Anda di halaman 1dari 25

HEPATITIS

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Vita M T., dr.. SpOG., M.Kes., SH., AIFO

•Kelompok 2 :

•Gaipyana Sembiring 131020220011

•Nadhiati Awlia Nasution 131020220013

•Anisa Fitria 131020220015

•Lathifah 131020220017

•Dessy Nur Safitri 131020220019


LATAR BELAKANG

• Berdasarkan Sistem • Hasilnya, sebanyak 30.965 ibu • Pemberian HBIg


Informasi Hepatitis hamil reaktif (terinfeksi virus dilakukan untuk
dan Penyakit Infeksi hepatitis B), dan 15.747 bayi meningkatkan upaya
Saluran Pencernaan baru lahir dari ibu rekatif perlindungan pada bayi
(SIHEPI) 2018-2019 hepatitis B telah diberikan agar terhindar dari
jumlah ibu hamil yang Imunoglobulin Hepatitis B hepatitis B yang
diperiksa hepatitis B (HBIg). ditularkan dari ibunya
sebanyak 1. 643.204 di
34 provinsi.

(Kemenkes, 2019).
Defenisi
(Kemenkes RI,
2014) (Gozali, 2020)
Hepatitis adalah
(Sinaga, 2018) Virus hepatitis B
peradangan sel-sel hati. adalah virus DNA sirkuler
Hepatitis berantai ganda Family
merupakan penyakit Hepadnaviridae,
Disebabkan oleh yang disebabkan mempunyai 3 jenis
berbagai virus seperti oleh virus Hepatitis antigen, yaitu antigen
virus hepatitis A (HAV), B yang merusak hati surface hepatitis B
hepatitis B (HBV), dengan masa (HBsAg) yang terdapat
hepatitis C (HCV), inkubasi 14-160 pada mantel (envelope
hepatitis D (HDV), dan virus), antigen core
hepatitis E (HEV) hepatitis B (HbcAg)
terdapat pada inti dan
antigen “e” hepatitis B
(HBeAg) terdapat pada
nukleokapsid virus.
Jenis Jenis dan Proses Penularan

1 Hapatitis Hepatitis B
2
A (HAV) (HBV)
 Disebabkan virus  Disebabkan oleh Virus Hepatitis B
hepatitis A (HAV)  Akut  inflamasi hepar akibat infeksi
virus hepatitis setelah masa inkubasi
 Ditemukan didalam virus 30-180 hari atau 8 – 12 minggu
darah dan tinja orang
 Kronis  > 6 bulan
terinfeksi
 Ditularkan melalui perkutaneus dan
 Penularan melalui membran mukosa yang terinfeksi oleh
kontak pribadi atau darah, semen, secret vagina dan saliva.
makanan/minuman  HBV dapat bertahan hidup lebih dari
satu minggu pada permukaan kering,
sehingga dapat meningkatkan penularan
CDC, secara horizontal dalam satu keluarga
2020 Yulia, 2019
Hapatitis C
3 (HCV) Populasi dengan peningkatan risiko hepatitis C :
 Orang dengan infeksi HIV
 Disebabkan oleh virus hepatitis  Pengguna Narkoba Suntik
C (HCV)  Orang dengan kondisi medis tertentu,
 Dapat berkembang menjadi termasuk mereka yang pernah menjalani
akut dan kronis hemodialisis
 Tidak ada vaksin untuk  Penerima transfusi atau transplantasi organ
hepatitis C dan orang yang diberitahu bahwa mereka
 Faktor risiko utama hepatitis C menerima darah dari donor yang kemudian
seperti penggunaan jarum dinyatakan positif terinfeksi HCV
suntik yang tidak steril,  Petugas kesehatan, medis darurat, dan
hemodialisis, hubungan seks keselamatan publik setelah tertusuk jarum
berisiko tinggi, adanya suntik, benda tajam, atau paparan mukosa
komorbiditas (HIV), transfusi darah HCV-positif
dan prosedur medis lain  Anak-anak yang lahir dari ibu dengan infeksi
HCV

