Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KETUHANAN

DISUSUN OLEH :

CANTIKA VADIA AQLI (1910211029)

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “

JAKARTA

2019
ABSTRAK

Manusia di ciptakan dengan berbagai jenis dan berbagai pemikiran atau gagasan yang berbeda,
dengan perasaan dan hati yang berbeda. Dengan hal tersebut manusia memiliki berbagai kepercayaan
dan keyakinan yang berbeda pula, dan bahkan ada pula yang tidak percaya akan tuhan. Karena banyak
hal yang mereka alami dan rasakan, yang menurut mereka tidak ada siapa pun atau apapun yang di luar
nalar yang dapat menolong atau membantu mereka. Sehingga mereka tidak percaya akan hal gaib
yang dapat membantu mereka. Dengan hal tersebut keyakinan dan kepercayaan mereka menjadi tidak
ada. Tapi justru ada yang sebaliknya, ada yang begitu percaya terhadap sesuatu yang di luar nalar atau
gaib. Apapun itu hal tersebut merupakan wujud dari sebuah keberagaman.

Dalam masyarakat yang sudah maju, agama yang dianut bukan lagi animisme,dinamisme,
politeisme, atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Dasar ajaran agama monoteisme
adalah Tuhan Satu, Tuhan Maha Esa, dengan demikianTuhan tidak lagi merupakan Tuhan Nasional
akan tetapi Tuhan Internasional, tuhan semua bangsa di dunia ini dan bahkan Tuhan alam semesta.
Disinilah Islam mengambil posisi sebagai agama tauhid yang hanya mengakui adanya satu tuhan yaitu
Allah SWT,yang merupakan inti dari ajaran agama Islam yang terumuskan dalam kalimat tauhid. Dan
keyakinan atau keimanan yang merupakan pengembangan dari kalimat tauhid di atas sering disebut
dengan Aqidah. Aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah), menurutetimologi,
adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan
segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya iman atau keyakinan. Akidah Islam (aqidahIslamiyah),
karena itu ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam.

Tuhan adalah penguasa segala hal, tidak hanya alam semesta yang bersifat dhohir, tetapi juga
hal yang bersifat ghaib, seperti halnya hati. Jika terdapat pertanyaan mengenai dimanakah tempat yang
tidak dapat diketahui oleh siapapun, maka jawabannya adalah tidak ada. Karena Tuhan (Allah) akan
selalu mengawasi makhluk-Nya.

Filsafat ketuhanan seperti menjawab pertanyaan manusia mengenai Tuhannya. Filsafat


ketuhanan juga memberi semacam gambaran dan bukti-bukti, tidak sebatas bahwa Tuhan itu ada, tetapi
juga bukti bahwa eksistensi Tuhan tidak luput dari kehidupan. Beberapa tokoh filsafat pun menjelaskan
hingga pada sifat-sifat dan hakikatnya.

Namun, sebagaimana suatu hal pasti mempunyai kekurangan, ilmu yang bersangkutan dengan
Tuhan pun tidak dapat dipelajari oleh semua orang dengan sukses sebagai tujuannya. Atau dapat
memahami tanpa mengganggu keimanan seseorang. Filsafat mengajak manusia untuk berpikir, filsafat
ketuhanan berarti berpikir mengenai ketuhanan. Tidak sedikit manusia yang justru menjadi aneh,
bahkan bisa dikatakan ‘gila’ setelah akalnya tidak mampu menemukan jawaban memuaskan atas
pertanyaannya tentang Tuhan.

Sebagaimana pula dzat Allah yang agung, berbeda dengan makhluknya, dan maha segala-
galanya, maka semakin manusia berpikir tentang Tuhan, bagaimana wujudnya, bagaimana bentuknya,
dimana tempatnya, maka semakin manusia itu tidak mampu memikirkannya. Karena akal manusia
tidak akan mampu mencapai atau membayangkan bagaimana Tuhan.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhmadulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan lancar sesuai waktu yang telah ditentukan.

Shalawat teiring salam selalu tercurah dan terlimpah kepada nabi besar Muhammad SAW.
Yang berhasil membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiah yang di penuhi
dengan ukhuwah islamiah serta orang-orang yang berakhalakul karimah, yaitu nabi Muhammad
SAW.

Makalah dengan judul “Ketuhanan” ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta.

Besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh umat Islam di
dunia khususnya para mahasiswa dan mahasiswi di Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta.
penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 12 september 2019

Penulis
1
2
DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………..1


1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….6
2.1 Filsafat Ketuhanan (Teologi)………………………………………………………….. 6
2.1.1 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan………………………………………... 8
2.1.1.1 Pemikiran Barat……………………………………………………………... 8
2.1.1.2 Pemikiran Umat Islam……………………………………………………….. 9
2.2 Konsep Ketuhanan dalam Islam………………………………………………………. 14
2.3 Kandungan Tauhid dan Syahadatain………………………………………………….. 16
2.3.1 Kandungan Tauhid……………………………………………………………….. 16
2.3.2 Kandungan Syahadatain………………………………………………………….. 20
2.3.2.1 Kandungan Syahadat Tauhid………………………………………………....20
2.3.2.2 Kandungan Syahadat Rasul………………………………………………….. 21
2.4 Urgensi Hidup di Bawah Naungan Tauhid…………………………………………….22

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….. 23
3.2 Kritik dan Saran ……………………………………………………………………….. 23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep ketuhanan telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Hal ini tidak lepas dari hakikat
manusia itu sendiri yang sesungguhnya adalah seorang makhluk yang merupakan ciptaan Tuhan.
Manusia telah lama meyakini bahwa ada suatu kekuatan yang mengatur segala hal di alam semesta
ini mulai dari cuaca, bencana hingga peredaran benda langit.
Namun keterbatasan kemampuan berfikir serta adat istiadat memnyebabkan pemahaman
tiap manusia tentang Tuhan berbeda-beda. Tak jarang banyak kaum manusia yang salah
menafsirkan apa itu Tuhan. Mereka ada yang menyamakan Tuhan dengan matahari, pohon bahkan
patung berhala yang sebenarnya mereka buat sendiri.

