaan kerja yang ringan

sampai dengan sedang dilakukan di masing-masing di Klinik Kesehatan

yang ada di lingkungan Unit atau Distrik karena tenaga kesehatan, obat

dan alat kesehatan sudah cukup memadai, sedangkan untuk kasus

kecelakaan dengan kategori berat segera mendapat pertolongan pertama

dari tenaga kesehatan yang ada di Unit atau Distrik dan selanjutnya dirujuk

ke Rumah sakit dengan Ambulance Perusahaan dan didampingi oleh

tenaga paramedis. Hingga akhir tahun 2014, Perusahaan memiliki fasilitas

kesehatan berupa :

33 poliklinik

4 ambulance

Total tenaga medis dan paramedis yang mengelola Klinik Kesehatan milik

PTPN VII meliputi 31 dokter umum, 3 dokter gigi, 35 perawat, 18 Bidan,

dan 2 Asisten Apoteker.

Selain itu, masing-masing unit usaha juga dilengkapi dengan sarana

Posyandu di Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Semua fasilitas kesehatan


tersebut disediakan oleh Perusahaan untuk keperluan pelayanan kesehatan

bagi pekerja PTPN VII dan batihnya serta masyarakat umum di sekitar

wilayah operasional perusahaan. Selain program K3, Perusahaan juga

melaksanakan Program Kesehatan Lingkungan, di antaranya adalah :

Mengadakan kegiatan Lomba Kebersihan Lingkungan baik lingkungan

pabrik/ kantor dan perumahan pekerja yang diikuti oleh seluruh pekerja.

Melakukan Foging (pengasapan) di lingkungan perumahan secara rutin

dan berkala untuk mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh

serangga (nyamuk).

Melakukan uji sampel limbah pabrik baik secara rutin maupun berkala

bekerjasama dengan Laboratorium daerah.

Di dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) terdapat peraturan mengenai

waktu kerja, kerja lembur, hari-hari libur, cuti dan izin. Dalam

melaksanakan kegiatan usahanya, Perusahaan menetapkan jam kerja

sebagai berikut :

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

c. Bagi yang bekerja dalam shift diatur sebagai berikut :

- Shift Pagi = 40(empat puluh) jam seminggu

- Shift Siang = 37 (tiga puluh tujuh setengah) jam seminggu


- Shift Malam = 35 (tiga puluh lima) jam seminggu

Pekerjaan yang dilakukandi luar jam kerja, atau pada hari istirahat

mingguan dan atau pada hari libur resmi sebagaimana yang dimaksud

dalam Perjanjian Kerja Bersama ini dinyatakan sebagai kerja

lembur.Perhitungan upah lembur berpedoman kepada Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: Kep-102/Men/VI/2004 tanggal

25 Juni 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.

Perusahaan memberikan waktu istirahat bagi karyawan, terdiri dari hari

libur dan istirahat mingguan, hari libur resmi, cuti sakit, cuti haid, cuti

hamil dan bersalin, cuti tahunan, cuti panjang, cuti di luar tanggungan

perusahaan, serta izin menjalankan ibadah. Untuk menjaga kesehatan

Pekerja, maka Perusahaan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan

sehat di setiap tempat kerja.Dalam upaya pemeliharaan kesehatan Pekerja,

maka Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala berdasarkan

catatan kesehatan untuk semua Pekerja sesuai program Perusahaan atas

biaya Perusahaan. Untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, kepada

Pekerja yang bekerja di sektor produksi danatas pertimbangan tingkat

risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berat, Perusahaan

memberikan makanan tambahan (extra fooding)yang jenis dan jumlahnya

akan diatur dalam peraturan yang berlaku.


Selama periode pelaporan, Perusahaan juga melakukan pemeriksaan

kesehatan prakerja terhadap Calon Pekerja Tetap dan Pekerja

Kampanye/Musiman dengan perincian sebagai berikut :

Pra Kerja untuk Karyawan baru : 3 orang

Berkala utk Karyawan promosi jabatan : 44 orang

Pemeriksaan khusus : 114 orang

Karyawan Musiman/kampanye : 809 orang

Anda mungkin juga menyukai