CDC, 2020
Hapatitis D
4 (HDV) Populasi berikut berada pada peningkatan
risiko untuk terinfeksi HDV :
• Orang yang terinfeksi HBV secara
 Disebabkan oleh virus hepatitis
kronis
D (HDV) • Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
 Hanya terjadi pada orang yang HDV
juga terinfeksi virus hepatitis • Pasangan seks dari orang yang
B terinfeksi HDV
 Penularan melalui darah atau • Pria yang berhubungan seks dengan
cairan tubuh pria
• Pengguna Narkoba Suntik
• Kontak rumah tangga dengan infeksi
HDV
• Pekerja tenaga kesehatan dan
keselamatan publik yang berisiko
terpapar darah atau cairan tubuh yang
terkontaminasi
• Pasien hemodialisa

CDC, 2020
Hapatitis E
5 (HEV) Populasi berikut berada pada peningkatan
risiko untuk terinfeksi HEV :
 Disebabkan oleh virus hepatitis • Negara berkembang dengan pasokan
C (HCV) air yang tidak memadai
 Penularan ketika seseorang • Tinggal di sanitasi lingkungan yang
tanpa sadar menelan virus buruk
bahkan dalam jumlah • Orang-orang yang tinggal di kamp-
mikroskopis (paling sering kamp yang penuh sesak atau
terkena hepatitis E dari air perumahan sementara, termasuk
minum yang terkontaminasi pengungsi dan orang-orang yang
feses dari orang yang terlantar
terinfeksi virus) • Konsumsi daging atau organ yang tidak
 Tidak ada vaksin untuk dimasak/setengah matang dari hewan
hepatitis E yang terinfeksi dapat menyebabkan
penularan melalui makanan ke manusia
seperti dari daging babi, babi hutan,
dan rusa.
CDC, 2020
Diagnosis dan Gejala Klinis
Penegakan Diagnosis

HEPATITIS PENEGAKAN DIAGNOSIS

A IgM anti-HAV pada yang akut atau awal konvalesen

B HbsAg dalam serum, IgM anti-HBc, HBV DNA dalam serum

C Anti HCV dalam serum, HCV RNA

D Anti HDV dalam serum

E Anti HEV IgM, Anti HEV IgM, HEV Capsid, HEV RNA

Gunawijaya. F.A., Harahap, Z., Saputra, L. 2013. Buku Saku Harrison Gastroenterologi. Tangerang Selatan: Kharisma Publishing Group
Gejala Klinis

Kulit/mata kuning, tidak sebagian besar


mau makan, sakit perut,
HB tidak
muntah, demam, urin V menunjukkan
gelap, diare, nyeri sendi, gejala
merasa lelah

lebih dari 65%


HA asymptomatis, HC
V selebihnya berupa V
gejala ringan
menyerupai flu
Gejala Klinis

demam, kelelahan, kehilangan


selera makan, mual, muntah, sakit HE
perut, urin gelap, erakan usus
berwarna tanah liat, nyeri sendi,
V
penyakit kuning

demam ringan, anoreksia, mual, muntah,


sakit perut, gatal, ruam kulit, atau nyeri
HD sendi, warna kulit kuning, urin gelap, tinja
V pucat, hepatomegali
PENCEGAHAN HEPATITIS
1. PROMOSI Hepatitis B, C, dan D
KESEHATAN 1. Advokasi dan Sosialisasi
Hepatitis A dan 2. Intervensi Perubahan Upaya untuk meningkatkan
Hepatitis E pengetahuan, keterampilan dan
Perilaku
1. Advokasi dan sosialisasi Kegiatan dalam intervensi komitmen bagi masyarakat, tentang

dilakukan untuk perubahan perilaku berupa cara penularan, cara pencegahan dan

memberikan pemahaman promosi kesehatan dan deteksi dini terhadap

mengenai pentingnya menjaga bagaimana hidup sehat, penanggulangannya.

kebersihan perorangan dan difokuskan terhadap 2. Intervensi Perubahan Perilaku

lingkungan, mengingat jenis perilaku hidup bersih dan perilaku dilakukan melalui penyuluhan,

Hepatitis Virus ini dapat sehat, kebersihan diri, pendampingan, pemberian konseling,

menimbulkan Kejadian Luar lingkungan, dan tata cara dan penyediaan sarana dan prasarana

Biasa (KLB). pengelolaanpangan yang 3. Pemberdayaan Masyarakat

higienis dan saniter dll. atas kesadarannya dapat


berpartisipasi aktif dalam
(Permenkes RI No. 53, 2015). penanggulangan Hepatitis Virus
Pencegahan Hepatitis

2. PERLINDUNGAN KHUSUS.

a. Penggunaan kondom

b. Pengunaan alat pelindung diri (APD)

c. Menghindari penggunaan jarum suntik


dan alat kesehatan peralatan lainnya yang
tidak steril

(Permenkes RI No. 53, 2015).