Padahal dalam ilmu tauhid Islam kita mengetahui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah
SWT. Karena itu perlu pemahaman mendalam tentang apa itu konsep/filsafat ketuhanan yang benar
sesuai syariat Islam sehingga kita mengetahui urgensinya hidup di bawah naungan tauhid. ada
awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat.
Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). 
Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, padahal ilmu-ilmu
membutuhkan objek khusus.  Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu,
tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi.  Dalam taraf
peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah
menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu
sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami.
Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini
tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan
yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing
ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang
terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat
adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas
pengalaman kemanusian yang luas.

1.2 Rumusan Masalah


4
1. Apa yang dimaksud filsafat ketuhanan (teologi)?
2. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?
3. Apa kandungan tauhid dan syahadatain?
4. Apa urgensi hidup di bawah naungan tauhid?

1.3 Tujuan

1. Memahami tentang konsep ketuhanan dalam Islam sehingga tidak jatuh pada kekufuran dan
kemusyrikan
2. Memahami pentingnya iman kepada Allah SWT serta implikasinya dalam hidup.
3. Menambah wawasan tentang ketauhidan sehingga dapat meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.5 Filsafat Ketuhanan (Teologi)

Tuhan (ilah) sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Tercakup didalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharap-harapkan dapat memberikan kemashlahatan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu
yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan defenisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati,
tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkan-Nya, kepada-Nya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakal kepada-Nya untuk
kemashlahatan diri, meminta perlindungan dari pada-Nya, dan menimbulkan ketenangan disaat
mengingat-Nya dan terpaut cinta kepada-Nya (M.Imaduddin, 1989 : 56).
Secara etimologi kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan
dari bahasa Arab ‫فلسفة‬, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata
ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philos = cinta ), (philia = persahabatan)
dan (sophia = kebijaksanaan, hikmah, penetahuan, pengalaman praktis dan inteligensi). Sehingga
arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam dan bersifat subjektiv atau bergantung
bagaimana seorang berfikir berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Para filsuf merumuskan
pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.
Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih
mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut
“filsuf”. Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7
S.M..Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di
Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual
orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan
Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”.

6
Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. Buku karangan plato
yg terkenal adalah berjudul “etika, republik, apologi, phaedo, dan krito”.

Secara umum Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah
secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi
falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping
nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa
berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh
disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Dan untuk lebih memahami lebih mendalam, berikut pengertian filsafat menurut para ahli
yaitu: Pemikiran Filsafat sebenarnya merupakan konsep dasar mengenai kehidupan dan visi
kedepan manusia. Dalam suatu himpunan/komunitas, pemikiran filsafat dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kebudayaan masing-masing.
 Harold H. Titus (1979 ) :Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan Aristoteles:  Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika.
 Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yg dijunjung tinggi;
 Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
 Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
pengertian (konsep)
 Plato: Filsafat adalah pengetahuan yg berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
 Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yg berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.
Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang
pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan,namun jawabannya
oleh  para ahli filsafat.

7
 seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun
otoritas wahyu.
 Johann Gotlich Fickte: Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu
umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu mmbicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan.
Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan, yaitu:

a)      Metafisika (apakah yang dapat kita kerjakan)


b)      Etika (apakah yang seharusnya kita kerjakan)
c)      Agama (Sampai dimanakah harapan kita)
d)     Antropologi (Apakah yang dinamakan manusia)
 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang
segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yg menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
 Prof. Dr. Ismaun, M.Pd: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal
dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan
kearifan atau kebenaran yg sejati).
 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Pada dasarnya pendapat-penndapat yang dikemukakan oleh para ahli tidaklah begitu jauh berbeda
dan yang ada pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi.
2.5.1 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
2.5.1.1 Pemikiran Barat
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yg menyatakan
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tsb mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh
EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tenteng
Tuhan menurut teori evolusionisme adalah :

8
a.      Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang
berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditunjukkan
pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif
dan ada pula yang berpengruh negatif.
b.      Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran
roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik mempunyai roh. Oleh
masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai suatu yg aktif sekalipun bendanya telah mati.
c.       Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena
terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian
disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya.

d.      Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan. Namun manusia
masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa
disebut dengan Henoteime (Tuhan tingkat Nasional).
e.       Monoteisme
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam 3
paham yaitu : deisme, panteisme dan teisme. Evolusioner dlm kepercayaan thd Tuhan
sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB.Taylor (1877), ditentang oleh Andrew
Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia
mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya 
dengan orang-orang Kristen
2.5.1.2 Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, Ilmu Ushuluddin
dikalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada
aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Aliran
tersebut adalah:
a.      Mu’tazilah

9
Aliran ini merupakan kaum rasionalis dikalangan muslim, serta menekankan pemakaian
akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang
berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada dalam posisi mukmin dan kafir
(manzilah bainal manzilatain). Mu’tazilah lahir sebegai pecahan dari kelompok Qadariah,
sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.

Selain itu, Mu’tazilah mentauhidkan Allah dari segala yang menyamainya, yang hal ini
melazimkan harus menolak seluruh sifat. Karena sifat Allah yang paling utama adalah
wujudNya azali. Jika kita menetapkan sifat-sifat bagi Allah, sementara sifat-sifat tersebut juga
adalah azali (qodim), maka melazimkan kita menetapkan syarikat-syarikat bagi Allah. Al-
Qodhi Abdul Jabbar berkata :

‫ واألصل في ذلك أنه تعالى لو كان يستحق‬،‫أنه تعالى ال يجوز أن يستحق هذه الصفات لمعان قديمة‬
‫وذل……ك ي……وجب أن‬ … ،ً‫هذه الصفات لمعان قديمة؛ وقد ثبت أن القديم إنما يخالف مخالفه بكونه قديما‬
‫تكون هذه المعاني مثالً هلل تعالى‬

“Bahwasanya Allah tidak boleh disifati dengan sifat-sifat ini karena mengandung makna-
makna (sifat-sifat) yang qodim (azali). Karena asalnya jika Allah disifati dengan sifat-sifat ini
karena makna-makna yang azali, padahal telah diketahui bahwasanya Allah (yang azali)
hanyalah menyelisihi yang lain karena sifatnya yang azali… hal ini mewajibkan makna-makna
ini menjadi tandingan (semisal) dengan Allah” (Syarh al-Usuul al-Khomsah hal 195)

Bantahannya dari beberapa sisi :

 Sifat utama Tuhan bukanlah terbatas hanya pada keazaliannya, tapi semua sifat yang tidak
bisa dimiliki oleh selainNya. Seperti pencipta alam, maha mengetahui segala sesuatu, maha
kuasa atas segala sesuatu, dan sesembahan yang maha esa (lihat : Dar’u at-Ta’aarudh 5/46
dan Ar-Risalah At-Tadmuriyah, beserta syarahnya Al-Ajwibah Al-Mardhiyah hal 218)
 Tidak ada masalah jika berbilang keazalian jika yang dimaksud bukanlah berbilang dzat
pencipta. Adapun dzat azali, dan sifat-sifat dzat tersebut juga azali maka tidak mengapa
(lihat Dar’u at-Ta’arudh 3/18)
 Syubhat ini dibangun di atas pengkhayalan bahwa ada suatu dzat yang bisa tegak tanpa sifat
(dzat mujarrodah). Padahal dzat tanpa sifat pada hakikatnya tidak ada wujudnya, apalagi
memiliki sifat khusus azali (lihat Majmu’ al-Fataawa 5/326 dan 10/157). Jadi keazalian
10
bukanlah sifat terkhusus dzat mujarrodah akan tetapi salah satu sifat khusus dzat yang
bersifat (lihat Ar-Risalah At-Tadmuriyah, beserta syarahnya Al-Ajwibah Al-Mardhiyah hal
219)
 Demikian pula tatkala kita menetapkan sifat-sifat yang azali bukan berarti sifat-sifat tersebut
azali tanpa dzat, karena sifat tidak bisa berdiri sendiri, akan tetapi sifat-sifat tersebut azali
bersama dzatnya. (lihat Minhaj As-Sunnah an-Nabawiyah 2/130-131)

b.Tauhid menurut Ahlul Kalam (Asya’iroh)

Sebagaimana telah lalu bahwa para ulama Asya’iroh menafsirkan tauhid hanya kepada
makna rububiyah Allah dengan mengabaikan makna al-uluhiyah.

Asy-Syahristani berkata :

ِ ‫ إِ َّن هللاَ تَ َعالَى َو‬:‫ َو َج ِم ْي ُع الصِّ فَاتِيَّ ِة‬،‫َوأَ َّما التَّوْ ِح ْي ُد فَقَ ْد قَا َل أَ ْه ُل ال ُّسنَّ ِة‬
ِ ‫ َو َو‬،ُ‫اح… ٌد ِفي َذاتِ… ِه الَ قَ ِس… ْي َم لَ…ه‬
‫اح… ٌد‬
ُ‫اح ٌد فِي أَ ْف َعالِ ِه الَ شَرْ ْيكَ لَه‬
ِ ‫ َو َو‬،ُ‫صفَاتِ ِه األَزَ لِيَّ ِة الَ ن َِظي َْر لَه‬
ِ ‫فِي‬

“Adapun tauhid maka Ahlus Sunnah dan seluruh para penetap sifat berkata : Sesungguhnya
Allah esa pada dzatnya tidak terbagi-bagi, esa dalam sifat-sfiatnya yang azali maka tidak ada
yang menyerupaiNya, dan esa dalam perbuatan-perbuatanNya tidak ada syarikat bagiNya”
(Al-Milal wa An-Nihal 1/42)

Al-Bayjuri menjelaskan makna tauhid di atas dengan berkata :

ٍ ‫ت بِ َم ْعنَى َع… د َِم تَ َع… ُّد ِدهَا ِم ْن ِج ْن‬


‫س‬ ِ ‫الص…فَا‬ ِّ ُ‫و ِوحْ… َدة‬.… َ ‫ب ِم ْن أَجْ… زَا ٍء‬ ِ ‫ت بِ َم ْعنَى َعد َِم التَّرْ ِك ْي‬
ِ ‫الذا‬َّ ُ‫أَ َّما ِوحْ َدة‬
ْ
َ‫…ر ِه ُس … ْب َحانَهُ فِي فِ ْع… ٍل ِمن‬ِ …‫…ال بِ َم ْعنَى أَنَّهُ الَ تَ……أثِ ْي َر لِ َغ ْي‬
ِ …‫…وأَ َّما ِوحْ … َدةُ األَ ْف َع‬
َ ً‫اح… ٍد َكقُ … ْد َرتَي ِْن فَ……أ َ ْكثَ َر َمثَال‬
ِ ‫َو‬
‫األَ ْف َعا ِل‬

“Adapun esanya dzat maknanya dzat tersebut tidaklah tersusun dari bagian-bagian … Dan
keesaan sifat maknanya sifat-sifat tersebut tidaklah berbilang dari satu jenis yang sama
seperti dua qudroh atau lebih misalnya… Adapun keesaan perbuatan maksudnya adalah

11
tidak ada selain Allah yang memberi pengaruh dalam satu perbuatanpun dari perbuatan-
perbuatan Allah” (Syarh Jauharat At-Tauhid hal 98-99)

Tauhid al-Af’aal itulah tauhid ar-rububiyah, adapun tauhid al-uluhiyah maka terabaikan
sama sekali. Hal inilah yang menjadikan sebagian orang terjerumus dalam kesyirikan yang
nyata, namun mereka tidak merasa terjerumus dalam kesyirikan selama tidak meyakini ada
yang mencipta selain Allah.

c.Tauhid menurut sufiyah

Sebagian mereka membagi tauhid menjadi tiga :

‫ ْال َوجْ ه األول تَوْ ِحي……د ْال َعا َّمة الَّ ِذي يَص……ح بالش……واهد َو ْال َوجْ… ه الثَّانِي تَوْ ِحي……د‬،‫والتوحيد على ثَاَل ثَة ُوجُوه‬
‫ فَأَم……ا‬.‫ْالخَ اصَّة َوهُ َو الَّ ِذي يثبت بالحقائق َو ْال َوجْ ه الثَّالِث تَوْ ِحيد قَائِم بالقدم َوهُ َو تَوْ ِحيد خَ اصَّة ْال َخاصَّة‬
‫التَّوْ ِحيد األول فَه َُو َشهَادَة أَن {اَل إِلَه إِاَّل هللا} َوحده اَل ش……ريك لَ…هُ … هَ… َذا تَوْ ِحي……د ْال َعا َّمة الَّ ِذي يَص……ح‬
‫بالشواهد والشواهد ِه َي الر َسالَة‬

‫َوأما التَّوْ ِحيد الثَّانِي …هُ… َو إِ ْس…قَاط اأْل َ ْس…بَاب الظَّا ِه َرة والص…عود… عَن منازع…ات ْال ُعقُ…ول َوعَن التَّ َعلُّق‬
‫ َوأما التَّوْ ِحيد‬.… ‫ َوهُ َو أَن اَل تشهد فِي التَّوْ ِحيد َدلِيال َواَل فِي التَّ َو ُّكل َسببا َواَل للنجاة َو ِسيلَة‬،‫بالشواهد‬
ِ َ‫الثَّالِث فَه َُو تَوْ ِحيد اختصه ْالحق لنَف ِس ِه واستحقه بِق‬
‫در ِه وأالح ِم ْنهُ الئحا إِلَى أسرار طَائِفَة من صفوته‬
‫وأخرسهم عَن نَعته وأعجزهم عَن بثه‬

“Tauhid ada tiga, yang pertama tauhid orang awam yang sah dengan bukti-bukti. Yang kedua
adalah tauhid orang-orang khusus yaitu tauhid yang tegak dengan hakikat-hakikat. Yang ketiga
adalah tauhid yang tegak pada Allah, inilah tauhid orang-orang khusus dari yang khusus.

Adapun tauhid yang pertama adalah persaksian bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak
disembah melainkan Allah semata tiada sekutu bagiNya… ini adalah tauhidnya orang awam yang
sah dengan adanya bukti-bukti, dan bukti-bukti tersebut adalah risalah kenabian.

Adapun tauhid yang kedua… yaitu menggugurkan sebab-sebab yang dzahir dan suci dari
pertentangan akal dan dari ketergantungan dengan bukti-bukti. Yaitu engkau tidak melihat adanya
dalil dalam tauhid, dan tidak melihat adanya sebab dalam bertawakkal, dan tidak melihat adanya
sarana dalam keselamatan…

12
Adapun tauhid yang ketiga adalah tauhid yang Allah mengkhususkannya untuk diriNya sendiri dan
hanya Allah yang berhak memilikinya dengan keagunganNya. Lalu Allah menampakkan secercah
darinya kepada sekelompok orang yang merupakan pilihan Allah dan Allah menjadikan mereka
bisu tidak mampu menjelaskannya dan tidak mempu menyebarkannya” (Manazil As-Saairin, Abu
Isma’il Al-Harowi hal 135-136)

Ibnu Abil ‘Iz mengomentari pembagian di atas :

ُ ‫ت بِ … ِه ْال ُكتُبُ …فَاَل ي ُْلت‬


‫َفت إِلَى‬ ْ َ‫ت بِ ِه الرُّ ُس ُل َوأُ ْن ِزل‬
ْ َ‫َوإِ َذا ُع ِرفَ أَ َّن تَوْ ِحي َد اإْل ِ لَ ِهيَّ ِة هُ َو التَّوْ ِحي ُد الَّ ِذي أُرْ ِسل‬

ِ َّ‫فَ…إ ِ َّن أَ ْك َم… َل الن‬.…‫ َو َج َع َل هَ… َذا النَّوْ َع تَوْ ِحي… َد ْال َعا َّم ِة‬،‫اع‬
‫اس تَوْ ِحي…دًا‬ ٍ ‫قَوْ ِل َم ْن قَ َّس َم التَّوْ ِحي َد إِلَى ثَاَل ثَ ِة أَ ْن َو‬
ِ ‫ات هَّللا‬ َ ،‫ ُم َح َّم ٌد َوإِب َْرا ِهي ُم‬:‫ َو ْال ُمرْ َسلُونَ … َوأَ ْك َملُهُ ْم تَوْ ِحيدًا ال َخلِياَل ِن‬،‫ات هَّللا ِ َعلَ ْي ِه ْم‬
ُ ‫ص……لَ َو‬ َ ‫اأْل َ ْنبِيَا ُء‬
ُ ‫صلَ َو‬
ُّ ‫ُ…و ِم ْن أَ ْس…فَ ِه‬
َ َ‫ ق‬.‫الس…فَهَا ِء‬
‫…ال‬ َ ‫ب َع ْن…هُ فَه‬ َ ‫ الَّ ِذي َم ْن َر ِغ‬،‫اص… ِة‬ َّ َ‫اص… ِة ْالخ‬
َّ َ‫…فَهَ َذا تَوْ ِحي ُد خ‬،ُ‫َعلَ ْي ِه َما َو َساَل ُمه‬
ْ ‫ { َو َم ْن يَرْ َغبُ ع َْن ِملَّ ِة إِ ْب َرا ِهي َم إِاَّل َم ْن َس…فِهَ نَ ْف َس…هُ َولَقَ… ِد‬:‫تَ َعالَى‬
َ …‫اص…طَفَ ْينَاهُ فِي ال… ُّد ْنيَا َوإِنَّهُ فِي اآْل ِخ‬
‫…ر ِة‬
} َ‫ت لِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
ُ ‫ال أَ ْسلَ ْم‬
َ َ‫لَ ِمنَ الصَّالِ ِحينَ } {إِ ْذ قَا َل لَهُ َربُّهُ أَ ْسلِ ْم ق‬

“Dan jika telah diktehui bahwasanya tauhid al-uluhiyah dialah tauhid yang para rasul diutus
dengannya dan kitab-kitab diturunkan dengannya… maka tidak usah peduli kepada pendapat orang
yang membagi tauhid menjadi tiga macam, dan menjadikan tauhid ini (tauhid al-uluhiyah) sebagai
tauhidnya orang awam… karena manusia yang paling sempurna tauhidnya adalah para nabi dan
para rasul… dan yang paling sempurna dari mereka adalah dua kekasih Allah Ibrahim dan
Muhammad shallallahu ‘alahimaa wasallam…

Dan inilah (tauhid al-uluhiyah) adalah orang super khusus (spesial di sisi Allah), yang siapa yang
tidak tertarik dengan tauhid ini maka dialah orang terbodoh. Allah berfirman :

“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya
sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-
benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk
patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam” (QS Al-Baqarah :
130-131) (Syarah al-Aqidah at-Tohawiyah 50-51)

13
d. Tauhid Al-Ittihadiyah (penganut wihdatul wujud)

Mereka meyakini bahwa apa yang terlihat seluruhnya adalah Tuhan. Hakikat keyakinan mereka
adalah semua yang wujud hakikatnya adalah esa (satu) hanya saja dzatnya berbilang dan banyak
ditinjau dari sifat-sifatnya dan nama-namanya, tidak ada berbilang padanya kecuali hanya
perbedaan tinjauan (hanya nisbi saja). Ibnu ‘Arobi berkata :

ْ َ‫فَ ُسب َْحانَ َم ْن أ‬


‫ظهَ َر األَ ْشيَا َء َوهُ َو َع ْينُهَا‬

“Maha suci Allah yang menampakkan segala sesuatu dan Dialah dzat segala sesuatu tersebut” (lihat
muqoddimah pentahqiq kitab Fusus al-Hikam hal 24-25 dan penjelasan Ibnu Taimiyah tentang
madzhab mereka di Majmu’ Al-Fatawa 2/124)

Jadi di sisi mereka hakikat tauhid adalah tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya, antara
pencipta dan makhluk. Seluruh yang wujud adalah satu dan azali, hanya saja penampakannya dan
pemunculannya yang berbeda-beda.

Sehingga akhirnya Ibnu Arobi menyatakan bahwa Fir’aun telah benar tatkala mengaku sebagai
Tuhan yang tertinggi, karena Fir’aun itu sendiri merupakan penampakan Tuhan. (lihat Fusus al-
Hikam 210-211)

e.Tauhid menurut Takfiriyin dan Harokiyin

Mereka menafsirkan laa ilaaha illallahu dengan ُ‫الَ َحا ِك ِميَّةَ إِالَّ هللا‬ “Tidak ada hakim kecuali Allah”.
Mereka menganggap inilah yang diperjuangkan para nabi dan rasul, inilah sebab pertikaian dan
pertempuran antara para nabi dan kaumnya.

Sayyid Quthub berkata :

‫ «ال إله إال هللا» كانوا يعرفون أن األلوهي……ة تع……ني‬:‫ «إله» ومعنى‬:‫لقد كانوا يعرفون من لغتهم معنى‬
‫ معن……اه ن……زع الس……لطان‬،‫ به……ا‬-‫ س……بحانه‬-‫ وكانوا يعرفون أن توحيد األلوهية وإفراد هللا‬.‫الحاكمية العليا‬
.…‫ ورده كله إلى هللا‬،‫الذي يزاوله الكهان ومشيخة القبائل واألمراء والحكام‬

14
‫ ال……ذي يغتص……ب أولى خص……ائص‬،‫ «ال إل……ه إال هللا» ث……ورة على الس……لطان األرض……ي‬:‫كانوا يعلمون أن‬
‫ وثورة على األوضاع التي تقوم على قاعدة من ه……ذا االغتص……اب وخ……روج على الس……لطات‬،‫األلوهية‬
‫التي تحكم بشريعة من عندها لم يأذن بها هللا‬

“Sesungguhnya mereka (bangsa Arab -pen) telah mengetahui berdasarkan bahasa mereka
bahwasanya makna “ilah” dan makna “laa ilaaha ilallahu’, mereka mengetahui makna al-uluhiyah
adalah al-Hakimiyah al-Ulya (hukum yang tertinggi). Mereka mengetahui bahwasanya tauhid al-
uluhiyah dan pengesaan Allah dengan tauhid tersebut adalah mencabut kekuasaan yang dikuasai
oleh para tokoh adat, para pemimpin kabilah, para penguasa, para presiden, lalu mengembalikan
hukum tersebut seluruhnya kepada Allah…

Mereka mengetahui bahwasanya “laa ilaaha illallahu” adalah pemberontakan terhadap penguasa
bumi yang telah merampas sifat terspesial ketuhanan. Revolusi terhadap kondisi yang dibangun di
atas landasan perampasan tersebut, serta memberontak terhadap kekuasaan-kekuasaan yang
berhukum dengan syari’at mereka sendiri yang tidak diizinkan oleh Allah” (Fi zilal al-Qur’an
2/1005)

Tentu pernyataan Sayyid Quthub rahimahullah tidak benar, karena pernyataan beliau menyelisihi
kesepakatan ahli tafsir dan ahli al-lughoh (bahasa) tentang laa ilaahha illallahu.

Penafsiran yang salah ini mengakibatkan banyak penyimpangan, antara lain :

 Banyak harokiyin yang tidak peduli dengan praktik-praktik kesyirikan di alam semesta ini,
karena menurut mereka itu bukan yang terpenting. Yang terpenting adalah menegakan
hukum Allah dalam pemerintahan.
 Banyak diantara mereka yang mudah terjerumus dalam praktik pengkafiran pemerintah dan
penguasa karena para penguasa telah merampas hak ketuhanan yang paling terpenting yaitu
masalah hukum
 Banyak harokiyin yang memandang sebelah mata kepada para da’i yang menyeru kepada
tauhid al-uluhiyah dan memberantas praktik-praktik kesyirikan.

Padahal betapa banyak para nabi yang dalam dakwah mereka tidak membicarakan kekuasaan.
Sebagai contoh Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Huud, Nabi Shalih, Nabi Luuth, Nabi Ibrahim, dan Nabi
Syu’aib. Sama sekali Allah tidak menyebutkan bahwa mereka memberontak terhadap penguasa
yang ada tatkala itu.

15
Bukannya maskudnya bahwa hukum boleh kepada selain Allah, tentu saja hukum harus milik
Allah, akan tetapi menjadikan hal ini adalah perkara utama bahkan yang paling utama dengan
mengeyampingkan makna tauhid al-uluhiyah yang sesungguhnya maka inilah yang berbahaya yang
menyimpang dari tujuan utama para nabi dan rasul.

f. Qadariah
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat.
j.  Jabariah
Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan
dipaksa oleh Tuhan.

2.6 Konsep Ketuhanan dalam Islam

Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan
berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam Al-Quran surat Al-
Jatsiiyah{45}: 23

Artinya : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya….?”

Dalam potongan Al-Quran surat Al-Qashash{28}:38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun
untuk dirinya sendiri:

Artinya : “Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu
selain aku….”

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau
penguasa yang dipatuhi dan dipuja)). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk
tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol
atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat,
berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:

16
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian
rupa, rasa cinta yang amat sangat sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan
dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk
pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di
hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari
padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya
(M.Imaduddin, 1989:56)

Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang
pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran,
setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia)
mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan
“melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala
macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.

2.7 Kandungan Tauhid dan Syahadatain

2.7.1 Kandungan Tauhid


Tauhid berarti mengesakan Allah semata dalam beribadah dan tidak menyekutukan-Nya.
Dan hal ini merupakan ajaran semua Rasul, bahkan tauhid merupakan pokok yang dibangun
diatasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal perbuatan menjadi tidak bermanfaat
dan gugur, karena tidak sah sebuah ibadah tanpa tauhid.

Macam-macam Tauhid :

17
1. Tauhid Rububiyah:

Yaitu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali Allah yang
menciptakan dan memberi mereka rizki. Tauhid ini juga telah diikrarkan oleh orang-orang
musyrik pada masa dahulu. Mereka menyatakan bahwa Allah semata yang Maha Pencipta,
Penguasa, Pengatur, Yang Menghidupkan,Yang Mematikan, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah
ta’ala berfirman:

Artinya : “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan
langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan
menjawab,“Allah” maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar) ” (Q.S.
Al Ankabut: 61)

Serta meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam
semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang
memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-
bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an:

…ِ ‫الظلُ َما‬
‫ت َوالنُّو َر‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
ُّ ‫ض َو َج َع َل‬ …َ َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي َخل‬
…ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan
terang” (QS. Al An’am: 1)

Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun
kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah.
Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:

ُ ‫َولَئِ ْن َسأ َ ْلتَهُ ْم َم ْن َخلَقَهُ ْم لَيَقُولُ َّن هَّللا‬

18
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah
menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf: 87).

Oleh karena itu kita menegetahui bahwa ayahanda dari Rasulullah  shallallahu’alaihi
wasallam  bernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama
demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.

Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh Muhammad
bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan
keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir
jahiliyah” (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah)

Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak
dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-
lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski
orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan
inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Dari pernyataan dan persaksian dan kejadian aneh ( mu’jizat ) yang terjadi, tidak membuat mereka
masuk Islam, tidak membebaskan mereka dari api neraka serta tidak melindungi harta dan darah
mereka dari misi jihad Islam, karena mereka tidak mewujudkan tauhid Uluhiyah, bahkan sebaliknya
mereka berbuat syirik dalam beribadah kepada-Nya dengan memalingkan ibadah mereka kepada
selain Allah.

2. Tauhid Asma’ dan Sifat.

Yaitu beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang tidak serupa dengan berbagai zat yang ada,
serta memiliki sifat yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada. Dan bahwa nama-nama-
Nya menyatakan dengan jelas akan sifat-Nya yang sempurna secara mutlak sebagaimana firman
Allah ta’ala:

Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang meyerupainya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat” (QS. As Syura: 11)

19
Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai
yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya,
dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul).
Allah Ta’ala  berfirman yang artinya:

‫َوهَّلِل ِ اأْل َ ْس َما ُ…ء ْال ُح ْسنَى فَا ْد ُعوهُ بِهَا‬

“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut
nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)

Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari
makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya
‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.

Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian


orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-
mana.

Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak
serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat
wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah
Allah, dan lain-lain.

Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.

Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah


berfirman yang artinya:

ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِ…ه َش ْي ٌء َوهُ َو ال َّس ِمي ُ…ع ْالب‬


‫صي ُ…ر‬ َ ‫لَي‬

“Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi Maha
Melihat” (QS. Asy Syura: 11)

Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan
maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-istiwa di atas ‘Arsy
namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak
benar karena Allah Ta’ala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah agar

20
hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas
dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan
Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Qur’an adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami
oleh hamba-Nya.

3. Tauhid Uluhiyah.

Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh amalan ibadah
yang Allah perintahkan, seperti: berdoa, khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal, raghbah
(berkeinginan), rahbah (takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai pengagungan), taubat, minta
pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang diperintahkan-Nya. Dalilnya
firman Allah ta’ala:

Artinya : “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun didalamnya di samping (menyembah) Allah” (Q.S: Al Jin:18).

Atau dpat di definisikan bahwa Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala
bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Dalilnya:

ُ ‫ك نَ ْستَ ِع‬
‫ين‬ َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬
…َ ‫إِيَّا‬
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan” (Al Fatihah: 5)

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila
melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa,
cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah  hanya
meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang
kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah
kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan
Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:

21
ُ ‫ة َر‬Pٍ ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل أ ُ َّم‬
ْ ‫سواًل أَ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َو‬
‫ الطَّا ُغوت‬P‫اجتَنِبُوا‬

“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan:
‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)

Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan
adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya
kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya
Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat  Syarh
Aqidah Ath Thahawiyah).

Perhatikanlah, sungguh aneh jika ada sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat
menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki perhatian
serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad adalah untuk
ditegakkan tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir karena orang kafir tersebut tidak
bertauhid uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian terhadap tauhid  uluhiyyah??

Jadi seseorang harus berlepas diri dari penghambaan (ibadah) kepada selain Allah,
menghadapkan hati sepenuhnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Tidak cukup dalam tauhid
sekedar pengakuan dan ucapan syahadat saja jika tidak menghindar dari ajaran orang-orang musyrik
serta apa yang mereka lakukan seperti berdoa kepada selain Allah misalnya kepada orang yang
telah mati dan semacamnya, atau minta syafaat kepada mereka (orang- orang mati) agar Allah
menghilangkan kesusahannya dan menyingkirkannya, dan meminta pertolongan kepada mereka
atau yang lainnya yang merupakan perbuatan syirik.

Wujud nyata Tauhid adalah: memahaminya dan berusaha untuk mengetahui hakikatnya
serta melaksanakan kewajibannya, baik dari sisi ilmu maupun amalan, hakikatnya adalah
mengarahkan ruhani dan hati kepada Allah baik dalam hal mencintai, takut (khauf), taubat,
tawakkal, berdoa, ikhlas, mengagungkan-Nya, membesarkan-Nya dan beribadah kepada-Nya.
Kesimpulannya tidak ada dalam hati seorang hamba sesuatupun selain Allah, dan tidak ada
keinginan terhadap apa yang Allah tidak inginkan dari perbuatan- perbuatan syirik, bid’ah, maksiat
yang besar maupun kecil, dan tidak ada kebencian terhadap apa yang Allah perintahkan.

22
2.7.2 Kandungan Syahadatain
2.7.2.1 Makna Syahadat Tauhid
Maknanya adalah, tidak ada yang disembah di langit dan di bumi dengan haq kecuali Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesuatu yang disembah dengan bathil banyak jumlahnya,
tapi yang disembah dengan haq hanya Allah saja. Allah ta’ala berfirman:

“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang
Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan
sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar ” ( Q.S: Al Hajj: 62).

Kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan berarti : “Tidak ada pencipta selain Allah” sebagaimana
yang dipahami oleh sebagian orang, karena sesungguhnya orang-orang kafir Quraisy yang
diutus kepada mereka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam mengakui bahwa Sang
Pencipta dan Pengatur alam ini adalah Allah ta’ala, akan tetapi mereka mengingkari
penghambaan (ibadah) seluruhnya milik Allah semata, tanpa menyekutukan- Nya.
Sebagaimana firman Allah ta’ala:

“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-
benar satu hal yang sangat mengherankan” (Q.S: Shad:5).

Dipahami dari ayat ini bahwa semua ibadah yang ditujukan kepada selain Allah adalah
batal. Artinya bahwa ibadah semata-mata untuk Allah. Akan tetapi mereka (kafir Quraisy)
tidak menghendaki demikian, oleh karenanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam
memerangi mereka hingga bersaksi bahwa tidak ada ilah yang disembah selain Allah serta
menunaikan hak- hak-Nya yaitu mengesa-kannya dalam beribadah kepada-Nya semata.

2.7.2.2 Makna Syahadat Rasul


Maknanya adalah: Taat terhadap apa yang diperintahkannya dan membenarkan apa yang
diberitakannya serta menjauhi apa yang dilarang dan diancamnya. Tidak beribadah kepada
Allah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan. Setiap muslim harus mewujudkan syahadat
ini, sehingga dikatakan tidak sempurna syahadat seseorang terhadap kerasulannya manakala
dia sekedar mengucapkannya dengan lisan, namun meninggalkan perintahnya dan melanggar
23
larangannya serta taat kepada selainnya atau beribadah kepada Allah tidak berdasarkan
ajarannya. Rasulullah bersabda:

Artinya : “Siapa yang taat kepadaku maka dia telah taat kepada Allah dan siapa yang
durhaka kepadaku maka dia telah durhaka kepada Allah” (H.R. Bukhari)

Artinya : “Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami yang tidak termasuk
didalamnya maka dia tertolak ” (Muttafaq alaih)
Termasuk wujud nyata dari syahadat ini adalah tidak adanya keyakinan bahwa Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam memiliki hak ketuhanan yang mengatur alam ini, atau tidak
memiliki hak untuk disembah, akan tetapi dia hanyalah seorang hamba yang tidak disembah
dan seorang Rasul yang tidak didustakan dan dirinya tidak memiliki kekuasaan atas dirinya
sendiri dan orang lain dalam mendatangkan manfaat dan mudharat kecuali apa yang Allah
kehendaki.
2.8 Urgensi Hidup di Bawah Naungan Tauhid

Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu
tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya.
Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola
saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain
seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia
tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-
hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan benar
dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyydzubillah. Maka sangat penting dan urgen bagi
setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling
mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan
memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah  Subhanahu wa Ta’ala, tentang
nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman,  4).

Pasti setiap insan mendambakan kehidupan yang baik, penuh kebahagiaan, bebas dari rasa
takut, dan memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi tidak semua orang dapat merasakan kehidupan
yang demikian. Banyak orang yang selalu dihantui rasa takut dan kecemasan luar biasa, mereka
merasa tidak ada yang menjamin kehidupannya. Ada di antara mereka yang mendapat jaminan akan
24
tetapi harus mengorbankan sebagian dari kebahagiaannya. Ia selalu terombang-ambing dalam
keraguan karena harapannya ada pada lebih dari satu pihak yang ia takuti. Bila menyenangkan yang
satu, yang lain marah; mendapat jaminan dari yang satu namun yang lain mengancam. Ini terjadi
apabila orang memiliki lebih dari satu tuhan. Dua kondisi digambarkan Al-Qur’an seperti seorang
budak yang menjadi milik satu tuan dan budak lain yang menjadi milik lebih dari satu tuan, yang
mana masing-masing tuan menuntut loyalitas darinya.

Artinya : “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang budak yang dimiliki oleh beberapa orang
yang berserikat namun mereka saling berselisih dan seorang budak yang menjadi milik penuh
seorang tuan. Adakah kedua budak itu sama halnya?” (Terjemah Q.S. Az-Zumar : 29)

Kehidupan yang baik hanya akan didapatkan apabila orang hanya ber-wala kepada satu
tuhan yang Maha Sempurna yaitu Allah. Aqidahnya tentang Dzat Allah, sifat-sifat, nama-nama
(asma), dan perbuatan-Nya harus benar-benar sesuai prinsip-prinsip tauhid yang diajarkan oleh
Rasulullah saw.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Tuhan adalah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya Sesuai dengan tuntunan agama Islam, hanya ada satu Tuhan

25
di dunia ini, yaitu Allah SWT. Kita sebagai ciptaan-Nya wajib percaya bahwa tidak ada Tuhan
Penguasa seluruh alam kecuali Allah.
Wujud nyata dari percaya atau iman itu sendiri tidak boleh hanya berupa ikrar atau
pernyataan kosong, melainkan harus dilakukan dengan perbuatan berupa menjalankan seluruh
perintahnya dan menjauhi larangannya secara ikhlas lahir batin.
Dengan meyakini Allah SWT sebagai Tuhan di dunia ini, kita menjadi tidak selalu
terombang-ambing dalam keraguan. Hidup kita akan lebih terarah, yaitu untuk memeperoleh ridlo
dari Allah SWT agar selamat dunia dan akhirat.

3.2 Kritik dan Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.

Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, 2005. Filsafat Ilmu. Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers.
Hadariansyah, 2012.Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslimdan Filsafat
Mereka, Banjarmasin: Kafusari Press.
.Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, 2003.Filsafat Pendidikan PerspektifIslam Dan Umum),
Jakarta: UIN Jakarta Press.
 Nasution, Hasyimsyah, 1999. Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,
Surajiyo, 2005.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar . Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara.
Bahrum, 2013. Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi. jurnal filsafat voleme 8nomor 2. Nursalim,
2013.

Landasan Ontologis, Epistemologis, Dan Aksiologis Dalam Penelitian Psikologi. Jurnal studi


agama dan pemikirannya volume7 nomor 2.Suyitno, 2009.

Landasan Filosofis Pendidikan.Departemen Pendidikan NasionalUniversitas Pendidikan Indonesia


(UPI)Ekawati Dian, 2013.

Reorientasi Ontologi, Epistemology Dan Aksiologi Dalam Perkembangan Sains. Jurnal Tarbawiyah


Volume 10 Nomor 2 EdisiJuli-Desember

27

Anda mungkin juga menyukai