OVC
2. PEMERIKSAAN
A. GCS ( GLASGOW COMA SCALE )
SKALA YANG DIPAKAI UNTUK MENENTUKAN ATAU MENILAI TINGKAT KESADARAN PASIEN.
SKOR :
REFLEK MOTORIK
REFLEKS VERBAL ( V)
B. IN VITRO
1. Hitung eosinofil total : jumlah eosinofil darah lebih dari 450 eosinofil/µL.
2. Kadar serum IgE total : > 100 IU/mL
3. KADAR SERUM IgE SPESFIK
RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
Tes darah menggunakan tes radioimmunoassay untuk mendeteksi antibodi IgE , untuk
menentukan zat yang menyebabkan alergi .
PROSEDUR RAST :
C. Lubang plate mikrotiter dilapisi dengan sampel serum dari antigen lain , untuk antigen
standar.
D. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji dimasukkan
dalam lubang. ( ( Antibodi ini hanya akan mengikat antigen ).
2. Sandwich ELISA
G. Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal berwarna/
berfluoresensi/ elektrokimia
C. IN VIVO
DEFINISI : UJI TUSUK merupakan metode diagnosis untuk penyakit alergi yang dimediasi
immunoglobulin E (Ig E).
PROSEDUR :
Tahapan pengerjaan ELISA kompetitif berbeda dari dua metode yang telah dibahas sebelumnya,
yaitu:
A. Posisi pasien diatur agar merasa nyaman, uji tusuk dilakukan pada bagian atas punggung atau
bagian volar lengan bawah
B. Kulit lokasi uji tusuk dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering sendiri atau
dikeringkan dengan tisu.
C. Tandai kulit dengan penggaris dan spidol/pulpen untuk masing-masing alergen dengan jarak
yang cukup (jarak minimal 1,5-2 cm, bila memungkinkan jarak ideal 3,5 cm).
D. Teteskan satu tetes larutan histamin sebagai kontrol positif dan satu tetes larutan normal salin
sebagai kontrol negatif dan satu tetes ekstrak alergen sesuai jenis alergen yang dicurigai .
E. Lakukan tusukan melaui larutan yang sudah diteteskan tersebut dengan jarum ukuran 26 ½ G
atau 27 G atau blood lancet dengan menggunakan metode prick puncture test atau modified
prick test, hindari terjadinya perdarahan pada lokasi uji tusuk .
G. Alergen dibersihkan dengan tisu yang menyerap alergen dan tidak boleh digosok.
INTEPRETASI :