(Permenkes RI No. 53, 2015).
Pencegaahan
Hepatitis

c. Apabila bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif


a. Imunisasi Hepatitis A maka imunisasi dengan immunoglobulin harus
diberikan <24 jam dari kelahirannya, bersamaan
dilakukan dengan cara pemberian vaksin Hepatitis A dengan HB-0, dilanjutkan sesuai program imunisasi
sebanyak dua kali dengan jarak 6 sampai 12 bulan nasional, yaitu usia bayi 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
terhadap masyarakat di atas usia 2 tahun. Selanjutnya pada saat bayi tersebut berusia 9 – 12
bulan dilakukan pemeriksaan HBsAg dan titer anti
HBs.
3. Pemberian imunisasi
hanya dilaksanakan untuk
Hepatitis A dan Hepatitis
B
d. Pemberian imunisasi Hepatitis B pada pada
b. Imunisasi Hepatitis B untuk bayi yang lahir dari kelompok masyarakat berisiko tinggi, seperti populasi
ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu yang melakukan praktik seksual berisiko; pengguna
tidak diketahui diberikan vaksin hepatitis B NAPZA suntik; petugas kesehatan,; pasangan
sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunisasi). Hepatitis B; orang dengan riwayat keluarga Hepatitis
B; dan orangInfeksi Menular Seksual (IMS).
PENATALAKSANAAN HEPATITIS

Pada kehamilan dengan hepatitis c. Pada kasus yang langka, apabila terjadi

A, perawatan utama yang dilakukan komplikasi kegagalan fungsi hati dan


adalah (Seto et al., 2020):
ensefalopati hepatic maka dapat dilakukan
a. Managemen supportif yang terdiri
dari; pemenuhan nutrisi dan hidrasi transplantasi hati.

ibu dan pemakaian terapi antiemetic d. Pencegahan antenatal dapat diberikan


(B6) dan antipiretik (Paracetamol)
vaksinasi virus hepatitis A sebagai
jika ibu demam.
b. Pada ibu hamil yang mengalami profilaksis. Vaksin diberikan 2 dosis

kontak dengan penderita hepattis A, dengan interval antardosis 6 bulan.


maka diberikan immunoglobulin
e. Pada aspek menyusui, ibu hamil dengan
dengan dosis (0,2 ml/KgBB).
hepatitis A dapat tetap menyusui.
Pada kehamilan dengan hepatitis B, perawatan yang dilakukan adalah (Seto et al., 2020) (Gozali, 2020):

a. Setiap ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan HbSAg pada trimester pertama kehamilannya. Apabila HBsAg

dan anti-HBsAg negatif, vaksin VHB dapat diberikan pada pasien risiko tinggi. Jika hasil pemeriksaan HBsAg

positif, maka harus dilakukan pemeriksaan VHB DNA kuantitatif pada minggu ke-28.

b. ACOG merekomendasikan untuk merujuk pasien jika titer virus >20.000 IU/mL, ALT > 19 IU/mL, atau HbeAg

positif. Apabila DNA VHB lebih dari 1 juta kopi (200.000 IU/mL), terapi antiviral direkomendasikan pada usia

kehamilan 28 –32 minggu. Apabila titer virus <200.000 IU/mL, terapi antiviral dapat diberikan jika memiliki

gejala hepatitis B virus aktif dan sirosis.

c. Pemberian antiviral yang dianjurkan yaitu dengan tenofovir dan entecavir pada pasien indeks viremik tinggi

saat usia kehamilan 28–32 minggu.

d. Pada persalinan, jika persalinan lebih dari 14 jam pada ibu hamil dengan titer HBV tinggi (3,5 pg /mL) atau

HBeAg positif, lebih baik dilakukan SC.


