Anda di halaman 1dari 5

1.

OVC

2. PEMERIKSAAN
A. GCS ( GLASGOW COMA SCALE )
SKALA YANG DIPAKAI UNTUK MENENTUKAN ATAU MENILAI TINGKAT KESADARAN PASIEN.
SKOR :

REFLEKS MEMBUKA MATA

REFLEK MOTORIK

REFLEKS VERBAL ( V)

B. IN VITRO
1. Hitung eosinofil total : jumlah eosinofil darah lebih dari 450 eosinofil/µL.
2. Kadar serum IgE total : > 100 IU/mL
3. KADAR SERUM IgE SPESFIK
 RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
Tes darah menggunakan tes radioimmunoassay untuk mendeteksi antibodi IgE , untuk
menentukan zat yang menyebabkan alergi . 
PROSEDUR RAST :

a) Alergen diinkubasi dengan serum penderita yang mengandung antibodi spresifik


b) Ditambahkan antihuman IgE
c) Dihitung jumlah radioaktif yang terukur dengan gamma counter
 ELISA   (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
- suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
- Tipe-tipe ELISA:
1. Indirect ELISA
PROSEDUR :

Tahap yang digunakan dalam indirect ELISA untuk mendeterminasi konsentrasi


antibodi dalam serum adalah:

A. Suatu antigen ditempelkan pada permukaan lubang plate mikrotiter. menempel dengan


cara adsorpsi.

B. larutan pekat dari protein non-interacting ( bovine serum albumin (BSA) atau kasein ),


ditambahkan dalam semua lubang plate mikrotiter (protein serum memblok adsorpsi non-spesifik dari
protein lain ke plate. )

C. Lubang plate mikrotiter dilapisi dengan sampel serum dari antigen lain , untuk antigen
standar.

D. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji dimasukkan
dalam lubang. ( ( Antibodi ini hanya akan mengikat antigen ).

E. Plate dicuci untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang tidak terikat.

F. Hasil dikuantifikasi dengan spektrofotometer.

2. Sandwich ELISA

Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:

A. Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi ‘penangkap’

B. Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate

C. Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat

D. Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik dengan  antigen


E. Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan, yang akan berikatan
dengan antibodi primer

F. Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang tidak terikat dapat dibuang

G. Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal berwarna/
berfluoresensi/ elektrokimia

H. Diukur absorbansinya  untuk menetukan kehadiran dan kuantitas dari antigen

- ALAT DAN BAHAN :

C. IN VIVO

UJI TUSUK ATAU SKIN PRICK TEST (SPT)

DEFINISI : UJI TUSUK merupakan metode diagnosis untuk penyakit alergi yang dimediasi
immunoglobulin E (Ig E).

PROSEDUR :

Tahapan pengerjaan ELISA kompetitif berbeda dari dua metode yang telah dibahas sebelumnya,
yaitu:
A. Posisi pasien diatur agar merasa nyaman, uji tusuk dilakukan pada bagian atas punggung atau
bagian volar lengan bawah

B. Kulit lokasi uji tusuk dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering sendiri atau
dikeringkan dengan tisu.

C. Tandai kulit dengan penggaris dan spidol/pulpen untuk masing-masing alergen dengan jarak
yang cukup (jarak minimal 1,5-2 cm, bila memungkinkan jarak ideal 3,5 cm).

D. Teteskan satu tetes larutan histamin sebagai kontrol positif dan satu tetes larutan normal salin
sebagai kontrol negatif dan satu tetes ekstrak alergen sesuai jenis alergen yang dicurigai .

E. Lakukan tusukan melaui larutan yang sudah diteteskan tersebut dengan jarum ukuran 26 ½ G
atau 27 G atau blood lancet dengan menggunakan metode prick puncture test atau modified
prick test, hindari terjadinya perdarahan pada lokasi uji tusuk .

F. Pembacaan hasil uji tusuk dapat dilakukan setelah 15- 10 menit

G. Alergen dibersihkan dengan tisu yang menyerap alergen dan tidak boleh digosok.

ALAT DAN BAHAN :

1. Ekstrak alergen (histamine chlorhidrate solution/codein phosphate solution 9%)


2. Jarum ukuran 26 ½ G atau 27 G atau blood lancet
3. ALKOHOL 70%
4. KAPAS, TISU

INTEPRETASI :

( + ) TIMBUL URTIKARIA BENTOL (minimal 3 mm )

( - ) TIDAK TERJADI REAKSI

Anda mungkin juga menyukai