Anda di halaman 1dari 207

SKRIPSI

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

SMP NEGERI 18 KOTA BOGOR TAHUN 2009

Disusun Oleh :

DILLA NURSARI

NIM : 105101003269

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/ 1431 H
i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli sya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima snksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Januari 2010

Dilla Nursari
ii

Skripsi, walaupun hanya satu kata, namun banyak arti dan makna

sometimes, we confuse..
sometimes, we scared..
sometimes, we fall..
sometimes, we hurt..
sometimes, we angry..
but, dont ever give up, cuz live must go on..

Semua dilla rasa dalam penyusunannya, dari ragu (mencari judul dan memilih metodologi),
takut (judul yang diajukan tidak disetujui pembimbing), jatuh (saat sulit menemui pembimbing
dan mendapatkan persetujuan), bosan (mencari referensi dari sana kesini, sampai kemana-
mana), sedih bahkan bercampur satu dengan senang (melihat teman-teman yang sudah lulus
lebih dulu), gugup (menghadapi seminar dan sidang), dan akhirnya perasaan bahagia
bercampur tidak percaya (setelah sidang dan ketika wisuda)..

saat jenuh sulit diakhiri,


ketika kaki seperti tak mampu berdiri,
jika semua penolong seakan berlari,
dan saat tiada teman tuk berbagi,
ingatlah ALLAH yang tak pernah biarkan kita melangkah sendiri

Kalau datang perasaan ragu, takut, jatuh, bosan, bahkan sedih, dilla ingat bapak dan mae,
karena skripsi ini adalah Amanah buat dilla dari mereka. Dan amanah dari Allah untuk
membahagiakan mereka..

ketika perjuangan adalah jalan yang panjang,


jangan pernah lelah tuk mencari ujungnya
jika amanah adalah beban yang berat, janganlah minta keringanan,
tapi mintalah pada ALLAH punggung yang kuat tuk memikulnya
jika telah ditunaikan perjuangan dan amanah,
hanya berharaplah pada ridho dari ALLAH SWT..

and finally
ALHAMDULILLAAHIROBBILAALAMIIN
Skripsi ini khusus dilla persembahkan untuk bapak dan mae yang tidak pernah putus
mendoakan dilla.. LOVE BOTH OF U (^^,)
iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
GIZI MASYARAKAT
Skripsi, Febuari 2010

Dilla Nursari, NIM : 105101003269


Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri 18 Kota Bogor
Tahun 2009

xx + 153 halaman, 18 tabel, 12 gambar, 12 lampiran

ABSTRAK

Gizi merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima
dan optimal. Anemia masih merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar
Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal. Remaja putri
merupakan salah satu kelompok yang berisiko menderita anemia. Beberapa hasil
penelitian di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan masih tingginya prevalensi
anemia pada remaja putri. Berdasarkan hasil penjaringan status Hb yang dilakukan
oleh petugas Puskesmas Bogor Timur pada remaja putri kelas I di wilayah kerja
Puskesmas Bogor Timur diketahui bahwa kejadian anemia di tingkat SMP/MTs
sebesar 47,87 %. Adapun prevalensi anemia terbesar terdapat di SMPN 18, yaitu
59,3 %. Berdasarkan kriteria WHO (2008), tingginya angka kejadian anemia di
sekolah tersebut merupakan suatu masalah kesehatan tingkat berat (> 40 %).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian anemia pada remaja
putri SMPN 18 Kota Bogor.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara FGD,
wawancara mendalam dan observasi secara aktif. Disamping menggunakan metode
kualitatif, penelitian ini juga didukung dengan data kuantitatif untuk menggambarkan
status gizi dan asupan zat gizi para informan. Informan dalam penelitian terdiri dari
informan utama yaitu siswi yang berjumlah 15 orang, dan informan pendukung, yaitu
orangtua siswi enam orang serta teman dekat siswi enam orang, sehingga jumlah
informan secara keseluruhan adalah 27 orang.
Seluruh informan menderita anemia tingkat sedang dengan kadar Hb antara 8,7
gr/dl sampai 10,8 gr/dl memiliki beberapa gejala atau tanda-tanda anemia, yaitu 5L,
pusing, mudah mengantuk, pucat pada kuku, bibir, dan kelopak mata. Kurangnya
makanan yang mengandung zat besi dan kehadiran teh dalam menu sarapan pagi
informan merupakan salah satu faktor yang membuat informan menderita anemia,
karena terganggunya penyerapan zat besi oleh zat tanin yang terkandung dalam teh.
Sebagian besar informan memiliki pola menstruasi yang abnormal dan ini
merupakan salah satu faktor penentu kejadian anemia yang dialami para informan.
Pengetahuan yang kurang mengenai anemia dan zat gizi membuat informan kurang
iv

tepat dalam memilih makanan yang mengandung zat gizi, dan pada akhirnya
menyebabkan ketidakcukupan zat gizi khususnya zat besi.
Pendidikan orangtua informan bervariasi, baik rendah maupun tinggi antara SD
sampai dengan S2. Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah wiraswasta,
sedangkan sebagian besar ibu informan adalah ibu rumah tangga (IRT). Pendapatan
orangtua informan setiap bulannya bervariasi, antara Rp.525.000 Rp.
Rp.3.632.000,-. Sebagian besar informan memiliki status gizi normal, hanya satu
informan status gizinya lebih.
Asupan beberapa zat gizi seperti energi, protein, dan vitamin C yang kurang dari
AKG serta asupan zat besi yang defisit pada masing-masing informan merupakan
faktor utama yang menentukan informan menderita anemia tingkat sedang. Sebagian
besar informan memiliki perilaku jajan makanan yang tidak memenuhi kecukupan zat
gizi, secara tidak langsung perilaku jajan tersebut merupakan penyebab para informan
menderita anemia karena kurangnya asupan beberapa zat gizi, khususnya zat besi.
Sebaiknya instansi terkait seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas,
serta pihak sekolah setempat lebih meningkatkan pendidikan gizi dan kesehatan. UKS
dan PMR melalui kader remaja dapat dijadikan sarana untuk memberikan penyuluhan
tentang anemia kepada para siswa khususnya remaja putri. Untuk mengantisipasi
ketidakcukupan asupan zat gizi pada siswa khususnya remaja putri, sebaiknya
dilakukan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa agar memperhatikan
makanan, status gizi dan kesehatan putra-putrinya. Pihak sekolah sebaiknya lebih
memperhatikan, membina, dan mengarahkan kualitas makanan yang dijual di kantin
sekolah, agar tercapainya pemenuhan asupan zat gizi para siswa khususnya remaja
putri.

Daftar bacaan : 66 (1983 - 2009)


v

Faculty of Medicine and Health Science


PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
NUTRITION SOCIETY

Thesis, February 2010

Dilla Nursari, NIM: 105101003269

General Overview of Anemia in Adolescent Girls of 18 Junior High School in


Bogor City Year 2009

xx + 153 pages, 18 tables, 12 drawings, 12 attachments

ABSTRACT

Nutrition is one key factor to achieve good and optimal health. Anemia remains a
nutritional problem in the world, especially in developing countries, including
Indonesia. Anemia is a condition in which the levels of hemoglobin (Hb) someone in
the blood is lower than normal. Adolescent Girls are one of the groups at risk of
suffering from anemia. Some research in several areas in Indonesia showed the high
prevalence of anemia in adolescent girls. Based on the results of Hb status crawl by
officials from the East Bogor Health Center at the first class of Adolescent Girls in
the working area of East Bogor Health Center is known that the incidence of anemia
at the level of SMP / MTs by 47.87%. The greatest prevalence of anemia found in
SMP 18, which is 59.3%. Based on WHO criteria (2008), the high incidence of
anemia in these schools is a serious health problem levels (> 40%). This study aims to
know the description of anemia in Adolescent girls SMPN 18 City of Bogor.
The research method is qualitative method by FGD, in-depth interviews and
observation. In addition to using qualitative methods, this study also supported with
quantitative data to describe the nutritional status and nutrient intake of the
informants. Informants in the research consisted of main informants are female
students who totaled 15 people, supporting informants are the parents and close
friends of six female students, so the number of informants as a whole is 27 persons.
The study shows all informants suffering from moderate anemia with Hb levels
between 8.7 g / dl to 10.8 g / dl had a few symptoms or signs of anemia, namely 5L,
dizziness, easy sleepy, pale on nails, lips and eyelids. Lack of foods that contain iron
and the presence of tea in the breakfast menu informant is one factor that made the
informants suffered from anemia, due to disruption of iron absorption by the
substance contained in tea tannin. Most of the informants have an abnormal menstrual
pattern, and this is one of the determinants of anemia experienced by the informants.
Lack of knowledge about anemia and nutrients to make the informant is not quite
right in choosing foods that contain nutrients, and ultimately leading to insufficient
nutrients, especially iron.
vi

Education of informants parents are both low and high among elementary school
up to doctor. Most of the work of the informant's father was entrepreneur, while most
of the informant's mother is a housewife. Parental income varies every month,
between Rp.525.000 - Rp. Rp.3.632.000, -. Most of the informants have normal
nutritional status, only one informant is more nutritional status.
Intake of some nutrients such as energy, protein, and vitamin C are less than the
RDA and iron intake that deficits in each of the informants are the main factors that
determine the informant suffered from moderate anemia. Most of the informants have
behavioral snack foods that do not meet the nutritional adequacy, indirect spending
behavior is the cause of the informant suffered from anemia due to lack of intake of
some nutrients, particularly iron.
We recommend that relevant agencies such as the education department, health
department, health center, as well as the local schools improve nutrition and health
education. UKS and PMR through a cadre of teenagers can be a means for providing
information about the anemia to students, especially adolescent girls. In anticipation
of insufficient intake of nutrients in students, especially adolescent girls, should do
the communication between teachers and parents to pay attention to food, nutrition
and health status of their child. The school should pay more attention, foster, and
direct the quality of food sold in school canteens, in order to achieve compliance with
nutrient intake of the students, especially adolescent girls.

Reading list: 66 (1983 - 2009)


vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI SMP NEGERI


18 KOTA BOGOR TAHUN 2009

Telah disetujui, diperiksa dan dinyatakan layak untuk diujikan dalam


Sidang Skripsi oleh Pembimbing Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Maret 2010

Mengetahui,

Drs. M. Farid Hamzens, M.Si Bambang P. Cadrana, SKM, MKM


Pembimbing I Pembimbing II
viii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 12 Maret 2010

Penguji I,

Drs. M. Farid Hamzens, M.Si

Penguji II

Bambang P. Cadrana, SKM, MKM

Penguji III

Dra. Rina Anggorodi, M.Si


ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Dilla Nursari

Tempat, Tanggla Lahir : Lhokseumawe, 30 April 1987

Alamat : Jl. Sukun Rt.002/06 No.83 Kel. Cempaka Putih Kec.

Ciputat Timur, Tangerang Selatan - Banten

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : dillanursari_87@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1992 1993 TK Pertiwi Talawi Hilir, Sawahlunto (Sum-Bar)

1993 1999 SDN 02 Talawi Hilir, Sawahlunto (Sum-Bar)

1999 2002 SMP Negeri 03 Talawi, Sawahlunto (Sum-Bar)

2000-2002 SMP Negeri 45 (Jakarta Barat)

2002 2005 SMA Negeri 84 (Jakarta Barat)

2005 2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam salalu tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat.

2. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing 1 yang telah bersedia
memberikan konsultasi, bimbingan dan segala arahan serta sarannya.

3. Bapak Bambang P. Cadrana SKM, MKM selaku pembimbing 2 yang


meluangkan waktunya demi membimbing dan memberikan arahan, saran, serta
motivasinya.

4. Ibu Febriyanti, M.Si selaku penguji seminar proposal skripsi dan Ibu Dra. Rina
Anggorodi, M.Si selaku penguji sidang skripsi.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu drg. Lindawati, M.K.M selaku Kepala Puskesmas Bogor Timur atas
kesempatannya mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. Seluruh staf
dan karyawan Puskesmas Bogor Timur yang telah membantu penulis dalam
melakukan penelitian.

7. Kepala sekolah, seluruh guru, staf, karyawan, dan penjaga kantin serta siswa/i
SMPN 18 Kota Bogor.
xi

8. Bapak dan Mae atas kasih sayangnya selama ini dan juga doa yang tidak pernah
putus untuk anak-anaknya. Kadiah yang terus memotivasi, bang iji dan dimas
yang bersedia nganter dilla kemana-mana, ade yang tidak berkontribusi
langsung tapi slalu mendoakan kakaknya, serta semua keluarga dan saudara atas
doanya untuk dilla.

9. Mas roy yang ada untuk dengarkan segala keluh kesah dan bersedia mengantar
dilla sampai tempat tujuan, terimakasih untuk semua yang udah diberikan, serta
untuk dua Ibu hebatku, terimakasih atas doa kalian.

10. Sahabat terbaikku Cancute galz, Sempax Boyz, Espul fans club (Ity, Yuni, Titin,
Lies, Itie, dan Rasti), terima kasih untuk segalanya.

11. Seluruh teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2005,


khususnya Ana dan keluarga yang bersedia memberikanku tempat tinggal, Lisda,
Cory, dan banyak lagi lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mohon
maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan dan kesalahan baik
sengaja maupun tidak sengaja. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan penulis untuk peningkatan kualitas skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai
anemia bagi penulis dan pembaca pada umumnya serta dapat dijadikan masukan
dalam menyelesaikan masalah anemia pada remaja putri.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ciputat, Maret 2010

Penulis
xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ vii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................... ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................x

DAFTAR ISI......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL............................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5

1.3 Pertanyaan Penelitian ..............................................................................6

1.4 Tujuan......................................................................................................7

1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................7

1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................7

1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................8

1.5.1 Bagi Peneliti......................................................................................8


xiii

1.5.2 Bagi Puskesmas Bogor Timur dan SMPN 18 Kota Bogor ..............8

1.5.3 Bagi Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor ........................................8

1.6 Ruang Lingkup ........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja ...................................................................................................10

2.2 Anemia...................................................................................................13

2.3 Anemia Gizi...........................................................................................16

2.4 Gejala Anemia .......................................................................................17

2.5 Dampak Anemia ....................................................................................17

2.6 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia .............18

2.6.1 Asupan Zat Gizi..............................................................................18

2.6.2 Perilaku Makan dan Minum ...........................................................25

2.6.3 Kehilangan Darah...........................................................................28

2.6.4 Sosial Ekonomi...............................................................................31

2.6.5 Status Gizi ......................................................................................37

2.7 Metode Recall 24 jam............................................................................38

2.8 Kerangka Teori ......................................................................................40

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir.......................................................................................41

3.2 Definisi Istilah .......................................................................................41

3.2.1 Anemia ...........................................................................................41

3.2.2 Asupan Zat Gizi..............................................................................42

3.2.3 Perilaku Sarapan Pagi.....................................................................42


xiv

3.2.4 Perilaku Minum Teh/kopi...............................................................43

3.2.5 Menstruasi ......................................................................................43

3.2.6 Pengetahuan Gizi............................................................................43

3.2.7 Karakteristik Orangtua ...................................................................44

3.2.8 Status Gizi ......................................................................................44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian ..................................................................................45

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................45

4.3 Informan Penelitian ...............................................................................45

4.4 Instrumen Penelitian ..............................................................................47

4.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................47

4.5.1 Sumber Data ...................................................................................47

4.5.2 Cara dan Alat Pengumpulan Data ..................................................48

4.5.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................48

4.6 Pengolahan Data ....................................................................................51

4.7 Pengecekan Validitas/Keabsahan Data .................................................52

4.8 Analisis Data..........................................................................................53

4.9 Penyajian Data.......................................................................................53

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum SMP Negeri 18 Kota Bogor.....................................54

5.1.1 Sejarah SMP Negeri 18 Kota Bogor ..............................................54

5.1.2 Visi dan Misi SMP Negeri 18 Kota Bogor.....................................54

5.1.3 Profil SMP Negeri 18 Kota Bogor .................................................55


xv

5.2 Gambaran Umum Informan...................................................................56

5.2.1 Informan Utama..............................................................................56

5.2.2 Informan Pendukung ......................................................................58

5.3 Hasil Penelitian......................................................................................59

5.3.1 Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri


18 Kota Bogor ................................................................................59

5.3.2 Gambaran Perilaku Sarapan Pagi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ................................................................................70

5.3.3 Gambaran Perilaku Minum The/Kopi Pada Remaja Putri SMP


Negeri Kota Bogor .........................................................................76

5.3.4 Gambaran Pola Menstruasi Pada Remaja Putri SMP Negeri 18


Kota Bogor .....................................................................................80

5.3.5 Gambaran Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri


18 Kota Bogor ................................................................................82

5.3.6 Gambaran Karakteristik Orangtua Remaja Putri SMP Negeri 18


Kota Bogor .....................................................................................96

5.3.7 Gambaran Status Gizi Pada Remaja Putri SMP Negeri 18


Kota Bogor ...................................................................................105

5.3.8 Gambaran Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri SMP Negeri 18
Kota Bogor ...................................................................................106

5.3.9 Gambaran Perilaku Jajan di Sekolah Pada Remaja Putri SMP


Negeri 18 Kota Bogor ..................................................................112

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian .....................................................................121

6.2 Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri


xvi

18 Kota Bogor ...................................................................................122

6.3 Gambaran Perilaku Sarapan Pagi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................124

6.4 Gambaran Perilaku Minum The/Kopi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................126

6.5 Gambaran Pola Menstruasi Pada Remaja Putri SMP Negeri


18 Kota Bogor ...................................................................................127

6.6 Gambaran Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri


18 Kota Bogor ...................................................................................129

6.7 Gambaran Karakteristik Orangtua Remaja Putri SMP Negeri


18 Kota Bogor ...................................................................................131

6.8 Gambaran Status Gizi Pada Remaja Putri SMP Negeri 18


Kota Bogor ........................................................................................135

6.9 Gambaran Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................136

6.10 Gambaran Perilaku Jajan di Sekolah Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................142

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan..............................................................................................144

7.2 Saran ....................................................................................................146

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................147


xvii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin........................13

2.2 Ketentuan Masalah Kesehatan Masyarakat Berdasarkan .................................

Prevalensi Anemia ........................................................................................15

2.3 Klasifikasi Anemia Berdasarkan Batasan Hemoglobin................................16

2.4 Kebutuhan Besi Manusia (mg/Hari).............................................................21

2.5 Standar Penentuan Status Gizi Perempuan Umur 10-14 Tahun...................37

4.1 Daftar Informan Penelitian ...........................................................................47

4.2 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................50

4.3 Validitas Data ...............................................................................................52

5.1 Data Siswa SMPN 18 Kota Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun ...........

Ajaran 2009/2010 .........................................................................................56

5.2 Gambaran Umum Informan Utama Peserta FGD Pertama ..........................56

5.3 Gambaran Umum Informan Utama Peserta FGD Kedua .............................57

5.4 Gambaran Umum Informan Utama Peserta Wawancara mendalam............58

5.5 Gambaran Umum Informan Pendukung.......................................................58

5.6 Kadar Hb Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor ......................................60

5.7 Hasil Pengamatan Langsung Gejala/Tanda Anemia .......................................

Pada Informan Utama ..................................................................................69

5.8 Karakteristik Orangtua Informan..................................................................97

5.9 Status Gizi Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor .........................................
xviii

Sebagai Informan Utama ............................................................................106

5.10 Gambaran Asupan Zat Gizi Informan Utama...................................................

Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor ......................................................107


xix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia ...............................40

5.1 Contoh Menu Sarapan Pagi Ssa....................................................................75

5.2 Contoh Menu Sarapan Pagi Sn .....................................................................75

5.3 Contoh Menu Sarapan Pagi Aa ....................................................................76

5.4 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi Nfc Di Rumah........................110

5.5 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi In Di Rumah ..........................111

5.6 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi Aa Di Rumah .........................112

5.7 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Sn Di Sekolah ..................................118

5.8 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Ms Di Sekolah..................................118

5.9 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Nfc Di Sekolah.................................118

5.10 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi In Di Sekolah ...................................119

5.11 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Aa Di Sekolah ..................................119


xx

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1 Pedoman FGD Bagi Siswi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Siswi

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Teman Sebaya

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Keluarga

Lampiran 5 Formulir Recall 1x24 Jam

Lampiran 6 Pedoman Observasi

Lampiran 7 Matriks FGD Pertama Pada Siswi SMPN 18 Kota Bogor

Lampiran 8 Matriks FGD Kedua Pada Siswi SMPN 18 Kota Bogor

Lampiran 9 Matriks Wawawancara Mendalam Pada Siswi SMPN 18 Kota Bogor

Lampiran 10 Matriks Wawawancara Mendalam Pada Keluarga Siswi SMPN 18


Kota Bogor

Lampiran 11 Matriks Wawawancara Mendalam Pada Teman Dekat Siswi SMPN 18


Kota Bogor

Lampiran 12 Matriks Observasi Perilaku Jajan Siswi SMPN 18 Kota Bogor


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping

penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Siswanto, 2001). Gizi

merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan

optimal. Namun sayangnya, masyarakat di Indonesia masih menghadapi beberapa

masalah gizi, salah satunya adalah anemia.

Pada dasarnya anemia sama halnya dengan masalah Kurang Energi Protein

(KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Kekurangan Vitamin A

(KVA), yaitu suatu keadaan yang salah satu penyebabnya adalah ketidakcukupan

beberapa zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Ketidakcukupan energi dan protein

pada KEP, Yodium pada GAKY, Vitamin A pada KVA, serta tidak adekuatnya

asupan beberapa zat gizi seperti zat besi, folat, dan vitamin B12 pada anemia

(Arisman, 2004). Oleh karena ketidakcukupan asupan zat gizi tersebut anemia

dikatakan sebagai salah satu masalah gizi. Tidak hanya di Indonesia, anemia masih

merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang, hal ini terlihat dari

data yang menunjukkan sepertiga dari populasi dunia (McLean, 2008) atau 30 %
2

(Siswono, 2008) yaitu sekitar lebih dari 1,5 milyar penduduk dunia menderita anemia

(Casey, 2009).

Menurut WHO (2001), anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar

Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai

batas ambang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan

anemia yang paling sering terjadi. Dari seluruh total kasus anemia, 50 % disebabkan

oleh kekurangan zat besi (WHO, 2008). Menurut Suharno (1983), status gizi

merupakan faktor penyebab terjadinya anemia, status gizi ini dipengaruhi oleh pola

makan, keadaan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan lingkungan, daya tahan tubuh,

fasilitas kesehatan, infeksi, infestasi cacing dalam tubuh, serta pendidikan yang saling

berkaitan dan sangat kompleks.

Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen

dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka

akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi, sehingga prestasi belajar menurun, daya

tahan fisik rendah sehingga mudah lelah, aktivitas fisik menurun, mudah sakit karena

daya tahan tubuh rendah, akibatnya jarang masuk sekolah atau bekerja (Depkes,

2008). Akibat dari anemia ini jika tidak diberi intervensi dalam waktu lama akan

menyebabkan beberapa penyakit seperti gagal jantung kongestif, penyakit infeksi

kuman, thalasemia, gangguan sistem imun, dan meningitis (Sulaeman, 2007).

Wanita lebih sering menderita anemia dibandingkan laki-laki, terutama wanita

hamil, wanita muda, dan miskin (Scholl, 1992). Hal ini sesuai dengan kebutuhan

fisiologis wanita yang meningkat saat hamil, dan juga faktor perdarahan melalui

menstruasi yang terjadi setiap bulan (Depkes, 2003). 45,7 % wanita usia subur
3

(WUS) di Asia Tenggara dan 47,5 % di Afrika dilaporkan menderita anemia (WHO,

2008). Di Bangladesh, 26 % kematian ibu disebabkan oleh anemia dan perdarahan

setelah melahirkan (Ahmed, 2000). Berdasarkan data WHO (2008), prevalensi

anemia tahun 1993-2005 pada WUS di Indonesia mencapai 33,1 %, angka ini lebih

tinggi di bandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Brunei (20,4 %),

Malaysia (30,1 %), Vietnam (24,3 %), dan Thailand (17,8 %). Dari hasil Riskesdas

tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi anemia pada perempuan dewasa sebesar

19,7 % (Depkes, 2008).

Remaja putri juga merupakan salah satu kelompok yang berisiko menderita

anemia. Remaja putri adalah calon mahasiswi yang merupakan calon pemimpin di

masa datang, calon tenaga kerja yang akan menjadi tulang punggung produktivitas

nasional, serta sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus dan

merupakan kunci perawatan anak di masa datang. Oleh karena itu, kualitas remaja

putri perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri mempunyai risiko tinggi untuk

anemia karena pada usia ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat

pertumbuhan, adanya menstruasi, sering membatasi konsumsi makan, serta pola

konsumsinya sering menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi (Sakti, 2003).

Apabila sejak remaja seorang wanita menderita anemia, maka akan

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu, lemah karena sering

terkena infeksi, tidak aktif, malas, cepat lelah, di sekolah sulit berkonsentrasi dalam

belajar, mengantuk, akibat lebih lanjutnya akan mempengaruhi kecerdasan dan daya

tangkap anak (Wirakusumah, 1999). Selain itu, akan semakin berat kondisinya bila

wanita tersebut menikah dan hamil, karena kehamilan membutuhkan lebih banyak
4

jumlah zat besi untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya, maka akan

berdampak pada kematian bayi, bayi lahir abnormal, kematian premature, berat badan

bayi lahir rendah, dan kematian ibu (Saraswati, 1997).

Di beberapa Negara dunia, prevalensi anemia remaja putri menunjukkan

masalah kesehatan masyarakat, terutama Negara berkembang. Di bagian Barat

Kenya, prevalensi anemia pada remaja putri umur 12-18 tahun sebesar 21,1 %

(Leenstra, 2003), di Morogoro Municipality, Tanzania ditemukan prevalensi anemia

pada remaja putri umur 11-17 tahun sebesar 42 % (Kinabo, et al, 2003). Di India, 60-

70 % remaja putri menderita anemia (Pande, 2004). Tahun 2006, berdasarkan hasil

penelitian Chang, et al di Kuala Lumpur Malaysia, ditemukan prevalensi anemia pada

remaja putri sebesar 28,3 %.

Beberapa hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia juga menunjukkan

masih tingginya prevalensi anemia pada remaja putri. Pada tahun 1996, penelitian

Lestari mendapatkan prevalensi anemia pada remaja putri SMU di Kabupaten

Bandung sebesar 41,54 %, penelitian Budiman (1997) pada remaja putri SMU dan

MAN di enam daerah kabupaten di Jawa Barat mendapatkan prevalensi anemia

sebesar 40,4 %, penelitian Susanto tahun 2000 mendapatkan prevalensi anemia pada

remaja putri SLTP 14 Semarang sebesar 50,12 %, hasil penelitian Saidin, Permaesih,

dan Leginem pada tahun 2002 mendapatkan prevalensi anemia pada remaja putri

yaitu sebesar 41 %, 25 %, dan 88 %. Pada tahun 2005, dari hasil penelitian

Permaesih, dkk, di dapatkan prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar

30 %. Penelitian Satyaningsih (2007) pada remaja putri SMK Amaliyah Sekadau

Kalimantan Barat, mendapatkan prevalensi anemia yaitu 58,7 %. Dari beberapa


5

penelitian tersebut, didapatkan beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian

anemia pada remaja putri, yaitu asupan energi, asupan protein, asupan zat besi,

asupan vitamin C, kebiasaan minum teh atau kopi, investasi cacing, pengetahuan,

pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, dan pola menstruasi.

Pada tahun 2008, berdasarkan hasil penjaringan status Hb yang dilakukan oleh

petugas Puskesmas Bogor Timur pada remaja putri kelas I di wilayah kerja

Puskesmas Bogor Timur diketahui bahwa kejadian anemia di tingkat SMP/MTs

sebesar 47,87 %. Adapun prevalensi anemia terbesar terdapat di SMPN 18, yaitu

59,3 %. Berdasarkan kriteria WHO (2008), tingginya angka kejadian anemia di

sekolah tersebut merupakan suatu masalah kesehatan tingkat berat (> 40 %).

1.2 Rumusan Masalah

Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih dihadapi dunia sampai

saat ini terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Anemia gizi besi

merupakan yang terbanyak dijumpai dari seluruh kejadian anemia. Remaja putri

merupakan salah satu kelompok berisiko tinggi menderita anemia. Hal ini

dikarenakan kondisi fisiologis yang setiap bulannya mengalami menstruasi.

Prevalensi anemia di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Negara-negara

tetangga lainnya. Beberapa penelitian mengenai anemia pada remaja putri yang

tersebar di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa anemia pada remaja

putri merupakan masalah kesehatan yang sampai saat ini masih terjadi di Indonesia.

Dari hasil pejaringan status Hb di wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur

tahun 2009 diketahui bahwa prevalensi anemia pada siswi kelas I tingkat SMP/MTs
6

sebesar 47,87 %, dengan prevalensi tertinggi di SMPN 18 yaiu 59,3 %. SMPN 18

merupakan sekolah unggulan, hanya satu-satunya SMP Negeri yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur, dan berdasarkan nilai rata-rata ujian nasional,

SMPN 18 merupakan SMP yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan SMP/MTs

lainnya yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur. Siswi kelas I

merupakan remaja putri yang tergolong masa remaja awal, yang memiliki minat

sangat besar terhadap dunia luar, sehingga memiliki keinginan untuk lebih bebas

termasuk dalam hal memilih makanan yang dikonsumsi terutama di luar sekolah,

selain itu remaja putri identik dengan menjaga penampilan, ingin terlihat kurus

dengan diet yang tidak seimbang, sehingga tidak menutup kemungkinan makanan

yang dikonsumsi kurang memenuhi kebutuhan akan zat gizi seperti zat besi. Dari

kondisi tersebut serta belum adanya informasi mengenai gambaran kejadian anemia

di SMPN 18 membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kejadian anemia pada remaja putri SMPN 18 di Kota

Bogor Tahun 2009?

2. Bagaimana gambaran perilaku sarapan pagi pada remaja putri SMPN 18 di

Kota Bogor Tahun 2009?

3. Bagaimana gambaran perilaku mium teh atau kopi pada remaja putri SMPN

18 di Kota Bogor Tahun 2009?

4. Bagaimana gambaran pola menstruasi pada remaja putri SMPN 18 di Kota

Bogor Tahun 2009?


7

5. Bagaimana gambaran pengetahuan anemia pada remaja putri SMPN 18 di

Kota Bogor Tahun 2009?

6. Bagaimana gambaran karakteristik orangtua (pendidikan, pekerjaan, dan

pendapatan) remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun 2009?

7. Bagaimana gambaran status gizi remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun

2009?

8. Bagaimana gambaran asupan zat gizi (energi, protein, zat besi, dan vitamin C)

pada remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun 2009?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran kejadian anemia pada remaja putri SMPN 18 di

Kota Bogor tahun 2009.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran perilaku sarapan pagi pada remaja putri SMPN 18 di

Kota Bogor Tahun 2009.

2. Diketahuinya gambaran perilaku mium teh atau kopi pada remaja putri SMPN

18 di Kota Bogor Tahun 2009.

3. Diketahuinya gambaran pola menstruasi pada remaja putri SMPN 18 di Kota

Bogor Tahun 2009.

4. Diketahuinya gambaran pengetahuan anemia pada remaja putri SMPN 18 di

Kota Bogor Tahun 2009.


8

5. Diketahuinya gambaran karakteristik orangtua (pendidikan, pekerjaan, dan

pendapatan) pada remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun 2009.

6. Diketahuinya gambaran status gizi pada remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor

Tahun 2009.

7. Diketahuinya gambaran asupan zat gizi (energi, protein, zat besi, dan vitamin

C) pada remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun 2009.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan wawasan dan pengetahuan lebih mengenai anemia pada

remaja putri dan mendapatkan pengalaman pribadi dalam proses belajar-

mengajar khususnya dalam hal metodologi penelitian.

1.5.2 Bagi Puskesmas Bogor Timur dan SMPN 18 Kota Bogor

Dapat dijadikan masukan dalam rangka pembuatan program sebagai upaya

pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri khususnya siswi

sekolah.

1.5.3 Bagi remaja putri SMPN 18 Kota Bogor

Menambah wawasan dan pengetahuan remaja mengenai anemia serta upaya

untuk pencegahan dan penanggulangannya.


9

1.6 Ruang Lingkup

Alasan dilakukannya penelitian ini karena anemia merupakan masalah

kesehatan tingkat berat di SMPN 18 (59,3 %). Penelitian dilakukan untuk mengetahui

gambaran kejadian anemia pada remaja putri. Mahasiswi peminatan gizi Program

studi kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan

subyek dalam penelitian ini, sedangkan yang menjadi obyek adalah remaja putri

kelas 1 di SMPN 18 Kota Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Tahun

2009 sampai dengan Febuari 2010, menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

cara wawancara mendalam, FGD, dan observasi.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

Menurut Kartono (1990) masa remaja adalah masa penghubung atau masa

peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah remaja atau

adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence (dalam bahasa Inggris) yang

dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1999).

Batasan usia remaja diungkapkan oleh beberapa ahli, diantaranya oleh Monks,

dkk (1999) yang membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada rentang usia ini remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat

pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak

pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap

kanak-kanak lagi, namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya

(Kartono, 1990).

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan, namun sudah timbul

unsur baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.

Pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih
11

berbobot. Pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri atau jati dirinya

(Kartono, 1990).

3. Masa remaja akhir (18-21 tahun)

Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah

mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri,

dengan itikad baik dan keberanian. Remaja sudah mempunyai pendirian

tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditentukannya (Kartono,

1990).

Pertumbuhan yang pesat, perubahan psikologis yang dramatis serta peningkatan

aktivitas yang menjadi karakteristik masa remaja, menyebabkan peningkatan

kebutuhan zat gizi, dan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan

mempengaruhi status gizi (Sayogo, 2006). Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial,

dan kesibukan pada remaja, akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola

konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi, dan

sama sekali tidak makan siang.

Terutama pada remaja putri, mereka lebih memperhatikan penampilan dirinya,

seringkali terlalu ketat dalam pengaturan pola makannya karena enggan menjadi

gemuk, sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006). Jumlah

waktu makan yang ditunda dan makan diluar rumah meningkat mulai awal remaja

sampai remaja akhir. Terdapat peningkatan asupan makanan siap saji yang cenderung

mengandung lemak, kalori, natrium tingi, dan rendah asam folat, serat, dan

vitamin A.
12

Seorang remaja dapat mengalami peningkatan risiko defisiensi zat besi, karena

kebutuhan yang meningkat sehubungan dengan pertumbuhan. Remaja putri

membutuhkan makanan dengan kandungan zat besi yang tinggi terlebih yang sudah

mengalami haid setiap bulan. Remaja yang berasal dari sosial ekonomi rendah,

sumber makanan yang adekuat tidak terpenuhi, mempunyai risiko defisiensi zat besi

sebelum hamil.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan pada remaja, yaitu

pola makan keluarga, teman sebaya, dan media (Arisman, 2004). Remaja yang sering

makan bersama dengan keluarganya memiliki pola makan lebih baik dengan

makanan yang lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang jarang makan bersama

dengan keluarga (Arimurti, 2009). Remaja dengan aktivitas sosial tinggi,

memperlihatkan peran teman sebaya menjadi tampak jelas. Di kota besar sering kita

lihat kelompok-kelompok remaja bersama-sama makan dirumah makan yang

menyajikan makanan siap saji (fast food). Masa remaja merupakan target utama iklan

restoran cepat saji, makanan ringan, dan minuman manis, yang akan mempengaruhi

pilihan makanan. Dengan kemudahan akses terhadap media, akan memiliki pengaruh

jangka panjang terhadap pilihan makanan dan menghasilkan kebiasaan makan yang

buruk pada remaja (Ayustaningwarno, 2009).

Dalam hubungannya dengan proses perkembangan, masa remaja merupakan

masa transisi dari kontrol eksternal (paling sering ornagtua) ke kontrol internal. Masa

ini merupakan periode yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan

pola tingkah laku, yang meliputi pola makan dan perawatan diri. Sumber-sumber

informasi di luar keluarga, seperti media (TV dan radio) dapat menjadi lebih
13

bermakna. Oleh sebab itu, masa remaja merupakan masa yang tepat untuk intervensi

pendidikan dasar (Koblinsky, 1996).

2.2 Anemia

Husaini (1989) menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh penurunan produksi

sel darah merah dan hemoglobin, peningkatan pengrusakan sel-sel merah (hemolisis)

atau kehilangan darah karena perdarahan berat. Anemia didefinisikan suatu keadaan

yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari keadaan normal (WHO, 2001).

Batas kadar normal Hb untuk kelompok orang ditentukan menurut umur dan jenis

kelamin seperti yang diperlihatkan dalam tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1
Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur Hb (gr/dl)


6 bulan - 59 bulan 11
Anak-anak
5 - 11 tahun 11,5
12-14 tahun 12
wanita > 14 tahun 12
Dewasa
wanita hamil 11
laki-laki >14 tahun 13
WHO (2001)

Berdasarkan etiologinya, Baldy (1992) menerangkan anemia dapat dibagi

menjadi dua. Penyebab utama adalah meningkatnya kehilangan sel darah merah dan

gangguan atau penurunan pembentukan sel. Meningkatnya kehilangan sel darah

merah dapat disebabkan oleh perdarahan dan penghancuran sel. Perdarahan dapat
14

disebabkan oleh trauma atau luka, perdarahan kronik karena polip pada kolon,

penyakit keganasan, hemoroid, dan menstruasi yang abnormal. Etiologi yang kedua

adalah pembantukan sel darah merah yang terganggu. Setiap keadaan yang

mempengaruhi sumsum trulang dimasukkan dalam kelompok ini, seperti : (1)

keganasan yang tersebar seperti kanker, obat dan zat toksik, serta radiasi; (2) penyakit

menahun melibatkan ginjal dan hati, infeksi dan defisiensi endokrin. Kekurangan

vitamin-vitamin penting seperti vitamin B12, vitamin C dan zat besi juga dapat

mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan

anemia.

Menurut Junadi (1995), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya

anemia, yaitu :

1. Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit.

Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan karena kurangnya asupan makanan

yang mengandung zat besi, makanan cukup, namun bioavailabilitas rendah,

serta makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorpsi besi.

Infeksi penyakit yang umumnya memperbesar resiko anemia adalah cacing dan

malaria.

2. Sebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadap wanita,

aktifitas wanita tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana ibu dan

anak wanita tidak menjadi prioritas.

3. Sebab mendasar yaitu masalah ekonomi, antara lain rendahnya pendidikan,

redahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang sulit.
15

Menurut Depkes (2003), penyebab anemia pada remaja putri dan wanita adalah:

1. Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri dan wania tinggi,

dibanding makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak terpenuhi.

2. Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan

mempertahankan berat badannya.

3. Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yag membutuhkan

zat besi tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.

WHO (2001) menetapkan batasan prevalensi anemia yang merupakan masalah

kesehatan masyarakat dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2
Ketentuan Masalah Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan Prevalensi Anemia
Kategori Masalah
Prevalensi Anemia
Kesehatan Masyarakat
Tidak masalah < 4,9
Ringan 5,0 19,9
Sedang 20,0 39,9
Berat >40,0
WHO (2001)

Berdasarkan batasan hemoglobin, WHO 2001 juga melakukan klasifikasi

anemia, yaitu normal atau tidak anemia, anemia ringan, anemia sedang, anemia berat,

dan anemia sangat berat. Batasan hemoglobin untuk setiap klasifikasi, dapat dilihat

pada tabel 2.3 di bawah ini.


16

Tabel 2.3
Klasifikasi Anemia
Berdasarkan Batasan Hemoglobin
Klasifikasi Anemia Batasan Hemoglobin
Normal 12 14 gr/dl
Ringan 11 11,9 gr/dl
Sedang 8 10,9 gr dl
Berat 5 7,9 gr/dl
Sangat Berat < 5 gr/dl
WHO (2001)

2.3 Anemia Gizi

Anemia yang disebabkan karena kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi

esensial seperti zat besi atau zat gizi mikro lainnya seperti asam folat dan vtamin B12

disebut anemia gizi. Kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang digunakan

untuk pembentukan sel darah merah, merupakan penyebab sebagan besar anemi baik

di Negara barat maupun di Negara timur, dengan prevalensi tertinggi di Negara-

negara berkembang (Husaini, 1989).

Anemia dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan defisiensi zat

besi pada populasi. Hal ini dapat diibaratkan sebagai puncak gunung es dalam air

dimana anemia merupakan puncak sementara defisiensi zat besi adalah kaki gunung

yang berada dalam air (Hallberg, 1988). Menurut WHO (2001) apabila prevalensi

anemia lebih dari 20 % pada populasi dengan umur dan jenis kelamin sama, maka

defisiensi besi di asumsikan 50 % dari jumlah populasi tersebut, sedangkan bila

prevalensi anemia lebih dari 40 % maka diasumsikan defisiensi besi terdapat pada

seluruh populasi.
17

Husaini (1980), bahwa kadar Hb yang kurang dari standar dapat digunakan

sebagai indikator anemia gizi sepanjang pevalensi anemia pada masyarakat tersebut

masih tinggi. Kekurangan (defisiensi) zat besi dan anemia kekurangan zat besi adalah

suatu keadaan yang berbeda. Defisiensi zat besi merupakan kondisi kekurangan

cadangan zat besi dalam tubuh ditandai dengan kurangnya pembentukan sel darah

merah. Sedangkan anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena

defisiensi zat besi ekstrim dengan karakteristik sel darah merah berkurang dan kadar

Hb yang rendah dengan gejala kelelahan, lesu, sakit kepala, pucat, tidak tahan dingin,

dan penurunan daya konsentrasi (Hallberg, 1988).

2.4 Gejala Anemia

Gejala anemia menurut Arisman (2004) biasanya tidak khas dan sering tidak

jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. sedangkan menurut

Depkes (1998) dan Supariasa (2002), gejala/tanda-tanda anemia antara lain 5 L (lelah,

lesu, lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung

meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing,

dan mudah mengantuk.

2.5 Dampak Anemia

Dampak yang ditimbulkan akibat anemia terjadi pada perkembangan fisik dan

psikis yang terganggu, penurunan kerja fisik dan daya pendapatan, penurunan daya

tahan terhadap keletihan, peningkatan angka kesakitan dan kematian (WHO, 1996).

Anemia yang diderita oleh remaja putri dapat menyebabkan menurunya prestasi
18

belajar, menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi.

Selain itu pada remaja putri yang anemia, tingkat kebugarannyapun akan turun yang

berdampak pada rendahnya produktifitas dan prestasi olahraganya dan tidak

tercapainya tinggi badan maksimal karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan

tinggi badan (peak higth velcity) (Depkes, 2003).

2.6 Faktor Penyebab yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia

2.6.1 Asupan Zat Gizi

1. Zat Besi (Fe)

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel

darah merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam

tubuh, yaitu: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,

sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai

reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2001).

Pada wanita, zat besi yang dikeluarkan dari badan lebih banyak dari laki-

laki. Selain dari kehilangan basal, masih ada kehilangan lewat jalur lain. Setiap

bulan wanita dewasa mengalami menstruasi, dan periode menstruasi

dikeluarkan zat besi rata-rata sebanyak 28 mg/periode. Oleh karena menstruasi

terjadi satu kali dalam satu bulan, maka banyaknya zat besi yang dikeluarkan

rata-rata sehari adalah 28 mg dibagi dengan 30 sama dengan 1 mg/hari. Dengan

demikian wanita mengeluarkan zat besi dari tubuhnya hampir dua kali lebih

banyak dari laki-laki dewasa. Meningkatnya kebutuhan zat besi, bila diiringi
19

dengan kurangnya asupan zat besi dapat berakibat remaja putri rawan terhadap

anemia akibat defisiensi besi (Hallberg, 1988).

Zat besi yang berasal dari bahan makanan hewani (zat besi heme)

mempunyai tingkat absorpsi 20-30 % sedangkan zat besi non heme hanya 10-

15 %. Zat besi heme lebih mudah diserap dan penyerapannya tidak tergantung

dengan zat makanan lainnya, tapi zat besi heme ini dapat berubah menjadi zat

besi non heme jika dimasak dengan suhu yang tinggi dan dalam waktu yang

lama. Sedangkan zat besi non heme lebih sulit diserap dan penyerapannya

sangat tergantung pada zat makanan lainnya baik secara positif maupun

negative. Kehadiran Vitamin C, daging, ikan, dan unggas akan meningkatkan

penyerapan zat besi non heme dan zat besi heme yang terdapat dalam daging,

unggas, dan ikan serta makanan hasil laut, dapat meningkatkan penyerapan zat

besi non heme. Sedangkan yang berperan negative dalam penyerapan zat besi

adalah tannin dalam teh, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat,

fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Husaini, 1989).

Absorpsi besi tergantung pada jumlah bahan makanan yang menghambat

dan meningkatkan absorpsi, sehingga absorpsi besi dari makanan yang

dikonsumsi sehari-hari bervariasi. Muhilal (1983) dalam Amaliah (2002)

menyatakan bahwa makanan sehari-hari dapat diklasifikasikan menjadi tiga,

yaitu :

a. Absorpsi besi rendah atau sama dengan 5 %, yang berasal dari makanan

yang monoton. Makanan yang monoton umumnya hanya terdiri dari beras

atau ubi, atau jagung dengan hanya sedikit atau jarang sekali makan
20

daging, ikan, dan vitamin C, dan banyak mengandung serat atau bahan

makanan yang menghambat absorpsi besi, maka absorpsi besi dari menu

makanan yang demikian adalah rendah atau berkisar 5 %. Makanan yang

absorpsi besi rendah ini umumnya dijumpai pada keluarga-keluarga yang

berpenghasilan rendah di negara-negara sedang berkembang.

b. Absorpsi besi sedang atau sama dengan 10 %

Makanan yang terdiri dari beras atau serelia lainnya, dengan daging dan

makanan berasal dari hewani lainnya serta vitamin C yang sering ada setiap

hari, yang merupakan tipe makanan bagi keluarga-keluarga mampu di

Negara-negara sedang berkembang, absorpsi besi adalah 10 % atau disebut

sedang (moderat).

c. Absorpsi besi tinggi atau sama dengan 15 %

Menu makanan orang-orang di Negara-negara industry seperti Eropa,

Amerika, dan Negara-negara maju lainnya dimana daging dan makanan

lainnya tinggi di dalam menu sehari-hari, maka absorpsi besi dari makanan

15 % atau disebut tinggi.

Jumlah zat besi yang dibutuhkan setiap hari untuk mempertahankan kadar

hemoglobin, kadar simpanan besi yang cukup dan untuk keperluan

pertumbuhan yang normal, berbeda menurut kelompok umur dan jenis kelamin.

Remaja putri selama pertumbuhan mengalami peningkatan volume darah dan

jaringan tubuh sehingga membutuhkan tambahan besi untuk sintesa

hemoglobin dan myoglobin (Guthrie, 1989).


21

Tabel 2.4
Kebutuhan Besi Manusia (mg/Hari)

Kehilangan Kebutuhan
Kelompok Urine, Total
umur Faeces keringat, Menstruasi Pertumbuhan Hamil kebutuhan

desquamasi
Dewasa
Pria 0,7 0,2-0,5 0,9-1,2
Wanita 0,7 0,2-0,5 0,5-1,0 1,4-2,2
Ibuhamil 0,7 0,2-0,5 1,0-2,0 1,9-3,2
Anak-anak 0,7 0,2-0,5 0,2 1,1-1,4
Remaja putri 0,7 0,2-0,5 0,5-1,4 0,5-1,0 1,9-3,7
Guthrie (1989)

Dari beberapa teori di atas, didukung oleh beberapa penelitian yang

mendapatkan hasil yang berhubungan antara asupan zat besi dengan anemia

pada remaja putri. Pada tahun 2007 penelitian Satyaningsih mendapakan hasil

bahwa remaja putri SMK Amaliyah Sekadau yang konsumsi Fe kurang

memiliki resiko 10 kali mengalami anemia dibandingkan remaja putri yang

konsumsi Fe cukup. Penelitian Kwatrin (2007) juga mendapakan hubungan

yang bermakna secara statistik antara asupan zat besi dengan kejadian pada

remaja putri di SMUN Bayah Kabupaten Lebak. Feriani (2004) dan Safyanti

(2001) juga menemukan hubungan antara konsumsi Fe dengan kejadian anemia

dengan resiko masing-masing 5 kali dan 6 kali lebih tinggi pada remaja putri

yang konsumsi Fe rendah atau kurang.


22

2. Vitamin C

Zat gizi yang telah dikenal luas sangat berperanan dalam meningkatkan

absorpsi zar besi adalah Vitamin C (Husaini, 1989; Almatsier, 2001). Vitamin

C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non hem sampai empat kali lipat, yaitu

dengan merubah besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah

diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar

dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Vitamin C pada

umumnya hanya terdapat pada pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama

yang asam seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat

(Almatsier, 2001).

Beberapa penelitian membuktikan pengaruh konsumsi vitamin C terhadap

kejadian anemia, yaitu pada tahun 2001, Safyanti menemukan remaja putri

yang konsumsi Vitamin C kurang dari 100 % AKG memiliki resiko 3,5 kali

lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang

mengkonsumsi vitamin C > 100 % AKG. Satyaningsih (2007) dan Kwatrin

(2007) juga menemukan hal yang sama, yaitu resiko mengalami anemia lebih

tinggi 4 kali pada remaja putri yang konsumsi Vitamin C kurang dari AKG.

3. Energi

Krummel (1996), menyatakan bahwa energi merupakan zat gizi utama, jika

asupan energi tidak terpenuhi sesuai kebutuhan maka kebutuhan akan zat gizi

lainnya seperti protein, vitamin, mineral juga sulit terpenuhi.


23

Menurut Khumaidi (1989) untuk menilai kecukupan konsumsi pangan

adalah dengan menilai kecukupan konsumsi energi dan protein. Pada umumnya

jika kecukupan energi dan protein sudah terpenuhi dan dikonsumsi dari

beragam jenis pangan, maka kecukupan zat gizi lainnya biasanya juga akan

terpenuhi.

Kekurangan satu zat gizi sering diikuti dengan kekurangan zat gizi lainnya

dan begitu pula dengan penyerapan dan metabolism zat gizi saling terkait antara

satu zat gizi dengan zat gizi lainnya. Rendahnya asupan energi dan protein

dapat menimbulkan masalah kurang energi dan protein (KEP). KEP dapat

menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Penyakit infeksi yang sering

terjadi pada penderita kurang gizi adalah penyakit saluran pernafasan dan

saluran pencernaan, penyakit ini dapat mengakibatkan gangguan dalam

penyerapan zat gizi makanan, salah satunya Fe, bila terdapat gangguan

penyerapan Fe, maka akan terdapat kemungkinan terjadinya Anemia.

Menurut Wirakusumah (1999) kekurangan konsumsi energi dapat

menyebabkan anemia, hal ini terjadi karena pemecahan protein tidak lagi

ditujukan untuk pembentukan sel darah merah dengan sendirinya menjadi

kurang. Pemecahan protein untuk energi dapat menyebabkan

ketidakseimbangan dalam tubuh.

Pengaruh asupan energi terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam

beberapa penelitian, yang mana remaja putri dengan asupan energi < 100 %

AKG memiliki resiko mengalami anemia 3,13 (Lestari, 1996), 3,2 (Safyanti,
24

2002), 6,962 (Kwatrin, 2007), 5,066 (Satyaningsih, 2007) kali lebih tinggi

dibandingkan remaja putri yang konsumsi energinya cukup.

4. Protein

Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai carrier

bagi transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut transferring yang

disintesa di dalam hati dan transferin akan membawa zat besi dalam darah

untuk digunakan pada sintesa hemoglobin. Dengan berkurangnya asupan

protein dalam makanan, sintesa transferring akan terganggu sehingga kadar

dalam darah akan turun. Rendahnya kadar transferring dapat menyebabkan

transportasi zat besi tidak dapat berjalan dengan baik, akibatnya kadar Hb akan

menurun (Hallberg, 1988).

Bridges (2008) menyatakan bahwa protein juga mempunyai peranan

penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya asupan protein

akan mengakibatkan transportasi zat besi terlambat sehingga akan terjadi

defisiensi zat besi, disamping itu makanan yang tinggi protein terutama berasal

dari daging, ikan dan unggas juga banyak mengandung zat besi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang asupan

proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih tinggi terkena anemia

dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup atau memenuhi

AKG. Safyanti (2002) mendapatkan hasil bahwa remaja putri yang asupan

proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih 5,3 kali terkena anemia

dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup, begitu juga dengan
25

penelitian Dadin (2006) mendapatkan hubungan bermakna antara asupan

protein dengan kejadian anemia dengan OR 5,06, penelitian Satyaningsih

(2007) dan Kwatrin (2007) juga mendapatkan hubungan signifikan antara

asupan protein dan anemia dengan masing-masing nilai OR nilai OR 4,255 dan

4,380.

2.6.2 Perilaku Makan dan Minum

1. Perilaku Sarapan Pagi

Makan/sarapan pagi yaitu : makanan yang dimakan sebelum beraktifitas,

yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Jumlah

yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari. Sedangkan menurut

Depkes (2001), sarapan adalah mengkonsumsi makanan yang dimakan pada

waktu pagi hari sebelum berangkat atau melakukan kegiatan disekolah.

Menurut Effendi (1993) dalam Afifah (2003), kebiasaan tidak makan pagi

antara lain dapat disebabkan karena tidak adanya nafsu makan, terbiasa tidak

makan pagi dan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukannya.

Selain itu, dapat juga disebabkan oleh hidangan yang kurang menarik seehingga

tidak dapat menimbulkan selera makan.

Kebiasaan makan pagi sangat penting bagi remaja karena dapat membantu

meningkatkan konsentrasi belajar siswi di sekolah, dimana dengan melakukan

makan pagi kadar gula darah akan meningkat karena lambung terisi kembali

setelah delapan sampai sepuluh jam kosong (Saidin, 1991).


26

Manfaat makan/sarapan pagi, yaitu : untuk memelihara ketahanan tubuh,

agar dapat bekerja atau belajar dengan baik, membantu memusatkan pikiran

untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran, membantu mencukupi

zat gizi. Akibat tidak makan pagi, yaitu : badan terasa lemah karena kekurangan

zat gizi yang diperlukan untuk tenaga, tidak dapat melakukan kegiatan atau

pekerjaan pagi hari dengan baik, anak sekolah tidak dapat berpikir dengan baik

dan malas, orang dewasa hasil kerjanya menurun.

Hasil analisa penelitian Chusniaty (2002) terdapat hubungan yang

signifikan antara kebiasaan sarapan pagi setiap hari dengan kejadian anemia,

yang mana remaja putri yang tidak mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap

hari memiliki resiko 3,421 kali menderita anemia dibandingkan dengan remaja

putri yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari. Berdasarkan

penelitian Permaesih (2005), didapatkan hasil bahwa remaja putri yang tidak

terbiasa sarapan pagi setiap hari memiliki resiko menderita anemia 1,6 kali

dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi

setiap hari. Penelitian Wijiastuti (2006) pada remaja putri Tsnawiyah Negeri

Cipondoh-Tangerang juga mendapatkan hubungan yang bermakna antara

sarapan pagi dengan kejadian anemia, yang mana remaja putri yang tidak

terbiasa sarapan pagi setiap hari memiliki resiko menderita anemia 4,88 kali

dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi

setiap hari.
27

2. Perilaku Minum Teh/Kopi

Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain

air putih, teh merupakan minuman paling banyak yang dikonsumsi manusia.

Rata-rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita (Besral,

dkk, 2007). Tannin yang merupakan polifenol dan terdapat dalam teh, kopi, dan

beberapa jenis sayuran dan buah menghambat absorbsi besi dengan cara

mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh

atau kopi waktu makan (Almatsier, 2001).

Menurut Morck, et al (1983) minum teh paling tidak sejam sebelum atau

setelah makan akan mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi 64

persen. Pengurangan daya serap akibat teh ini lebih tinggi daripada akibat sama

yang ditimbulkan oleh konsumsi segelas kopi usai makan. Kopi, mengurangi

daya serap hanya 39 persen. Pada teh, pengurangan daya serap zat besi itu

diakibatkan oleh zat tanin. Selain mengandung tanin, teh juga mengandung

beberapa zat, antara lain kafein, polifenol, albumin, dan vitamin. Tanin bisa

mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan terutama yang masuk

kategori heme non-iron, misalnya padi-padian, sayur-mayur, dan kacang-

kacangan.

Remaja putri yang memiliki kebiasaan minum teh/kopi > 1 gelas/hari

memiliki resiko 2,023 menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri

yang mengkonsumsi teh < 1 gelas/hari (Satyaningsih, 2007).


28

2.6.3 Kehilangan Darah

1. Penyakit Infeksi

Menurut Junadi (1995), penyebab langsung terjadinya anemia adalah

penyakit infeksi, yaitu cacingan, TBC, dan malaria. Menurut Husaini (1989),

anemia gizi dapat diperberat oleh investasi cacing tambang. cacing tambang

yang menempel pada dinding usus dan menghisap darah. Darah penderita

sebagian akan hilang karena gigitan dan hisapan cacing tambang. Setiap hari 1

ekor cacing dapat memakan darah 0,03 ml sampai 0,15 ml, sehingga untuk

menyebabkan anemia dierkirakan harus ada 2000 ekor cacing. Disamping

cacing tambang, cacing gelang secara langsung maupun tidak langsung juga

dapat menimbulkan kekurangan zat besi, karena berkurangnya nafsu makan dan

gangguan penyerapan karena memendeknya permukaan villi usus.

Berdasarkan penelitian Lestari (1996), remaja putri dengan investasi cacing

memiliki resiko 4.47 menjadi anemia dibandingkan responden yang tidak

terinvestasi cacing. Pada tahun 2006, penelitian Wijiastuti pada remaja putri di

Tsnawiyah Negeri Cipondoh-Tangerang mendapatkan hubungan yang

bermakna antara investasi cacing dengan kejadian anemia. Hal yang sama juga

didapatkan dari hasil penelitian oleh Kaur, et al di pedesaan Wardha, India

tahun 2006, remaja putri dengan investasi cacing memiliki resiko menderita

anemia 4,11 kali dibandingkan dengan remaja putri yang tidak memiliki

investasi cacing.
29

2. Menstruasi

Pengertian menstruasi (haid) adalah perdarahan secara periodik dan siklik

dari uterus disertai pelepasan (deskuamsi endometri) (Saifuddin, 1999).

Perdarahan haid terjadi secara ritmis mengikuti pola siklus yang normalnya

dalam satu siklus berkisar 25-31 hari (Hestiantoro, dkk, 2008). Siklus

menstruasi normal muncul satu kali dalam sebulan, karena itu dapat dikatakan

frekuensi atau siklus menstruasi perempuan usia reproduksi adalah satu kali

sebulan. Bila frekuensi menstruasi lebih dari satu kali sebulan sehingga siklus

kurang dari 25 hari disebut polimenore (Depkes RI, 1998).

Pola menstruasi dapat diukur berdasarkan jumlah darah, frekuensi

perdarahan, dan lama menstruasi. Biran (1990) menyatakan bahwa sangat sulit

mengukur jumlah darah menstruasi secara kuantitas. Bahkan seorang

wanitapun sulit untuk mengukur sendiri ataupun menyadari apakah aliran darah

menstruasi mereka abnormal. Sebagai patokannya, suatu perdarahan disebut

tidak normal jika perdarahan yang terjadi lebih dari enam hari dan pembalut

yang digunakan perperiode lebih dari 12 potong. Kehilangan zat besi di atas

rata-rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola menstruasi yang lebih

banyak dan waktunya lebih panjang.

Menurut Krummel (1996), usia menarche biasanya berkisar antara 10,5

15,5 tahun dan pergeseran usia menarche lebih dini akan mengakibatkan

pengeluaran zat besi melalui menstruasi menjadi lebih awal. Selain itu Biran

(1990) menyatakan bahwa pada remaja putri siklus haid biasanya akan
30

terbentuk dalam waktu 4-6 tahun sejak usia haid pertama dengan lamanya haid

pada setiap wanita juga bervariasi, biasanya berkisar 3-6 hari namun ada juga

hanya 1-2 hari dan diikuti dengan darah yang keluar sedikit-sedikit pada hari

berikutnya.

Masalah gangguan haid (haid abnormal), dan perdarahan yang menyerupai

haid pada interval siklus haid normal menurut Hestiantoro (2008)

dikelompokkan menjadi :

a. Ritme (irama) haid, dimana normalnya adalah 25-31 hari, sedangkan yang

abnormal seperti :

Haid terlalu sering dengan interval < 21 hari, yang disebut polimenorea.

Haid terlalu jarang dengan interval > 35 hari, yang disebut oligomenore.

Tidak terjadi haid, yang disebut amenore.

Perdarahan tidak teratur, dimana interval datangnya haid tidak tentu.

Perdarahan bercak (spotting ) yang terjadi prahaid, pertengahan siklus

dan pasca haid.

b. Banyaknya darah haid yang keluar, dimana normalnya ganti pembalut 2-5

kali/hari, abnormal jika :

Bila darah haid yang keluar terlalu banyak, disebut hipermenorea

dengan ganti pembalut > 6 kali perhari.

Bila darah haid yang keluar terlalu sedikit, disebut hipomeorea dengan

ganti pembalut < 2 kali perhari.

Perdarahan becak (spotting).


31

c. Lamanya darah haid yang keluar, dimana normalnya 2-5 hari, abnormal

jika:

Darah haid yang keluar > 6 hari, disebut menoragia.

Bila darah haid yang keluar < 2 hari, disebut brakimenorea.

d. Perdarahan bercak (spotting) prahaid, pertengahan siklus dan pasca haid.

Hasil penelitian Amaliah (2002) mendapatkan kejadian anemia lebih tinggi

(53,8 %) pada remaja putri dengan lama haid lebih dari 6 hari dibandingkan

dengan yang lama haidnya 3-6 hari. Satyaningsih (2007) mendapatkan hasil

penelitian bahwa remaja putri dengan frekuensi haid yang tidak normal

memiliki resiko 2,6 kali menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri

yang frekuensi haidnya normal. Hasil penelitian Gunatmaningsih (2007)

menunjukkan ada hubungan antara menstruasi dengan kejadaian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupatean Brebes (p=

0,015). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sedang mengalami

menstruasai mempunyai risiko 1,842 kali lebih besar untuk mengalami kejadian

anemia.

2.6.4 Sosial Ekonomi

1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan


32

seseorang (overt behavior). Pengalaman penelitian menyatakan ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih baik daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Lunandi (1984),

pengetahuan yang didapat oleh seseorang menyebabkan seseorang tersebut

memiliki keterampilan. Keterampilan serta material yang tersedia akan

mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku.

Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali

kandungan gizi makanan, sumber serta kegunaan zat gizi tersebut didalam

tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk

menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan agar struktur

pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang dalam pemilihan makanan dan selanjutnya

akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan (Irawati,

1992).

Kelompok remaja masih berada pada proses belajar sehingga lebih mudah

menyerap pengetahuan sebagai bekal di masa datang (Saraswati, 1997).

Penelitian Dadin (2006) menguatkan teori diatas, bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian pada remaja putri, yang

mana remaja putri dengan pengetahuan gizi rendah memiliki resiko 2,86 kali

menderita anemia dibandingkan dengan remja putri yang pengetahuan gizinya

baik. Pada tahun 2007, Satyaningsih juga mendapatkan hubungan bermakna

antara pengetahuan dan anemia, nilai OR yang didapat yaitu 2,857.


33

2. Pendidikan Orangtua

Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau

mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana

menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan

kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bila sakit dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Faktor pendidikan dapat mempengaruhi

status anemia seseorang sehubungan dengan pemilihan makanan yang

dikonsumsi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempengaruhi

pengetahuan dan informasi tentang gizi yang lebih baik dibandingkan seseorang

yang berpendidikan lebih rendah (Permaesih, 2005)

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat. Pendidikan

yang lebih tinggi memudahkan seseorang dalam menyerap informasi dan

mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khusunya

dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat

pendidikan wanita mempengaruhi derajat kesehatan (Atmarita, 2004).

Tingkat pendidikan ibu terutama dapat menentukan pengetahuan, sikap,

dan keterampilannya dalam menentukan makanan keluarga. Peranan ibu

biasanya peling banyak berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan

anak, karena ibulah yang mempersiapkan makanan mulai mengatur menu,

berbelanja, memasak, menyiapkan makanan, dan mendistribusikan makanan.

Pendidikan dan pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas hidangan

yang disajikan, pengetahuan gizi berkembang secara bermakna dengan sikap

positif terhadap perencanaan dan persiapan makanan. Semakin tinggi


34

pengetahuan gizi ibu, maka makin positif sikap ibu terhadap kualitas gizi

makanan, sehingga makin baik asupan gizi keluarga (Suhardjo, 1989).

Achmad Djaeni (1996) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu merupakan

modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam

menyusun makanan keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi

keluarga dengan tingkat pendidikan rendah dikhawatirkan akan lebih sulit

menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga tidak dapat

menambah pengetahuan dan tidak mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal diharapkan semakin tinggi pula

tingkat pendidikan kesehatannya, karena tingkat pendidikan kesehatan

merupakanbentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku kesehatan.

Menurut Sariningrum (1990), ada dua kemungkinan hubungan antara

tingkat pendidikan orangtua dan pola konsumsi makanan dalam keluarganya,

yaitu :

a. Tingkat pendidikan orangtua secara langsung dan tidak langsung

menentukan kondisi rumah tangga dimana kondisi rumah tangga sangat

mempengaruhi konsumsi keluarga.

b. Pendidikan istri, disamping merupakan modal utama dalam menunjang

perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan

keluarga.

Hasil penelitian analisis sekunder yang dilakukan oleh Basuki (1996) pada

remaja putri SMU di Kabupaten Bandung, diketahui bahwa kejadian anemia


35

lebih banyak terjadi pada responden yang mempunyai ibu dengan pendidikan

rendah (tidak tamat SD) yaitu 67,4 %, sedangkan responden dengan pendidikan

ibu yang tinggi (tamat SD) proporsi anemia hanya 32,6 %, maka dapat

dikatakan semakin tinggi pendidikan ibu, maka kejadian anemia akan semakin

rendah. Berdasarkan hasil uji statistik penelitian Gunatmaningsih (2007)

menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Brebes (p=0.040). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri yang mempunyai

ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki risiko 1,778 kali lebih besar

untuk mengalami kejadian anemia.

3. Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan, selain itu

juga lamanya waktu yang dipergunakan seseorang ibu untuk bekerja di dalam

dan di luar rumah, jarak tempat kerja dapat mempengaruhi makanan dalam

keluarganya (Khumaidi, 1989). Kunanto (1992) mengemukakan bahwa

orangtua dengan mata pencaharian tetap, sekalipun rendah jumlahnya tetapi

setidaknya memberikan jaminan sosial keluarga yang lebih aman jika

dibandingkan dengan pekerjaan tidak tetap dengan penghasilan tidak tetap.

4. Pendapatan Orangtua

Menurut Soekirman (1993) pola konsumsi pangan secara makro

berhubungan dengan hukum ekonomi, semakin meningat pendapatan keluarga


36

maka semakin beraneka ragam pola konsumsinya. Suhardjo (1989)

menyatakan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan

merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan.

apabila penghasilan meningkat, biasanya penyediaan lauk pauk yang bermutu

akan meningkat juga. Menurut Berg (1985) jumlah pengeluaran orangtua yang

mungkin diketahui secara pasti oleh si anak dicerminkan melalui uang saku

yang diberikan oleh orangtuanya.

Yayuk Farida, dkk (2004) yang menyatakan bahwa perubahan pendapatan

secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga.

Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan

dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan

pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas

pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan

tubuh akan zat gizi, salah satunya tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat

besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian anemia.

Berdasarkan penelitian Rani (2004), terdapat hubungan antara pendapatan

orangtua dengan kejadian anemia pada remaja putri, yang mana remaja putri

yang pendapatan orangtuanya rendah, memiliki resiko 2,729 kali menderita

anemia dibandingkan remaja putri yang pendapatan orantuanya tinggi.

Berdasarkan hasil uji statistik penelitian Gunatmaningsih (2007) menunjukkan

ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia di

SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,035). Hal ini

menunjukkan bahwa remaja putri dengan tingkat pendapatan keluarga yang


37

rendah memiliki risiko 1,707 kali lebih besar untuk mengalami kejadian

anemia.

2.6.5 Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu atau perwujudan dari zat gizi dalam bentuk variabel tertentu. Indeks Massa

Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi

(Supariasa, 2002). Menurut Riyadi (2003), IMT merupakan indeks berat badan

seseorang dalam hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan

membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi dalam satuan

meter kuadrat. Status gizi penduduk umur 10-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT

yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Rujukan untuk menentukan kurus,

apabila nilai IMT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nilai rerata, dan berat badan

lebih jika nilai IMT lebih dari 2 SD nilai rerata standar WHO 2007. Standar

penentuan kurus dan berat badan lebih menurut nilai rerata IMT untuk perempuan

umur 10-14 tahun dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini.

Tabel 2.5
Standar Penentuan Status Gizi Perempuan Umur 10-14 Tahun
Umur (Tahun) Rerata IMT -2 SD +2 SD

10 16,6 13,5 22,6

11 17,3 13,9 23,7

12 18,0 14,4 24,9

13 18,8 14,9 26,2


38

Umur (Tahun) Rerata IMT -2 SD +2 SD

14 19,6 15,5 27,3

WHO (2007) dalam Depkes (2008)

Menurut Thompson (2007) dalam Arumsari (2008), status gizi mempunyai

korelasi positif dengan konsentrasi Hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi

seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya. Berdasarkan penelitian Permaesih

(2005), ditemukan hubungan yang bermakna antara IMT anemia, yang mana remaja

putri dengan IMT tergolong kurus memiliki resiko 1,4 kali menderita anemia

dibandingkan remaja putri dengan IMT normal. Berdasarkan hasil uji statistik

penelitian Gunatmaningsih (2007) menunjukkan ada hubungan antara status gizi

dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,

Kabupaten Brebes (p= 0,002). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan status

gizi tidak normal mempunyai risiko 2,175 kali lebih besar untuk mengalami kejadian

anemia.

2.7 Metode Recall 24 jam

Metode ini adalah metode wawancara, dimana pewawancara menanyakan apa

yang telah dikonsumsi oleh responden. Biasanya dipergunakan recall tiga kali

berturut-turut, yaitu menanyakan semua makanan yang telah dikonsumsi responden

selama tiga hari berturut-turut yang baru lalu (Sediaoetama, 2006). Prinsip dari

metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal penting yang perlu diketahui
39

adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung bersifat kualititaif.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitaif, maka jumlah konsumsi makanan

individu ditanyakan secara teliti menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dan

lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. (Supariasa, 2002)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa

berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan makanan zat gizi lebih optimal

dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur, 1997

dalam Supariasa 2002). Adapun langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah :

petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan

minuman yang dikonsumsi respoden dalam ukuran rumah tangga selam kurun waktu

24 jam. Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran gram. Kemudian

petugas menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM), setelah itu membandingkan dengan Daftar

Kecukupan Gizi yang dianjurkan atau Angka Kecukupan Gizi Indonesia.

Berdasarkan Buku Pedoman Gizi Puskesmas (Depkes RI, 1992) dalam

Supariasa (2002), klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat, dengan cut of

points masing-masing sebagai berikut.

Baik : > 100 % AKG

Sedang : 80-90 % AKG

Kurang : 70-80 %

Defisit : < 70 % AKG


40

2.8 Kerangka Teori

Berdasaran telaah kepustakaan dari berbagai sumber, kerangka teori dapat

dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia

Asupan Zat Gizi

- Zat besi
Perilaku Makan/Minum
- Energi
- Perilaku sarapan pagi
- Protein
Perilaku minum teh/kopi
- Vitamin C

ANEMIA Status Gizi

Kehilangan Darah Sosial Ekonomi

- Infeksi - Pendapatan ayah/ibu

- Investasi cacing - Pendidikan ayah/ibu

- Investasi parasit - Pekerjaan ayah/ibu

Sumber : Husaini (1989), Junadi (1995), Permaesih (2005), Satyaningsih (2007).


41

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini disusun berdasarkan pada teori Husaini

(1989) mengenai penyebab tidak langsung terjadinya anemia gizi besi, yang terdiri

dari ketersediaan Fe dalam bahan makanan rendah (asupan zat gizi), praktek

pemberian makanan kurang baik, sosial ekonomi rendah (pengetahuan dan

karakteristik orang tua), komposisi makanan kurang beragam, terdapat zat-zat

penghambat absorpsi (kebiasaan minum teh/kopi), pertumbuhan fisik, kehamilan dan

menyusui, perdarahan khronis, parasit, infeksi, pelayanan kesehatan rendah. Faktor

parasit dan infeksi tidak diteliti dalam penelitian ini karena lokasi penelitian bukan

merupakan daerah endemik malaria maupun kecacingan. Dalam penelitian Permaesih

(2005) disebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara anemia dan

status gizi. Sedangkan untuk variabel kebiasaan minum teh, sarapan, dan menstruasi

diteliti berdasarkan hasil penelitian Satyaningsih (2007), yang mana menunjukkan

hubungan bermakna antara faktor-faktor tersebut dengan anemia.

3.2 Definisi Istilah

3.2.1 Anemia

Anemia didefinisikan suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih

rendah dari keadaan normal (WHO, 2001). Untuk mendapatkan nilai Hb, dilakukan
42

pemeriksaan darah siswi dengan metode Cyanmetehmoglobin. Disamping

pemeriksaan darah, juga dilakukan pemeriksaan klinis dengan melihat gejala yang

diderita melalui FGD dan wawancara mendalam. Gejala anemia menurut Arisman

(2004) biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar,

dan sesak nafas. sedangkan menurut Depkes (1998) dan Supariasa (2002),

gejala/tanda-tanda anemia antara lain 5 L (lelah, lesu, lemah, letih, lalai), bibir

tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung meningkat, susah buang air

besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing, mudah mengantuk.

3.2.2 Asupan Zat Gizi

Asupan zat gizi adalah tingkat kecukupan bahan makanan yang dikonsumsi

dalam 24 jam terakhir dilihat dari total zat gizi dibandingkan dengan AKG, Baik jika

> 100 % AKG, sedang 80-90 % AKG, kurang 70-80 %, dan defisit jika < 70 % AKG

(Supariasa, 2002). Untuk mengetahui kecukupan asupan zat gizi dibandingkan

dengan AKG siswi, maka dilakukan recall 24 jam dengan menggunakan formulir

recall 24 jam yang dilakukan dengan wawancara mendalam. Disamping wawancara

mendalam juga dilakukan observasi secara aktif. Adapun zat gizi yang dinilai yaitu

Fe, Vitamin C, Energi, dan Protein. Untuk membandingkan informasi dari siswi,

maka dilakukan juga wawancara mendalam kepada orangtua siswi.

3.2.3 Perilaku Sarapan Pagi

Makan/sarapan pagi yaitu : makanan yang dimakan sebelum beraktifitas, yang

terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. jumlah yang

dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari. Dilakukan dengan cara FGD dan
43

kepada siswi, dan juga wawancara mendalam kepada orangtua untuk

membandingkan jawaban siswi tersebut, dengan menanyakan frekuensi, jenis,

jumlah, dan alasan makan pagi. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui perilaku

sarapan pagi siswi.

3.2.4 Perilaku Minum Teh/Kopi

Perilaku minum teh/kopi meliputi seberapa banyak dan seberapa sering

informan mengkonsumsi teh/kopi dalam sehari. Untuk mengetahui perilaku minum

teh/kopi dilakukan dengan wawancara mendalam. Adapun informasi yang ingin

ditanyakan mengenai jumlah dan frekuensi, serta alasan diminumnya teh/kopi oleh

informan.

3.2.5 Menstruasi

Pengertian menstruasi (haid) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus disertai pelepasan (deskuamsi endometri) (Saifuddin, 1999). Dalam penelitian

ini, peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai menarche, frekuensi menstruasi,

lama hari, dan jumlah pembalut yang digunakan oleh siswi dengan cara FGD dan

wawancara mendalam.

3.2.6 Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan mengenai definisi anemia, gejala, penyebab, dampak/akibat, dan


44

makanan sumber zat gizi. Dilakukan dengan dua metode, yaitu FGD dan wawancara

mendalam.

3.2.7 Karakteristik Orangtua

Dalam penelitian ini, karakteristik orangtua terdiri dari pendidikan, pekerjaan,

dan pendapatan. Pendidikan orangtua yaitu jenjang pendidikan terakhir yang dilalui

oleh orangtua siswi. Pekerjaan adalah yang dilakukan oleh orangtua untuk menambah

penghasilan guna mencukupi kebutuhan keluarga (Apriadji, 1986). Pendapatan yaitu

penghasilan yang diterima keluarga setiap bulan. Untuk variabel karakteristik

orangtua, akan dilakukan wawancara mendalam secara langsung kepada orangtua

siswi.

3.2.8 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau

perwujudan dari zat gizi dalam bentuk variabel tertentu. Indeks Massa Tubuh

merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi (Supariasa, 2002).

Variabel status gizi dilakukan dengan cara pengukuran langsung berat badan dan

tinggi badan informan dengan menggunakan timbangan berat badan dan microtoa.
45

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu sejenis penelitian

formatif yang secara khusus memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau

informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang. Penelitian ini

memungkinkan kita mendapatkan hal-hal tersirat (insight) mengenai sikap,

kepercayaan, motivasi, dan perilaku target populasi (Kresno, 2000). Disamping

menggunakan metode kualitatif, penelitian ini juga didukung dengan data kuantitatif

untuk variabel status gizi dan asupan zat gizi.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 18, yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Bogor Timur, Kota Bogor. Waktu penelitian pada bulan Oktober tahun

2009 sampai bulan Febuari 2010.

4.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling (non probability) yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan

sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan


46

menggunakan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy).

Adapun pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan berdasarkan hasil penjaringan

kadar Hb siswi kelas I di SMPN 18 yang dilakukan pada bulan Agustus oleh Petugas

Puskesmas Bogor Timur. Adapun kriteria informan yaitu siswi yang memiliki kadar

Hb terendah dibawah 11,0 gr/dl dibandingkan dengan siswi lainnya dan bersedia

menjadi informan penelitian untuk dilakukan FGD, wawancara, maupun observasi.

Mengacu pada prinsip tersebut maka sumber informasi atau informan dalam

penelitian ini terbagi dua, yaitu :

1. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah siswi/remaja putri SMPN 18

Bogor, yang mana 12 siswi akan dilakukan FGD, dari hasil FGD, dilakukan

wawancara mendalam terhadap tiga orang siswi yang jawabannya dianggap

signifikan, yaitu memiliki jawaban yang berbeda dari jawaban informan lain.

Disamping itu, juga dilakukan wawancara mendalam terhadap tiga orang siswi

berbeda yang dipilih sebagai pembanding agar informasi yang dikumpulkan lebih

beragam. Selain siswi, orangtua siswi juga merupakan informan utama dalam

penelitian ini, yaitu sebanyak enam orang.

2. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini berjumlah dua belas orang, yaitu

enam orang teman dekat dan enam orangtua dari informan utama yang mengikuti

wawancara mendalam sebelumnya untuk mendapatkan kebenaran mengenai

informasi yang diberikan oleh infroman utama


47

Untuk lebih jelasnya, daftar informan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut ini :

Tabel 4.1
Daftar Informan Penelitian

Informan Metode Jumlah

Wawancara Mendalam 6 orang

Siswi Observasi 6 orang

FGD 2 kali @ 6 orang

Orangtua Wawancara Mendalam 6 orang

Teman Wawancara Mendalam 6 orang

4.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (Moleong,

2000). Namun, untuk memperoleh data yang dibutuhkan dibantu dengan instrumen

lain berupa pedoman wawancara mendalam, pedoman FGD, lembar observasi,

timbangan berat badan serta alat pengukur tinggi badan (microtoa). Disamping itu,

untuk mendapatkan kejelasan dan keakuratan instrumentasi, juga digunakan alat

pencatat dan alat perekam suara.

4.5 Metode Pengumpulan Data

4.5.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang dimanfaatkan peneliti adalah :


48

1. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

informan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara

mendalam, hasil FGD yang dipandu/dilaksanakan langsung oleh peneliti,

serta hasil observasi. Disamping itu, juga dikumpulkan data kuantitatif

berupa hasil penimbangan berat badan dan hasil pengukuran tinggi badan

siswi yang dilakukan secara langsung.

2. Data sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari

informan, seperti laporan tahunan puskesmas, profil sekolah, serta data

siswi.

4.5.2 Cara dan Alat Pengumpulan Data

Informasi yang diperoleh dari Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

direkam dengan menggunakan tape recorder dan hal-hal penting yang diucapkan

oleh informan dicatat oleh peneliti. Untuk observasi, peneliti melihat bagaimana

perilaku makan siswi baik dirumah maupun disekolah dan didokumentasikan dalam

bentuk gambar. Sedangkan data kuantitatif untuk variabel anemia dilakukan dengan

pemeriksaan Hb dan variabel status gizi dilakukan dengan melakukan penimbangan

berat badan dan pengukuran tinggi badan.

4.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa teknik, yaitu :


49

1. Wawancara Mendalam (WM)

Wawancara mendalam dilakukan terhadap enam orang siswi, enam orang

teman dekat dan enam orangtua siswi. Wawancara terhadap siswi sebagai

informan utama dilakukan di sekolah dan juga di rumah informan.

Wawancara terhadap orangtua dilakukan di rumah informan, dan terhadap

teman dekat wawancara dilakukan di sekolah.

2. FGD

FGD dilakukan pada 12 orang siswi, FGD dilakukan dua kali yang masing-

masing melibatkan enam orang siswi. Beberapa hari sebelum FGD

dilaksanakan, peneliti mengumpulkan seluruh informan utama untuk

menjelaskan gambaran umum mengenai penelitian dan FGD sekaligus

mengundang para informan untuk hadir pada pelaksanaan FGD yang akan

dilaksanakan. Dalam mengumpulkan seluruh informan, peneliti memperoleh

bantuan dari Pembina PMR di SMPN 18 Kota Bogor. FGD pertama

dilaksanakan di UKS (Unit Kesehatan Sekolah)/ruang PMR. Pada saat FGD

pertama suasana kurang kondusif karena ruang PMR berada dekat lapangan

sekolah, dan di lapangan tersebut sedang dilakukan pertandingan basket,

sehingga membuat hasil rekaman menjadi tidak begitu jelas. Dari kondisi

tersbut, maka peneliti merubah tempat untuk pelaksanaan FGD kedua yaitu di

Musholla yang berada di luar sekolah, di Musholla tersebut kondisinya lebih

kondusif karena suasananya yang tenang dibandingkan dengan ruang UKS

sebelumnya.
50

3. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi aktif terhadap enam orang

informan utama yang telah mengikuti wawancara mendalam. Informan

mengetahui keberadaan peneliti untuk meliha perilaku sarapan pagi, minum

the, serta perilaku jajan siswi tersebut tanpa diintervensi oleh peneliti.

Observasi untuk mengetahui perilaku sarapan pagi dan minum the dilakukan

di rumah informan. Sedangkan untuk observasi perilaku jajan dilakukan di

sekolah.

Untuk lebih jelasnya, teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut ini :

Tabel 4.2
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Data Informan
FGD WM Observasi Kuantitatif
Anemia : kadar Hb dalam darah dan gejala
Siswi
yang dialami.
Asupan zat gizi : bagaimana asupan energi,
Siswi
protein, Fe dan Vitamin C dibandingkan -
Orangtua
dengan AKG.
Perilaku sarapan pagi : frekuensi dan jenis Siswi
-
makanan yang dimakan saat sarapan. Orangtua
Perilaku minum the/kopi : frekuensi dan Siswi
-
jumlah the/kopi Orangtua
Kehilangan darah (menstruasi) : lama hari
- - Siswi
menstruasi, lama hari darah keluar banyak,
51

pemakaian pembalut.
Teknik Pengumpulan Data
Data Informan
FGD WM Observasi Kuantitatif
Pengetahuan : definisi, gejala, dan dampak
Siswi
anemia, makanan mengandung Fe, zat _ -
penghambat dan peningkat absorpsi Fe.
Karakteristik ortu : pekerjaan, pendapatan,
- - Orangtua
pendidikan orangtua siswi
Status Gizi : IMT siswi dibandingkan baku
mutu yang berlaku dan sikap terhadap - - - Siswi
status gizi.
Perilaku jajan : jenis makanan yang biasa
Siswi
dimakan selama informan berada di -
Teman
sekolah.

4.6 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari seluruh informan melalui

wawancara mendalam, FGD dan observasi.

2. Semua data yang telah terkumpul kemudian dibuat transkrip hasil

wawancara yaitu membuat catatan hasil wawancara seperti apa adanya.

3. Data yang telah disusun dalam bentuk transkrip data selanjutnya

dikategorisasi dalam bentuk matriks.

4. Selanjutnya dilakukan analisis data dan interpretasi data secara kualitatif

dan membandingkannya dengan teori yang ada.


52

4.7 Pengecekan Validitas/Keabsahan Data

Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit, karena itu

perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data, dalam penelitian kualitatif

menggunakan triangulasi, yaitu :

1. Triangulasi sumber, menggunakan fakta dari siswa, teman sebaya, dan

orangtua siswi yang menjadi informan.

2. Triangulasi metode, menggunakan tiga metode, yaitu wawancara mendalam

dan FGD dan observasi.

Tujuan validasi data dengan menggunakan sumber informan dan metode yang

beragam diharapkan mendapatkan analisis yang tepat, akurat, dan terpercaya. Untuk

lebih jelas mengenai validitas data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3
Validitas Data
Triangulasi Triangulasi Metode
Sumber Wawancara Observasi FGD
Mendalam
Siswi
Orangtua - -
Teman - -
53

4.8 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi yaitu

suatu teknik mengumpulkan atau menghimpun data dan kemudian dilakukan analisa

terhadap isi naskah atau hasil data yang diperoleh tersebut (Neuman, 2000). Hasil

penelitian yang telah dikelompokkan berdasarkan variabel kemudian dibandingkan

dengan teori-teori yang ada di tinjauan pustaka.

4.9 Penyajian Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dengan menggunakan

matriks hasil wawancara dengan informan yang telah dilakukan.


54

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum SMP Negeri 18 Kota Bogor

5.1.1 Sejarah SMPN 18

SMPN 18 dibentuk pada pada tahun 2001, berdasarkan keputusan dari

Pemerintah Kota Bogor untuk melakukan penambahan Sekolah Menengah Pertama

Negeri di wilayah Kota Bogor. Pada dua tahun pertama setelah dibentuk, bangunan

sekolah masih dalam tahap pembangunan, sehingga kegiatan belajar-mengajar siswa

SMPN 18 masih menginduk di SMPN 3. Setelah bangunan sekolah selesai pada

tahun 2003, kegiatan belajar mengajar mulai dilaksanakan di bangunan baru SMPN

18 hingga saat ini.

5.1.2 Visi dan Misi SMPN 18

1. Visi SMPN 18

Visi SMPN 18 adalah terdidik, beriman, dan berbudaya serta professional

dalam layanan pendidikan.

2. Misi SMPN 18

Misi SMPN 18, terdiri dari :

a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga

budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.


55

b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secra efektif, sethingga setiap

siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang

dimiliki.

c. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh

warga sekolah.

d. Mendorong dan membantu setiap siswa mengenali potnsi dirinya,

sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal.

e. Meningkatkan kinerja sluruh personil sekolah hingga tercapainya

pelayanan yang baik terhadap masyarakat.

f. Mewujudkan lingkungan yang bersih dan indah.

5.1.3 Profil SMPN 18

SMPN 18 merupakan satu-satunya SMP negeri yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Bogor Timur. Jika dilihat dari nilai rata-rata Ujian Nasional Tahun ajaran

2008/2009, SMPN 18 berada di peringkat 11 dibandingkan dengan 18 SMP Negeri

yang berada di kota Bogor. SMPN 18 terletak di Jl. Jatiluhur Komplek Baranangsiang

Indah Blok H.4 Kelurahan Katulampa Bogor Timur. Berdasarkan profil sekolah pada

tahun 2008/2009, jumlah keseluruhan siswa SMPN 18 Kota Bogor adalah 1021

orang, yang mana kelas VII terdiri dari sembilan rombongan belajar, kelas VIII terdiri

dari 8 rombongan belajar, dan kelas IX terdiri dari tujuh rombongan belajar. Untuk

data siswa berdasarkan jeis kelamin, dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.
56

Tabel 5.1
Data Siswa SMPN 18 Kota Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun Ajaran 2009/2010
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah Keseluruhan
L P L P L P L P
183 190 178 151 170 149 531 490
Sumber : Profil SMPN 18 Kota Bogor

5.2 Gambaran Umum Informan


5.2.1 Informan Utama
Dalam penelitian ini, terdapat lima belas siswi yang menjadi informan utama.

Lima belas siswi yang menjadi informan utama merupakan siswi yang berdasarkan

pemeriksaan kadar Hb memiliki Hb antara 8-11 gr/dl. FGD dilakukan dua kali, yang

mana masing-masing FGD terdiri dari enam orang informan, sehingga jumlah

informan peserta FGD adalah dua belas siswi. Sedangkan untuk wawancara

mendalam dilakukan terhadap enam informan, yang mana tiga informan merupakan

siswi lain yang tidak mengikuti FGD, satu orang merupakan informan peserta FGD

pertama, dan dua orang lain merupakan informan peserta FGD kedua. Gambaran

umum informan peserta FGD pertama dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini :

Tabel 5.2
Gambaran Umum Informan Utama
Peserta FGD Pertama
No. Nama Siswi Kelas Umur
1. Nf VII-I 13 Tahun
2. Sp VII-I 12 Tahun
3. Is VII-C 12 Tahun
4. Ssa VII-H 14 Tahun
5. Rs VII-D 12 Tahun
6. Ta VII-H 12 Tahun
57

Sedangkan untuk gambaran umum informan peserta FGD kedua dapat dilihat

pada tabel 5.3 di bawah ini :

Tabel 5.3
Gambaran Umum Informan Utama
Peserta FGD Kedua
No. Nama Siswi Kelas Umur
1. Sn VII-I 12 Tahun
2. Di VII-H 13 Tahun
3. Ss VII-G 13 Tahun
4. Sa VII-G 12 Tahun
5. Ms VII-D 12 Tahun
6. Hs VII-A 12 Tahun

Untuk informan yang dilakukan wawancara mendalam adalah Ssa informan

dari FGD pertama dan Sn serta Ms yang merupakan informan dari FGD kedua. Ssa

dipilih untuk wawancara mendalam karena pada saat FGD pertama didapatkan

informasi mengenai perilaku jajan Ssa selama di sekolah sangat berbeda dengan

teman-teman lainnya, ia tidak pernah jajan di sekolah. Begitu pula dengan Sn dan Ms,

mereka dipilih untuk wawancara mendalam karena informasi yang mereka berikan

berbeda dengan empat informan lainnya saat FGD kedua. Sn menyatakan bahwa

setiap hari di rumahnya selalu tersedia sayur, dan setiap hari Ms membawa bekal ke

sekolah. Informasi yang berbeda dari Ssa, Sn, dan Ms membuat peneliti tertarik untuk

melakukan wawancara mendalam terhadap mereka. Sedangkan tiga informan lainnya

dipilih berdasarkan kadar Hb mereka yang paling rendah diantara siswi lainnya, dapat

dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini :


58

Tabel 5.4
Gambaran Umum Informan Utama
Peserta Wawancara Mendalam
No. Nama Siswi Kelas Umur
1. Nfc VII-A 13 Tahun
2. In VII-G 13 Tahun
3. Aa VII-G 13 Tahun

Dari lima belas informan, dua orang merupakan siswi kelas VII-A, satu orang

kelas VII-C, dua orang kelas VII-D, empat orang kelas VII-G, tiga orang kelas VII-H,

dan tiga orang kelas VII-I. Sedangkan berdasarkan umur, delapan informan berumur

12 tahun, enam orang berumur 13 tahun, dan hanya satu orang yang berumur 14

tahun.

5.2.2 Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah keluarga dan teman dekat

informan utama, yang masing-masing terdiri dari enam orang, sehingga jumlah

informan pendukung keseluruhan dua belas orang. Gambaran umum informan

pendukung dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini :

Tabel 5.5
Gambaran Umum
Informan Pendukung
No. Informan Keluarga Hubungan Umur Teman Kelas Umur
utama dekat
1. Ssa En Ibu 43 Tahun Po VII-H 13 Tahun
2. Sn Nh Ibu 44 Tahun Fb VII-I 13 Tahun
3. Ms Ir Ibu 50 Tahun Krn VII-D 12 Tahun
4. Nfc Aap Ibu 37 Tahun Ds VII-A 12 Tahun
5. In Ww Bibi 38 Tahun Sa VII-G 13 Tahun
6. Aa Yn Ibu 40 Tahun Sv VII-G 13 Tahun
59

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa, sebagian besar informan pendukung

(keluarga) merupakan ibu dari informan utama, hanya satu informan pendukung yang

merupakan bibi dari informan utama, hal ini dikarenakan ibu dari informan utama

sudah meninggal dan dengan bibinya informan utama tinggal dan dirawat. Umur

informan pendukung (keluarga) bervariasi, antara 37 tahun sampai 50 tahun.

Sedangkan untuk umur teman dekat informan utama, sebagian besar berumur 13

tahun.

5.3 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi gambaran kejadian anemia pada remaja putri di

SMPN 18 Kota Bogor, yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur dan

gambaran hal-hal yang berkaitan dengan kejadian anemia pada remaja putri tersebut.

Gambaran hal-hal yang berkaitan dengan kejadian anemia pada remaja putri di

SMPN 18 Kota Bogor meliputi gambaran asupan zat gizi siswi, perilaku sarapan

pagi, perilaku minum teh/kopi, menstruasi, pengetahuan gizi, karakteristik orang tua,

dan status gizi.

5.3.1 Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

1. Kadar Hb

Anemia adalah suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari

keadaan normal (WHO, 2001). Adapun untuk remaja usia 12-14 tahun, kadar Hb

dalam darah yang normal adalah 12 gr/dl. Maka, jika seseorang memiliki kadar Hb

kurang dari 12 gr/dl, maka orang tersebut dikatakan anemia. Informan utama dalam
60

penelitian ini dipilih berdasarkan hasil penjaringan kadar Hb pada siswi kelas VII di

SMPN 18 Kota Bogor. Pemeriksaan kadar Hb dilakukan oleh pihak Puskesmas

Bogor Timur. Seluruh informan utama memiliki kadar Hb dibawah 12 gr/dl. Dari

lima belas informan yang diteliti, hanya tiga orang yang memiliki kadar Hb dibawah

10 gr/dl, 12 orang lainnya memiliki kadar Hb 10-11 gr/dl. Hasil pemeriksaan Hb ini

menunjukkan bahwa seluruh informan menderita anemia yang tergolong anemia

sedang. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat pada tabel 5.6 di bawah ini :

Tabel 5.6
Kadar Hb Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor
Sebagai Informan Utama
No. Nama Siswi Kadar Hb (gr/dl)
1. Nf 10,6
2. Sp 10,5
3. Is 9,2
4. Ssa 10,1
5. Rs 10,6
6. Ta 10,3
7. Sn 10,6
8. Di 10,6
9. Ss 10,5
10. Sa 10,6
11. Ms 10,8
12. Hs 10,5
13. Nfc 8,7
14. In 10,3
15. Aa 9,5

Disamping kadar Hb, penelitian ini juga mencakup informasi mengenai keluhan

gejala anemia yang dirasakan informan untuk mengambarkan kejadian anemia. Untuk

mendapatkan gambaran keluhan atau gejala yang dirasakan informan, peneliti


61

melakukannya dengan cara FGD, wawancara mendalam, dan observasi. Keluhan atau

gejala anemia yang digambarkan meliputi 5L (lelah, letih, lesu, lemas, lunglai),

pusing, mudah mengantuk, dan susah buang air besar. Sedangkan gejala pucat di

bibir, kuku, dan kelopak mata bagian bawah dilakukan dengan cara observasi

langsung.

2. 5L (Letih, lesu, lemas, lelah, lunglai)

Hanya sebagian kecil informan penelitian yang merasakan 5L. Nf, Rs, dan Ta

merasakan gejala 5L sejak kelas enam SD, hanya Nfc yang merasakannya sejak

masuk SMP. Nf menyatakan bahwa ia selalu merasa ingin tidur, Rs mengatakan

lemas dan malas gerak, dari penjelasan Ta diketahui bahwa selain lemas, ia juga

sering merasa cepat letih. Sama seperti Rs, Nfc juga mengatakan bahwa ia merasa

sangat malas bergerak ataupun beraktivitas, dan sering merasa letih. Is pernah

merasakan ketika kelas enam, namun ketika peneliti melakukan probing seperti apa

gejala yang ia rasakan, Is mengatakan bahwa ia hanya pusing, namun jika dilihat dari

fisknya, Is terlihat memiliki gejala 5L dan hal ini didukung dari penjesalan yang

diberikan oleh gurunya. Selain dari jawaban para informan, peneliti juga melihat dari

fisik, hanya Nf, Rs, Ta, Is dan Nfc yang terlihat lesu, lunglai, dan tidak bersemangat.

Sebagian besar informan lain menyatakan jarang merasa 5L. Sp hanya merasa lemas

jika ia merasa pusing ketika belajar pelajaran yang ia anggap sangat susah, Ssa

mengatakan, hanya merasa letih jika pulang sekolah dan tidak pernah merasa lemas.

Sn, Ss, dan Sa merasakan 5L jika mereka sedang sakit, dan kurang tidur. Di merasa

5L jika melakukan banyak kegiatan, Ms tidak jauh berbeda dengan Di yang merasa
62

5L setelah melakukan kegiatan yang melelahkan, dan Hs merasa 5L menjelang

menstruasi. Berikut kutipan jawaban dari informan :

dari dulu.. kelas enam..ampe sekarang..bawaannya pengen tidur.. (Nf)

semenjak masuk SMP ga sih..kadang-kadang kalo lagi pusing lemes


doang gitu..lagi belajar..belajar matematika tuh, susah banget.. (Sp)

iya, waktu kelas enam ga sih. itu Cuma agak-agak pusing aja. (Is)

pas waktu SMPkalo lagi di kelas ya, ngerasa suka lemes.. sekarang mah
kayaknya, enggak deh..jarang kalo sekarang..kalo misalnya kecapean, gitu..kalo
misalnya pulang sekolah, kan pulang sore, kadang suka capek gitu..enggak sih
kalo lemes mah.. (Ssa)

iya, dari kelas enam sampe sekaranglemes aja..iya, males gerak.. (Rs)

iya, dari ikutan MOScepet capek..lemes gitu.. (Ta)

pernah..eee,,kemaren-kemaren..sering..sebelum dikasih obat..masih SMP, baru


masuk..sekarang mah udah enggak..pas..sebelum ini..sebelum ujian..(Sn)

jarang sih..jarang banget...kalo misalnya udah kecapean banget..baru kerasa


gitu (Ms)

sukakalo itu..kalo lagi sakit perut..mauuuuudapet.. (Hs)

sering banget.. capek..udah gitu tu males gerak banget.. dari SMP.. (Nfc)

enggak..paling kalo abis latihan..latihan basket..kan ikutan ekskul basket di


sekolah.. (In)

pernah.. kalo udah..maen gitu..maen aja.enggak..gak pernah... (Aa)

Dari seluruh informan, hanya sebagian kecil yang memiliki keluhan 5L, hal ini

juga terlihat dari fisik mereka yang terlihat lesu dan lunglai serta tidak bersemangat.

Disamping itu, juga didukung dari penjelasan guru yang memperhatikan informan

selama berada di sekolah. Sebagian besar informan lainnya mengatakan jarang dan

hanya merasa 5L dalam keadaan tertentu yang lazim juga dirasakan oleh orang yang
63

tidak anemia. 5L yang dirasakan oleh sebagian kecil informan merupakan salah satu

gejala anemia.

3. Gejala Pusing

Nf merasa pusing ketika berdiri setelah jongkok. Ia, Rs, dan Ta mengatakan

merasa pusing saat bangun dari tidur, Ssa dan Sp mengatakan bahwa merasa pusing

ketika bangun dari tidur maupun jongkok. Ms hanya merasa pusing jika ia sedang

sakit. Dari Nfc didapatkan informasi bahwa ia sering merasa pusing ketika belajar,

jika sedang mengerjakan tugas, ia merasa pusing dan kepalanya sangat sakit, selain

itu ia juga merasa pusing jika bangun dari tidur, merasa gelap ketika bangun. Di, Ss,

Sa, Hs, In dan Aa tidak pernah merasa pusing. Berikut kutipannya :

iya, abis jongkok, terus berdiri jadi pusing.. (Nf)

suka kalo abis tidur, terus bangun..sama kalo lama jongkoknya (Sp)

abis tiduran suka pusingkalo bangun.. (Is)

ssa mah, kalo abis tidur terus bangun suka pusing gitu..iya..sama juga kalo
abis jongkok mah.. (Ssa)

samapusing kalo abis tiduran (Rs)

kalo abis tiduran gitu ya, suka pusing (Ta)

dari masuk SMP (Sn)

enggak..gak pernah..pusing kalo sakit doang..dirawat.. (Ms)

suka..kalo lagi bingung belajar.. yaa..kalo lagi ngerjain sesuatu pasti pusing..
enggak..pertama tuh..gimana ya?merasa gak enak badannya..udah gitu langsung
pusing..pusingnya tuh bukan pusing biasa..ininya tuh kayak yang sakit banget
gitu.. kalo lagi belajar sering..kayak ngeleyeng-ngeleyeng gitu kak.. dari SD
sih.. kelas enam.. waktu itu sih gak tau..engak sih kalo gak lagi dapet suka kayak
gitu.. heeh..bangun suka kayak ngeleyeng-ngeleyeng,puyeng gitu.. langsung
kayak gelap gitu.. sering.. (Nfc)
64

Hanya satu informan yang merasa pusing ketika belajar, sebagian besar informan

jarang merasakan pusing, tiga informan merasa pusing ketika berdiri dari jongkok,

tiga informan merasa pusing ketika bangun dari tidur, dan dua lainnya merasa pusing

baik pada saat berdiri setelah jongkok, maupun bangun setelah tidur. Pusing

merupakan salah satu tanda seseorang anemia, dalam penelitian ini, pusing yang

dirasakan informan adalah ketika belajar, berdiri setelah jongkok, ataupun ketika

bangun setelah tidur.

4. Mudah mengantuk

Seluruh informan pernah merasa mengantuk saat mengikuti pelajaran di kelas. Nf

mengatakan kadang-kadang merasa ingin tidur jika guru sedang menjelaskan, dan

biasanya pada pelajaran kedua, sekitar jam tiga sore, hal yang sama juga dirasakan

oleh Sp, selain merasa mengantuk saat guru menjelaskan, ia juga kadang-kadang

merasa mengantuk saat sedang mengerjakan tugas. Ssa mengatakan bahwa merasa

mengantuk jika pelajaran sulit dimengerti. Rs mengatakan merasa mengantuk

sebelum istirahat, itupun hanya kadang-kadang, sedangkan Ta mengatakan hanya

merasa mengantuk jika tidurnya kurang. Berdasarkan penjelasan dari Sn dan Sa

diketahui bahwa mereka mengantuk ketika guru menjelaskan pelajaran. Ms

mengatakan bahwa ia merasa mengantuk setelah jam istirahat, hal ini menurutnya

wajar karena sekolah siang, dan tergantung jam tidur yang ia jalani pada pagi harinya.

Hanya Di yang menyatakan jarang merasa mengantuk. Dari tiga informan lain yang

diwawancara mendalam, diketahui bahwa Nfc merasa mengantuk jika guru sedang

menjelaskan pelajaran yang ia tidak sukai, biasanya sekitar jam setengah tiga, ia
65

merasa mengantuk karena pada saat SD sering tidur siang. In mengatakan bahwa ia

sering merasa mengantuk karena sekolah siang, setelah jam istirahat. Sedangkan Aa

menyatakan bahwa ia mengantuk pada saat guru menjelaskan pelajaran di papan tulis,

biasanya pelajaran IPS, ia merasa mengantuk karena teman-teman lainnya juga

merasa mengantuk.Kutipan jawaban dari informan adalah sebagai berikut :

kadang-kadangbawaannya, mau tiduuur ajakalo lagi nerangin, pelajaran


kedua.. (Nf)

pas pelajaran kedua lah...jam tigaan..kadang-kadang guru lagi nerangin,


kadang-kadang lagi ngerjain tugas..gak setiap hari lah.. (Sp)

sama, kalo di kelas suka pengen tidur gitukadang-kadang juga kak.. (Is)

itu kalo misalnya pelajaran yang ga dimengertienggak sih.. ngantuk kalo di


sekolah..kan kalo pelajaran gak dimengerti..kimia ama fisika..matematika
juga..jam pertama kalo gak jam kedua..tapi biasanya jam pertama sih..jam
satuan..soalnya kan kalo jam kedua kan itu..istirahat dulu, kan ambil
wudhu..jadinya itu, gak ngantuk lagi.. (Ssa)

Cuma kadang-kadang aja, sebelum istirahat.. (Rs)

enggak sih.. kalo tidurnya kurang aja.. (Ta)

suka.. kalo..guru lagi nerangin.. (Sn)

jarang kak (Di)

suka ngantuk.. (Ss)

suka..kalo guru lagi nerangin.. (Sa)

sukaapalagi sekolah siangpas istirahat yaaaabis istirahat kan mau


pelajarantengah-tengahnya.. iya, istirahat gitu, pas mau belajarnya..pas
belajarnya agak-agak lumayan, tapi Cuma sebentar..tergantung juga
sih..tidurnya..jam enam suka tidur lagi (Ms)

suka..kalo misalnya pelajarannya ngebetein gitu..pelajaran gak disukain..


langsung..aduh males.. langsung pengen tidur gitu.. paling kalo lagi nerangin
aja sih, suka nguap kayak gitu.. jarang sih.. disekolah pas..pas pelajaran kedua..
jam setengah tigaan..soalnya waktu SD suka tidur siang.. (Nfc)
66

suka, kan sekolah siang.. paling tuh..pas mau..pas abis istirahat aja.. sering..
(In)

suka, paslagi nerangin gitu... nerangin..gimana tu..lagi nerangin di papan


tulis gitu..suka ngantuk aja.. pelajaran IPS.. lagi nerangin gurunya..anak-anak
juga pada ngantuk.. (Aa)

Dari jawaban seluruh informan, diketahui bahwa mereka mengantuk pada saat di

sekolah, karena sekolah siang dan sebagian besar pada saat guru menjelaskan

pelajaran, sebagian informan lainnya menyatakan bahwa mengatuk karena pelajaran

sulit dimengerti ataupun pelajaran yang tidak disukai, serta karena teman-teman

mereka yang juga mengantuk. Namun dari hasil observasi, hanya sebagian kecil yang

sering terlihat mengantuk, yaitu Sa, Ss, dan Di. Hasil observasi ini juga didukung

oleh penjelasan guru mereka yang membenarkan bahwa mereka sering terlihat

mengantuk selama mengikuti pelajaran di kelas. Salah satu gejala anemia selain 5L

dan pusing adalah mudah mengantuk, dan gejala ini dirasakan oleh sebagian kecil

informan penelitian saat berada di sekolah dan ketika guru menjelaskan pelajaran.

5. Lidah

Dari seluruh informan didapatkan informasi bahwa lidah mereka kasar. Berikut

kutipannya :

iya, kasar.. (Nf)

Kasar apa licin ya..tunggu kak..kasar kok.. (Sp)

kasar ya, gak licin.. (Ssa)

sama kak..kasar juga.. (Rs)

saya kasar kak.. (Hs)


67

iya, kasar juga.. (Ms)

emang kenapa kak? Kasar sih.. (Nfc)

kasar..enggak..gak licin.. (In)

Lidah yang kasar juga merupakan salah satu tanda atau gejala anemia. Namun

gejala anemia ini tidak ditemukan pada semua informan. Walaupun seluruh informan

menyatakan bahwa lidah mereka kasar, namun gejala 5L, pusing, dan mudah

mengantuk, serta hasil pemeriksaan Hb sudah menguatkan bahwa para informan

menderita anemia.

6. Buang Air Besar (BAB)

Seluruh informan diketahui tidak memiliki kesulitan buang air besar (BAB),

karena sebagian besar menyatakan hampir setiap hari BAB. Ssa mengatakan bahwa

ia BAB setiap hari jika perutnya mulas, terutama jika ia makan pedas. Sn menyatakan

BAB setiap dua hari sekali waktunya tidak tentu, namun paling sering sesudah

sarapan, Di setiap bangun tidur, Ss sehari sekali paling sering pagi, sekitar jam tujuh,

sedangkan Ms setiap pagi setelah sarapan, Hs sering sekali sehari, namun pernah juga

dua kali sehari, waktunya tidak tentu. In mengatakan bahwa paling sering BAB dua

hari sekali, sedangkan Aa menjawab kadang-kadang sekali sehari, kadang juga tidak

BAB dalam sehari, namun paling sering sehari sekali. Berikut kutipannya :

setiap pagisetiap hari..kadang-kadang malem (Nf)

ga tentu, tergantung sakit perut gitu iya, setiap hari kalo pagi
bisatergantung sakit perut aja (Sp)

kalo lagi sakit perutnyasetiap hari (Is)


68

gimana kalo maunya ajasama, setiap hari.. kalo perutnya mules aja,
gituapalagi kalo makan pedes, langsung aja gitu.. (Ssa)

ga tentubiasanya pagi.. (Rs)

iya, sama..suka ga tentu setiap hari.. (Ta)

dua hari sekali kak..kadang tiga kali sehari..paling sering yang dua kali..gak
tentu..pagi-pagi, sesudah sarapan.. (Sn)

setiap hari, bangun tidur.. (Di)

sekali..gak tentu..paling sering pagi, jam tujuan.. (Ss)

gak tentu juga kak..tergantung kalo perutnya sakit..baru gitu.. (Sa)

enggak..dua hari sekali..kadang tiga kali sehari..paling sering yang dua


kali..gak tentu..pagi-pagi, sesudah sarapan.. (Sn)

pagi kak.. biasanya..abis sarapantergantung..kayak tadi gitu..tadi pagi


kan..paling sering pagi gitu, BAB..udah gitu, kalo paginya enggak, siangnya tuh
suka, tapi kan kalo di sini jorok, tahan aja. (Ms)

sehari sekali, kadang dua kali..sekali..gak tentu juga kak.. (Hs) sekali..
enggak juga.. yaa..paling..lebih sering dua hari sekali.. (In)

kadang satu..kadang enggak.. sering..satu hari sekali..emm..jam berapa ya?


Eee.. Gak tentu.. (Aa)

Sebagian besar informan BAB setiap hari sekali, hanya dua informan yang

menyatakan BAB dua hari sekali. Salah satu gejala anemia adalah kesulitan BAB,

namun dari jawaban para informan diketahui bahwa seluruhnya tidak memiliki

kesulitan BAB, walaupun begitu gejala lain tetap dirasakan oleh para informan yang

menandakan bahwa mereka anemia, seperti 5L, pusing, dan mudah mengantuk.

7. Pucat

Gejala/tanda pucat dilihat dari bibir, kuku, dan kelopak mata. Nf, Is, Ta, Sn, dan

Ss terlihat pucat pada bibir, kuku, dan kelopak mata. Sp, Rs, dan Nfc terlihat pucat
69

pada bibir dan kelopak mata. Ssa, Hs, Ms, In, dan Aa hanya terlihat pucat pada

kelopak mata, sedangkan Di dan Sa terlihat pucat hanya pada bibir. Untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini :

Tabel 5.7
Hasil Pengamatan Langsung
Gejala/Tanda Anemia Pada Informan Utama
No. Nama Informan Kuku Bibir Kelopak Mata
1. Nf + + +
2. Sp - + +
3. Is + + +
4. Ssa - - +
5. Rs - + +
6. Ta + + +
7. Sn + + +
8. Di - + -
9. Ss + + +
10. Sa - + -
11. Ms - - +
12. Hs - - +
13. Nfc - + +
14. In - - +
15. Aa - - +

Keterangan :
( + ) : pucat
( ) : tidak pucat

Sebagian besar kelopak mata dan bibir informan terlihat pucat, sebagian kecil yang

terlihat pucat kukunya. Hanya lima orang informan yang bagian kuku, bibir, dan

kelopak matanya terlihat pucat. Bibir, kuku, dan kelopak mata yang pucat pada
70

informan merupakan salah satu gejala atau tanda fisik bahwa mereka menderita

anemia.

5L, pusing, mudah mengantuk, lidah licin, sulit BAB, dan pucat pada kuku, bibir

serta kelopak mata merupakan beberapa gejala atau tanda fisik anemia. Disamping

hasil dari pemeriksaan kadar Hb yang dibawah 12 gr/dl, beberapa gejala yang

dirasakan oleh informan seperti 5L, pusing, mudah mengantuk, dan pucat pada kuku,

bibir serta kelopak mata menandakan bahwa mereka menderita anemia.

5.3.2 Gambaran Perilaku Sarapan Pagi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota

Bogor

Untuk menggambarkan perilaku sarapan pagi informan, informasi meliputi

seberapa sering informan sarapan, waktunya, dan makanan yang dimakan saat

sarapan. Seluruh informan terbiasa melakukan sarapan pagi setiap hari, dan sebagian

besar sarapan sebelum berangkat sekolah. Nf sarapan sekitar jam delapan, Is dan Rs

sarapan jam enam pagi, namun Is hanya kadang-kadang, jika tidak sarapan jam enam,

maka Is sarapan sekitar jam sepuluh, sama dengan Ssa sarapan jika merasa lapar, jika

hari sekolah ia makan sebelum berangkat sekolah, sekitar jam sepuluh. Sp dan Ta

menyatakan sarapan sekitar jam sembilan. Untuk makanan yang dimakan saat

sarapan, Nf dan Rs lebih sering makan nasi goreng yang dimasak oleh ibu mereka, Sp

lebih sering sarapan mie, Is menyatakan makan nasi dengan telur mata sapi, Ssa

makan nasi dengan lauk seadanya, biasanya ikan, sayur ataupun keduanya yang

sarapan juga sekitar jam sepuluh, sedangkan Ta lebih sering makan roti. Sn dan Ss
71

sarapan setiap hari sekitar jam sepuluh, Di dan Sa sarapan sekitar jam Sembilan, Ms

sarapan antara jam 05.30 sampai sekitar jam 08.35, sedangkan Hs antara jam tujuh

atau jam delapan. Makanan yang Sn makan pada saat sarapan adalah nasi dengan

lauk, seperti ikan, telur, tahu, ataupun tempe. Selain makan nasi Sn juga sering jajan

makanan ringan sebelum berangkat sekolah. Di kadang-kadang makan nasi, kadang-

kadang makan mie, dengan lauk biasanya adalah telur dadar. Sama halnya dengan Di,

Ss juga sarapan nasi dengan telur, Sa lebih sering sarapan roti dibandingkan mie, Ms

makan nasi dengan lauk yang dimasak hari sebelumnya, atau dengan ayam goreng,

chicken nugget, dada ayam fillet, kadang-kadang nasi goreng dengan telur mata sapi,

nasi uduk, roti tawar dengan meises, atau bubur ayam, sedangkan Hs kadang-kadang

makan nasi atau bubur. Nfc sarapan nasi dengan lauk dan sayur seperti ayam dan

sayur sop sekitar jam delapan sampai jam sembilan, selain nasi beserta lauk dan

sayur, Nfc juga kadang-kadang makan mie ataupun roti, minumnya teh manis, namun

tidak sering, kadang-kadang air putih. In mengatakan bahwa ia sarapan jika merasa

lapar, kadang makan nasi uduk, nasi dengan lauknya seperti telur, beli bakso, atau

masak mie instan, jika ada maka In makan roti tawar isi keju dan meises dan minum

susu, disamping makanan tersebut, In juga makan makanan ringan seperti biskuit atau

kue pancong. Aa sarapan antara jam delapan sampai jam setengah sepuluh, sekitar

empat hari dalam seminggu. Makanan yang dimakan oleh Aa pada saat sarapan

biasanya nasi dengan telur, mie instan, nasi goreng. Berikut ini adalah kutipan dari

jawaban informan.

sarapan jam delapankadang makan nasi, nasi goreng, ama telor, ama
gorengan, gitu aja..mie jarang..paling sering nasi goreng.. (Nf)
72

kalo sarapan, sakit perut kakmakan sih, tapi siang, jam sembilanan..pasti,
makan emi, nasi, sama telor udah..paling sering mie.. (Sp)

sama kak, tapi kadang-kadang sakit perut, kadang-kadang enggakkadang sih


sarapan.. nasi..telur ceplok..kalo jam enam sih, kadang tiga hari..kalo mau
berangkat sekolah, jam sepuluh (Is)

udah biasamakannya jam sepuluhan..seadanya aja, apa yang ada di rumah


gitu.. nasi..seadanya aja..iya, setiap hari, sebelum berangkat.. (Ssa)

sarapanjam enam..nasi goreng.. (Rs)

gak biasa sarapan kakpaling makan roti aja jam Sembilan, kadang
nasi..minum susu, jam sepuluh sebelum berangkat sekolah.. (Ta)

setiap hari nasi..sama..yang dimasak bunda..jam sepuluhan.. iya, kadang jam


setengah delapan, kadang jam sepuluh..yang jam sepuluh..nasi..makan pake
ikan, kadang pake sayur..suka..kalo ngemil sering..jajanan, makanan ringan
gitu.. (Sn)

kadang nasi..kadang mie..pake telor dadar..sebelum berangkat sekolah, jam


Sembilan.. (Di)

sering..iya..nasi..paling telor.. jam sepuluh.. (Ss)

kadang-kadang..mie atau gak roti..seringan roti..jam sembilanan gitu.. (Sa)

setiap hari..karna kan disuruh mamah kalo, emmmdisuruh mamah kalo mau,
eeeepagi itu sebelum berangkat kemana-mana tuh suruh makan dulu biar
kuatbiar gak lemes makan nasiseringnya ayam goreng..jam setengah
delapan atau jam setengah Sembilanan.. (Ms)

sukamakan nasiiya..kalo gak bubur..kadang jam tujuh, kadang jam


delapan..(Hs)

pasti.. jam delapan sampe jam Sembilan.. makan nasi.. paginya tuh..maksudnya
tuh makanannya tuh gak kayak nasi goreng gitu..bukan ya kayak sayur sop
sama ayam kak..minum teh manis.. enggak juga, kadang-kadang air putih..
enggak..kadang-kadang suka mie.. (Nfc)

jarang.. kalo sekolah siang, iya.. gak tentu.. kalo lagi laper aja makan.. nyari
makanan..ngemil aja.. jajan jajanan anak kecil aja..pancong.. pernah, tapi
jarang.. eee apa yang ada.. emmm.kadang bikin telor, kadang beli bakso,
kadang bikin emi.. (In)
73

kadang jam delapan, kadang jam Sembilan.. makan nasi..telor dadar..mau


sendiri.. makan mie. jam setengah sepuluh.. heeh.. telor, mie, pake nasi.. kadang
makan, kadang enggak.. empat hari.. (Aa)

Ibu En yang merupakan ibu dari Ssa memberikan keterangan yang sama dengan

jawaban Ssa, beliau mengatakan bahwa, sebelum berangkat sekolah Ssa biasanya

makan nasi dengan lauk ikan asin. Begitu juga dengan penjelasan Sn yang sesuai

dengan penjelasan Ibu Nh yang merupakan ibu dari Sn, diketahui bahwa Sn benar

sarapan sekitar jam sepuluh, makan nasi dengan lauk pauk atau sayur yang dimasak

ibunya, lauknya paling sering telur mata sapi ataupun ikan. Selain makan nasi

diketahui juga bahwa Sn beli wafer ataupun makanan ringan di warung. Jawaban Ms

juga didukung oleh hasil wawancara peneliti kepada ibunya, Ibu Ir mengatakan

bahwa Ms setiap pagi selalu sarapan dengan menu yang bervariasai, yaitu nasi

dengan lauk yang dimasak hari sebelumnya, atau dengan ayam goreng, chicken

nugget, dada ayam fillet, kadang-kadang nasi goreng dengan telur mata sapi, nasi

uduk, roti tawar dengan meises, atau bubur ayam. Dari seluruh makanan tersebut, Ms

paling suka Nasi goreng. Disamping itu, sebelum Ms berangkat sekolah, ia juga

minum susu dan teh, yang selalu disediakan oleh pembantunya atas permintaan Ibu

Ir. Tidak jauh berbeda dengan jawaban Nfc, dari Ibu Aap diketahui bahwa Nfc selalu

sarapan setiap hari, makanan yang dimakan kadang-kadang nasi goreng, mie instan,

atau roti, atau makan nasi jika Ibu Aap telah selesai masak. Ibu Ww yang merupakan

wali dari In mengatakan bahwa In setiap hari selalu sarapan, namun jam sarapan In

tidak tentu, tergantung kalau In merasa lapar. Kalau bangun tidur In merasa lapar,

maka ia langsung makan, jika tidak lapar, maka In makan sebelum berangkat sekolah,
74

sekaligus makan siang. Hal ini sama dengan jawaban yang diberikan In pada saat

wawancara mendalam. Makanan yang dimakan saat sarapan oleh In bervariasi,

kadang nasi uduk yang dibelikan oleh Ibu Ww, nasi dengan telur, kadang hanya

minum susu saja, atau jika ada roti, maka In makan roti tawar dengan keju dan

meises. Ibu Yn yang merupakan ibu dari Aa mengatakan bahwa saat sarapan Aa

kadang-kadang makan nasi dengan telur, bihun dan tempe goreng tepung yang Ibu

Yn beli di warung. Berikut kutipan dari Ibu En, Ibu Nh, Ibu Aap, Ibu Ww, dan Ibu

Yn .

iya..ada yang sarapan, ada yang enggak.. Ssa juga gitu, kalo mau..sarapan,
kalo enggak, ya enggak.. kan pagi kalo mau berangkat sekolah makan dulu, kan
sekolahnya berangkatnya jam sebelas..suka makan dulu kalo mau sekolah
mah..makan nasi.. ikan asin lah.. (Ibu En)

Yang ibu masak..sayur itu aja..yaaikan, tahu..begitu aja..kadang minta


ceplok telor pake kecap dia mah..paling dua kali..tiga kali.. Iya..sebelum
sekolah.jam sepuluhan lah..ibu yang ngebilangin..kalo ibu gak ngebilangin dia
mah mungkin sampe sore lagi gak makan..suka, ada pernah minta..tapi jarang
kali..kadang ibu mah beliin donat..iya neng..dia mah suka jajan tuh, apa
namanya..wafer, makanan ringan gitu dia mah.. (Ibu Nh)

Ada roti, kadang mie instan, kadang nasi goreng..paling sering nasi goreng,
pake telor..didadar..dadar dua, bagi empat..kalo ada sosis, pake sosis.. Nfc apa
aja sih..indomie..enggak sih, sekarang udah jarang sih..seminggu paling dua
kali....jam enem udah sarapan dia, kalo sekolah pagi..sekolah siang..bangunnya
jam lapan..makannya jam sepuluh..kalo Nfc pasti makan sih..iya, kalo sayanya
udah masak, ya dia makan nasi... (Ibu Aap)

sarapan..kan sekolah..gitu..Ya, gak tentu sih..kalo lagi dia, kalo lagi udah
laper, bangun tidur dia langsung makan..kalo belum laper, ya..nanti mau
berangkat sekolah..sekaligus makan siang, diparet..jam sebelas dia berangkat
sekolah..Ya, kadang ada nasi uduk beli..di sini kan suka ada yang jualan..paling
untuk anak-anak aja.. kadang nasi pake telor, kadang cumin minum susu aja..ya,
kalo lagi gak sempet, susu sama roti..itu juga kalo lagi ada rotinya..gitu..roti
beli..tawar..kan kalo In sukanya harus pake keju segala..seneng keju gitu dia
mah..roti pake keju pake meses.. mie juga kadang bikin pagi.. (Ibu Ww)
75

Iya..Itu aja, sama tempe aja..sama tempe.. tempe yang digoreng.. kadang-
kadang telor aja..gitu..kalo Aa gak suka makan pagi mah..suka beliin bihun..
bihun yang pake sambel, tapi, emmm..pake itu.. tempe.. Kadang-kadang suka
beli tempe yang mateng..gitu..kan ada di warung.. (Ibu Yn)

Beberapa gambar didapatkan peneliti dalam menggambarkan sarapan pagi

informan dapat dilihat pada gambar 5.1, 5.2, dan 5.3 di bawah ini.

Gambar 5.1 Contoh Menu Sarapan Pagi Ssa

Gambar 5.2 Contoh Menu Sarapan Pagi Sn


76

Gambar 5.3 Contoh Menu Sarapan Pagi Aa

Dari informan utama, informan pendukung, hasil observasi serta hasil recall,

diketahui bahwa seluruh informan terbiasa sarapan pagi setiap hari, sebelum mereka

berangkat ke sekolah. Makanan yang dimakan informan pada saat sarapan sangat

bervariasi, antara lain nasi dengan telur, ikan, ayam, tempe ataupun tahu. Selain nasi

dengan lauknya, nasi goreng, roti, bihun, dan mie instan juga merupakan makanan

yang dikonsumsi oleh informan pada saat sarapan. Sebagian besar informan lebih

sering sarapan nasi dengan telur, mie instan, ataupun nasi goreng. Walaupun seluruh

informan sarapan pagi setiap hari sebelum mereka berangkat ke sekolah, keadaan ini

tidak membuat mereka terhindar dari anemia.

5.3.3 Gambaran Perilaku Minum Teh/Kopi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota

Bogor

Perilaku minum teh informan digambarkan melalui informasi yang mencakup

frekuensi minum teh, waktu minum teh, dan jumlah teh yang dikonsumsi. Nf

mengatakan bahwa minum teh pagi sebelum sarapan, atau malam setelah makan,

sedangkan Sp hampir setiap hari minum teh saat pulang sekolah setelah makan, Is

dan Rs minum teh pagi hari setelah sarapan, Ssa jarang minum teh, karena jarang
77

tersedia teh di rumah, sedangkan Ta yang minum teh ketika bangun tidur. Hs

menyatakan bahwa biasa minum teh dengan susu. Sn menyatakan bahwa ia minum

teh empat hari dalam seminggu, namun lebih sering teh saja, tidak dicampur susu,

waktunya adalah malam hari setelah makan. Di menyatakan jarang minum teh. Sn,

Ss, Ms, dan Hs minum teh setelah makan, sedangkan Sa berbeda dengan mereka, ia

justru minum teh sebelum makan. Nfc minum teh setiap pagi setelah sarapan dan juga

malam, seminggu Nfc minum teh sebanyak lima kali. In menyatakan bahwa ia

minum teh sekali atau dua kali dalam sehari setelah makan, siang, ataupun malam. Aa

memiliki kebiasaan minum teh empat hari dalam seminggu, waktunya setiap pagi

sekitar jam tujuh, selain pagi, Aa juga pernah minum teh malam hari setelah makan.

Berikut ini adalah kutipan jawaban dari setiap informan.

sukakadang malem, kadang pagi..sebelum makan..jam tujuh..kalo malem jam


delapanan..setelah makan.. (Nf)

kadang-kadang itu juga..sore..emmmpulang sekolah..enam hari ada..makan


dulu, baru minum teh.. (Sp)

abis makan pagi baru minum tehseminggu..dibikinin.. (Ia)

kalo misalnya ada, diminum, kalo enggak, ya enggak kalo misalnya mau
aja biasanya pagi kalo misalnya ada tehnya, baru bikin..enggak
sih..jaranggimana adanya aja..gimana kalo mau minum aja gitu... (Ssa)

minum tehnya abis makan pagi yang jam enam (Rs)

setiap hari..bangun tidur, jam enam..bikin sendiri.. (Ta)

emmmsusu dicampur teh enggak, malemabis makan aja.. kalo malem,


baru suka..teh aja..empat kali.. (Sn)

susukadang-kadang sama air putihteh enggak jarang (Di)

suka..iya..di rumah..setelah makan..pagi (Ss)

suka..suka minum teh emmmmcuman sekalipagisebelum makan.. (Sa)


78

iyakarna emang suka dibikinin sama mamah iya..kan misalnya abis


makan..abis minum teh biasanya minum air mineraludah gituemmmkata
mamah suruh minum teh maniskan udah disiapin (Ms)

teh sama susuminum juga..air putihpagi abis sarapan (Hs)

bangun tidur, trus minum air putih segelas kecil..udah gitu saya dikasih makan,
trus saya makanudah makan trus minum teh manis.. pas udah makan, baru
minum teh manis.. segelas gede, tapi Cuma setengahnya.. malem.. paling kalo
lagi nonton tv kayak gitu.. enggak sih..enggak begitu..cumannya yaa suka aja
minummaksudnya yaa..kalo lagi mood aja..yaaa..bisa sampe tiga kali..lima
kali..kopi gak pernah.. (Nfc)

pernah, kalo lagi mau bikin.. bikin sendiri.. malem, suka..kalo ada
itu..sodara..itu tetangga kan masih..suka maen, jadi..teh In pengen teh manis, ya
udah bikin..gitu.. emmmbanyak sih..sehari paling sekali, tapi..kadang enggak..
abis makan gitu langsung aja.. enak..enak aja.. (In)

eee, minum teh.. jam tujuan.. bikin sendiri.. jarang.. empat hari.. pengen aja..
(Aa)

Ibu En yang merupakan Ibu dari Ssa mengatakan bahwa di rumahnya memang

jarang sekali tersedia teh, beli teh jika ayah Ssa ingin minum teh. Ibu Nh yang

mengatakan bahwa Sn hampir setiap hari minum teh pada malam hari. Ibu Ir juga

mnyampaikan hal yang sama dengan jawaban Ms, yaitu Ms setiap pagi selalu minum

teh. Kebiasaan minum teh Nfc juga diketahui dari penjelasan Ibu Aap. Ibu Ww juga

membenarkan bahwa In memiliki kebiasaan minum teh dua kali dalam sehari, namun

lebih sering beli teh dalam kemasan gelas. Kebiasaan minum teh In sudah ada sejak

In berumur tiga tahun. Jika di luar rumah, In juga lebih sering minta dibelikan teh

daripada air mineral. Yang disampaikan oleh Aa, sesuai dengan jawaban Ibu Yn.

Berikut ini adalah kutipan jawaban Ibu En, Ibu Nh, Ibu Ir, Ibu Aap, Ibu Ww, dan Ibu

Yn.
79

Enggak sih..air putih aja..kali-kali kalo misalnya ada.. Disini mah enggak..iya,
kalo bapak mau air teh..baru, kalo beli mah.. (Ibu En)

iyaenteh mah hampir tiap malem..ibu suka bikinin..tapi kadang-kadang juga


bikin sendiri sih.. (Ibu Nh)

kalo teh iya..kopi enggak..disini kopi gak laku..tiap pagi kan disiapin susu, teh,
sama air putih..teh kan buat tambah tenaga, air putih buat ginjalnya dia, kalo
susu buat energi..iya, tiap hari tuh begitu (Ibu Ir)

Ada..tiap pagi minum teh..teh anget..kalo pagi tante bikinin.. pas mau..paling
berapa..sekali..dua kali sama malem..paling nebeng..nebeng tapi ngabisin..
(Ibu Aap)

Kalo teh mah, kadang bikin sih, tapi gak ini..gak sering..gak setiap hari
lah..gitu..teh dalam kemasan gelas merek x, teh dalam kemasan botol merek
y, sering..setiap hari teh dalam kemasan gelas merek x mah minum..dua
kali.. Paling dia dari kecil sih, ini..seneng teh manis..dari umur tiga taun..kalo
dia minta aja, mah pengen teh manis..kalo dia gak minta, gak saya
kasih..makanya kalo kemana-mana kan, aer abis, beli teh dalam kemasan kotak
aja mah, beli teh dalam kemasan botol merek y.. (Ibu Ww)

Iya..heeh.. kalo Aa mah suka mau teh, gitu..iya..pagi jam tujuh, barengan
makan bihun sama tempe.. Heeh..bu enteh atuh ane mah..gitu nyak..bilangnya
gitu..heeh terserah deh..ulah seeur teuing gulana..jangan banyak-banyak
gulana, gitu..secukupnya saja..kan mau manis.. Segelas sendiri.. Tapi, ibunya
yang bikin, kan takut panas airnya, gitu..takut kena tangan..maklum lah, kalo
masih kecil, suka ibu aja yang ngerjain... (Ibu Yn)

Sebagian besar informan memiliki kebiasaan minum teh minimal sekali dalam

sehari setelah makan, namun tidak ada satu informanpun yang memiliki kebiasaan

minum kopi. Sebagian besar minum teh pada pagi hari, namun sebagian kecil lainnya

juga memiliki kebiasaan minum teh siang dan malam hari. Dua informan memiliki

kebiasaan minum teh dalam kemasan gelas yang mereka beli di warung dekat rumah.

Karena sebagian besar informan memiliki kebiasaan minum teh minimal sekali dalam

sehari setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, menyebabkan

penyerapan zat besi dari makanan tersebut terhambat oleh zat tannin yang terkandung
80

dalam teh. Penyerapan zat besi yang tidak sempurna inilah yang menyebabkan zat

besi yang masuk dalam tubuh tidak sesuai dengan zat besi yang dibutuhkan oleh

tubuh, hal inilah yang menyebabkan para informan menderita anemia.

5.3.4 Gambaran Pola Menstruasi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Untuk mendapatkan gambaran pola menstruasi informan, penelitian ini

mencakup informasi mengenai lama hari menstruasi dan lama hari saat darah keluar

banyak.

Dari seluruh informan informan, sebagian besar sudah mengalami menstruasi.

Lama hari menstruasi dari tujuh informan sangat bervariasi, antara empat sampai

sepuluh hari. Nf, Di, Sa menjawab tujuh hari atau seminggu, Ssa delapan hari, Ta

antara empat sampai enam hari, dan Hs mempunyai lam hari menstruasi terpanjang,

yaitu tujuh sampai sepuluh hari. Lama hari selama satu siklus menstruasi pada Nfc

lima sampai delapan hari, In hanya lima hari. Berikut kutipannya:

biasanya tujuh, kak.. (Nf)

saya sih delapan (Ssa)

emm..suka empat hari kalo gak enam hari.. (Ta)

seminggu.. (Di)

paling seminggu (Sa)

suka seminggupaling lama sepuluh hari (Hs)

lima hari paling dikit..kalo lama..paling seminggu lebih sehari.. (Nfc)

paling banyak seminggulima hari sih..lima hari doang.. (In)


81

Lama hari menstruasi yang dijalani informan sangat bervariasi, antara empat

sampai sepuluh hari, namun sebagian besarnya menstruasi selama tujuh hari atau

seminggu. Menstruasi yang dialami informan dikatakan tidak normal karena lebih

dari enam hari.

Lama hari saat darah keluar terbanyak adalah antara satu sampai empat hari. Nf

dan Hs menjawab dua sampai tiga hari, Ssa tiga hari, Ta satu sampai dua hari, begitu

juga dengan Sa, darah keluar terbanyak adalah dua hari, hanya Di yang menyatakan

jika sedang menstruasi tiga sampai empat hari pertama, merupakan hari dimana darah

haid keluar lebih banyak dibandingkan hari-hari sesudahnya. Nfc dan In untuk

pertanyaan lama hari saat darah keluar lebih banyak adalah empat hari pada Nfc dan

tiga hari pada In. Berikut ini kutipan dari jawaban para informan :

eeekadang dua hari, kadang tiga hari.. (Nf)

yang banyak mah biasanya hari pertama sampe hari ketiga (Ssa)

satu sampai dua (Ta)

kalo banyak itu pertama dapetpaling empat hari..kalo gak tiga hari (Di)

sama kayak Hs.. paling banyak dua hari (Sa)

pas pertama-pertama tiga atau gak dua hari.. (Hs)

yaaa..empat.. (Nfc)

tiga..(In)

Menstruasi yang tidak normal menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

pengeluaran darah pada informan, meningkatnya darah yang keluar selama

menstruasi meupakan salah satu yang penyebab informan menderita anemia.


82

5.3.5 Gambaran Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota

Bogor

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran pengetahuan siswi,

terdapat beberapa informasi meliputi; saat pertama kali mendengar istilah anemia,

definisi anemia, cara mendeteksi anemia, gejala anemia, penyebab dari anemia,

akibat yang ditimbulkan jika seseorang menderita anemia, cara mencegah ataupun

mengobati anemia, manfaat dan sumber zat besi, manfaat dan sumber vitamin C,

tablet tambah darah.

1. Pertama Kali Mendengar Istilah Anemia

Nf dan Rs mengetahui istilah anemia dari buku IPA SD Sp, Ms, Nfc, dan In

mengetahui dari televisi, Ssa dari pembina PMR saat SMP, dan Ta mengetahui dari

saudara. Sn, Di, dan Aa mengetahui saat mereka SD kelas enam, dari guru dan

teman-temannya, dan Hs mengetahui dari petugas puskesmas. Ss dan Sa belum

pernah mendengar anemia sebelumnya. Berikut ini adalah kutipan dari jawaban

informan :

buku IPA kelas lima.. (Nf)

pernah.. di tipi waktuuuuudah lamaSMPkayaknya mah pas baru


masuk, gitu.. (Sp)

taunya di bukubuku bahasa Indonesiaeee..kelas enam (Ia)

semenjak dikasih obat dari sekolah (Ssa)

dari bukubuku IPA..empat SD.. (Rs)

tau dari orangsodarakan dia eeee pernah..ini anemia (Ta)


83

pernah waktu udah lama kelas enam SD dari orang-orang.. dari temen-
temen yang di SD..eee..cerita-cerita aja..gak tau, lupa lagi. (Sn)

enggak..eee..pernah sihwaktu di SD gituapa sih namanyaapa gituu..guru


tu nyeritain tentang anemia kelas enam (Di)

di tipi iyaaa.tapi itu dah lama ya, denger aja gitu di tivi..SD, kelas
lima kelas empat, di itu..di berita..kan papah lagi nonton, terus ngeliat tuh..
(Ms)

Pernahdi puskesmaswaktuuuuwaktuuudua bulandua


bulananperiksa gigibukan..itusodaraeeeperiksa darahkurang
darahnya (Hs)

denger sih kak, cuman gak tau itu penyakit apa?yaa..tau dari filem-filemiya,
nonton tipi.. (Nfc)

pernah.. emmmdi tipi aja.. tentang anemia..tapi gak ngerti.. udah lama..
masih SD.. (In)

di sekolah.. waktu kelas enem.. dari guru.. guru..di kelas.. gak inget.. (Aa)

Sebagian besar informan telah mendengar anemia sebelumnya, antara lain dari

televise, guru saat SD, pembina PMR SMP, teman-teman, saudara, bahkan ada yang

mendengar dari petugas puskesmas.

2. Pengertian/Definisi Anemia

Menurut Nf anemia adalah kekurangan hemoglobin, Sp, Is, Ssa, Rs, Sn, Di, Ms,

Hs, Nfc, dan In mengetahui bahwa pengertian atau definisi anemia adalah kurang

darah, sedangkan Aa menjawab anemia adalah sering letih, lesu, lunglai, dan lemas.

Ta, Ss, dan Sa tidak mengetahui pengertian atau definisi anemia. Berikut kutipannya :

kekurangan hemoglobin..dari guru..kapan ya, SMP, waktu tes darah.. (Nf)

taunya Cuma kurang darah doang (Is)

kekurangan sel darah merah (Rs)


84

ga tau (Ta)

eeekekurangan darah dari guru gitu (Di)

gak tau kak.. (Ss)

kekuranganeee..apa..kurang darah merah eee..ada sihdenger-denger


iyaanemia teheeekurang darah merah (Ms)

kekurangan darahudah (Hs)

kalo saya denger katanya kurang darah, cumin gak tau lengkap banget
(Nfc)

kurang darah ya kak? iya, taunya Cuma itu doang.. (In)

suka itu..letih..lesu..lunglai..lemes.. (Aa)

Hanya satu informan yang menjawab dengan benar bahwa pengertian anemia

adalah kekurangan hemoglobin, sebagian besar lainnya hanya mengetahui istilah dari

anemia yaitu kekurangan darah.

3. Cara Mendeteksi Anemia

Nf, Sp, Is, Rs, Di, Sn, Hs, Ms, Nfc, dan Aa mengatakan bahwa cara untuk

mendeteksi anemia adalah dengan tes darah. Is, Ssa, dan Ta mengatakan dilihat

adalah fisik yang mudah dan sering pusing, lemas, letih, sakit-sakitan, cepat pingsan,

dan mudah lelah. Sedangkan menurut In cara mendeteksi anemia adalah dengan

melihat kelopak mata seseorang, pucat atau tidak. Ss, dan Sa tidak mengetahui cara

mendeteksi anemia. Kutipan dari jawaban informan adalah sebagai berikut :

dari..tes darah..darah..merah.. (Nf)

kayak waktu kemaren aja gitu disuntik, diambil darahnya.. (Sp)

dari dirinya kak..suka lemes, sakit-sakitan.. periksa darah.. (Is)


85

aku mah gak tau, soalnya aku kan taunya juga anemia tu baru SMP ini.. (Ssa)

emm..sama deh..tes darah.. (Rs)

cepet pingsan, mudah lemas..periksa kesehatan..ini,eee..darah sama ini, apa tu,


pernafasan.. mudah lemasnya aja, gitu..mudah lelah.. (Ta)

tes darah tangannya (Di)

iya kan darahnya di cek..udah gitu doang.. (Ms)

sering pusing, lemes..terus..eeecapek gitu.. (Ssa)

iya, dites darahnya, kan darahnya kurang.. (Sn)

kan soalnya waktu itu di sekolah ada yang, apa sih..yang dites.. (Ms)

dokter di iniapa sih??digitu-gituin gitu kak..set (sambil mempraktekkan


cara dokter jika mengambil darah di jari)..gitu kak..terus di ambil darahnya..
(Nfc)

kata mamah sih liat dari mata..kalo ininya gak ada darahnnya..gak tau lagi..
(In)

eeeapa..dites darahnya.. (Aa)

Sebagian besar informan mengetahui dengan benar cara mendeteksi anemia yaitu

melakukan tes atau cek darah, namun saat peneliti menanyakan lebih lanjut mengenai

bagian darah yang dicek, mereka tidak mengetahuinya.

4. Gejala Anemia

Informasi yang didapatkan mengenai gejala anemia sangat bervariasi, Nf

menjawab cukup banyak, antara lain pusing ketika berdiri setelah jongkok,

mengantuk, lemas, tidak semangat, dan selalu merasa ingin tidur. Sp, Is dan Nfc

menjawab suka pingsan dan suka pusing, Sn mengatakan bahwa pusing, lesu, lunglai,

dan mengantuk adalah gejala anemia, Ssa mengatakan bahwa yang ia tahu dari
86

saudaranya mengenai gejala anemia adalah penglihatan tidak jelas dan pusing setelah

jongkok, Ta dan In mengatakan mudah letih, 5L dan muka pucat merupakan gejala

anemia yang diketahui oleh Ms, Hs dan Aa. Sedangkan Rs, Di, Ss, dan Sa

menyatakan tidak mengetahui gejala anemia. Berikut kutipannya :

abis jongkok, langsung berdiri, suka pusingngantuk..terus,lemes..gak


semangat..bawaannya pengen tidur.. (Nf)

suka pusingsuka pingsan..gitu doang yang tau mah.. (Sp)

kalo kata saudara ssa ya, anemia itu, apa namanya, kalo kita ngeliat orang tu
gak jelas, kurang jelas..gitu katanya.. eee..apa ya? Sering pusing kalo misalnya
jongkok, gitu..terus gak bisa kecapean.. (Ssa)

mudah capek (Ta)

pusing suka lesu, lunglai, terus ngantuk.. (Sn)

lemes5L.. letih, lemes, lesu, trus apa lagi yaaalelah pusing, sama yang
termasuk 5L.. (Ms)

lesu mukanya pucat.. (Hs)

pusing..trus gak tau lagi (Nfc)

capek..cepet capek.. taunya itu doang.. (In)

suka lesu, lemes, letih, lunglai..gak tau lagi.. (Aa)

Infomasi mengenai gejala atau tanda anemia sangat bervariasi, antara lain merasa

pusing jika berdiri setelah jongkok, mengantuk, tidak semangat, selalu ingin tidur,

sering pusing, sering pingsan, penglihatan tidak jelas, 5L, dan muka pucat. Sebagian

besar informan menjawab dengan benar bahwa gejala anemia adalah pusing, mudah

mengantuk, 5L, dan muka pucat.


87

5. Penyebab Anemia

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa Nf, Ssa, dan Ta hanya mengetahui bahwa

kurang vitamin merupakan penyebab dari anemia, Sp mengatakan kurang minum, Is

dan Ms menjawab kurang makan, Rs mengatakan kekurangan gizi, kurang makan

sayur adalah jawaban Sn. Selain kurang makan, Ms juga menjawab bahwa kurang

makan buah, sering jajan makanan yang kotor dan kecelakaan merupakan hal-hal

yang menyebabkan seseorang anemia, berbeda dengan jawaban Ss yang mengatakan

bahwa penyebab anemia adalah banyak mengeluarkan darah seperti keguguran, dan

Hs menambahkan dengan menjawab menstruasi dan melahirkan, Nfc dan Aa

menjawab bahwa penyebab dari anemia adalah kekurangan darah, In yang

mengatakan bahwa kurang tidur dan terlalu letih merupakan penyebab dari anemia.

Sedangkan Rs, Di, dan Sa tidak mengetahui penyebab anemia. Berikut ini adalah

kutipan jawaban dari para informan.

kurang vitamin..vitamin A.. (Nf)

kalau kata mamah ini mah, kurang minum, kata mamah, kalo misalkan suka
pusing..(Sp)

sama kak, kurang makan.. (Is)

jadi kita makannya banyak juga, gak ada vitaminnyagitu.. kan kurang
vitamin kak.. (Ssa)

eeekalo ga salah kekurangan gizi (Rs)

kurang vitamin (Ta)

kurang makan sayur..kan ada vitaminnya..iya, kurang vitamin.. (Sn)

banyak mengeluarkan darah..keguguran.. (Ss)


88

karna kurang makan eee..makannya kan..eee..apa..kan kalo siang tu kan ga


makanharusnya makan siang tapi malah gak makan..trus makanannya sering
jajan makanan yang kotoreee..makan, apa..jajan sembarangan..kecelakaan
kurang makan buah.. (Ms)

gak tau ah dapetmelahirkan (Hs)

penyebabnya??? Karna kurang darah (Nfc)

eeekurang..tidurnya tuh lebih dari jam Sembilan..kecapean..taunya itu


doang..(In)

karnakekurangan darah.. (Aa)

Penyebab anemia yang diketahui oleh informan sangat bervariasi, antara lain

kurang vitamin, kurang minum, kurang makan, kekurangan gizi, kurang makan sayur,

kurang makan buah, sering jajan makanan yang kotor, banyak mengeluarkan darah

seperti keguguran, kecelakaan, menstruasi, dan melahirkan, kurang darah, serta

kurang tidur. Walaupun jawaban informan sangat bervariasi, hanya sebagian kecil

yang menjawab dengan benar bahwa salah satu penyebab anemia adalah

meningkatnya pengeluaran darah seperti menstruasi.

6. Akibat atau Dampak Anemia

Nf mengetahui cukup banyak akibat atau dampak jika seseorang anemia, yaitu

lemas, mengantuk, tidak nafsu makan, pusing, dan letih. Sp mengatakan demam dan

tubuh kecil namun perut besar, Is mengatakan sakit panas, Ssa dan Rs mengatakan

kematian dan ditambahkan oleh Ssa dan In yang menjawab prestasi yang menurun.

Sn menjawab bahwa akibat atau dampak anemia adalah sakit, pusing, dan lemas, Nfc

mengatakan dengan ragu bahwa penyebab anemia adalah membuat lupa, sedangkan
89

In prestasi menurun. Di, Ss, Sa dan Aa tidak mengetahui akibat ataupun dampak dari

anemia. Kutipan dari jawaban masing-masing informan adalah sebagai berikut.

lemes, trus ngantuk gak nafsu makanpusing..trus suka capek..udah.. (Nf)

demamdemam gitu ya kak?? kalo misalnya kurang darah tu yaa..


itu..tubuhnya tu..kecil, tapi perutnya besar (Sp)

sakitsakit panas (Ia)

cepet lupaprestasinya menurun itu yaakalo jangka pendek mah


lupatrus kalo jangka panjang, ya kematiangitu. (Ssa)

lama kelamaan bisa meninggal (Rs)

kurang ngerti pelajaran (Ta)

sakit..sakit aja..jadi pusing..lemes.. (Sn)

iya, yang tadikayak tadi.iya 5L, ama yang tadi di omonginakibatnya apa
sih tadi5L, muka pucat... (Ms)

mukanya pucet lemes (Hs)

kata guru..katanya gini..entar tuh..apaudah gedenya itu, hamilnya gimana


gitu kak..udah gitu, apa sih namanyaemmm..bikin lupa-lupa gitu kak.. (Nfc)

prestasinya menurun.. kecapean aja, jadi males belajar.. gak tau..yang dikasih
tau itu doang.. kan dikasih obat yaa..sama Pembina PMR dijelasin gitu..kalo gak
mau minum obat,prestasinya jadi menurun.. (In)

Akibat atau dampak yang terjadi bila seseorang anemia yang diketahui oleh

informan sangat bervariasi, diantaranya adalah mengantuk, tidak nafsu makan,

pusing, demam, tubuhnya kecil perutnya besar, sakit panas, cepat lupa, prestasi

menurun, kematian/meninggal, dan kurang mengerti pelajaran. Dari sekian banyak

jawaban hanya sebagian kecil yang mengetahui dampak anemia dengan benar, yaitu

kurang mengerti pelajaran, prestasi menurun, dan kematian/meninggal dunia.


90

7. Mencegah dan Mengobati Anemia

Istirahat dan minum obat atau vitamin kurang darah merupakan cara mencegegah

ataupun mengobati anemia yang diketahui oleh Nf. Karena Is mengetahui bahwa

penyebab anemia adalah kurang minum, maka cara mencegah atupun mengobati

anemia menurutnya adalah minum yang banyak. Is dan Sa memberikan jawaban yang

sama, yaitu makan makanan yang bergizi. Ssa, Di, Nfc dan Aa mengatakan untuk

mencegah atau mengobati anemia adalah dengan minum obat kurang darah. Rs

menjawab jangan jajan sembarangan, Sn mengatakan banyak makan sayur, makan

buah, dan makan nasi. Ta menjawab menjaga kesehatan dengan cara makan teratur

dan minum vitamin, tidak jauh berbeda dengan jawaban Ta, Ms juga menjawab

makan teratur ditambah makan makanan empat sehat lima sempurna yang bersih dan

minum susu, Hs menambahkan dengan banyak makan buah, In menjawab tidur yang

cukup.. Berikut ini adalah kutipannya.

Istirahat, minum obat..obat kurang darah..sama.. makan, minum


vitamin..vitamin buat kurang darah.. (Nf)

emmm..apa ya? minum..banyak.. (Sp)

makan makanan yang bergizi.. (Is)

ya itu, makan obat yang dikasih.. (Ssa)

jangan jajan sembarangan.. (Rs)

menjaga kesehatan, makan teratur..minum vitamin... (Ta)

banyak makan sayur makan sayur, kan banyak vitaminnya..makan


buah..buah jeruk, apel, pisang, alpukat..banyak makan nasi.. (Sn)

minum obat kekurangan darah (Di)

makan yang bervitamin (Ss)


91

makan makanan yang bergizi (Sa)

makan makanan empat sehat lima sempurnatrus jangan makanan yang


kotortrusmakannya juga harus teratur minum susu yang banyak..apa sih,
kalo misalnya ada penyakit biar gak kena.. (Ms)

udah..juga..dijawab sama no.5 banyak makan buah (Hs)

minum obat..obat kurang darah..kayak yang dikasih sekolah kak (Nfc)

tidur yang cukup aja.. (In)

minum obat.. obatitu, apa namanya tambah darah.. (Aa)

Hasil menunjukkan bahwa cara mencegah ataupun mengobati anemia yang

diketahui oleh informan sangat bervariasi, antara lain banyak makan sayur, minum

obat kekurangan darah, makan yang bervitamin, makan makanan yang bergizi, makan

makanan empat sehat lima sempurna, jangan makan yang kotor, makan teratur,

minum susu, dan banyak makan buah. Sebagian besar informan menjawab dengan

benar bahwa untuk mencegah ataupun mengobati anemia yaitu dengan makan

makanan bergizi dan minum tablet tambah darah, namun saat peneliti melakukan

probing untuk mengetahui pendapat mereka mengenai hubungan antara anemia dan

makanan bergizi, semua informan tidak mengetahuinya bahwa mengkonsumsi

makanan sumber zat besi merupakan salah satu cara untuk mencegah atupun

mengobati anemia.

8. Sumber dan Kegunaan Zat Besi

Nf mengatakan pisang, papaya, dan jambu adalah sumber zat besi, dan

kegunaannya adalah agar tidak mudah lemas, sakit, dan letih. Sp, Rs, Ta, dan Hs
92

menjawab susu untuk menambah kuat, stamina, memperkuat tulang. Hs

menambahkan lauk pauk sebagai sumber zat besi. Ssa tidak mengetahui sumber zat

besi dan ia menjawab dengan ragu kegunaan zat besi adalah agar tidak mudah lemas

dan untuk menguatkan tubuh. Sn menjawab cukup banyak makanan sumber zat besi

selain nasi, yaitu buah, sayur, telur, ikan, dan ayam, sedangkan kegunaan zat besi

yang ia ketahui hanya untuk tambah darah. Sa mengatakan buah dan kegunaannya

supaya sehat. Ms menjawab nasi uduk untuk menambah kuat. Is, Di, Ss, Nfc, dan Aa

menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui sumber dan kegunaan zat besi. In

menjawab susu adalah sumber zat besi dan kegunaannya untuk menambah tenaga

dan agar tidak lemas Kutipan jawaban setiap informan adalah sebagai berikut.

pisangpepaya..terus jambu..udah aja.. Buat..supaya gak lemes..supaya gak


gampang sakit..supaya gak gampang capek..terus, udah.. (Nf)

taunya Cuma susu doang Untuk menambah stamina, nambah kuat,apa lagi
ya? Gak tau lagi.. (Sp)

gak inget kak agar tidak mudah lemes.. buat nguatin tubuh kali ya kak?
(Ssa)

susu memperkuat tulang.. (Ta)

nasi.. buah, sayur, telur, ikan, ayam..udah.. untuk tambah darah (Sn)

buahsupaya sehat (Sa)

nasi uduksusu..biar kuat..taunya itu aja sih.. (Ms)

vitamin c, eh..makanan yang mengandung vitamin C..enggak..enggak..bukan


lauk-pauksusu..biar tulangnya kuat (Hs)

gak inget.. kayaknya pernah denger, tapi lupa lagi..zat besi itu
gunanyauntuk..bingung kak (Nfc)

susu. buat nambah tenaga kali.. biar gak lemes aja... (In)
93

gak tau.. enggak..pernah sih, tapi lupa.. (Aa)

Informan mengetahui bahwa makanan sumber zat besi adalah buah, susu, nasi,

sayur, dan lauk pauk, sedangkan kegunaan dari zat besi agar tidak mudah lemas,

sakit, dan letih, menambah kuat, menambah stamina, memperkuat tulang, untuk

tambah darah, agar sehat. Sebagian besar informan mengetahui dengan benar bahwa

sumber zat besi adalah lauk pauk, sayur, dan susu. Namun seluruh informan tidak

mengetahui bahwa salah satu kegunaan zat besi adalah untuk proses pembentukan sel

darah merah yang berhubungan dengan anemia.

9. Sumber dan Kegunaan Vitamin C

Sebagian besar informan menjawab secara bersamaan bahwa jeruk adalah

makanan sumber vitamin C. Selain jeruk, Nf mengatakan papaya, kegunaannya agar

sehat dan tidak mudah letih. Sp menjawab jeruk nipis, Is belimbing, Ssa mengatakan

pisang dan sayuran, Rs mangga, Ta jambu, Sn apel, Di anggur, Ms mangga dan apel.

Sp, Is, Ssa, Rs, dan Sn menjawab bahwa kegunaan vitamin C adalah untuk

menyembuhkan sariawan, dan Ssa menambahkan untuk menyembuhkan penyakit

kulit, Di dan In yang menjawab kegunaan vitamin C adalah untuk mencegah panas

dalam. Aa menyatakan bahwa ia tidak ingat kegunaan dari vitamin C. Berikut

kutipannya.

jeruk..pepayaapa ya? Gak tau lagi.. Supaya sehat, gak gampang capek,
udah.. (Nf)

jeruk.. jeruk nipisbuat nyembuhin sariawan.. (Sp)

jeruk, belimbing taunya Cuma buat sariawan.. (Is)


94

pisang ya kak??? sayuran ya kak?? gak inget lagi kak.. (Ssa)

jeruk, sama mangga..untuk sariawan... (Rs)

lemon jambu gak inget juga..kan pelajaran SD.. (Ta)

jeruk, apel.. mencegah sariawan.. (Sn)

anggur mencegah panas dalam.. (Di)

jeruk, mangga, apel, semangka, pir.. kayak merek X ya kak??buat panas


dalem.. (Ms)

vitamin C dari jeruk.. vitamin C untuk kayak sariawan gitu..biar sembuh


gitu..buat gusi juga kak.. (Nfc)

jeruk.. emmm..gak tau..lupa lagi.. emmm..apa..mencegah panas dalam..


udah..ingetnya itu doang.. (In)

jeruk.. kurang tau lagi.. enggak inget..lupa kak.. (Aa)

Sebagian besar informan menjawab dengan yakin bahwa sumber vitamin C adalah

jeruk, selain jeruk, jawaban informan cukup bervariasi, antara lain papaya, pisang,

apel, mangga, anggur, pir, semangka, jeruk nipis, lemon, jambu, belimbing, dan

sayuran. Sebagian besar menjawab kegunaan vitamin C adalah untuk mencegah atau

mengobati sariawan serta panas dalam. Dari jawaban tersebut, diketahui bahwa

sebagian besar informan pengetahuan cukup baik mengenai sumber dan kegunaan

vitamin C, namun tidak ada satu informanpun yang mengetahui bahwa salah satu

kegunaan vitamin C adalah untuk meningkatkan penyerapan zat besi.

10. Tablet Tambah Darah

Nf, Sp, Is, Ssa, Ta, Nfc, In, dan Aa mengetahui bahwa tablet tambah darah untuk

tambah darah, mencegah, dan mengobati anemia. Dengan ragu Ssa menambahkan

bahwa tablet tambah darah berisi darah, karena baunya yang seperti darah. Hanya Rs
95

yang menjawab bahwa tablet tambah darah merupakan vitamin. Selain untuk tambah

darah, Nfc juga menjawab tablet tambah darah merupakan vitamin untuk kesehatan

dan stamin, dan Aa menambahkan tablet tambah untuk menghilangkan letih dan lesu.

Sn dan Sa mengatakan tidak mengetahui tentang tablet tambah darah. Kutipan dari

masing-masing jawaban informan sebagai berikut.

kan dikasih buat nambah darahbuat ini apa, penyakit anemia, buat
ngejauhin..(Sp)

buat nambah darah, trus buat nyembuhin anemianya gitukan nambah


darah..darah kali..baunya bau darah kak.. (Ssa)

mencegah sama mengobati anemia..vitamin..udah.. (Rs)

supaya menurangi..mengurangi.. mengurangi kekurangan darah (Di)

untuk mengobati yang kekurangan darah.. (Ss)

buat iniapabuat nambah darah.. biar gak anemia (Ms)

biar enggak anemia lagi kak.. (Ssa)

Emm..buat itu, biar gak anemia..ada darah..eee..itu biar nambah darah..


(Ms)

pernah..ibu saya pernah nawarin..cumannya waktu itu kan saya gak tau kalo
saya anemia.. waktu kelas enam.. untuk nambah darah.. untuk kesehatan juga,
vitamin supaya apa namanya..stamina.. (Nfc)

obat..itu..buat nambah darah.. (In)

buat..penambah darah.. biar darah kita tambah.. jadi ngilangin lesu, letih..
(Aa)

Sebagian besar informan mengetahui bahwa tablet tambah darah hanya untuk

menambah darah, sebagian kecilnya menjawab untuk mencegah dan mengobati

anemia, untuk kesehatan, stamina, serta menghilangkan letih dan lesu. Sebagian besar

tidak mengetahui kandungan dari tablet tersebut, dua informan mengatakan bahwa
96

tablet tersebut berisi darah, dua informan lain mengatakan bahwa tablet tersebut

merupakan vitamin. Dari jawab informan tersebut menunjukkan bahwa seluruh

informan tidak mengetahui bahwa tablet tambah darah mengandung zat besi yang

dapat mencegah ataupun mengobati anemia.

Dari sepuluh informasi untuk menggambarkan pengetahuan informan mengenai

anemia, sebagian besar hanya menjawab empat atau lima pertanyaan dengan benar.

Berdasarkan pengamatan ketika informan menjawab, seluruhnya menjawab dengan

ragu dan muka kebingungan. Menurut peneliti, seluruh informan tidak mengetahui

apakah jawaban mereka tersebut benar atau salah, padahal peneliti mengajukan

pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan anemia.

Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan seluruh

informan kurang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan anemia. Pengetahuan

yang kurang tersebut dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam pemilihan

makanan mereka sehari-hari. Pemilihan makanan yang tidak tepat akan berpengaruh

pada ketidakcukupan asupan zat gizi, salah satunya adalah zat besi, sehingga tidak

menutup kemungkinan anemia yang diderita oleh para informan disebabkan oleh

pemilihan makanan yang tidak tepat karena pengetahuan yang minim yang dimiliki

informan mengenai anemia ataupun zat gizi.

5.3.6 Gambaran Karakteristik Orangtua Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Dalam penelitian ini, gambaran karakteristik orangtua meliputi gambaran

pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua. Pendidikan dan pekerjaan

ditanyakan melalui FGD maupun wawancara terhadap informan utama, namun untuk
97

memastikan jawaban tersebut, peneliti juga melakukan wawancara langsung kepada

informan pendukung yaitu Ibu. Sedangkan untuk pendapatan, peneliti hanya

melakukan terhadap enam informan pendukung dari enam informan yang di

wawancara.

Pendidikan ayah maupun informan utama bervariasi, dari SD hingga S2, namun

untuk pendidikan ayah sebagian besarnya adalah SMP, sedangkan pendidikan ibu

adalah SD. Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah wiraswasta, sebagian

kecil lainnya adalah pegawai swasta, pedagang, buruh tani, dan buruh dagang.

Sedangkan sebagian besar ibu informan adalah ibu rumah tangga (IRT), hanya Ibu

dari Is dan Hs yang bekerja swasta dan Ibu dari Rs sebagai pedagang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini.

Tabel 5.8
Karakteristik Orangtua Informan
Variabel
Pendidikan Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan
Informan Ayah Ibu Ayah Ibu
Nf STM SMEA Pegawai IRT
Sp SMA SMA Pegawai Swasta IRT
Is SMP SMP Swasta Swasta
Ssa SD SD Buruh Tani IRT
Rs STM S1 Pedagang Pedagang
Ta SMA SMP Buruh Dagang IRT
Sn SMP SMP Wiraswasta IRT
Di SMP SD Wiraswasta IRT
Ss SD SD Wiraswasta IRT
Sa SMP SMP Wiraswasta IRT
Ms S2 SMA Wiraswasta IRT
Hs SMP SD Swasta Swasta
Nfc S1 D3 Wiraswasta IRT
In SMP SMA Wiraswasta IRT
Aa SD SD Buruh IRT
98

Ibu En yang merupakan ibu dari Ssa mengatakan bahwa pendidikan ibu dan ayah

Ssa adalah SD, dan pekerjaan ayahnya adalah buruh tani, hal ini sesuai dengan apa

yang ditulis Ssa. Namun, untuk pekerjaan ibu, ternyata Ibu En bukan sekedar ibu

rumah tangga, ia juga bekerja sebagai buruh tani, namun hanya setengah hari. Berikut

kutipan Ibu En.

iyabapak juga ke sawah..ibu mah kuli..sama orang lain gitu..kuli


gitu..membersihkan kebun...buat ngidupin sekolah anak-anak.. iya..berangkat
dari rumah jam tujuh.. ya, jam..dua belas..bedug zuhur dah selesai..

Informasi yang didapat dari Ibu Nh yang merupakan ibu dari Sn sama dengan

informasi yang ditulis Sn, mengenai pendidikan ayah dan ibu yang SMP, dan

pekerjaan ibu rumah tangga. Namun, saat peneliti mengajukan pertanyaan mengenai

pekerjaan ayah, didapatkan informasi yang berbeda dengan informasi dari Sn.

Pekerjaan ayanh Sn adalah supir angkutan umum setengah hari, dan angkutan umum

tersebut bukan milik ayah Sn. Kutipan jawaban Ibu Nh mengenai pekerjaan suaminya

adalah sebagai berikut.

Euh..narik angkot neng..nol satu, ciawi barangsiang..setengah hari..dari jam


satu, sampe..paling jam..tujuh..udah pulang..emang kalo bolehna mah, sampe
malem juga boleh, tapi bapaknya mah suka enggak..paling jam tujuh..paling jam
lapan, paling ini teh jam Sembilan, gitu..seringnya teh jam tujuh, jam delapan
pulang.. (Ibu Nh)

Informasi dari Ibu Ir mengenai pendidikan dan pekerjaan Ibu Ir dan suaminya

sesuai dengan informasi dari Ms. Diketahui bahwa ayah Ms memiliki usaha

perkebunan teh yang berada di Cianjur, Tasikmalaya, dan Medan. Sehingga peneliti
99

menyimpulkan bahwa pekerjaan ayah Ms bukan hanya sekedar wiraswasta namun

pengusaha perkebunan teh.

Ibu Aap yang merupakan ibu dari Nfc membenarkan informasi mengenai

pendidikan dan pekerjaan orangtua yang diberikan oleh Nfc. Peneliti melakukan

probing untuk mengetahui lebih dalam mengenai pekerjaan ayah informan.

Berdasarkan penjelasan Ibu Aap, didapatkan informasi bahwa suaminya bekerja di

Jakarta membantu orangtua dalam mengelola toko yang menjual sembako. Berikut ini

kutipannya.

Ama bapaknya..kan punya..apa..kayak..toko sembako.. (Ibu Aap)

Informasi mengenai pendidikan dan pekerjaan orangtua In yang diketahui dari Ibu

Ww yang merupakan wali dari In sama dengan informasi yang diberikan In pada

peneliti. Peneliti mendapatkan informasi lebih mengenai usaha yang dijalani oleh

ayah In, yaitu berjualan nasi. Begitu juga dengan Aa, ia juga memberikan informasi

yang sesuai dengan penjelasan Ibu Yn, yang merupakan ibu dari Aa. Bahwa orangtua

Aa pendidikan terakhir adalah SD, ibunya merupakan ibu rumah tangga, dan ayahnya

buruh bangunan. Berikut ini kutipannya.

Iya, kadang-kadang bapaknya, ngerjain itu di bangunan mah, apa aja.. bisa
kan bapaknya..bisa kena kayu, bisa kena temboknya..kadang-kadang suka
masang listrik..bapaknya sih gak sekolah apa..kan dari SD.. Ibu juga SD..kan ibu
dulu suka sakit kan..suka sakit ini..sakit ginjal, eh itu..emmm..apa tuh..batunya..
(Ibu Yn)
100

Berdasarkan informasi yang didapat dari informan utama dan informan pendukung

(ibu/wali), diketahui bahwa pendidikan ayah informan utama bervariasi, dari SD

hingga S2, namun untuk pendidikan ayah sebagian besarnya adalah SMP, sedangkan

pendidikan ibu adalah SD. Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah

wiraswasta, sebagian kecil lainnya adalah pegawai swasta, pedagang, buruh tani,

buruh dagang, supir angkutan umum, dan pengusaha kebun teh. Sedangkan sebagian

besar ibu informan adalah ibu rumah tangga (IRT), hanya empat orang ibu yang

bekerja sebagai pegawai swasta, pedagang, dan kuli/buruh ladang. Pekerjaan

orangtua informan baik tetap ataupun tidak tetap tidak dapat dijadikan suatu jaminan

untuk terhindar dari anemia.

Dari penjelasan Ibu En diketahui bahwa dari hasil bekerja membersihkan ladang

orang lain, perhari bisa mendapatkan upah Rp.7.500 Rp.8.000. Jika di jumlahkan

sekitar Rp. 225.000 Rp. 240.000 setiap bulan. Sedangkan untuk pendapatan ayah

Ssa dalam sebulan tidak pasti, hal ini karena pekerjaan ayah Ssa seorang buruh tani

yang bekerja di sawah orang lain. Hasil panen dibagi dua dengan pemilik sawah. Jika

sedang panen, ayah Ssa bisa mendapatkan uang Rp.300.000 Rp.600.000, namun

tidak setiap bulan. Ketimun waktu panennya paling cepat, yaitu empat puluh hari,

kacang panjang dua bulan, jagung dua bulan setengah, dan padi tiga bulan. Jika

tanaman yang dipanen adalah padi, maka beras hasil panen tidak dijual melainkan

disimpan untuk makan beberapa bulan kedepan.

Saat peneliti berkunjung kerumah Ssa, ayah Ssa sedang panen kacang panjang,

biasanya hasil panen dijual ke pasar, uang penjualan hasil panen tersebutlah yang
101

digunakan untuk membeli lauk pauk, biasanya tempe atupun ikan tongkol. Atau hasil

panen tersebut dikonsumsi sendiri, tidak dijual. Karena penghasilan tidak pasti,

kadang-kadang keluarga ini pinjam uang untuk membeli lauk pauk. Seluruh anak

yang bersekolah tidak diberi uang jajan. Pengeluaran rumah tangga setiap bulannya

hanya untuk listrik Rp.30.000,- dan SPP kakaknya Ssa Rp.50.000. Tiga orang kakak

dari Ssa telah bekerja, namun penghasilan mereka hanya mencukupi biaya hidup

mereka sendiri. Hanya kadang-kadang jika ayah atau ibu Ssa tidak bisa membeli

beras ataupun lauk pauk, maka kakak yang pertama yang membelinya, atau jika adik-

adik mereka ada keperluan di sekolahnya seperti mengikuti ekstra kurikuler, maka

kakaknyalah yang memberikan uang. Berikut kutipan penjelasan dari Ibu En.

Perhari ibu mah..ada yang..tujuh ribu setengah.. ada delapan ribu..setengah


hari lah.. Bapak teh gak tau..jadi kuli di sawah orang..tergantung
panenhasilnya..dibagi dua gitu ama yang punya sawahnya gitu.. Ya
itupaling tiga ratus.. Palingan itu enam ratus..gitu.. Kan kadang-kadang,
pinjem dulu gitu..nanti kalo hasil, baru dibayar.. Lima puluh ribu..tapi belum
bisa bayar atuh sebulan juga..sekarang belum bayar..makanya kalo mau ambil
kartu, ibu dating ke sekolah..ngambil kartu untuk itu..buat semester..katanya
harus orang tua gitu..kan belum bayar SPP gitu.. Gini ngasihnya..kalo gak ada
beras, paling dibeliin beras..jadi enggak ngasih duitnya, gitu..kalo ani
ada..ini..apa..mau apa gitu, kadang dikasih untuk bayar..sering ikut ekskul
pramuka.. kadang dikasih, gitu.. (Ibu En)

Pendapatan yang diperoleh keluarga Sn juga tidak pasti, karena ayahnya bekerja

sebagai supir angkutan umum. Jika sedang ramai paling banyak sehari ayahnya

membawa pulang uang Rp.50.000,- Rp.100.000,- namun jarang, lebih sering antara

Rp.20.000 Rp.30.000 dalam sehari. Untuk pengeluaran yang digunakan adalah

sekitar Rp.32.000 Rp.35.000 dalam sehari, yaitu untuk uang jajan Sn ke sekolah

Rp.12.000 perhari, dan belanja bahan makanan sekitar Rp.20.000. setiap bulan, Ibu
102

Nh membayar listrik dan air sebesar Rp.70.000. Kutipan jawaban Ibu Nh adalah

sebagai berikut.

Suka dapet lima puluh, gitu..udah pulang ke rumah aja, gitu..lima puluh..tapi
kali-kali paling juga ya neng ya..paling seratus ribu, namanya juga supir angkot
ya, kalo sekarang-sekarang ke sini, paling tiga puluh ribu, dua puluh ribu..uang
dua puluh ribu itu kan, gak banyak kan ya neng.. mana ibu gak punya tabungan,
gak punya apa. Sn teh sama ongkos, dua belas ribu..kalo ibu dua puluh ribu
belanja aja..sehari..tiga puluh dua ribu...Perbulan itu..kadang tujuh puluh
ribu..sama air..gimana pemakean yah.. (Ibu Nh)

Menurut penjelasan Ibu Ir, pendapatan keluarga Ms dalam sebulan tidak pasti,

karena tergantung harga teh yang dijual di pasaran. Beliau menjelaskan bahwa harga

teh sama seperti harga emas, kadang-kadang tinggi, kadang-kadang rendah di bawah

rata-rata. Sehingga jika mendapat penghasilan lebih, Ibu Ir menyimpannya untuk

keperluan di bulan mendatang. Kadang-kadang Ibu Ir juga mendapatkan tambahan

penghasilan dari anak-anaknya yang telah berumah tangga dan bekerja.

Untuk belanja bulanan kebutuhan rumah tangga seperti sembako dan sebagainya,

Ibu Ir menghabiskan sekitar Rp.800.000. Beras dibeli perbulan dengan harga

Rp.160.000, begitu juga dengan ayam dan daging. Setiap bulan Ibu Ir membeli ayam

sebanyak delapan ekor untuk persediaan dengan harga Rp. 200.000, daging dibeli

sebanyak tiga kilogram dengan harga sekitar Rp.200.000. Untuk sayuran Ibu Ir

membelinya sekali seminggu dan menghabiskan sekitar Rp.50.000. Gaji pembantu

sebanyak dua orang Rp.750.000. listrik dan air selama sebulan bisa mencapai

Rp.700.000 Rp. 900.000. Karena telepon rumah tidak digunakan untuk panggilan

masuk, jadi Ibu Ir hanya bayar Abodemen setiap bulan sebesar Rp.22.000. Ms

merupakan anak paling bungsu dan satu-satunya yang masih bersekolah mendapatkan
103

uang jajan dan ongkos perminggu sebesar Rp.100.000. jika dijumlahkan, pengeluaran

keluarga Ibu Ir dalam sebulan sekitar Rp.3.632.000,-.

Menurut penjelasan Ibu Aap, pendapatan keluarga Nfc setiap bulan sekitar

Rp.3.200.000. Pengeluaran yang digunakan untuk uang jajan anak-anak sekolah

sekitar Rp.700.000, SPP kakak Nfc Rp.140.000, untuk belanja bahan makanan dan

keperluan rumah tangga sekitar Rp.1.000.000, biaya air serta listrik Rp.180.000. Jika

dijumlahkan, pengeluaran keluarga Nfc dalam sebulan sekitar Rp. 2.020.000,-. Lebih

sedikit dibandingkan penghasilan ayahnya, terdapat kemungkinan uang yang lebih

ditabung oleh ibu Aap. Berikut ini kutipan Ibu Aap.

Sekarang-sekarang ini sih..gak lebih dari tiga juta..paling tiga koma dua..Anak
aja..buat anak-anak jajan, tujuh ratus..ongkos..bayaran dillah mah
enggak..kakaknya doang.. seratus empat puluh..terus..paling belanja..belanja,
sejuta lah ya kalo belanja..bapaknya palingg..paling tiga juta lah..aer listrik
sebulan, seratus lapan puluh, seratus tujuh lima.. (Ibu Aap)

Pendapatan yang diterima dalam sebulan oleh keluarga In menurut penjelasan Ibu

Ww sekitar Rp.600.000 Rp.700.000. Sedangkan pengeluaran yang digunakan

dalam sehari, Ibu Ww mengatakan bahwa untuk belanja bahan makanan dan

keperluan rumah tangga serta uang jajan sekolah anak bisa mencapai Rp.50.000.

biaya listrik dan air sebulan adalah Rp.150.000. Jika dijumlahkan pengeluaran

keluarga Ibu Ww dalam sebulan sekitar Rp.1.650.000. Maka peneliti menyimpulkan

bahwa pendapatan yang diterima keluarga Ibu Ww dalam sebulan bisa lebih dari

yang dikatakan sebelumnya. Kutipan jawaban Ibu Ww adalah sebagai berikut.

Kalo diitung penghasilan mah, kecil mungkin ya..enam ratus tujuh ratusan lah,
kalo ini mah..karna jualan mungkin ya, jadi ada muter, gitu..Kalo untuk sayur
104

aja sih, paling sepuluh ribu ya..sepuluh lima belas ribuan, lah..kalo tambah
pengen pake segala macem ayam gitu kan, ya habislah, sama resiko anak
sekolah semua, sehari lima puluh ribu mah, gitu..ongkos sekolah kan, sehari
lima puluh ribu, mah abis.. Sebulan seratus lima puluh..listrik udah sama aer..
(Ibu Ww)

Menurut penjelasan Ibu Yn, jika sedang ada borongan atau kerjaan bangunan,

ayah Aa bekerja seminggu enam hari, dan perharinya mendapat upah Rp.60.000. Jadi

jika dijumlahkan penghasilan sebulan bisa sekitar Rp. 1.500.000. sedangkan

pengeluaran yang digunakan dalam sehari untuk belanja bahan makanan seperti

beras, sayur, tahu atau tempe, dan ikan, bisa mencapai Rp.25.000. Uang jajan Aa

sehari Rp. 6.000,-. Untuk biaya air Ibu Yn mengeluarkan biaya Rp.45.000 perbulan.

Jika semua biaya tersebut dijumlahkan, selama sebulan, Ibu Yn mengeluarkan biaya

sekitar Rp. 1.000.000,-. Uang lebihnya disimpan oleh Ibu Yn untuk keperluan bulan

berikutnya, ataupun menghadapai kemungkinan ayah Aa yang tidak bekerja. Kutipan

Ibu Yn sebagai berikut.

Kadang-kadang kalo borongan Alhamdulillah gitu lumayan gitu..ada lebihnya


mah..tapi kalo harian Cuma enam puluh lah.. Heeh..kalo gak kerja mah, gak
ada..gak ada pendapatan Iya..kalo punya.. kalo gak kerja kan abis lagi..enak,
kalo kerja Alhamdulillah gitu, kalo punya kita, sedikit punya, gitu..bapaknya
nganggur, abis lagi neng..Heeh..cabe gitu ya, bawang..kadang-kadang habis
dua belas ribu... Lima belas ribu, kadang-kadang mah..gak tentu sih..bagemana
di tukang sayurnya..kan ada yang murah, mahal..gitu neng..kalo sayuran juga,
segini mahal hari ini, jadi sedikit,gitu.. uangnya banyak, itunya sedikit..kalo lagi
mahal, gitu..kalo lagi murah, kan banyak..itu mah..emm..sayurannya..kalo
enggak, berasnya mahal.. Heeh..kalo ama beras itu mah gak cukup neng..kan
beras sepuluh ribu, dua liter..sayur sepuluh ribu..dua puluh..kan
ikannya..gitu..belum ituya ane..itu..emm..eta sayur..sayur itu tu..minyak sayur..
Kalo sekolah suka lima ribu, kadang-kadang enam ribu..kalo ada uang kas,
dikasih enam ribu..kalo gak ada, lima ribu, empat ribu, bagemana ibu
adanya..gak tentu.. Ibu bayar listrik sebulan, empat stengahempat puluh
lima..iya, sama aernya..kalo enggak kerja mah, dua bulan, tiga bulan baru
dibayar.. (Ibu Yn)
105

Dari informan pendukung, yaitu Ibu dari informan utama diketahui bahwa

pendapatan keluarga dalam sebulan sangat bervariasi antara lain antara Rp.525.000

Rp.3.632.000,-. Keluarga Ssa dan Sn memiliki pendapatan yang tidak tetap karena

pekerjaan ayah Ssa adalah buruh tani tergantung pada hasil panen yang tidak selalu

ada setiap bulan, dan ayah Sn yang merupakan supir angkutan umum tergantung pada

jumlah penumpang. keluarga Ms dan Nfc memiliki pendapatan diatas Rp.3.000.000

dalam sebulan, dan keluarga In serta Aa sekitar Rp.1.500.000 perbulannya. Sama

halnya dengan pendidikan dan pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga tidak dapat

dijadikan penyebab dari anemia yang diderita oleh para informan, karena pendapatan

keluarga sangat bervariasi.

5.3.7 Gambaran Status Gizi Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Gambaran status gizi dalam penelitian ini didapatkan dengan cara melakukan

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan pada siswi, setelah

didapatkan data berat badan dan tinggi badan masing-masing informan, kemudian

dihitung IMT, yaitu dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (cm)

dikuadratkan, dari hasil IMT ini, barulah dibandingkan dengan baku mutu yang ada

untuk mendapatkan status gizi masing-masing informan. Gambaran status gizi

merupakan data kuantitatif, dari perhitungan IMT seluruh informan dan telah

dibandingkan dengan baku mutu yang ada, diketahui bahwa sebagian besar informan

status gizinya adalah normal, hanya satu informan yang berstatus gizi lebih, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.10 di bawah ini :


106

Tabel 5.9
Status Gizi Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor
Sebagai Informan Utama
Nama Berat Tinggi IMT
No. Status Gizi
Siswi Badan (kg) Badan (m) (kg/m2)
1. Nf 40 1.54 16.87 Normal
2. Sp 33.5 1.395 17.21 Normal
3. Ia 34.5 1.40 17.6 Normal
4. Ssa 48 1.445 22.9 Normal
5. Rs 42.5 1.585 16.92 Normal
6. Ta 50 1.49 22.52 Normal
7. Sn 37.5 1.53 16.01 Normal
8. Di 41 1.49 18.47 Normal
9. Ss 31.5 1.40 16.07 Normal
10. Sa 52 1.40 26.53 Lebih
11. Ms 26.5 1.35 14.54 Normal
12. Hs 50 1.49 22.52 Normal
13. Nfc 37 1.445 17.72 Normal
14. In 49 1.53 20.93 Normal
15. Aa 32 1.44 15.43 Normal

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar informan memiliki status gizi

yang normal, karena tidak ada satu informanpun yang memiliki status gizi kurang,

maka status gizi bukan salah satu faktor yang menyebabkan informan menderita

anemia.

5.3.8 Gambaran Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Untuk mengetahui gambaran secara umum asupan zat gizi informan, peneliti

melakukan wawancara mendalam kepada enam informan, observasi, serta recall 1x24

jam yang dilakukan sebanyak dua kali. Hasil recall yang dilakukan peneliti terhadap

enam informan dapat dilihat pada tabel 5.11 di bawah ini.


107

Tabel 5.10
Gambaran Asupan Zat Gizi Informan Utama
Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor
Nama Informan
Ssa Sn Ms Nfc In Aa
Asupan Zat Gizi
Rata-rata 1099,4 1254,6 1611,3 913,2 1097,2 1479,9
Energi (Kkal) AKG 2350 1835 1468,2 1811,5 2398,9 1566,7
% AKG 46,8 56,1 94,4 50,4 45,7 94,5
Rata-rata 22,5 34,7 33,9 35,2 18,6 36,7
Protein (gr) AKG 57 45 36 43,9 58,2 38
% AKG 39, 5 77,1 94,4 80,1 31,9 96,7
Rata-rata 7,9 16,1 24,9 9,9 6,7 4,8
Vitamin C (mg) AKG 65 51 36 50,1 66,4 43,3
% AKG 12,1 31,6 69,1 19,7 10,1 10,9
Rata-rata 4,5 12,8 12,8 8,1 5,2 10,5
Zat besi (mg) AKG 26 20 14 14,3 26,5 17,3
% AKG 17,3 63,9 91,1 56,7 19,5 60,5

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa asupan energi Ssa, Sn, Nfc, dan In <

80 %, hanya Ms dan Aa yang asupan energi > 80 %, asupan protein Ms, Nfc, dan Aa

> 80 %, sedangkan Ssa, Sn, dan In < 80 %. Untuk asupan vitamin C, seluruh

informan < 80 %. Hanya Ms yang asupan zat besinya > 80 %, Ssa, Sn, Nfc, In, dan

Aa asupan zat besi mereka < 80 %.

Ssa makan hanya dua kali sehari, pagi sekitar jam sepuluh sebelum berangkat

sekolah, dan sore setelah pulang sekolah, ataupun malam hari, dan Ssa sangat jarang

sekali makan cemilan atau kudapan diantara waktu makan. Makanan yang biasa

dikonsumsi Ssa tidak sesuai dengan menu makanan seimbang, yang mana hanya

terdiri dari nasi dan salah satu dari lauk hewani, lauk nabati atau sayur. buah juga
108

sangat jarang sekali tersedia dirumah Ssa. Hal ini dikarenakan kurangnya daya beli

keluarga Ssa.

Dua kali peneliti berkunjung kerumah Ssa, makanan yang tersedia hanya tempe

dimasak dengan kecap pada kunjungan pertama, dan ikan tongkol goreng pada

kunjungan kedua. Pada kunjungan ketiga, lebih baik, karena selain terdapat ikan

tongkol, juga ada sayur kacang panjang yang ditumis. Dari frekuensi dan kualitas

makanan yang dikonsumsi, sangat wajar bila hasil recall menunjukkan bahwa asupan

Energi, protein, zat besi, dan vitamin C Ssa kurang dari 80 % AKG.

Pada hari sekolah, Ssa hanya makan dua kali dalam sehari, pagi sebelum berangkat

sekolah, dan malam hari. Jika libur, Sn makan sebanyak tiga kali. Lauk hewani yang

sering dikonsumsinya saat dirumah adalah ikan dan ayam. Setiap hari ibunya selalu

menyediakan sayur, tahu atau tempe. Sedangkan buah, tidak selalu tersedia setiap

hari. Yang disampaikan Sn sama dengan hasil wawancara peneliti kepada Ibu Nh.

Dari Ibu Nh didapat informasi baru bahwa selain ayam dan ikan, lauk lain yang

sering dikonsumsi Sn adalah telur.

Walaupun menu makanan yang disediakan oleh ibunya sudah cukup baik, namun

Sn memiliki kesulitan makan. Hal ini diketahui dari penjelasan Ibu Nh yang

mengatakan bahwa sejak berumur tiga tahun Sn sudah mengalami kesulitan makan,

dan hingga saat ini ia lebih sering makan jika diingatkan oleh ibunya. Tidak semua

makanan yang disediakan oleh Ibu Nh dikonsumsi oleh Sn. Jika tersedia lauk, pauk,

serta sayur, Sn lebih sering hanya makan nasi dengan salah satu dari tiga jenis

makanan tersebut. Keadaan Sn yang sulit makan inilah yang mengakibatkan asupan

energi, protein, zat besi, serta vitamin C kurang dari 80 %.


109

Asupan Energi, protein, dan zat besi Ms cukup baik karena > 80 % AKG. Asupan

yang cukup ini karena Ms diketahui makan tiga kali dalam sehari, baik hari sekolah

maupun hari libur. Diantara waktu makan, biasanya Ms mengkonsumsi kudapan

seperti kacang hijau dan biskuit. Selain itu, hampir setiap hari Ms minum susu, pagi

atau malam hari. Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Ir. Selain itu, menurut penjelasan

Ibu Ir, setiap hari selalu tersedia lauk, pauk, serta sayur di rumahnya deangan menu

yang berbeda setiap hari. Lauk yang paling sering adalah ayam dan daging. Untuk

kudapan Ibu Ir mengatakan bahwa selalu membuatnya sendiri, antara lain kacang

hijau, ketan hitam, agar-agar, kolak, dan pisang goreng/rebus. Ms mengatakan bahwa

di rumahnya jarang tersedia buah, tergantung ibunya yang membeli, hal ini karena

berdasarkan penjelasan Ibu Ir, ia membeli buah jika sedang ke Jakarta di salah satu

toko buah terkemuka disana. Asupan vitamin C Ms yang < 80 % karena kurangnya

Ms makan buah sehari-hari.

Saat berkunjung ke rumah Ms, peneliti memastikan bahwa menu makanan yang

tersedia sudah baik, yaitu daging semur, sayur sop, dan tumis buncis dengan tahu.

Nfc lebih sering makan dua kali dalam sehari karena sekolah, hanya jika libur ia

makan tiga kali sehari. Setiap hari ibunya selalu menyediakan lauk, pauk, serta sayur

dengan menu yang berbeda. Lauk yang paling sering adalah ayam. Selain ayam,

biasanya juga tersedia daging, telur, udang, atau cumi. Nfc selalu makan lauk, pauk,

serta sayur yang disediakan oleh ibunya. Yang disampaikan oleh Nfc dibenarkan oleh

Ibu Aap. Dari ibu Aap didapatkan informasi bahwa buah setiap hari juga selalu ada,

namun tidak suka jeruk. Asupan energi, zat besi, dan vitamin C yang kurang

disebabkan oleh frekuensi makan Nfc yang lebih sering dua kali dalam sehari, dan
110

tidak suka makan jeruk. Asupan protein > 80 %, karena pada hari libur, makanan

sumber protein yang dikonsumsi Nfc sangat baik, yaitu daging, sosis, ayam, telur,

hati rempela ayam, dan susu.

Saat berkunjung kerumah Nfc, peneliti melihat menu serta porsi makan Nfc, dan

diketahui bahwa ia makan semua masakan ibunya, yang terdiri dari telur dadar, sayur

sop dengan ceker, dan tahu goreng tepung serta sambal. Contoh makanan yang

dikonsumsi Nfc saat di rumah dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini.

Gambar 5.4 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi Nfc Di Rumah

In mengatakan bahwa ia makan dua kali dalam sehari dan lebih sering makan

kudapan atau makanan ringan yang dibeli di warung. Jika makan nasi, ia paling

sering makan dengan lauk ayam, jarang sekali makan sayur atau tahu tempe. Begitu

juga dengan buah, In mengatakan paling suka buah kelengkeng, selain itu, ia tidak

begitu suka. Jawaban In sesuai dengan jawaban Ibu In. Asupan energi, protein, zat

besi dan vitamin C In < 80 %, hal ini dikarenakan In hanya makan dua kali dalam

sehari dan lebih sering makan makanan ringan yang ia beli di warung dan sangat

sedikit mengandung zat gizi. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa In hanya
111

makan dengan ayam goreng. Contoh makanan yang dikonsumsi In saat di rumah

dapat dilihat pada gambar 5.5 berikut ini.

Gambar 5.5 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi In Di Rumah

Dalam sehari Aa makan dua kali jika sekolah, dan tiga kali jika hari libur. Lauk

yang sering dikonsumsi oleh Aa adalah telur. Sedangkan sayur, ia hanya suka sayur

kangkung dan bayam. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Yn, yang mengatakan bahwa

memang lebih sering menyediakan telur dibandingkan lauk lainnya, begitu juga

dengan sayur dan tahu tempe tidak setiap hari, buah juga sangat jarang, karena

memang daya beli keluarga Ibu Yn untuk bahan makanan sehari-hari kurang

mencukupi.

Asupan energi dan protein Aa > 80 %, karena pada hari libur, Aa makan tiga kali

dalam sehari dan terdapat makanan yang mengandung protein setiap kali makan.

Sedangkan vitamin C dan zat besi yang < 80 % AKG, karena kurangnya konsumsi
112

Aa terhadap buah dan sayur serta lauk yang mengandung tinggi zat besi. Pada salah

satu kunjungan peneliti ke rumah Aa, didapatkan hasil observasi bahwa pada siang

hari Aa makan nasi dengan lauk telur mata sapi dan bakwan jagung. Contoh makanan

yang dikonsumsi Aa saat di rumah dapat dilihat pada gambar 5.6 berikut ini.

Gambar 5.6 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi Aa Di Rumah

Asupan zat besi seluruh informan kurang, karena < 80 % AKG. Selain itu, asupan

vitamin C yang dapat membantu penyerapan zat besi juga < 80 % AKG. Kedua hal

ini merupakan faktor yang sangat menentukan terjadinya anemia pada seluruh

informan, yaitu kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi dan vitamin C

yang membantu penyerapan zat besi.

5.3.9 Gambaran Perilaku Jajan di Sekolah Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota

Bogor

Gambaran perilaku jajan informan mencakup informasi mengenai jenis

makanan ataupun minuman yang sering dibeli informan selama berada di sekolah,

frekuensi, serta jumlahnya. Selain lewat FGD dan wawancara, peneliti juga
113

melakukan observasi secara aktif selama empat hari berturut-turut untuk melihat jenis

makanan ataupun minuman yang dibeli informan selama berada di sekolah. Hasil

observasi dapat dilihat pada matriks hasil observasi (Lampiran 12)

Makanan yang dibeli oleh informan saat di sekolah sebagian besar adalah mie

instan. Nf kadang-kadang membawa bekal ke sekolah, sekitar dua sampai tiga kali

dalam seminggu, jika tidak membawa bekal, Nf selalu membeli coklat pasta ataupun

makanan ringan dengan minuman es mangga ataupun teh dalam kemasan gelas, jika

ia merasa lapar, maka ia membeli mie instan ataupun roti. Sp hampir sama dengan Nf

yang hanya kadang-kadang membawa bekal, namun jika tidak membawa bekal, ia

membeli nasi uduk di kantin sekolah, minuman yang ia beli adalah teh dalam

kemasan gelas dan es buah. Is mengatakan bahwa ia selalu membeli mie instan setiap

hari dan minumnya es melon, selain mie, Rs kadang-kadang juga membeli roti

dengan air mineral ataupun minuman bersoda. Ta memiliki kebiasaan jajan yang

sama dengan Rs, namun minuman yang ia beli selain air mineral adalah es mangga.

Berbeda dengan informan lainnya, Ssa justru menyatakan bahwa ia tidak pernah jajan

di sekolah ataupun membawa bekal.

Sn, Ss, dan Sa menyatakan bahwa mereka kadang-kadang jajan, kadang-kadang

membawa bekal ke sekolah, hanya Ms yang setiap hari selalu membawa bekal dan

lebih sering membawa nasi dengan lauk ayam, dan tidak pernah jajan di kantin

karena tidak di izinkan oleh ibunya dan menurutnya kantin sekolah kotor. Ms jarang

sekali jajan di kantin, lebih sering jajan saat pulang sekolah di warung yang berada di

luar sekolah yaitu membeli bolu keju dan permen kenyal. Dari jawaban seluruh
114

informan, diketahui bahwa makanan yang sering mereka beli saat di sekolah adalah

mie instan. Sedangkan minuman yang dibeli antara lain minuman rasa jeruk dalam

kemasan oleh Di, Ss membeli es buah, dan Hs membeli minuman teh dalam kemasan

botol merek X serta minuman bersoda rasa strawberry merek Y. Sedangkan Sn

dan Sa menjawab bahwa untuk minuman, mereka lebih sering membawanya dari

rumah. makanan yang biasa dibeli Sn saat berada di sekolah sangat bervariasi, yaitu

tahu bulat, keripik singkong, makanan ringan (snack) berbentuk stik, es mambo,

crackers rasa abon, pisang coklat, wafer stik rasa buah, dan minuman teh dalam

kemasan kotak. Nfc tidak pernah jajan di kantin sekolah atas alasan tidak percaya

akan kebersihan makanan yang ada di kantin. Informan lebih memilih membeli roti

yang dijual di koperasi sekolah ataupun membeli makanan ringan (snack) di warung

luar sekolah. Nfc menyatakan bahwa hanya sekali, hal ini dikarenakan waktu istirahat

tidak cukup panjang untuk makan bekal yang di bawa dari rumah, karena terpakai

untuk waktu shalat. Minuman yang sering dibeli Nfc adalah air mineral, minuman teh

dalam kotak, dan minuman nata de coco dalam kemasan gelas. In tidak pernah

membeli makanan di kantin sekolah karena menurutnya kurang bersih dan ia juga

tidak pernah membawa bekal atas alasan malas karena berat. Makanan yang ia beli di

warung luar sekolah adalah teh dalam kemasan gelas merek x, air mineral, coklat

pasta, keripik singkong, wafer/biskuit rasa coklat, atau teng-teng kacang, sedangkan

makanan yang ia beli di koperasi adalah roti atau talas. Selain itu, In juga pernah

membeli cireng sebelum masuk kelas. Makanan yang dibeli Aa selama berada di

sekolah adalah mie instan, cilok, talas, roti, nasi kuning, otak-otak, coklat pasta,

kacang polong, cireng, tahu bulat dan minumannya adalah teh, minuman nata de
115

coco, atau air mineral. Aa jarang membawa bekal ke sekolah atas alasan malas karena

berat, namun hampir setiap hari ia membawa air putih ke sekolah. Kutipan jawaban

masing-masing informan adalah sebagai berikut.

suka jajan es mangga mie.. mie rebus..teh dalam kemasan gelas X, coklat
pasta X..roti, sama...makanan snack-snack kayak gitu..kadang bawa bekel, nasi
goreng, mie..tiga kali..minggu kemaren dua kali, nasi goreng sama mie
goreng..kalo sama ikan pernah, sama ayam enggak..ikan..mas.. (Nf)

kalo saya mah kadang-kadang bekel kadang-kadang nasi goreng kalo gak
mie goreng.. kadang telorjajannya es buah di belakang, teh dalam kemasan
gelas Xkadang-kadang makanannya mah, nasi uduk..kalo mie mah,enggak..
(Sp)

mie.. hampir setiap hari..es melon (Is)

gak jajan.. enggak..kan udah biasa air putih bawa dari rumah itu juga
jarang diminum..(Ssa)

jajan lagi sama, roti, kalo gak mie air mineral kalo gak minuman
bersoda merek X (Rs)

jajanroti, kalo gak mie enak aja gitu..es mangga kalo gak air
mineral(Ta)

kadang-kadang jajan, kadang-kadang gakkadang-kadang bawa bekel


emi minumnyabawa sendiri air putih jajan makanan ringan..mie
jarang..paling juga tiga kali..enak aja.. (Sn)

jajan jajan emi gitu.. es itu..apaminuman rasa jeruk merek X.. (Di)

bekel itu..apaeee..jajan.. emi.. es buah (Ss)

bekel enggak.. jajan. emi bawa sendiri (Sa)

aku gak jajankan tiap hari bawa bekel..bareng makannya ma temen. kan
bawa bekel tiap hari..selalugak mau jajan di kantin..kan kotor kak..lagian
juga gak boleh sama mama..paling jajan di warung deket mushola..permen
kenyal, sama wafer... (Ms)

roti, kalo gak emi.. teh kita kalo gak fanta (Hs)
116

nyemil-nyemil aja..di sini makanannya mie gitu-gitu kak.. paling chiki zet
kayak gitu kak, trus aqua..trus yupiudah.. yaa..tergantung mudnya aja..
paling sering sih, yupi sama aqua.. karna saya suka aja.. enggak..sebenernya
kata mamah saya beli makanan tuh yang kenyang..cumannya di sini makanan
yang kenyang apaan?? nasi goreng, itu kan gak percaya kak..mendingan ibu
saya yang bikin..gak percaya dapurnya entar kayak gimana?dapurnya entar
kotor, atau minyaknya bekas apa? iya..kalo roti gitu kan masih percaya,
rotinya yang ada sosis, abon gitu..kalo bawa bekel, saya istirahatnya sebentar
kak..jadinya tuh..kan sholat, abis sholat paling lima menit doang waktunya
istirahat.. pernah sih, sekali.. bawa cah kangkung, sama cumi.. soalnya waktu
itu saya lagi dapet, jadinya gak sholat... (Nfc)

teh dalam kemasan gelas merek x, coklat pasta, keripik singkong, ama roti..
bukan..roti di koperasi.. enggak..kurang bersihkan gak boleh makan mie
banyak-banyak.. gak suka enggak sih..gak..gak suka jajan di kantin
ajaenggak, gak suka teh sisri..teh gelas itu doangair putih paling..bekel
gak pernah..males aja..berat.. (In)

Po yang merupakan teman dekat Ssa membenarkan bahwa Ssa tidak pernah jajan

jika di sekolah. Dari Fb yang merupakan teman dekat Sn diketahui bahwa selain mie

instan dan makanan ringan, Sn juga pernah membeli tahu bulat, saat pulang sekolah

Sn juga sering jajan, dan biasanya ia membeli coklat pasta, es mambo, atau krakers

rasa abon. Krn membenarkan bahwa Ms selalu bawa bekal ke sekolah, dan yang

paling sering ia bawa lauknya adalah ayam goreng, selai ayam goreng Ms pernah

membawa nasi goreng, abon, telur, dan daging sapi, namun ia tidak pernah membawa

bekal dengan sayur ataupun tahu tempe. Dari penjelasan Ds, diketahui bahwa

makanan yang pernah di beli Nfc di sekolah sesuai dengan apa yang disampaikan

Nfc, yaitu permen kenyal, minuman teh dalam kemasan gelas, minuman nata de coco

dalam kemasan gelas, air mineral, cilok, dan batagor. Paling sering adalah permen

kenyal dan air mineral. Menurut Sa, makanan yang sering dibeli oleh In di koperasi

sekolah adalah talas dan roti, sedangkan di warung In membeli teh dalam kemasan
117

gelas dan biskuit rasa coklat. Dari Sa juga didapatkan informasi baru bahwa sebelum

masuk sekolah In pernah membeli cireng namun jarang. Yang disampaikan oleh Aa

tidak jauh berbeda dengan penjelasan Sv teman dekat Aa. Berikut kutipan dari Po,

Fb, Krn, Ds, Sa, dan Sv.

kalo jajan mah enggak..ani enggak..gak jajan ani mah..baru sekali, itu air teh
yang gopek di kantin..es teh..pernah bekel..itu, bawa ubi digoreng..keripik ubi
gitu, yang tipis..katanya teh gak dikasih uang..pernah ciki, tapi katanya buat
kakaknya nitip.. (Po)

jarang..tapi pernah bekel..baru dua kali..bawa mie..enggak, mie doang..suka


jajan tahu, makanan ringan, sama emi..suka dua kali..seringan ciki-ciki
gitu..pas istirahat..pulang sekolah suka jajan coklat pasta..hampir setiap
hari..kalo kemaren beli satu..sama krakers rasa abon..emm..nasi goreng gak
pernah..otak-tak atau nugget juga gak pernah (Fb)

kadang-kadang jajan eeeapa ya..yang pedes-pedes itu..iya, kayak macaroni


gitu..di kantin..jarang sih itu juga...kadang kalo abis solat juga pernah jajan
disitu..jajan permen kenyal, kadang-kadang..wafer dia mah..paling kalo beli
minuman di luar, eee..minuman jeli..gak terlalu sering..jarang..paling sering
bolu keju...iya, bekel..paling sering ayam goreng..nasi goreng, abon..telor
pernah..di goreng..daging sapi jarang..enggak pernah sayur..tahu, tempe..gak
pernah bekel.. (Krn)

permen kenyal merek X, pasti itu mah..kalo gak air mineral dalam kemasan
gelas merek X, minuman teh dalam kemasan gelas merek X, kalo gak teh
itu, minuman nata de coco dengan serat, paling sering mah air mineral..terus
waktu kemaren itu, Nfc beli cilok-cilok gitu, sakit perut dia..kadang-kadang
batagor kak pulangnya.. (Ds)

tales..roti..di koperasi..ke warung beli teh gelas..biskuit yang rasa


coklat..bekel gak pernah..mie gak pernah..sebelum masuk sekolah, pernah
makan cireng tapi jarang (Sa)

pernah kayaknya..gak tau sekali gak tau dua kali..eeemie, cilok..terus itu
jajanan yang di koperasi itu..kerupuk kayak gitu..terus tales..air
mineral..kadang itu kalo misalnya di sana..minuman nata de coco, teh dalam
kemasan..batagor enggak..tahu bullet pernah, baru ngeliat dua kali..kadang itu
es buah..nugget pernah, gak sering, kadang kalo temennya ngajakin baru
ikutan..heeh..sering..hampir setiap hari bawa minum..paling sering yang di
koperasi..itu kayak kerupuk, tales..pas istirahat.. (Sv)
118

Makanan yang dikonsumsi Sn di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.7 di bawah ini.

Gambar 5.7 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Sn Di Sekolah

Makanan yang dikonsumsi Ms di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.8 di bawah ini.

Gambar 5.8 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Ms Di Sekolah

Makanan yang dikonsumsi Nfc di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.9 di bawah ini.

Gambar 5.9 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Nfc Di Sekolah


119

Makanan yang dikonsumsi In di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.10 di bawah ini.

Gambar 5.10 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi In Di Sekolah

Makanan yang dikonsumsi Aa di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.11 di bawah

ini.

Gambar 5.11 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Aa Di Sekolah

Dari hasil FGD, wawancara dan observasi, diketahui bahwa sebagian besar

informan memiliki kebiasaan jajan di sekolah, hanya satu informan yang tidak pernah

jajan. Sebagian besar informan membeli makanan di kantin sekolah, hanya tiga

informan yang tidak pernah jajan dikantin atas alasan tidak percaya akan

kebersihannya. Makanan yang dibeli informan sangat bervariasi, sebagian besarnya

adalah mie instan dan makanan ringan lain yang jika dilihat dari zat gizi yang

terkandung dalam makanan tersebut sangat sedikit, terutama untuk protein, zat besi,
120

dan vitamin C. Sebagian besar informan mengatakan jarang membawa bekal ke

sekolah, alasannya antara lain malas karena berat, ataupun waktu istirahat yang tidak

cukup banyak karena harus digunakan untuk shalat. Hanya satu informan yang selalu

membawa bekal setiap hari.

Jika dilihat dari makanan yang biasa dimakan saat berada di sekolah, sangat besar

kemungkinan asupan zat gizi seluruh informan kurang dari angka kecukupan gizi

yang dianjurkan, hal ini dikarenakan selama lebih kurang tujuh jam berada di luar

rumah, hanya sedikit sekali makanan yang dikonsumsi mengandung zat gizi penting,

terutama protein, zat besi, dan vitamin C. Kekurangan asupan beberapa zat gizi

tersebut merupakan salah satu penyebab yang membuat para informan menderita

anemia.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti tidak memasukkan variabel infeksi penyakit malaria dan variabel

kecacingan, karena di daerah tersebut bukan merupakan daerah endemik

malaria dalam penelitian ini dan untuk memperoleh informasi mengenai

kecacingan informan utama harus menjalani pemeriksaan tinja, sedangkan para

informan keberatan untuk diperiksa tinjanya serta Puskesmas terdekat tidak

memiliki fasilitas tersebut.

2. Peneliti hanya menggunakan data sekunder untuk mengetahui kadar Hb seluruh

informan utama dan observasi yang dilakukan terhadap keluhan/gejala anemia

mengenai kuku, bibir, dan mata yang pucat sangat tergantung pada subjekifitas

peneliti.

3. Jawaban informan saat FGD maupun wawancara sangat tergantung pada situasi

dan keadaan di sekitar mereka.

4. Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik orangtua, khususnya

pendapatan keluarga, peneliti hanya melakukan wawancara terhadap ibu dari

enam orang informan.

5. Metode Recall 1x24 jam yang dilakukan sangat tergantung pada daya ingat

informan dan kemampuan peneliti memprediksikan berat gram bahan makanan.

121
6.2 Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Husaini (1989) menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh penurunan

produksi sel darah merah dan hemoglobin, peningkatan pengrusakan sel-sel merah

(hemolisis) atau kehilangan darah karena perdarahan berat. Anemia didefinisikan

suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari keadaan normal

(WHO, 2001) yang ditentukan menurut umur dan jenis kelamin. Informan utama

dalam penelitian ini berumur 12-14 tahun, kadar Hb yang normal untuk kelompok

umur tersebur adalah 12 gr/dl. Sehingga, bila kadar Hb dibawah 12 gr/dl, maka

informan tersebut menderita anemia. WHO 2001 juga melakukan klasifikasi anemia,

yaitu normal atau tidak anemia jika kadar Hb 12-14 gr/dl, anemia ringan jika Hb 11

11,9 gr/dl, anemia sedang Hb 8 10,9 gr dl, anemia berat jika Hb 5 7,9 gr/dl, dan

jika Hb < 5 gr/dl digolongkan anemia sangat berat.

Seluruh informan utama memiliki kadar Hb dibawah 12 gr/dl, yaitu 8,7 10,8

gr/dl. Tiga informan memiliki kadar Hb dibawah 10 gr/dl, 12 orang lainnya memiliki

kadar Hb 10-11 gr/dl. Hasil pemeriksaan Hb ini menunjukkan bahwa seluruh

informan menderita anemia yang tergolong anemia sedang sesuai dengan klasifikasi

anemia menurut WHO (2001).

Gejala anemia menurut Arisman (2004) biasanya tidak khas dan sering tidak

jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. Sedangkan menurut

Depkes (1998) dan Supariasa (2002), gejala/tanda-tanda anemia antara lain 5 L (lelah,

lesu, lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung

meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing,

dan mudah mengantuk.

122
Dari hasil penelitian diketahui bahwa setiap informan memiliki salah satu atau

lebih dari gejala anemia, seperti 5L, pusing, mudah mengantuk, dan pucat pada bibir,

kuku, serta kelopak mata. Gejala atau tanda fisik yang dirasakan oleh para informan

sesuai dengan gejala anemia dalam Depkes (1998), Arisman (2004), dan Supariasa

(2002).

Seluruh informan menderita anemia tingkat sedang memiliki beberapa gejala

atau tanda-tanda anemia, yaitu 5L, pusing, mudah mengantuk, pucat pada kuku, bibir,

dan kelopak mata.

Menurut WHO (1996), peningkatan angka kesakitan merupakan salah satu

dampak yang ditimbulkan akibat anemia. Anemia yang diderita oleh remaja putri

dapat menyebabkan menurunya prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh

sehingga mudah terkena penyakit infeksi (Depkes, 2003). Namun hasil penelitian

menunjukkan hal yang berbeda dengan teori menurut WHO (1996) dan Depkes

(2003), karena dilihat dari absensi selama satu semester diketahui bahwa hanya

sebagian kecil informan yang sering sakit, dan tidak ada satupun informan yang

prestasinya dibawah rata-rata kelas. Hal ini dapat terjadi karena informan menderita

anemia belum dalam jangka waktu yang lama.

Namun, jika tidak segera diobati, tidak menutup kemungkinan anemia yang

diderita seluruh informan akan menjadi anemia tingkat berat dan menimbulkan

dampak yang merugikan informan, sesuai dalam WHO (1996) bahwa anemia yang

diderita oleh remaja putri akan berdampak pada perkembangan fisik dan psikis yang

terganggu, penurunan kerja fisik dan daya pendapatan, penurunan daya tahan

terhadap keletihan, peningkatan angka kesakitan dan kematian, menurunya prestasi

123
belajar, menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi

(Depkes, 2003). Selain itu pada remaja putri yang anemia, tingkat kebugarannyapun

akan turun yang berdampak pada rendahnya produktifitas dan prestasi olahraganya

dan tidak tercapainya tinggi badan maksimal karena pada masa ini terjadi puncak

pertumbuhan tinggi badan (peak higth velcity). Oleh karena itu, untuk mencegah

dampak yang terjadi akibat anemia yang diderita, sebaiknya dari pihak sekolah

ataupun Puskesmas setempat melakukan intervensi secara berkesinambungan untuk

mengobati anemia yang diderita oleh para informan.

6.3 Gambaran Perilaku Sarapan Pagi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota

Bogor

Menurut Depkes (2001), sarapan adalah mengkonsumsi makanan yang dimakan

pada waktu pagi hari sebelum berangkat atau melakukan kegiatan disekolah.

Makanan yang dimakan terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan

kudapan. Jumlah yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara kebiasaan sarapan pagi setiap hari dengan kejadian anemia. Penelitian

Chusniaty (2002), Permaesih (2005), dan Wijiastuti (2006) mendapatkan hasil bahwa remaja

putri yang tidak mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari memiliki resiko menderita

anemia dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap

hari.

Dari seluruh jawaban informan utama, informan pendukung, hasil observasi

serta hasil recall, diketahui bahwa seluruh informan terbiasa sarapan pagi setiap hari

124
sebelum mereka berangkat ke sekolah. Makanan yang dimakan informan pada saat

sarapan sangat bervariasi, antara lain nasi dengan telur, ikan, ayam, tempe ataupun

tahu. Selain nasi dengan lauknya, nasi goreng, roti, bihun, dan mie instan juga

merupakan jenis makanan yang dikonsumsi oleh informan pada saat sarapan.

Sebagian besar informan lebih sering sarapan nasi dengan telur, mie instan, ataupun

nasi goreng. Walaupun seluruh informan sarapan pagi setiap hari sebelum mereka

berangkat ke sekolah, keadaan ini tidak membuat mereka terhindar dari anemia. Hal

ini menunjukkan bahwa hasil penelitian Chusniaty (2002), Permaesih (2005), dan

Wijiastuti (2006) tidak terbukti dalam penelitian ini, karena seluruh informan memiliki

kebiasaan sarapan pagi setiap hari, namun tetap saja menderita anemia.

Walaupun seluruh informan selalu sarapan setiap hari, namun yang menjadi masalah

adalah jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dilihat dari kandungan zat gizi serta

porsinya, makanan yang dimakan kurang dari 1/3 makanan sehari, hal ini tidak sesuai dengan

Depkes (2001). Selain itu juga, sebagian informan mengkonsumsi teh setelah sarapan

pagi, teh yang mengandung tannin dapat menghambat penyerapan zat besi yang

terkandung dalam makanan. Sesuai dengan Husaini (1989), bahwa tannin yang

terkandung dalam teh merupakan salah faktor yang menghambat absorbsi zat besi.

Perilaku sarapan pagi pada informan yang tergolong anemia sedang terkait

dengan ketidakcukupan asupan zat gizi yang dikonsumsi, khususnya zat besi.

Kehadiran teh dalam menu sarapan pagi informan juga membuat terhambatnya zat

besi yang dikonsumsi. Jadi, kurangnya makanan yang mengandung zat besi dan

125
kehadiran teh dalam menu sarapan pagi informan dapat dikatakan sebagai faktor yang

membuat informan menderita anemia tingkat sedang.

6.4 Gambaran Perilaku Minum Teh Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Menurut Junadi (1995), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya

anemia, yaitu : sebab langsung, sebab tidak langsung, dan sebab mendasar. Sebab

langsung yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit. Ketidakcukupan

zat besi dalam tubuh disebabkan salah satunya oleh makanan cukup, namun

bioavailabilitas rendah, serta makanan yang dimakan mengandung zat penghambat

absorpsi besi. Absorpsi besi tergantung pada jumlah bahan makanan yang

menghambat dan meningkatkan absorpsi, sehingga absorpsi besi dari makanan yang

dikonsumsi sehari-hari bervariasi. Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat

dalam teh, kopi, dan beberapa jenis sayuran dan buah menghambat absorbsi besi

dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum

teh atau kopi waktu makan (Almatsier, 2001). Selain itu, dari hasil penelitian

Satyaningsih (2007) didapatkan hasil bahwa remaja putri yang memiliki kebiasaan

minum teh/kopi > 1 gelas/hari memiliki resiko 2,023 menderita anemia dibandingkan

dengan remaja putri yang mengkonsumsi teh < 1 gelas/hari.

Dari hasil FGD, wawancara, observasi, maupun recall, diketahui bahwa

sebagian besar informan memiliki kebiasaan minum teh minimal sekali dalam sehari

setelah makan, namun tidak ada satu informanpun yang memiliki kebiasaan minum

kopi. Sebagian besar minum teh pada pagi hari, namun sebagian kecil lainnya juga

memiliki kebiasaan minum teh siang dan malam hari. Dua informan memiliki

126
kebiasaan minum teh dalam kemasan gelas yang mereka beli di warung dekat rumah.

Karena sebagian besar informan memiliki kebiasaan minum teh minimal sekali dalam

sehari setelah makan makanan yang mengandung zat besi, menyebabkan penyerapan

zat besi dari makanan tersebut terhambat oleh zat tannin yang terkandung dalam teh.

Penyerapan zat besi yang tidak sempurna inilah yang menyebabkan zat besi yang

masuk dalam tubuh tidak sesuai dengan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh, hal

inilah yang menyebabkan kejadian anemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Morck, et al (1983) yang memaparkan

bahwa minum teh paling tidak sejam sebelum atau setelah makan akan mengurangi

daya serap sel darah terhadap zat besi 64 persen. Pengurangan daya serap akibat teh

ini lebih tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan oleh konsumsi segelas kopi

usai makan. Kopi, mengurangi daya serap hanya 39 persen. Pada teh, pengurangan

daya serap zat besi itu diakibatkan oleh zat tanin. Selain mengandung tanin, teh juga

mengandung beberapa zat, antara lain kafein, polifenol, albumin, dan vitamin. Tanin

bisa mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan_terutama yang masuk kategori

heme non-iron, misalnya padi-padian, sayur-mayur, dan kacang-kacangan.

6.5 Gambaran Pola Menstruasi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Berdasarkan etiologinya, menurut Baldy (1992) anemia dapat dibagi menjadi

dua, pertama karena meningkatnya kehilangan sel darah merah, kedua karena

gangguan atau penurunan pembentukan sel. Menstruasi yang abnormal dapat

mengakibatkan meningkatnya kehilangan sel darah merah karena perdarahan. Siklus

menstruasi normal muncul satu kali dalam sebulan, karena itu dapat dikatakan

127
frekuensi atau siklus menstruasi perempuan usia reproduksi adalah satu kali sebulan.

Pola menstruasi dapat diukur berdasarkan jumlah darah, frekuensi perdarahan, dan

lama menstruasi. Bila frekuensi menstruasi lebih dari satu kali sebulan sehingga

siklus kurang dari 25 hari disebut polimenore (Depkes, 1999).

Menurut Hestiantoro (2008), haid yang normal adalah jika ritme (irama) haid

25 sampai 31 hari, lamanya darah haid yang keluar normalnya 2-5 hari. Maka,

masalah gangguan haid atau haid abnormal yang berhubungan dengan meningkatnya

kehilangan sel darah merah jika ritme haid lebih dari 31 hari dan lama darah keluar

lebih dari enam hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan informan telah mengalami

menstruasi, seluruh informan memiliki siklus menstruasi yang normal sesuai dengan

Depkes (1999) karena mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan. Lama hari

menstruasi informan antara empat sampai sepuluh hari, dan sebagian besar tujuh hari

atau seminggu, yang mana darah keluar terbanyak pada satu sampai empat hari

pertama.

Jika dibandingkan dengan Hestiantoro (2008) sebagian besar informan yang

telah mengalami menstruasi memiliki pola menstruasi yang abnormal, karena lama

darah keluar lebih dari enam hari atau disebut menoragia. Menurut Biran (1990),

suatu perdarahan haid disebut tidak normal jika perdarahan yang terjadi lebih dari

enam hari. Dibandingkan dengan Hestiantoro (2008), dan Biran (1990) tersebut,

menstruasi para informan tidak normal karena sebagian besar informan mengalami

menstruasi selama tujuh hari.

128
Menstruasi yang tidak normal pada delapan dari lima belas informan

merupakan salah satu faktor penyebab kejadian anemia yang dialami para informan,

karena menstruasi yang abnormal mengakibatkan pengeluaran sel darah merah

meningkat, dan peningkatan sel darah merah tersebut merupakan salah satu etiologi

anemia menurut Baldy (1992).

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa menstruasi yang dialami oleh

informan merupakan salah satu faktor penentu dari anemia yang mereka derita sejalan

dengan hasil penelitian Satyaningsih (2007), bahwa remaja putri dengan frekuensi

haid yang tidak normal memiliki resiko 2,6 kali menderita anemia dibandingkan

dengan remaja putri yang frekuensi haidnya normal.

6.6 Gambaran Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Dalam penleitian ini, informan melakukan penginderaan terhadap beberapa objek,

antara lain televisi, buku, dan orang lain. Dari sepuluh pertanyaan yang diajukan

peneliti untuk mengetahui pengetahuan informan mengenai anemia, sebagian besar

hanya menjawab empat atau lima pertanyaan dengan benar. Berdasarkan pengamatan

peneliti, seluruh informan menjawab dengan ragu dan muka kebingungan saat

menjawab setiap pertanyaan, mereka tidak mengetahui apakah jawaban mereka

tersebut benar atau salah, padahal peneliti mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan anemia.

129
Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan seluruh

informan kurang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan anemia. Menurut

Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior), salah satu tindakan

yang terbentuk adalah tindakan dalam hal pemilihan makanan sehari-hari.

Pengetahuan informan yang kurang mengenai anemia dan zat gizi tersebut

dapat menghasilkan tindakan yang kurang tepat dalam memilih makanan. Pemilihan

makanan yang tidak tepat akan berpengaruh pada ketidakcukupan asupan zat gizi,

salah satunya adalah zat besi, kurangnya asupan zat besi merupakan salah satu yang

menyebabkan seseorang menderita anemia. Hal ini sesuai dengan Irawati (1992)

yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang dalam pemilihan

makanan akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Sehingga

anemia yang diderita oleh para informan dapat disebabkan salah satunya oleh

pengetahuan informan yang kurang mengenai anemia ataupun zat gizi.

Dadin (2006) dan Satyaningsih (2007) menguatkan hasil penelitian ini, dalam

penelitian mereka didapatkan hasil bahwa remaja putri dengan pengetahuan gizi

rendah memiliki resiko masing-masing 2,86 kali dan 2,857 kali menderita anemia

dibandingkan dengan remja putri yang pengetahuan gizinya baik.

Karena pengetahuan mengenai anemia dan zat gizi pada informan kurang

merupakan salah satu penentu kejadian anemia sedang yang diderita informan, maka

instansi terkait seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas, serta pihak

sekolah setempat lebih meningkatkan pendidikan gizi dan kesehatan diintegrasikan

pada mata pelajaran seperti IPA (Biologi) dan Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan

130
Kesehatan). Selain itu juga, pemanfaatan kader remaja yang dibina melalui UKS dan

PMR dapat dijadikan sarana untuk memberikan penyuluhan tentang anemia kepada

para siswa khususnya remaja putri.

6.7 Gambaran Karakteristik Orangtua Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

6.7.1 Pendidikan Orangtua

Menurut Sariningrum (1990), ada dua kemungkinan hubungan antara tingkat

pendidikan orangtua dan pola konsumsi makanan dalam keluarganya, yaitu : tingkat

pendidikan orangtua secara langsung dan tidak langsung menentukan kondisi rumah

tangga dimana kondisi rumah tangga sangat mempengaruhi konsumsi keluarga,

kedua; pendidikan istri disamping merupakan modal utama dalam menunjang

perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan keluarga.

Suhardjo (1989) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan ibu dapat

menentukan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam menentukan makanan

keluarga. Peranan ibu biasanya paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan

kebiasaan makan anak, karena ibulah yang mempersiapkan makanan mulai mengatur

menu, berbelanja, memasak, menyiapkan makanan, dan mendistribusikan makanan.

Pendidikan dan pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas hidangan yang

disajikan, pengetahuan gizi berkembang secara bermakna dengan sikap positif

terhadap perencanaan dan persiapan makanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ayah maupun ibu informan

utama bervariasi, dari SD hingga S2, sebagian besarnya SMP untuk pendidikan ayah

dan SD untuk pendidikan ibu. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi status anemia

131
seseorang sehubungan dengan pemilihan makanan yang dikonsumsi. Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi akan mempengaruhi pengetahuan dan informasi tentang

gizi yang lebih baik dibandingkan seseorang yang berpendidikan lebih rendah

(Permaesih, 2005). Hal ini dibuktikan dalam hasil penelitian analisis sekunder yang

dilakukan oleh Basuki (1996) pada remaja putri SMU di Kabupaten Bandung,

diketahui bahwa kejadian anemia lebih banyak terjadi pada responden yang

mempunyai ibu dengan pendidikan rendah. Begitu juga dengan penelitian

Gunatmaningsih (2007) yang menunjukkan bahwa remaja putri yang mempunyai ibu

dengan tingkat pendidikan rendah memiliki risiko 1,778 kali lebih besar untuk

mengalami kejadian anemia.

Dalam penelitian ini, apa yang dikemukakan dalam Permaesih (2005) dan hasil

penelitian Basuki (1996) serta Gunatmaningsih (2007) tidak dapat dibuktikan, karena

dari keseluruhan informan yang menderita anemia terdapat Sembilan informan yang

memiliki orangtua dengan pendidikan rendah (SD, SMP), dan enam informan lain

memiliki orangtua dengan pendidikan tinggi (SMA, Diploma, Sarjana, Magister).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang disediakan di rumah

informan lebih baik pada ibu dengan pendidikan rendah dibandingkan informan yang

memiliki ibu berpendidikan tinggi. Selain itu, kebiasaan makan anak lebih baik pada

informan dengan ibu yang pendidikannya rendah. Hasil penelitian tersebut tidak

sesuai dengan pendapat Suhardjo (1989) yang mengemukakan bahwa tingkat

pendidikan ibu dapat menentukan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam

menentukan makanan keluarga serta peranan ibu biasanya paling banyak berpengaruh

terhadap pembentukan kebiasaan makan anak.

132
6.7.2 Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan, selain itu juga

lamanya waktu yang dipergunakan seseorang ibu untuk bekerja di dalam dan di luar

rumah, jarak tempat kerja dapat mempengaruhi makanan dalam keluarganya

(Khumaidi, 1989).

Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah wiraswasta, sebagian kecil

lainnya adalah pegawai swasta, pedagang, buruh tani, buruh dagang, supir angkutan

umum, dan pengusaha kebun teh. Sedangkan sebagian besar ibu informan adalah ibu

rumah tangga (IRT), hanya empat orang ibu yang bekerja antara lain sebagai pegawai

swasta, pedagang, dan kuli/buruh ladang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Khumaidi

(1989) tersebut, yang mana pendapatan keluarga sangat tergantung pada pekerjaan

orangtua. Terbukti pada keluarga informan yang bekerja sebagai buruh tani atau supir

angkutan umum, pendapatan keluarga tersebut kurang dari Rp.1.000.000,- setiap

bulan, berbeda dengan informan yang ayahnya bekerja sebagai wiraswasta,

pendapatan yang diperoleh lebih dari Rp. 1.000.000,- perbulan.

Kunanto (1992) mengemukakan bahwa orangtua dengan mata pencaharian

tetap, sekalipun rendah jumlahnya tetapi setidaknya memberikan jaminan sosial

keluarga yang lebih aman jika dibandingkan dengan pekerjaan tidak tetap dengan

penghasilan tidak tetap. Namun dalam penelitian ini, hal yang disampaikan dalam

Kunanto (1992) tidak terbukti, walaupun pekerjaan ayah maupun ibu informan tetap

133
dengan penghasilan tetap, tidak menutup kemungkinan anak mereka menderita

anemia.

6.7.3 Pendapatan Orangtua

Menurut Soekirman (1993) pola konsumsi pangan secara makro berhubungan

dengan hukum ekonomi, semakin meningat pendapatan keluarga maka semakin

beraneka ragam pola konsumsinya. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa pekerjaan

yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan

kualitas dan kuantitas makanan. apabila penghasilan meningkat, biasanya penyediaan

lauk pauk yang bermutu akan meningkat juga.

Hasil wawancara terhadap enam informan pendukung yang merupakan Ibu dari

informan utama diketahui bahwa, pendapatan keluarga dalam sebulan sangat

bervariasi antara lain antara Rp.525.000 Rp. Rp.3.632.000,-. Keluarga Ssa dan Sn

memiliki pendapatan yang tidak tetap, tidak lebih dari Rp.1.000.000 setiap bulan.

Karena pekerjaan ayah Ssa adalah buruh tani tergantung pada hasil panen yang tidak

selalu ada setiap bulan, dan ayah Sn yang merupakan supir angkutan umum

tergantung pada jumlah penumpang. keluarga Ms dan Nfc memiliki pendapatan

diatas Rp.3.000.000 dalam sebulan, dan keluarga In serta Aa sekitar Rp.1.500.000

perbulannya.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Soekirman (1993) dan Suhardjo

(1989), karena dilihat dari keaneka ragaman, kualitas dan kuantitas makanan, lebih

baik pada keluarga dengan pendapatan yang lebih dari Rp.3.000.000,- dibandingkan

dengan keluarga dengan pendapatan Rp.1.500.000,- atau dibawahnya.

134
Namun, hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Rani (2004) dan

Gunatmaningsih (2007) yang mendapatkan hasil bahwa remaja putri yang pendapatan

orangtuanya rendah, memiliki resiko menderita anemia dibandingkan remaja putri

yang pendapatan orantuanya tinggi, yang mana masing-masing risiko adalah 2,729

kali dan 1,707 kali. Karena dalam penelitian ini, seluruh informan yang menderita

anemia sedang memiliki orangtua dengan pendapatan rendah ataupun tinggi.

Jadi, jika dilihat dari pendidikan, dan pendapatan yang bervariasi, rendah

maupun tinggi, serta pekerjaan tetap ataupun tidak tetap dari orangtua informan,

karakteristik orangtua tidak dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang

menentukan seseorang menderita anemia tingkat sedang.

6.8 Gambaran Status Gizi Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau

status gizi (Supariasa, 2002). Menurut Riyadi (2003), IMT merupakan indeks berat

badan seseorang dalam hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan

membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi dalam satuan

meter kuadrat. Dalam penelitian ini gambaran status gizi merupakan data kuantitatif,

dan telah dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan untuk

mendapatkan IMT sesuai dengan Riyadi (2003). Dari perhitungan IMT seluruh

informan, kemudian dibandingkan dengan standar penentuan kurus dan berat badan

lebih menurut nilai rerata IMT untuk perempuan umur 10-14 tahun WHO (2007).

135
Diketahui bahwa sebagian besar informan status gizinya adalah normal, hanya satu

orang yang berstatus gizi lebih.

Menurut Thompson (2007) dalam Arumsari (2008), status gizi mempunyai

korelasi positif dengan konsentrasi Hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi

seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya. Disamping itu, berdasarkan penelitian

Permaesih (2005), ditemukan hasil bahwa remaja putri dengan IMT tergolong kurus

memiliki resiko 1,4 kali menderita anemia dibandingkan remaja putri dengan IMT

normal. Begitu pula dengan penelitian Gunatmaningsih (2007) yang menunjukkan

bahwa remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes

dengan status gizi tidak normal mempunyai risiko 2,175 kali lebih besar untuk

mengalami kejadian anemia. Namun hal yang dikemukakan oleh Thomphson (2007)

serta penelitian Permaesih (2005) dan Gunatmaningsih (2007) tersebut tidak terbukti

dalam penelitian ini. Jadi, status gizi bukan merupakan salah satu faktor penentu

informan menderita anemia tingkat sedang, karena tidak ada satu informanpun yang

memiliki status gizi kurang.

6.9 Gambaran Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor

6.9.1 Energi

Krummel (1996), menyatakan bahwa energi merupakan zat gizi utama, jika

asupan energi tidak terpenuhi sesuai kebutuhan maka kebutuhan akan zat gizi lainnya

seperti protein, vitamin, mineral juga sulit terpenuhi. Begitu pula menurut Khumaidi

(1989), untuk menilai kecukupan konsumsi pangan adalah dengan menilai kecukupan

konsumsi energi dan protein. Pada umumnya jika kecukupan energi dan protein

136
sudah terpenuhi dan dikonsumsi dari beragam jenis pangan, maka kecukupan zat gizi

lainnya biasanya juga akan terpenuhi.

Hasil recall 1x24 jam yang dilakukan dua kali menunjukkan bahwa empat dari

enam informan memiliki asupan energi jika dibandingkan dengan AKG masing-

masing adalah < 60 % dan dua informan lain > 90 %. Jika dibandingkan dengan cut

of points menurut Depkes (1992) dalam Supariasa (2002), maka empat informan

tingkat konsumsi energinya defisit, dan dua lainnya sedang. Hasil penelitian sejalan

dengan pendapat Krummel (1996) dan Khumaidi (1989), tidak terpenuhinya asupan

energi, juga diikuti oleh ketidakcukupan zat gizi lain.

Pengaruh asupan energi terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam beberapa

penelitian, yang mana remaja putri dengan asupan energi < 100 % AKG memiliki

resiko mengalami anemia 3,13 (Lestari, 1996), 3,2 (Safyanti, 2002), 6,962 (Kwatrin,

2007), 5,066 (Satyaningsih, 2007) kali lebih tinggi dibandingkan remaja putri yang

konsumsi energinya cukup. Beberapa hasil penelitian sebelumnya, terbukti dalam

penelitian ini, yang mana seluruh informan memiliki tingkat konsumsi energi kurang

dari 100 % AKG, sehingga ketidakcukupan energi merupakan salah satu faktor yang

penyebab terjadinya anemia.

6.9.2 Protein

Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai carrier bagi

transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut transferrin yang disintesa di

dalam hati dan transferin akan membawa zat besi dalam darah untuk digunakan pada

sintesa hemoglobin. Dengan berkurangnya asupan protein dalam makanan, sintesa

137
transferrin akan terganggu sehingga kadar dalam darah akan turun. Rendahnya kadar

transferrin dapat menyebabkan transportasi zat besi tidak dapat berjalan dengan baik,

akibatnya kadar Hb akan menurun (Hallberg, 1988).

Selain itu, Bridges (2008) juga menyatakan hal yang sama bahwa protein

mempunyai peranan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya

asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terlambat sehingga akan

terjadi defisiensi zat besi, disamping itu makanan yang tinggi protein terutama berasal

dari daging, ikan dan unggas juga banyak mengandung zat besi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein seluruh informan < 100 %

AKG. Dibandingkan dengan Supariasa (2002), tingkat konsumsi protein tiga

informan tergolong sedang, satu informan tergolong kurang, dan dua informan

defisit. Karena tidak ada satupun informan yang memiliki tingkat konsumsi protein

yang baik, maka hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya anemia

yang mereka derita. Hasil penelitian ini, sesuai dengan Hallberg (1988) dan Bridges

(2008), yang menyatakan bahwa kurangnya asupan protein dapat mengakibatkan

transportasi zat besi dalam tubuh menjadi terlambat dan tidak berjalan baik, sehingga

akan menyebabkan timbulnya defisiensi zat besi, dari defisiensi zat besi tersebut

menyebabkan kadar Hb dalam darah menurun, Kadar Hb yang turun merupakan salah

satu indicator untuk menentukan seseorang anemia.

Bebarapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Safyanti (2002), Dadin

(2006), Satyaningsih (2007), dan Kwatrin (2007) juga mendapatkan hasil yang sama,

yaitu remaja putri yang asupan proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih

138
tinggi terkena anemia dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup atau

memenuhi AKG. Hasil penelitian tersebut terbukti dalam penelitian ini.

6.9.3 Vitamin C

Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non hem sampai empat kali

lipat, yaitu dengan merubah besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah

diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar

dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Vitamin C pada umumnya

hanya terdapat pada pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam seperti

jeruk, nenas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat (Almatsier, 2001).

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa asupan vitamin C seluruh

informan < 60 % atau digolongkan defisit. Hal ini dikarenakan kebiasaan informan

yang jarang makan sayur dan buah, padahal menurut Almatsier (2001), vitamin C

banyak terkandung dalam sayur dan buah. Selain itu, konsumsi makanan yang

menagndung zat besi pada informan juga jarang diikuti oleh konsumsi makanan

sumber vitamin C. tingkat konsumsi vitamin C yang tergolong defisit pada seluruh

informan, merupakan salah satu faktor yang merupakan penyebab dari kejadian

anemia, karena menurut Almatsier (2001), vitamin C merupakan salah satu faktor

yang dapat meningkatkan absorpsi zat besi dal;am tubuh.

Beberapa penelitian membuktikan pengaruh konsumsi vitamin C terhadap

kejadian anemia, yaitu pada tahun 2001, Safyanti menemukan remaja putri yang

konsumsi Vitamin C kurang dari 100 % AKG memiliki resiko 3,5 kali lebih tinggi

mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi vitamin C

139
> 100 % AKG. Satyaningsih (2007) dan Kwatrin (2007) juga menemukan hal yang

sama, yaitu resiko mengalami anemia lebih tinggi 4 kali pada remaja putri yang

konsumsi Vitamin C kurang dari AKG. Hasil yang didapat dalam penelitian ini

sejalan dengan hasil bebrapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh

Safyanti (2001), Satyaningsih (2007) dan Kwatrin (2007).

6.9.4 Zat besi

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah

merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu:

sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut

elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam

jaringan tubuh (Almatsier, 2003).

Kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang digunakan untuk

pembentukan sel darah seperti zat besi, merupakan penyebab sebagan besar anemi

baik di Negara barat maupun di Negara timur, dengan prevalensi tertinggi di Negara-

negara berkembang (Husaini, 1989).

Menurut Hallberg (1988), anemia disebabkan karena defisiensi zat besi ekstrim

dengan karakteristik sel darah merah berkurang dan kadar Hb yang rendah. Salah satu

etiologi anemia menurut Baldy (1992), adalah karena gangguan atau penurunan

pembentukan sel, kekurangan zat besi juga dapat mengakibatkan pembentukan sel

darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia. Selain itu, Junadi (1995)

juga mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya anemia,

140
yaitu ketidakcukupan zat besi, ketidakcukupan zat besi dalam tubuh disebabkan

karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi.

Sama dengan asupan vitamin C, dalam penelitian ini juga di dapatkan hasil

bahwa asupan zat besi seluruh informan tergolong defisit karena < 60 %. Asupan zat

besi yang defisit merupakan faktor yang paling mennetukan seluruh informan

menderita anemia. Hasil penelitian tersebut seuai dengan Husaini (1989), Hallberg

(1988), Baldy (1992), dan Junadi (1995) yang mengatakan bahwa anemia disebabkan

oleh ketidakcukupan zat besi, karena zat besi merupakan salah satu zat besi adalah

salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah (Almatsier,

2003).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan bebarapa penelitian yang dilakukan oleh

Feriani (2004), Safyanti (2001), Satyaningsih (2007), dan Kwatrin (2007), yang

mana mereka mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara asupan zat besi

dengan anemia pada remaja putri.

Salah satu etiologi anemia adalah kurangnya zat besi yang mengakibatkan

pembentukan sel darah merah tidak efektif, sehingga asupan beberapa zat gizi seperti

Energi, protein, dan vitamin C yang kurang dari AKG serta asupan zat besi yang

deficit pada masing-masing informan merupakan faktor utama yang menentukan

informan menderita anemia tingkat sedang. Jadi, untuk mengantisipasi kekurangan

asupan zat gizi pada informan, sebaiknya dilakukan komunikasi antara guru dengan

orang tua siswi agar memperhatikan makanan, status gizi dan kesehatan putra-

putrinya.

141
6.10 Gambaran Perilaku Jajan Di Sekolah Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota

Bogor

Dari hasil FGD, wawancara dan observasi, diketahui bahwa sebagian besar

informan memiliki kebiasaan jajan di sekolah, hanya satu informan yang tidak pernah

jajan. Sebagian besar informan membeli makanan di kantin sekolah, hanya tiga

informan yang tidak pernah jajan dikantin atas alasan tidak percaya akan

kebersihannya. Makanan yang dibeli informan sangat bervariasi, sebagian besarnya

adalah mie instan dan makanan ringan lain. Sebagian besar informan mengatakan

jarang membawa bekal ke sekolah, alasannya antara lain malas karena berat, ataupun

waktu istirahat yang tidak cukup banyak karena harus digunakan untuk shalat. Hanya

satu informan yang selalu membawa bekal setiap hari.

Jika dilihat dari jenis makanan yang biasa dibeli informan selama berada di

sekolah, zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut sangat sedikit, terutama

untuk protein, zat besi, dan vitamin C. Sehingga sangat besar kemungkinan asupan

zat gizi seluruh informan kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Dan hal

ini terbukti dari hasil recall 1x24 yang dilakukan selama dua kali, seluruh informan

memiliki asupan energi, protein, vitamin C, dan zat besi < 100 % AKG. Hal ini

dikarenakan selama lebih kurang tujuh jam berada di sekolah, hanya sedikit sekali

makanan yang dikonsumsi dan mengandung zat gizi penting, terutama protein, zat

besi, dan vitamin C. Kurangnya asupan energi, protein, vitamin C, dan zat besi

merupakan faktor yang mengakibatkan seseorang menderita anemia.

142
Jadi, perilaku jajan informan selama berada di sekolah secara tidak langsung

merupakan faktor yang menentukan para informan menderita anemia sedang. Karena

hal tersebut, sebaiknya pihak sekolah lebih memperhatikan, membina, dan

mengarahkan kualitas makanan yang dijual di kantin sekolah, agar tercapainya

pemenuhan asupan zat gizi para siswa khususnya remaja putri.

143
144

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Seluruh informan menderita anemia tingkat sedang dengan kadar Hb antara

8,7 gr/dl sampai 10,8 gr/dl memiliki beberapa gejala atau tanda-tanda anemia,

yaitu 5L, pusing, mudah mengantuk, pucat pada kuku, bibir, dan kelopak

mata.

2. Seluruh informan memiliki perilaku sarapan pagi setiap hari, tetapi kenyataannya

semua informan menderita anemia tingkat sedang, kurangnya makanan yang

mengandung zat besi dan kehadiran teh dalam menu sarapan pagi informan

merupakan salah satu faktor yang membuat informan menderita anemia.

3. Sebagian besar informan memiliki perilaku minum teh minimal satu kali

dalam sehari setelah makan pada pagi hari, perilaku minum teh pada informan

merupakan salah satu penyebab informan menderita anemia, karena

terganggunya penyerapan zat besi oleh zat tanin yang terkandung dalam teh.

4. Delapan dari lima belas informan telah mengalami menstruasi, sebagian besar

informan memiliki pola menstruasi yang abnormal, karena lama darah keluar

lebih dari enam hari. Menstruasi yang tidak normal merupakan salah satu

faktor penentu kejadian anemia yang dialami para informan.

5. Sebagian besar informan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai

anemia dan zat gizi, pengetahuan yang kurang membuat informan kurang
145

tepat dalam memilih makanan yang mengandung zat gizi, dan pada akhirnya

menyebabkan ketidakcukupan zat gizi khususnya zat besi.

6. Pendidikan orangtua informan bervariasi, baik rendah maupun tinggi antara

SD sampai dengan S2. Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah

wiraswasta, sedangkan sebagian besar ibu informan adalah ibu rumah tangga

(IRT). Pendapatan orangtua informan setiap bulannya bervariasi, antara

Rp.525.000 Rp. Rp.3.632.000,-.

7. Pendidikan dan pendapatan yang bervariasi, rendah maupun tinggi, serta

pekerjaan tetap ataupun tidak tetap dari orangtua informan menunjukkan

bahwa dalam karakteristik orangtua tidak dapat dijadikan sebagai salah satu

faktor yang menentukan seseorang menderita anemia tingkat sedang.

8. Sebagian besar informan memiliki status gizi normal, hanya satu informan

status gizinya lebih. Karena tidak ada satu informanpun yang memiliki status

gizi kurang, maka status gizi bukan merupakan salah satu faktor penentu

informan menderita anemia.

9. Asupan beberapa zat gizi seperti energi, protein, dan vitamin C yang kurang

dari AKG serta asupan zat besi yang defisit pada masing-masing informan

merupakan faktor utama yang menentukan informan menderita anemia tingkat

sedang.

10. Sebagian besar informan memiliki perilaku jajan makanan yang tidak

memenuhi kecukupan zat gizi, secara tidak langsung perilaku jajan tersebut

merupakan penyebab para informan menderita anemia karena kurangnya

asupan beberapa zat gizi, khususnya zat besi.


146

7.2 Saran

1. Sebaiknya instansi terkait seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan,

Puskesmas, serta pihak sekolah setempat lebih meningkatkan pendidikan gizi

dan kesehatan, yang diintegrasikan pada mata pelajaran seperti IPA (Biologi)

dan Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan).

2. Sebaiknya UKS dan PMR melalui kader remaja dapat dijadikan sarana untuk

memberikan penyuluhan tentang anemia kepada para siswa khususnya remaja

putri.

3. Untuk mengantisipasi ketidakcukupan asupan zat gizi pada siswa khususnya

remaja putri, sebaiknya dilakukan komunikasi antara guru dengan orang tua

siswa agar memperhatikan makanan, status gizi dan kesehatan putra-putrinya.

4. Pihak sekolah sebaiknya lebih memperhatikan, membina, dan mengarahkan

kualitas makanan yang dijual di kantin sekolah, agar tercapainya pemenuhan

asupan zat gizi para siswa khususnya remaja putri.


147

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Faruk. 2000. Anaemia in Bangladesh: A Review of Prevalence and


Aetiology. Public Health Nutrition [Online]. 3(4), [Accesed 8th October 2009],
p.385-393. Available from World Wide Web : http://www.journal.cambridge.org/

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.

Amaliah, Lili. 2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada

Remaja Putrid Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Serang

Tahun 2002. Depok : skripsi FKMUI.

Apriadji. 1986. Gizi keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.

Arimurti, Ida. 2009. Makan Bersama Keluarga Membentuk Pola Makan Remaja Lebih
Baik. Diakses pada tanggal 8 November 2009 dalam situs http://www.mail-
archive.com/idaarimurtiandfriends@yahoogroups.com/msg05063.html.

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Arumsari, E. 2008. Faktor Risiko Anemia Pada emaja Putri Peserta Program
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi.
Bogor : Skripsi GMSK IPB.

Ayustaningwarno, Fitriyono. 2009. Tontonan Televisi Mempengaruhi Pola Makan


Remaja. Diakses pada tanggal 8 November 2009 dalam situs
http://doktersehat.com

Baldy CM. 1992. Sel Darah Merah. Dalam Patofisiologi Jilid 1. Alih Bahasa :
Dr.Peter Anugerah. Jakarta : EGC.
148

Biran. 1990. Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Besral, dkk. 2007. Pengaruh Minum The Terhadap Kejadian Anemia Pada Usila Di
Kota Bandung. Makara Seri Kesehatan Volume 11 No.1.

Bridges, Kenneth R, at al. 2008. Anemias and Other Red Cell Disorder . New York :
Mc. Graw Hill.

Casey, GJ, et al. 2009. A Free Weekly Iron-Folic Acid Supplementation and Regular
Deworming Program is Associated with Improved Hemoglobin and Iron Status
Indicators in Vietnamese Women. BioMed Central Public Health Journal
[Online]. 55(5), [Accesed 8th October 2009], p.985-988. Available from World
Wide Web : http://www.biomedcentral.com/

Chang, Mei Ciu, et al. 2006. A study of prevalence of anaemia in adolescent girls and
reproductive-age women in Kuala Lumpur. Diakses pada tanggal 22 November
2009 dalam situs http://www.termedia.pl/magazine.php.

Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:
California. Diakses dalam situs : http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-
nalar/penelitian/116-metode-penelitian-kualitatif.html

Depkes, RI. 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putrid dan
WUS. Jakarta : Depkes RI.

Depkes, RI. 2001. Buku Pintar Konseling Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi).
Jakarta : Depkes RI.

Depkes, RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur
(WUS). Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. 2008. Gizi Dalam Angka Sampai Dengan Tahun 2007. Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
149

Depkes, RI. 2008. Kita Bisa Lebih Berprestasi Tanpa Anemia. Jakarta : Depkes RI.

Feriani, Rani. 2004. Perbedaan Pola Konsumsi Makan, Status Menstruasi, dan Sosial

Ekonomi Terhadap Status Anemia Gizi Pada Siswa Remaja Putri Di SLTPN 5

Tarogong Kabupaten Garut Tahun 2004. Depok : Skripsi FKM UI.

Guthrie, H.A. 1989. Introductory Nutrition. USA : Mosby Colledge Publishing.

Hallberg, Leif. 1988. Besi. Dalam Pengetahuan Gizi Mutakhir Mineral. Alih bahasa
Nasoetion, dkk. Jakarta : PT.Gramedia.

Hestiantoro, dkk. 2008. Masalah Gangguan Haid dan Infertilitas. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Husaini, dkk. 1980. Anemi Gizi. Penetapan Masalah Pencegahan dan Pengobatan.
Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan RI.

Husaini, dkk. . 1989. Anemia Gizi Suatu Studi Kompilasi Informasi dalam Menunjang
Kebijaksanaan Nasional dan Pengembangan Program. Bogor : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Irawati, A, dkk. 1992. Pengetahuan Gizi Murid SD dan SMP di Kodya Bogor. Bogor :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI.

Junadi, P. 1995. Strategi Operasional Penanggulangan Anemia Gizi di Indonesia.


Depok : FKM UI.

Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju.


150

Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi IPB.

Kinabo, Joyce L, et al. 2003. The Prevalence Of Anaemia Among Adolescents Girls In
Morogoro Municipality, Tanzania. Diakses pada tanggal 22 November 2009
dalam situs http://foodafrica.nri.org/nutrition/nutritionabstracts/JoyceKinabo.pdf.

Koblinsky, Marge, et al. 1996. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global.


Penerjemah : Dr.Adi Utarini. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Kresno, Sudarti. 2000. Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan.


Depok : FKMUI.

Krummel, et al. 1996. Nutrition in Womens Health. Gaithersburg, Maryland : An


Aspen Publication.

Kwatrin, Eva. 2007. Fakor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada siswi SMUN
Bayah Kabupaten Lebak Propinsi Banten Tahun 2007. Depok : Thesis FKMUI.

Leenstra, Tjalling. 2003. Anemia In Adolescent Schoolgirls In Western Kenya;


Epidemiology And Prevention. Amsterdam : PhD Thesis of University Of
Amsterdam. Diakses pada tanggal 22 November 2009 dalam situs
http://www.parasitologie.nl/assets/files/theses/a2003leenstrathesis.pdf.

Lestari, Sri Basuki Dwi. 1996. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Gizi Remaja Putri SMU di Kabupaten Bandung. Depok : Thesis FKMUI.

Lunandi, A. G. Pendidikan Orang dewasa. Jakarta : PT. Gramedia. 1984.

McLean, Erin, et al. 2008. Worldwide Prevalence of Anaemia, WHO Vitamin and
mineral Nutrition Information System, 1993-2005. Public Health Nutrition
[Online]. 12(4), [Accesed 8th October 2009], p.444-454. Available from World
Wide Web : http://www.journal.cambridge.org/
151

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja


Rosdakarya.

Monks, F.J. 1999. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Morck, et al. 1983. Inhibition of Food Iron Absorption By Coffee. The American
Jornal of Clinical Nutrition [Online]. Vol.37, [Accesed 30th November 2009],
p.416-420. Available from World Wide Web : http://www.ajcn.org/

Muhilal, 2004. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Dalam Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VI. Jakarta : LIPI.

Neuman, WL. 2000. Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approach.
Boston: Allyn and Bacon.

Notoatmodjo, Soekitdjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Pande, Rohini, et al. 2004. Reducing Iron-Deficiency Anemia and Changing Dietary
Behaviors among Adolescent Girls in Maharashtra, India. Diakses pada tanggal
22 November 2009 dalam situs
http://www.icrw.org/docs/2004indiareprohealth8.pdf.

Permaesih, dkk. 2005. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Remaja.


Buletin Penelitian Kesehatan Volume 33 Nomor 4.

Safyanti, 2002. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Anemia Pada Remaja Putri
SMUN 3 Padang Provinsi Sum-Bar Tahun 2001 (Analisis Data Sekunder).
Depok : Thesis FKMUI

Saidin, S, dkk. 1991. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar.
Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan RI.
152

Sakti, Hastaningsih, dkk. 2003. Pengaruh Suplementasi Tablet Fe Dan Pendidikan Gizi
Terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktek Tentang Anemia Dan Kadar Hemoglobin
(Hb) Pada Remaja Putri. Media Medika Indonesia Tahun 2003 Volume 31
Nomor 1.

Saraswati, Edwi, dkk. 1997. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Anemia Remaja Putri
Sekolah Menengah Umum Anemia dan Non Anemia Di Enam Dati II Propinsi
Jawa Barat. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan
Departemen Kesehatan RI.

Sariningrum, I. 1990. Tingkat Pendapatan dan Pengetahuan Gizi. Jakarta : Akademi


Gizi Departemen Kesehatan RI.

Satyaningsih, Elsa. 2007. Anemia Gizi Pada Remaja Putri Smk Amaliyah Sekadau

Kalimantan Barat Tahun 2007. Depok : Thesis FKMUI.

Sayogo, Savitri. 2006. Gizi Remaja Putri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Scholl, TO, et al. 1992. Anemia vs Iron Deficiency: Increased Risk of Pertern Delivery
In A Prospective Study. The American Jornal of Clinical Nutrition [Online].
55(5), [Accesed 8th October 2009], p.985-988. Available from World Wide Web :
http://www.ajcn.org/

Sediaoetama. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat.

Siswanto, Hadi. 2001. Berapa Besar Masalah Gizi Di Indonesia dan Bagaimana
Menanggulanginya?. Jurnal Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Siswono. 2008. 30 Persen Penduduk Dunia Menderita Anemia. Diakses pada tanggal
28 Juli 2009 dalam situs http://www.gizinet.com
153

Suharno, D. 1983. Anemi dilihat dari segi klinis dan masalah kesehatan masyarakat.
Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan RI.

Sulaeman. 2007. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Angka Kejadian


Anemia Remaja Putri Smu N I Yogyakarta Tahun 2007. Diakses pada tanggal 24
Juli 2009 dalam situs http://one.indoskripsi.com/node/8347.

Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wirakusumah, E.S. 1996. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta : Trubus
Agriwidya.

WHO, 1996. Guidelines For The Control Of Iron Deficiency In Countries Of The
Eastern Mediterranean Middle East And North Africa. Geneva : WHO.

WHO. 2001. Iron Deficiency Anemia. Assessment, Prevention and Control. A Guide
for Programe Managers. Geneva : WHO.

WHO. 2008. Worldwide Prevalence of Anaemia 1993-2005; WHO Global Database on


Anaemia. Geneva : WHO.
Lampiran 1

PEDOMAN FGD BAGI SISWI

A. PENGETAHUAN ANEMIA

1. Kapankah kamu mendengar istilah anemia sebelumnya? Sumber dari mana?

2. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang pengertian/definisi anemia?

3. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang cara mendeteksi anemia?

4. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang gejala anemia?

5. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang penyebab dari anemia?

6. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang akibat yang ditimbulkan
jika seseorang menderita anemia?

7. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang cara mencegah ataupun
mengobati anemia?

8. Tahukah kamu manfaat zat besi, sumber bahan makanan yang mengandung zat
besi? Coba ceritakan..

9. Tahukah kamu kegunaan dari vitamin C? bisakah kamu sebutkan bahan


makanan yang tinggi akan kandungan vitamin C?

10. Apakah yang kamu ketahui tentang tablet tambah darah?

B. KEJADIAN ANEMIA

1. Coba kamu ceritakan, kapan kamu merasakan lelah, letih, lemas, lesu, ataupun
lalai? Jika ya, pada keadaan seperti apa? Seberapa sering?
2. Coba kamu ceritakan kapan kamu merasa pusing dan berkunang-kunang saat
bangun dari tidur ataupun duduk ? Seberapa sering?

3. Coba kamu ceritakan kapan kamu merasa mengantuk ? jika ya, pada kondisi
apakah setiap hari merasa seperti itu? Biasanya jam berapa kamu mulai
mengantuk?

4. Berapa hari sekali kamu buang air besar? Menurut kamu, apakah buang air
besar kamu teratur? Jika ya/tidak, kenapa?

C. MENSTRUASI

1. Sudahkah kamu mengalami menstruasi? Kapan?

2. Biasanya berapa hari kamu mengalami menstruasi?

3. Dari setiap menstruasi, berapa harikah kamu merasa darah yang keluar paling
banyak?

4. Berapa kali dalam sehari kamu ganti pembalut jika menstruasi?

D. PERILAKU MAKAN DAN MINUM

1. Kalau pagi hari sebelum berangkat sekolah, apakah kamu makan? Jenis
makanan?

2. Dalam sehari, berapa kali kamu minum teh/kopi? Waktunya? Seberapa banyak?

3. Apakah kamu minum teh sebelum, saat, atau setelah makan?

4. Saat disekolah, apakah kamu selalu jajan? Alasannya?

5. Jenis makanan dan minuman apa yang biasa kamu beli? Apakah setiap hari
selalu membeli jenis makanan/minuman yang sama? Bisa tolong kamu
ceritakan kenapa?
6. Pernahkah kamu membawa bekal ke sekolah? Jenis makanannya? Kenapa?
Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI SISWI

A. PENGETAHUAN ANEMIA

1. Kapankah kamu mendengar istilah anemia sebelumnya? Sumber dari mana?

2. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang pengertian/definisi anemia?

3. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang cara mendeteksi anemia?

4. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang gejala anemia?

5. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang penyebab dari anemia?

6. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang akibat yang ditimbulkan
jika seseorang menderita anemia?

7. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang cara mencegah ataupun
mengobati anemia?

8. Tahukah kamu manfaat zat besi, sumber bahan makanan yang mengandung zat
besi? Coba ceritakan..

9. Tahukah kamu kegunaan dari vitamin C? bisakah kamu sebutkan bahan


makanan yang tinggi akan kandungan vitamin C?

10. Apakah yang kamu ketahui tentang tablet tambah darah?

B. KEJADIAN ANEMIA

1. Coba kamu ceritakan, kapan kamu merasakan lelah, letih, lemas, lesu, ataupun
lalai? Jika ya, pada keadaan seperti apa? Seberapa sering?
2. Coba kamu ceritakan kapan kamu merasa pusing dan berkunang-kunang saat
bangun dari tidur ataupun duduk ? Seberapa sering?

3. Coba kamu ceritakan kapan kamu merasa mengantuk ? jika ya, pada kondisi
apakah setiap hari merasa seperti itu? Biasanya jam berapa kamu mulai
mengantuk?

4. Berapa hari sekali kamu buang air besar? Menurut kamu, apakah buang air
besar kamu teratur? Jika ya/tidak, kenapa?

C. ASUPAN ZAT GIZI

1. Bisakah kamu ceritakan makanan yang kamu makan tadi pagi hingga saat ini?
Jam berapa kamu makan? Jenis makanan? Jumlahnya ?

2. Bisakah kamu ceritakan berapa kali kamu makan dalam sehari? Atas alasan
apa?

3. Bisakah kamu ceritakan, bagaimana makanan yang disediakan dirumah? Dari


mulai makanan pokok, lauk, pauk, sayuran, serta buah? Siapakah yang
menyediakannya?

4. Bisakah kamu ceritakan apakah kamu selalu mengkonsumsi makanan yang


disediakan dirumah? Alasannya? Jika tidak, apakah kamu jajan? Makanan
apa?

5. Apakah menurut kamu makanan yang tersedia dirumah sudah cukup? Bisakah
kamu ceritakan kenapa?

6. Adakah jenis2 makanan tertentu yang jarang kamu makan? Bisakah tolong
kamu ceritakan alasannya?
D. PERILAKU MAKAN DAN MINUM

1. Apakah kamu makan pagi sebelum berangkat sekolah?

2. Jika ya, apakah setiap hari, atau hanya kadang-kadang? Alasannya? Jenis
makanan apa yang biasa kamu makan saat makan pagi?

3. Jika tidak, alasan apa yang membuat kamu tidak makan pagi?

4. Kalau tidak makan pagi, apakah biasanya kamu jajan di sekolah sebelum
mulai pelajaran?

5. Jika ya, apa jenis makanan yang biasa kamu beli? Kenapa?

6. Jika tidak jajan, kenapa? Apakah kamu tidak merasa lapar?

7. Apakah kamu suka minum teh atau kopi? Kenapa bisa suka ataupun tidak?

8. Biasanya berapa kali kamu minum teh/kopi dalam sehari ataupun seminggu?
Waktunya?

9. Apakah kamu minum teh sebelum, saat, atau setelah makan?

10. Saat disekolah, apakah kamu selalu jajan? Alasannya?

11. Jenis makanan dan minuman apa yang biasa kamu beli? Apakah setiap hari
selalu membeli jenis makanan/minuman yang sama? Bisa tolong kamu
ceritakan kenapa?

12. Pernahkah kamu membawa bekal ke sekolah? Jenis makanannya? Kenapa?

E. MENSTRUASI

1. Apakah kamu sudah menstruasi?


2. Umur berapa kamu pertama kali mengalami menstruasi?

3. Menurut kamu, apakah siklus menstruasi kamu cukup teratur? Kenapa ?

4. Biasanya berapa hari kamu mengalami menstruasi?

5. Setiap siklus menstruasi, berapa banyak pembalut yang kamu gunakan?

6. Berapa kali biasanya kamu mengganti pembalut dalam sehari jika sedang
menstruasi? Waktunya? Kenapa?

7. Sebelum, saat, ataupun sesudah menstruasi, bisakah kamu ceritakan apakah


ada perubahan yang terjadi dengan kondisi tubuh kamu?
Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI TEMAN SEBAYA

1. Bagaimana kebiasaan sarapan teman kamu? Bisa tolong kamu ceritakan yang
kamu ketahui tentang makanan yang dimakan dan alasan temanmu itu?

2. Pernahkah teman kamu membawa bekal ke sekolah? Seberapa sering? Jenis


makanan yang biasa dibawa?

3. Jika tidak sarapan di rumah, Apakah ia pernah sarapan disekolah ? Seberapa


sering? Jenis makanan yang dibeli?

4. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang kebiasaan jajan temanmu ?
beli dimana ? Biasanya kapan temanmu jajan ?

5. Tahukah kamu makanan apa yang paling disukai dan tidak disukai temannmu?
Tahukah kamu alasannya? Tolong ceritakan.
Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI KELUARGA

1. Apakah ibu bekerja? Jika ya, pekerjaannya? Berangkat dan pulang jam
berapa?
2. Jika tidak, apa kegiatan ibu dirumah sehari-hari?

3. Berapa kali memasak dalam sehari? Jam berapa?

4. Bagaimanakah menu masakan dirumah sehari-hari? Lauk, pauk, sayuran,


buah, apakah tersedia setiap hari? Alasannya?

5. Apakah pendidikan terakhir yang pernah ibu jalani?

6. Berapakah pendapatan keluarga dalam sebulan?

7. Bisakah ibu tolong ceritakan pengeluaran yang digunakan dalam sehari?

8. Berapakah uang saku yang diberikan kepada anak ibu? Atas alasan apa?

9. Dalam keluarga ibu, berapa kali sehari biasanya makan? Apakah bersama-
sama? Waktunya?

10. Apakah anak ibu memiliki kebiasaan makan pagi? Ya/tidak, Kenapa?

11. Jika ya, makanan apa yang dimakan saat makan pagi?

12. Pernahkah anak ibu membawa bekal ke sekolah? Jenis makanan? Seberapa
sering?

13. Jika dirumah, apakah anak ibu masih suka jajan? Jenis jajanan?

14. Apakah makanan yang paling disukai anak ibu? Kenapa?

15. Adakah makanan yang tidak disukai anak ibu? Kenapa?


16. Apakah anak ibu mempunyai kebiasaan minum teh/kopi? Ya/tidak, kenapa?
Jika ya, seberapa sering?
Lampiran 5

FORMULIR RECALL 1x24 JAM

Nama :

Kelas :

Tanggal :

Waktu Tempat Nama Bahan Total Konsumsi

Makan Makan Hidangan Makanan URT Berat (gr)


Lampiran 6
PEDOMAN OBSERVASI

Nama :

Kelas :

Tanggal :

Ket.
WAKTU JENIS MAKANAN PORSI
Lokasi
Lampiran 7

MATRIKS FGD PERTAMA PADA SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR

VARIABEL Nf Sp Is Ssa Rs Ta
KARAKTERISTIK INFORMAN
Umur 13 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 13 Tahun 13 Tahun
Kelas VII - i VII - i VII - c VII - h VII - d VII - h
Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Hb (gr/dl) 10,6 10,5 9,2 10,1 10,6 10,3
BB (kg) 40 33,5 34,5 48 42,5 50
TB (cm) 154 139,5 140 144,5 158,5 149
IMT 16,87 17,21 17,6 22,99 16,92 22,52
Status Gizi Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Pendidikan Ayah STM SMA SMP SD STM SMA
Pendidikan Ibu SMEA SMA SMP SD S1 SMP
Pekerjaan Ayah Pegawai Pegawai swasta Swasta Buruh tani Pedagang Buruh dagang
Pekerjaan Ibu IRT IRT Swasta IRT Pedagang IRT
Besar Uang Jajan Rp. 4.000,- Rp. 4.000,- Rp. 5.000,- - Rp. 20.000,- Rp. 3.000,-
(tidak termasuk
ongkos)
KEJADIAN ANEMIA
5L Sejak kelas enam,
Hanya ketika Tidak. Dari masuk Dari kelas enam Dari masuk
merasa ingin
pusing belajar. SMP, sampai sampai sekarang. SMP.
tidur. sekarang.
Pusing Ketika berdiri
Ketika bangun Ketika bangun Ketika berdiri Ketika bangun Ketika bangun
setelah jongkok.dari tidur dan dari tidur. setelah jongkok. dari tidur. dari tidur.
berdiri setelah
jongkok.
Mengantuk di Kadang-kadang, Pelajaran kedua, Kadang-kadang Jika pelajaran Kadang-kadang Jika kurang tidur.
kelas ketika guru sekitar jam tiga, ketika di kelas sulit dimengerti. sebelum
menjelaskan kadang-kadang merasa ingin istirahat.
pelajaran, ketika sedang tidur.
pelajaran kedua.mengerjakan
tugas.
Lidah Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar.
BAB Setiap hari, pagi, Setiap hari, jika Setiap hari, jika Setiap hari, jika Tidak tentu, Setiap hari,
kaang-kadang sakit perut. sakit perut. merasa mau biasanya pagi.. waktu tidak
malam. BAB. tentu.
Pucat Kuku, bibir, Bibir, kelopak Kuku, bibir, Kelopak mata. Bibir, kelopak Kuku, bibir,
kelopak mata. mata. kelopak mata. mata. kelopak mata.
KEBIASAAN SARAPAN, MAKAN DI RUMAH, JAJAN, MINUM TEH
Kebiasaan Setiap hari Setiap hari, jam Kadang-kadang Setiap hari jam Setiap hari, jam Makan roti atau
Sarapan sarapan, sekitar Sembilan, nasi jam delapan atau sepuluh, makan enam, paling nasi jam
jam delapan, nasi dengan telur, jam sepuluh, nasi dengan lauk sering nasi Sembilan, jam
dengan telur atau paling sering makan nasi seadanya. goring. sepuluh minum
gorengan, paling mie. dengan telur. susu.
sering nasi
goring, mie
jarang.
Kebiasaan Jajan Kadang bawa Kadang-kadang Setiap hari jajan, Tidak pernah Mie atau Mie atau
bekal, tiga hari bawa bekal, nasi mie dan es jajan. roti,minumnya roti,minumnya es
dalam seminggu, goring atau mie melon. air mineral atau mangga atau air
nasi goring atau goring, ataunnasi minuman mineral.
mie, pernah bawa dengan telur, jika bersoda.
nasi dengan jajan beli nasi
ayam. Jajan mie, uduk atau mie,
atau roti, minumnya es
makanan ringan, buah atau teh
coklat pasta, dalam kemasan
minum es gelas.
mangga atau teh
dalam kemasan
gelas.
Kebiasaan minum Sebelum makan Pulang sekolah, Setelah makan Hanya jika Setelah makan Setiap hari,
teh pagi jam tujuh setelah makan. pagi, setiap hari. tersedia di pagi, jam enam. bangun tidur jam
atau malam rumah, namun enam.
setelah makan jarang.
jam delapan.
MENSTRUASI
Lama hari Tujuh hari - - Delapan hari - Empat sampai
enam hari.
Darah keluar Dua atau tiga - - Tiga hari - Satu atau dua
terbanyak hari. pertama hari.
PENGETAHUAN ANEMIA DAN GIZI
Pertama kali Kelas V SD dari Dari televisi, Kelas enam, dari Dari sekolah, Kelas IV SD, Dari saudara.
mendengar buku IPA. sejak masuk buku Bahasa waktu dikasih dari buku IPA.
anemia SMP. Indonesia. obat.
Definisi/pengertian Kekurangan Kurang darah. Kurang darah. Kurang darah. Kekurangan sel Tidak tahu.
anemia hemoglobin. darah merah.
Cara mendeteksi Tes darah. Tes darah. Periksa darah, Tidak tahu. Tes darah. Dilihat fisiknya
anemia dan fisik yang yang cepat
lemas dan suka pingsan, mudah
sakit-sakitan. lemas, mudah
lelah,
pernafasannya,
dan dites darah,
Gejala anemia Pusing ketika Sering Pusing Sering Pingsan. Penglihatan tidak Tidak Tahu. Mudah letih.
berdiri setelah dan pingsan. jelas.
jongkok,
mengantuk,
lemas, tidak
semangat, merasa
ingin tidur.
Penyebab anemia Kurang vitamin. Kurang minum. Kurang makan. Kurang vitamin. Kekurangan gizi. Kurang vitamin.
Akibat/Dampak Lemas, ngantuk, Demam, tubuh Sakit panas. Cepat lupa, Meninggal. Kurang mengerti
anemia tidak nafsu kecil, tetapi perut prestasi pelajaran.
makan, letih. besar menurun,
kematian.
Cara mencegah Istirahat, minum Minum yang Makan makanan Minum obat Jangan jajan Menjaga
atau mengobati obat atau vitamin banyak. yang bergizi. kurang darah. sembarangan. kesehatan,
anemia kurang darah. makan teratur,
minum vitamin.
Fungsi Zat besi Agar tidak Menambah Tidak tahu. Agar tidak Menambah kuat. Memperkuat
mudah lemas, stamina dan mudah lemas. tulang.
letih, sakit, menambah kuat.
Sumber zat besi Pisang, papaya, Susu Tidak tahu Tidak ingat Susu Susu
jambu.
Fungsi Vitamin C Agar sehat dan Menyembuhkan Untuk sariawan. Tidak ingat. Untuk sariawan. Tidak ingat.
tidak mudah sariawan.
sakit.
Sumber Vitamin C Jeruk, papaya Jeruk, jeruk nipis Jeruk, belimbing. Pisang, sayuran. Jeruk, Mangga Lemon, jambu.
Tablet Tambah Untuk tambah Untuk tambah Untuk tambah Untuk tambah Mencegah dan Mencegah
darah darah. darah, mengobati darah. darah dan mengobati anemia.
anemia. menyembuhkan anemia,vitamin
anemia.
Lampiran 8

MATRIKS FGD KEDUA PADA SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR

VARIABEL Sn Di Ss Sa Ms Hs
KARAKTERISTIK INFORMAN
Umur 12 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 12 Tahun 12 Tahun 12 Tahun
Kelas VII - i VII - i VII - g VII - g VII - d VII - a
Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Hb (gr/dl) 10,6 10,6 10,6 10,8 10,5
BB (kg) 37,5 41 31,5 52 26,5 50
TB (cm) 153 149 140 140 135 149
IMT 16,01 18,47 16,07 26.53 14,54 22,52
Status Gizi Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Pendidikan Ayah SMP SMP SD S2 SMP
Pendidikan Ibu SMP SD SD SMA SD
Pekerjaan Ayah Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Swasta
Pekerjaan Ibu IRT IRT IRT IRT IRT Swasta
Besar Uang Jajan Rp. 6.000,- Rp. 5.000,- Rp. 3.500,- Rp. 3.000,- Rp. 2.000,- Rp. 14.000,-
tanpa ongkos
KEJADIAN ANEMIA
5L Jarang, hanya Jarang, jika Jarang. 5L jika Jarang. jika Jarang. Hanya Hanya ketika
jika sakit. banyak sedang sakit. kurang tidur jika sangat menjelang
kegiatan. dan sakit. letih. menstruasi.
Pusing Dari masuk Tidak pernah. Tidak pernah. Tidak pernah. Jika sedang sakit. Tidak pernah.
SMP.
Mengantuk Iya, saat guru Jarang. Iya,saat guru Iya,saat guru Iya, pelajaran Iya, saat guru
menerangkan. menerangkan. menerangkan. setelah jam menerangkan.
istirahat.
Lidah Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar.
BAB Dua kali sehari, Setiap hari, Sekali sehari, Tidak tentu, Setiap hari, Satu atau dua
pagi setelah bangun tidur. pagi sekitar jam tergantung jika pagi. hari sekali.
sarapan. tujuh. sakit perut.
Kuku,bibir,kelopak Kuku, bibir, Bibir. Kuku, bibir, Bibir. Kelopak mata. Kelopak mata.
mata pucat kelopak mata. kelopak mata.
KEBIASAAN SARAPAN, MAKAN DI RUMAH, JAJAN, MINUM TEH
Kebiasaan Sarapan Setiap hari nasi, Nasi dengan Sering, nasi Mie atau roti, Setiap hari, nasi Sering, nasi
sekitar jam telur dadar atau dengan telur, sekitar jam
dengan lauk, atau bubur, jam
sepuluh. mie, jam jam sepuluh. Sembilan. paling sering tujuh atau jam
sembilan. ayam goring, delapan.
jam setengah
delapan atau
setengah
Sembilan.
Kebiasaan Jajan Kadang jajan. Jajan mie, Kadang bekal, Kadang bekal, Setiap hari Jajan roti atau
Kadang bawa minuman rasa kalau jajan mie kadang jajan bawa bekal. mie, minumnya
bekal. Jajan jeruk. dan es buah. mie, minum teh atau
mie, air putih bawa sendiri. minuman
bawa sendiri. bersoda.
Kebiasaan minum Susu dicampur Tidak suka. Suka, dirumah, Suka minum Iya, setiap pagi Iya, teh dan
teh teh, setiap setelah makan teh, sehari setelah makan. susu, setelah
malam. pagi. sekali, sebelum sarapan.
makan pagi.
MENSTRUASI
Lama hari - Seminggu. - Seminggu. - Seminggu
sampai sepuluh
hari.
Darah keluar - Tiga sampai - Dua hari. - Dua atau tiga
terbanyak empat hari. hari.
PENGETAHUAN ANEMIA DAN GIZI
Pertama kali kelas enam SD Kelas enam SD Belum pernah. Belum pernah. Dari televisi Sekitar bulan
mendengar anemia dari orang-orang. dari guru. oktober, dari
saudara
Definisi/pengertian Tidak tahu. Kekurangan Tidak tahu. Tidak tahu. Kekurangan Kekurangan
anemia darah. darah merah. darah.
Cara mendeteksi Tidak tahu. Tes darah. Tidak tahu. Tidak tahu. Tes darah. Tes darah.
anemia
Gejala anemia Pusing Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu 5L. Lesu, muka
pucat.
Penyebab anemia Kurang makan Tidak tahu. Banyak Tidak tahu. Kurang/tidak Menstruasi,
sayur. mengeluarkan makan, jajan melahirkan.
darah, makanan yang
keguguran. kotor, kurang
makan buah,
kecelakaan.
Akibat/Dampak Tidak tahu. Tidak tahu. Tidak tahu. Tidak tahu. 5L, mukanya Muka pucat,
anemia pucat. lemas.
Cara mencegah Banyak makan Minum obat Makan makanan Makan makanan Makan makanan Banyak makan
anemia sayur. kekurangan yang bervitamin. bergizi. empat sehat lima buah.
darah. sempurna,
makan teratur.
Fungsi Zat besi Tambah darah Tidak tahu. Tidak tahu. Agar sehat. Agar kuat. Agar tulangnya
kuat.
Sumber zat besi Nasi. Tidak tahu. Tidak tahu. Buah. Nasi uduk. Vitamin C, lauk
pauk, susu.
Fungsi Vitamin C Mencegah Mencegah panas Untuk sariawan. Untuk sariawan. Menyebutkan Untuk sariawan.
sariawan. dalam. produk
Sumber Vitamin C Jeruk, apel. Anggur. Jeruk, apel, Mangga. Jeruk, mangga, Jeruk.
anggur. apel.
Tablet Tambah Tidak tahu. Mengurangi Mengobati yang Tidak tahu. Untuk tambah Untuk tambah
darah kekurangan kekurangan darah, agar tidak darah.
darah. darah. anemia.
Lampiran 9

MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR

VARIABEL Nfc In Aa Ssa Sn Ms


KARAKTERISTIK INFORMAN
Umur 13 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 12 Tahun 12 Tahun
Kelas VII - a VII - g VII - g VII - h VII - i VII - d
Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Hb (gr/dl) 8,7 10,3 9,5 10,1 10,6 10,8
BB (kg) 37 49 32 48 37,5 26,5
TB (cm) 144,5 153 144 144,5 153 135
IMT 17,72 20,93 15,43 22,99 16,01 14,54
Status Gizi Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Pendidikan S1 SMP SD SD SMP S2
Ayah
Pendidikan D3 SMA SD SD SMP SMA
Ibu
Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta Buruh Buruh tani Wiraswasta
Ayah
Pekerjaan Ibu IRT IRT IRT Buruh tani IRT IRT
Besar Uang Rp. 5.500,- Rp. 5.000,- Rp. 7.000,- - Rp. 6.000,- Rp. 2.000,-
Jajan
KEJADIAN ANEMIA
5L Sering, merasa Setlah latihan Setelah main, tapi Sekarang jarang, Saat baru masuk Jarang. Hanya
capek, dan basket. jarang. hanya merasa 5L SMP, terutama jika letih.
malas gerak, jika pulang sebelum ujian,
dari SMP. sekolah. saat ini jarang.
Pusing Sering, dari kelas Tidak pernah. Tidak pernah. Iya, jika berdiri Dari masuk Tidak pernah,
enam SD sampai dari jongkok SMP, saat ini hanya jika sakit.
sekarang. ataupun dari
tiduran, kemudian jarang.
tiba-tiba bangun
sering merasa
pusing..
Mengantuk Jika pelajaran Sering, karena Ya, saat guru Jika pelajaran Iya, saat guru Iya, pelajaran
yang tidak sekolah siang, menerangkan sulit dimengerti, menerangkan, setelah jam
disukai, jika guru biasanya pelajaran pelajaran, biasanya seperti pelajaran sekitar jam dua. istirahat, tapi
sedang setelah istirahat. pelajaran IPS. matematika, tergantung
menerangkn kimia dan fisika.
kualitas tidur
pelajaran, jam Biasanya sebelum
pelajaran kedua. istirahat kira-kira
sebelumnya.
jam satu, setelah
istirahat, karena
sholat dan kena
air wudu jadi
ngantuknya
hilang.
Lidah Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar.
BAB Setiap hari, satu Pernah sampai tiga Pernah dua hari Setiap hari, jika Dua atau tiga hari Setiap hari, paling
kali. hari sekali baru sekali, tapi lebih perut terasa sakit. sekali, paling sering pagi.
BAB, paling sering sering sehari sekali. sering dua hari
dua kali sehari. sekali, pagi
setelah sarapan.
Kuku, bibir, Bibir, kelopak Kelopak mata. Kelopak mata. Kelopak mata. Kuku, bibir, Kelopak mata.
kelopak mata mata. kelopak mata.
pucat
KEBIASAAN SARAPAN, MINUM TEH, JAJAN
Kebiasaan Setiap hari, Iya, sebelum Sarapan biasanya Setiap hari, Setiap hari, jam Setiap hari, jika
Sarapan waktunya tidak berangkat sekolah, empat kali dalam sebelum setengah libur jam
tentu, sesuai waktunya tidak seminggu, antara berangkat delapan atau jam setengah
kemauan, antara tentu, makan jika jam delapan sampai sekolah, sekitar sepuluh, makan delapan, jika
jam delapan s/d merasa lapar. jam setengah jam sepuluh,
nasi dengan ikan sekolah jam
jam sepuluh, Biasanya jam sepuluh, biasa makan nasi
makan nasi, sepuluhan, makan makan nasi pake dengan lauk atau sayur. setengah
kadang mie, nasi dengan telur, tempe goring, telur, seadanya saja. selain itu, juga Sembilan,
minum kadang mie, atau beli atau mie. sering ngemil makan nasi
teh manis. bakso. makanan ringan dengan ayam
yang dibeli di atau chicken
warung. nugget.
Kebiasaan Permen kenyal, Teh dalam Jika tidak sarapan Tidak pernah Jajan mie tiga Setiap hari bawa
Jajan atau air mineral, roti kemasan gelas di rumah, biasanya jajan, karena hari dalam bekal, Tidak
bawa bekal. sosis/abon, karna plastik, coklat sebelum masuk jarang diberi uang seminggu, selain pernah jajan di
suka. Tidak pasta, keripik kelas beli keripik jajan, kalaupun itu jajan kantin karena
pernah jajan di talas, saat istirahat ada, pulang
singkong, roti. makanan ringan. kotor. Hanya
kantin karena jajan mie, roti, atau sekolah hanya
alasan tidak
Tidak pernah cilok. Minum yang beli es. Tidak
jajan di warung
percaya dengan membawa bekal. biasa dibeli air Pernah membawa luar sekolah
kebersihan mineral, teh dalam bekal. Waktu membeli wafer
makanannya. kemasan gelas, istirahat tidak ataupun permen
Membawa bekal ataupun es buah. cukup. kenyal.
Hanya sekali, Jika pulang sekolah
bawa nasi, cumi, merasa lapar, beli
kangkung. Selain cireng. Tidak
itu tidak pernah, pernah bawa bekal,
dengan alasan atas alasan malas
waktu istirahat karna berat.
hanya sedikit.
Kebiasaan Hampir setiap Sehari bisa sekali, Empat kali Jarang, jika ada Malam, minum Iya, setiap pagi
minum teh hari, seminggu pagi atau malam, seminggu, biasanya teh, baru minum. teh, empat kali setelah makan.
bisa sampai lima seminggu bisa lima jam tujuh pagi. dalam
kali. Pagi, kali. seminggu.
disediakan ibu,
kadang juga
malam, sambil
nonton TV, buat
sendiri jika lagi
mau.

MENSTRUASI
Lama hari Lima sampai Lima hari. - Delapan hari. - -
tujuh hari.
Darah keluar Empat hari Tiga hari. - Tiga hari - -
terbanyak pertama pertama
PENGETAHUAN ANEMIA DAN GIZI
Pertama kali Dari kelas dua Dari televise, saat Dari guru kelas Waktu dikasih kelas enam SD Nonton berita dari
mendengar SD, pernah SD. enam SD. obat dari sekolah. dari teman-teman televise, SD kelas
anemia dirawat di RS, yang sedang empat atau kelas
dan dinyatakan bercerita. lima.
anemia.
Definisi/penger Kurang darah. Kurang darah. Suka letih, lesu, Kurang darah. Kekurangan Kekurangan
tian anemia lemas, lunglai. darah. darah.
Cara Ke dokter, di Dilihat bagian Tes darah. Sering merasa Tes Tes darah.
mendeteksi ambil darahnya. bawah kelopak pusing, lemas,
anemia mata. letih.
Gejala anemia Pusing. Cepat letih. lesu, lemes, letih, Sering pusing Lesu, lunglai, Pusing dan 5L.
lunglai. setelah jongkok, ngantuk.
tidak bisa merasa
letih.
Penyebab Kekurangan Kurang tidur, dan Kekurangan darah. Kurang vitamin. Kurang vitamin Jajan
anemia darah. terlalu letih. karena kurang sembarangan dan
makan sayur. kotor.
Akibat/Dampa Jika hamil, jadi Prestasi menurun, Tidak tahu. Cepat lupa, Sakit, pusing, 5L, mukanya
k anemia bermasalah, dan karena terlalu letih prestasi menurun, lemas. pucat.
membuat lupa. dan jadi malas kematian.
belajar.
Cara Minum obat Untuk mencegah Minum obat Mengobatinya Banyak makan Banyak minum
mencegah dan kurang darah. Tidur yang cukup. penambah darah dengan minum sayur karena susu, agar tidak
mengobati Mengobati dengan obat tambah banyak vitamin, mudah terserang
anemia minum obat untuk darah. makan buah, penyakit.
tambah darah. jeruk, pisang,
alpukat, dan
banyak makan
nasi.
Fungsi Zat besi Tidak ingat. Untuk menambah Tidak ingat. Untuk Tambah darah Agar kuat.
tenaga, dan tidak menguatkan
lemas. tubuh.
Sumber zat Tidak ingat. Susu. Tidak ingat. Tidak ingat. Buah, sayur, telur, Susu.
besi ikan, ayam
Fungsi Untuk Mencegah panas Tidak ingat. Untuk mengobati Untuk sariawan. Untuk panas
Vitamin C menyembuhkan dalam. sariawan dan dalam.
sariawan dan juga penyakit kulit.
untuk gusi.
Sumber Jeruk. Jeruk. Jeruk. Jeruk, papaya. Jeruk, apel.Anggur, apel,
vitamin C semangka, pir.
TTD untuk tambah Untuk tambah Penambah darah, Untuk tambah Untuk penambah Untuk tambah
darah, vitamin darah. menghilangkan lesu darah dan darah. darah, agar tidak
untuk stamina. dan letih. menyembuhkan anemia.
anemia, isinya
darah.
Lampiran 10

MATRIKS WAWANCARA MENDALAM


PADA KELUARGA SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR

Variabel Aap Ww Yn En Nh Ir
Karakteristik informan
Hubungan dgn
Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
informan
Sosial ekonomi (utama)
Pendidikan D3 SMA SD SD SMP SMA
Pekerjaan IRT IRT IRT Buruh tani IRT IRT
Pendidikan suami SMP SD SD SMP S2
Pekerjaan suami Wiraswasta Wiraswasta Buruh Buruh tani Supirangkutan Pengusaha kebun
umum the.
Pendapatan Rp.3.200.000. Rp.600.000 Rp. 1.500.000 Rp. 525.000 Rp.600.000 Tidak pasti,
Rp.700.000 Rp. 840.000 Rp. 900.000. karena harga the
sama dengan
harga emas,
kadang naik,
kadang juga
turun.
Pengeluaran Rp. 2.020.000,-. Rp.1.650.000 Rp. 1.000.000,- Listrik Rp. 1.030.000 Rp.3.632.000,-.
Rp.30.000,- dan Rp. 1.120.000.
SPP kakaknya
Ssa Rp.50.000.
untuk makan
sehari-hari tidak
pasti.
Kebiasaan Makan dan Minum Anak
Ketersediaan Lauk yang Karena keadaan Makanan yang Makanan yang Menu makanan Makanan yang
makanan di tersedia cukup Ibu Ww yang tersedia di rumah tersedia di rumah yang tersedia tersedia cukup
rumah bervarisi, ayam, sedang hamil, Aa kurang Ssa sangat sudah cukup baik, bervariasi, terdiri
daging, udang, membuat ia bervariasi, hanya terbatas, lauk tersedia lauk dari lauk seperti
cumi, telur. Paling jarang masak. dengan satu seadanya, paling seperti ikan, telur, ayam, daging,
sering ayam. Jadi, untuk macam, lauk sering ikan asin cumi asin, tahu udang, cumi-
Tahu atau tempe makan di rumah ataupun sayur. ataupun ikan atau tempe, dan cumi, sayur, tahu
selalu ada setiap lebih sering beli jika ada sayur, tongkol, tahu atau sayur setiap hari, atau tempe yang
hari, paling sering lauk, dan yang maka lauk tidak tempe jarang, antara lain sayur menunya selalu
tahu digoreng paling sering ada. Lauk yang sayur jika ada wortel, kacang ganti setiap hari.
tepung. Sayur adalah ayam. paling sering hasil panen. panjang, Buah tersedia jika
juga bervariasi, Sehingga jarang adalah telur Jarang sekali ada kangkung, bayam, ibu Ir ke Jakarta,
antara lain sayur sekali tersedia karena murah, lauk, sayur, dan paling sering karena Ibu Ir
sop, sayur asem, tahu tempe mudah tahu tempe setiap sayur sop. Buah selalu membeli
sayur toge, ataupun sayur. memasaknya dan makan. Buah jarang tersedia, buah di toko buah
sayur kangkung, Jarang tersedia tahan lama. Ibu jarang beli, hanya jika ada hanya terkenal di
buah, karena In Yn jarang rambutan karena pisang. Jakarta.
sayur bayem,
dan kakaknya membeli buah, punya pohonnya.
gitu. Buah yang kurang suka karena alasan
sering tersedia buah. harus menghemat
mangga, papaya, uang belanja.
apel, atau
anggur.
Kebiasaan Setiap hari, roti, Setiap hari In Aa setiap hari Tergantung Ssa Setiap hari Setiap hari Ms
sarapan pagi atau mie instan, sarapan, namun sarapan, paling mau makan apa sebelum berangkat selalu sarapan,
nasi goring. tidak pasti sering makan tidak, tapi sekolah, sekitar jika sekolah pagi
paling sering jamnya, bihun dengan biasanya makan jam sepuluh, sarapan jam
tempe goring sebelum makan nasi enam, jika
nasi goring, tergantung jika
yang dibeli di berangkat ke dengan sayur sekolah siang
dengan telur ia merasa lapar. warung dekat sekolah, makan ataupun ikan yang sarapan jam
dadar. mie Biasa In makan rumah jam tujuh nasi dengan lauk Ibu Nh masak, tujuh. Makanan
seminggu dua nasi uduk, nasi pagi. Atau makan seadanya. ataupun dengan yang dikonsumsi
kali. Jika dengan telur, nasi goring,nasi telur dadar atau saat sarapan
sekolah pagi, jika ada roti, In dengan telur, telur mata sapi. antara lain nasi
sarapan jam makan roti yang dimasak goring, nasi
enam, jika siang, dengan keju dan oleh Ibu Yn uduk,roti dengan
sarapan jam meises serta sebelum Aa meises, bubur
sepuluh. minum susu. berangkat ke ayam, nasi
sekolah. dengan lauk hari
sebelumnya, atau
dengan ayam
goring, chicken
nugget.
Bekal ke sekolah Jarang. sebulan Tidak pernah Aa jarang sekali Tidak pernah Sn jarang Ms selalu
hanya dua kali. membawa bekal membawa bekal membawa bekal membawa bekal membawa bekal
ke sekolah, ke sekolah, ke sekolah. ke sekolah. ke sekolah setiap
karena In tidak karena tidak mau hari, karena
mau dibawakan dibawakan bekal. alasan hemat dan
bekal. juga tidak
percaya dengan
kebersihan
makanan yang
dijual di kantin
sekolah. biasanya
Ms membawa
nasi dengan ayam
goring, chicken
nugget,
Kebiasaan minum Tiap pagi, Lebih sering beli Setiap hari jam Minum the jika Setiap pagi, selalu Setiap hari,
teh dibuatkan oleh the dalam tujuh pagi, ayah Ssa disediakan oleh setelah sarapan,
Ibu Aap. Malam kemasan gelas di setelah sarapan. meminta untuk Ibu Nh untuk Sn. dengan alasan
kadang-kadang warung depan dibuatkan the, agar memiliki
minta the Ibu rumah, dua kali namun jarang. kekuatan.
Aap. sehari.
Lampiran 11

MATRIKS WAWANCARA MENDALAM


PADA TEMAN DEKAT SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR

Variabel Ds Sa Sv Po Fb Krn
Umur 12 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 12 Tahun
Perilaku Jajan Nfc paling In tidak pernah Aa pernah Ssa tidak pernah Hanya dua klai Pernah membeli
ataupun sering membeli jajan di kantin, membawa membeli membawa bekal macaroni di
membawa bekal permen kenyal, hanya membeli bekal,hanya satu makanan di mie.makanan kantgin, namun
minumannya air talesatau roti di atau dua kali. sekolah untuk yang dibeli saat jarang. setelah
Makanan yang dirinya, hany satu
mineral dalam koperasi. beli di sekolah antara shalat juga
dibeli Aa antara kali membeli
kemasan teh dalam lain mie, cilok, makanan ringan
laintahu, pernah membeli
gelas,minuman kemasan gelas, tahu bulat, untuk kakaknya. makanan ringan, permen kenyal,
teh dalam biskuit rasa nugget, Beli es the hanya mie instan. wafer, minuman
kemasan coklat di minumnya air sekali. Tidak Pulang sekolah jeli.paling
gelas,minuman warung luar mineral, pernah membawa membeli coklat sering bolu
nata de coco, sekolah. tidak minuman nata de bekal nasi, hanya pasta..atau keju. Setiap hari
paling sering air pernah coco, the dalam pernah membawa krakers rasa membawa bekal
mineral. Hanya membawa kemasan gelas, keripik ubi. abon. Minum nasi dengan
satu kali bekal. Sebelum dan es buah. lebih sering ayam goring,
membawa bekal masuk sekolah, Paling sering bawa dari rumah. nasi goreng,
ke sekolah. pernah makan membeli kerupuk abon, atau telur
atau talas di
cireng tapi koperasi dan
dan juga
jarang. membawa minum membawa air
dari rumah. putih setiap
hari.
Lampiran 12

MATRIKS OBSERVASI PERILAKU JAJAN SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR

Ssa Sn Ms Nfc In Aa
Rabu, Rabu, Rabu, Rabu, Rabu,
13 Januari 2010 13 Januari 2010 13 Januari 2010 13 Januari 2010 13 Januari 2010
15.15 : 15.10 : 15.20 : 15.20 : 15.15 :
Tahu bulat 3 buah Nasi 1 centong, Minuman teh dalam Coklat pasta 1 Nasi kuning (150
+ serbuk cabe. ayam goreng kemasan kotak 250 bungkus, wafer rasa gr), bawa air putih
15.20 bagian paha dua ml. coklat satu bungkus. dari rumah.
Keripik singkong potong + sambal,
Tidak jajan.
dua bungkus, bawa air putih dari
makanan ringan rumah.
(snack) berbentuk
stik dua bungkus,
bawa air putih dari
rumah..

Kamis, Kamis, Kamis, Kamis, Kamis,


14 Januari 2010 14 Januari 2010 14 Januari 2010 14 Januari 2010 14 Januari 2010
15.10 : 15.10 : 15.20 : 12.20 : 15.15 :
Tahu bulat 3 buah Nasi 1 centong, Minuman teh dalam Coklat pasta 1 Mie instan rasa soto
+ serbuk cabe, ikan tongkol kemasan kotak 250 bungkus, wafer rasa pedas satu bungkus,
bawa air putih dari dicabein satu ml, permen kenyal coklat satu bungkus. bawa air putih dari
Tidak jajan. rumah. potong sedang, berbentuk sapi satu rumah.
16.50 : dendeng satu bungkus.
Es mambo rasa potong kecil, bawa
kacang hijau satu air putih dari
bungkus, crackers rumah.
rasa abon dua
keping.
Jumat, Jumat, Jumat, Jumat, Jumat,
15 Januari 2010 15 Januari 2010 15 Januari 2010 15 Januari 2010 15 Januari 2010
12.15 : 14.10 : 11.50 : 14.15 : 14.05
Makanan ringan Burger isi daging, Minuman nata de Coklat pasta satu Cilok dua buah +
(snack) berbentuk mustard, coco dengan serat bungkus. saos, otak-otak satu
stik dua bungkus, mayonaise, bawa dalam kemasan 15.35 : bungkus + saos,
pisang coklat tiga air putih dari gelas. Minuman teh dalam bawa air putih dari
buah. rumah.. 15.30 : kemasan gelas 190 rumah.
14.00 : Es mambo rasa ml, kacang.
Mie instan rebus jeruk satu bungkus.
Tidak jajan.
rasa soto pedas +
potongan sawi +
potongan cabe
rawit, bawa air
putih dari rumah.
15.40 :
Wafer stik rasa
buah dua bungkus
(@ bungkus = dua
buah)
Sabtu, Sabtu, Sabtu, Sabtu, Sabtu,
16 Januari 2010 16 Januari 2010 16 Januari 2010 16 Januari 2010 16 Januari 2010
14.20 : 14.10 14.00 12.30 09.30:
Minuman teh Nasi uduk 1 Minuman teh dalam Coklat pasta dua Coklat pasta satu
dalam kemasan centong, ayam kemasan kotak 250 bungkus, wafer rasa bungkus, kacang
botol kaca satu goreng bagian dada ml, permen kenyal coklat dua bungkus, polong dalam
Tidak jajan.
botol, Makanan dua potong ukuran berbentuk burger cireng rasa bakso kemasan kecil satu
ringan (snack) kecil, ketimun satu satu bungkus dua buah. bungkus .
berbentuk stik satu potong irisan kecil,
bungkus. telur dadar di iris 14.15
tipis + satu sendok Mie goreng instan
makan, bawa air satu bungkus
putih dari rumah.

Anda mungkin juga menyukai