PENATALAKSANAAN PADA
BAYI

1) Bayi dari ibu HBsAg positif akan 3) Sedangkan pada bayi yang lahir dari ibu yang
mendapat 0,5 mL HBIg dan 5 mcg (0,5
tidak diketahui status HBsAgnya dengan BBL >
mL) vaksin rekombinan di ekstremitas
2000 gram diberi vaksin hepatitis B (tanpa
bawah yang berbeda 12 jam setelah lahir.
2) Bayi yang lahir dari ibu yang tidak HBIG), yaitu: 5 mcg (0,5 mL) vaksin rekombinan

diketahui status HBsAg nya, namun atau mcg (0,5 mL) vaksin asal plasma dalam 12
terdapat tanda infeksi harus ditangani jam setelah lahir.
seperti jika lahir dari ibu HBsAg positif.
4) Pemberian ASI: Tidak ada larangan pemberian

ASI eksklusif pada bayi dengan HbsAg positif


(Permenkes RI No. 53, 2015).
Pada kehamilan dengan hepatitis C, perawatan

utama yang dilakukan :

a. Prinsip perawatan kehamilan anatenatal care c. Terapi hepatitis C pada kehamilan adalah

memiliki kesamaan dengan kehamilan fisiologis. menggunakan terapi antiviral direct-acting

tetapi, karena virus hepatitis C dapat menularkan antivirals (DAA). Kombinasi terapi yang

ke janin secara vertikal, maka tindakan invasif digunakan adalah pemberian pegylated

harus diminimalkan. interferon alpha (PEG-IFNa) dan Ribavirin.

b. Pengobatan pada hepatitis C di kehamilan dapat d. Pada proses persalinan pervaginam,

dikatakan sembuh apabila di dalam tubuh ibu minimalkan perlukaan pada saat persalinan

hamil tersebut tidak ditemukan RNA virus dengan menghindari tindakan episiotomy.

hepatitis C setelah 12-24 minggu pengobatan. (disarankan SC).


(Permenkes RI No. 53, 2015).
Perawatan utama pada kehamilan dengan hepatitis D : Perawatan utama pada kehamilan

a. Pemberian terapi antiviran pada kehamilan dengan virus dengan hepatitis E :

hepatitis D yaitu dengan terapi pegylated interferon alpha a. Managemen supportif.

(PEG-INFa). b. Pemberian terapi antiviral kombinasi

b. Managemen supportif yang terdiri dari; pemenuhan yaitu pegylated interferon alpha (PEG-

nutrisi dan hidrasi ibu dan pemakaian terapi antiemetic IFNa) dan Sofosbufir yang bertujuan

(B6) dan antipiretik (Paracetamol) jika ibu demam. menekan jumlah virus dalam tubuh.

c. Pada kasus yang langka, apabila terjadi komplikasi c. Kandungan RN virus hepatitis E pada

kegagalan fungsi hati maka dapat dilakukan transplantasi ibu ASI ditemukan dalam jumlah

hati. banyak, sehingga menyusui pada ibu

d. Menyusui dapat dilakukan pada ibu dengan hepatitis D, dengan infeksi hepatitis E akut

karena bukan termasuk dalam kontraindikasi. merupakan kontraindikasi.


(Permenkes RI No. 53, 2015).
KEBARUAN Virus hepatitis B ditularkan melalui inokulasi perkutan atau melalui paparan mukosa dengan cairan
tubuh yang menular.
DALAM
OBSTETRY &
GYNEKOLOGI
Patofisiologi : Masa inkubasi infeksi HBV biasanya antara 30 dan 180 hari, dan pemulihan
umum terjadi pada pasien imunokompeten, sebagian kecil dapat berkembang
menjadi keadaan kronis, secara serologis didefinisikan sebagai adanya HBsAg
selama lebih dari enam bulan.

Respon imun bukan satu-satunya etiologi di balik cedera hati pada pasien hepatitis B dan Cedera
terkait hepatitis B juga terlihat pada pasien pasca transplantasi hati dengan hepatitis B yang
menjalani terapi imunosupresan. Pola histologis yang mengikuti dari infeksi ini disebut hepatitis
kolestatik fibrosing dan diperkirakan terkait dengan paparan HBsAg yang berlebihan = memiliki
patogenisitas terlepas dari respons sistem kekebalan.
Patogenesis : Penyakit hati pada infeksi HBV terutama diperantarai oleh imun, dan dalam beberapa keadaan,
HBV dapat menyebabkan cedera sitotoksik langsung pada hati. HBsAg dan protein nukleokapsid
lain yang ada pada membran sel mendorong lisis seluler yang diinduksi sel T dari sel yang
terinfeksi HBV. Respon sel T sitotoksik terhadap hepatosit yang terinfeksi HBV, dan sebagian
besar DNA HBV dibersihkan dari sistem hati sebelum infiltrasi maksimal sel T, menunjukkan
bahwa respon imun kemungkinan lebih kuat pada tahap awal infeksi.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555945/
Pedoman pengobatan saat ini
merekomendasikan memulai
terapi antivirus selama
trimester ketiga kehamilan
untuk wanita dengan tingkat
DNA HBV lebih besar dari TDF/ Tenofovir Disoproxil
200.000 IU/mL untuk lebih Fumarate adalah pilihan yang
mengurangi risiko penularan lebih disukai untuk indikasi ini.
perinatal. Karena reaktivasi hepatitis B
Pemberian vaksin HBV dan terkait kehamilan dapat
HBIG yang tepat waktu sangat terjadi baik pada wanita yang
penting untuk memutus rantai diobati maupun yang tidak
penularan vertikal. diobati, pemantauan ketat
sangat penting selama
kehamilan dan setidaknya 6 
bulan setelah melahirkan.

PENATALAKSANAAN
HEPATITIS B
SELAMA KEHAMILAN

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555945/
Penatalaksanaan ibu hamil yang Penatalaksanaan ibu hamil yang
tidak menjalani terapi antivirus menjalani terapi antivirus sebelum
sebelum kehamilan.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC622582
4/
Layanan ANC
terpadu termasuk Persalinan yang aman
penawaran dan
tes Hep B

PENULARAN
IBU KE BAYI Tatalaksana pemberian
Diagnosis Hep B makanan bagi bayi dan
Tansmisi vertical anak

ibu HBsAg(+)

Pemberian HbIG pada


bayi yang lahir dari Ibu
Pemberian terapi terinfeksi Hepatitis B
pada ibu hamil Imunisasi HB0 dan HBIg
< 24 jam.
terinfeksi

(Permenkes, 2017)
Alur persalinan Ibu hamil dengan Hepatitis B:
1. Ibu hamil dengan Hepatitis B, dengan atau tanpa pengobatan antivirus tetap dapat melakukan
ANC dan persalinan di FKTP. Persalinan di RS rujukan hanya ditetapkan atas indikasi obstetrik
atau indikasi klinis lain yang memerlukan pengawasan klinis yang tidak dapat dilakukan di FTKP.
2. Ibu hamil dengan HbSAg (+) dirujuk ke SpPD.

Terapi Hepatitis B pada pasien wanita hamil:


1. Pada WUS, konseling kontrasepsi dan keluarga berencana penting untuk didiskusikan.
2. Pada pasien hamil dengan DNA VHB > 2x10 6 IU dan atau HBeAg positif, terapi untuk
mengurangi transmisi perinatal dapat dimulai pada TM 3 sampai dengan 3 bulan setelah
melahirkan, kecuali bial ada indikasi terapi Hepatitis B kronik.
3. Tenofovir dapat digunakan pada pasien hamil dengan infeksi VHB, dan telbivudin dapat
digunakan sebagai alternatif.
(Permenkes, 2017)
Upaya Eliminasi Penularan Hepatitis B
1. Infeksi Hepatitis B dengan pemeriksaan HBsAg pada saat bayi berusia 9 bulan ke atas dan dinyatakan terinfeksi Hepatitis B jika
HBsAg positif.

2. Pemberian imunisasi Hepatitis B untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif atau status HBsAg ibu tidak diketahui
diberikan vaksin hepatitis B sesegera mungkin (sangat dianjurkan imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir diberikan pada bayi
usia <24 jam sesudah kelahiran (HB-0) bersamaan dengan pemberian vitamin K1). Pemberian imunisasi ini kemudian dilanjutkan
sesuai program imunisasi nasional, yaitu usia bayi 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Imunisasi Hepatitis B mampu memberikan
perlindungan terhadap infeksi Hepatitis B selama lebih dari 20 tahun. Keberhasilan imunisasi dinilai dari terdeteksinya anti-HBs di
serum penderita setelah pemberian imunisasi Hepatitis B lengkap (3-4 kali).

• Apabila bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran, dilanjutkan sesuai
program imunisasi nasional, yaitu usia bayi 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Selanjutnya pada saat bayi tersebut berusia 9 – 12 bulan
dilakukan pemeriksaan HBsAg dan titer anti HBs.

(Permenkes, 2017)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai