Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL DISKUSI BBDM SKENARIO 2

DEMAM

Laporan ini Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas pada Modul 3.1


Mekanisme Penyakit dan Dasar-Dasar Penatalaksanaannya

BBDM KELOMPOK 13

TUTOR PEMBIMBING
dr. Yora Nindita, M.Sc

DISUSUN OLEH

Qintani Cantika Ismail (22010117130082)


Bagaskara Yogatama (22010117130086)
Diaz Almayang (22010117130090)
Devina Subagio (22010117130095)
Margaret Damaiyanti (22010117140099)
Rahma Khusnul K (22010117130103)
Farah Astrid Suwardani (22010117130107)
Jasmine Elnitiarta (22010117130111)
Sean Gerry Santoso (22010117130116)
Arimbi Sekar Cendhani (22010117130124)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONERGORO
2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN BBDM SKENARIO 2
Demam
MODUL 3.1
BBDM 13
PERIODE 2018/2019
NO NAMA NIM TANDA
TANGAN

1 Qintani Cantika Ismail 22010117130082

2 Bagaskara Yogatama 22010117130086

3 Diaz Almayang 22010117130090

4 Devina Subagio 22010117130095

5 Margaret Damaiyanti 22010117140099

6 Rahma Khusnul Khotimah 22010117130103

7 Farah Astrid Suwardani 22010117130107

8 Jasmine Elnitiarta 22010117130111

9 Sean Gerry Santoso 22010117130116

10 Arimbi Sekar Cendhani 22010117130124


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38 derajat
celsius. Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan
infeksi akibat virus, bakteri, atau parasit. Selain itu, demam juga bisa terjadi pada
kondisi hipertiroidisme, artritis, atau karena penggunaan beberapa jenis obat-obatan,
termasuk antibiotik. Kenaikan suhu tubuh akibat konsumsi obat ini disebut dengan
demam obat atau “drug fever”.
Meskipun terkadang mengkhawatirkan, demam yang tinggi tidak selalu
menandakan bahwa Anda menderita suatu penyakit yang serius. Demam yang
seringkali dijumpai pada kasus infeksi anak-anak seringkali tidak berbahaya.
Malahan, demam merupakan pertanda bahwa sistem kekebalan tubuh sedang
berusaha untuk melawan infeksi tersebut.

1.2 SKENARIO BBDM

Demam
Seorang laki-laki, 35 tahun, datang ke IGD dengan keluhan badan demam naik turun
sejak 2 minggu ini, 3 minggu yang lalu pasien baru tiba dari tugas di Papua. Pada
pemeriksaan tanda vital : Tekanan daeah 120/80 mmHg, Nadi 100x/menit, RR
20x/menit dan suhu 39.5oC. Pemeriksaan thorax abdomen dalam batas normal. Dokter
lalu meminta izin untuk melakukan pemeriksaan darah rutin/lengkap. Untuk sementara,
dokter memberikan obat penurun panas.
BAB II
ISI
2.1 TERMINOLOGI
1. Demam
Keadaan dimana suhu tubuh berada diatas range normal (36,5-37,3oC) akibat
dari peningkatan pada set point termostat tubuh. Bisa disebut juga
hyperthermia.
2. Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan darah yang meliputi pemeriksaan Hb, Hematokrit, hitung leukosit,
hitung jenis leukosit, hitung trombosit, laju endap darah dan hitung eritrosit.
2.2 IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apakah tanda vital normal?
2. Mengapa dilakukan pemeriksaan thoraks abdomen?
3. Mengapa dilakukan pemeriksaan darah rutin?
4. Apa perbedaan dari pemeriksaan darah rutin dan darah lengkap?
5. Etiologi dan pathogenesis dari demam?
6. Mengapa pasien mengalami demam naik turun? Pristiwa apa yang mendasari?
7. Apa prognosis dari scenario tersebut?

2.3 BRAINSTORMING
2.3.1 Apakah tanda vital normal?
Tekanan darah normal (sistol 100-120, diastole 60-80) , denyut nadi
normal (60-100x/menit) , RR normal (16-20x menit), Suhu tidak normal
(normal : 36,5-37,5 derajat Celcius)
2.3.2 Mengapa dilakukan pemeriksaan thoraks abdomen?
PF thoraks abdomen dilakukan palpasi dan perkusi digunakan untuk
melihat adanya perbesaran organ vital seperti, hepatomegali dan
spleenomegali.
2.3.3 Mengapa dilakukan pemeriksaan darah rutin?
Untuk membantu menegakkan diagnosis karena demam merupakan
gejala dari banyak penyakit.
2.3.4 Apa perbedaan dari pemeriksaan darah rutin dan darah lengkap?
Pemeriksaan darah rutin tanpa indikasi tertentu : pemeriksaan HB, LED,
hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit
Pemeriksaan lengkap : pemeriksaan dengan indikasi tertentu spt : hitung
jumlah eritrosit, masa eritrosit dan hematokrit.
2.3.5 Etiologi dan pathogenesis dari demam?
Etiologi : demam dibagi menjadi 2 :
Infeksi : bakteri : peneumonia dan ependisitis
Virus : influenza
Parasite : malaria
Non infeksi : kebersihan lingkungan dan makanan, suhu lingkungan,
stress, autoimun, dehidrasi.
2.3.6 Mengapa pasien mengalami demam naik turun? Peristiwa apa yang
mendasari?
Tubuh memiliki system termoregulator untuk mengatur suhu tubuh.
Demam dapat disebabkan oleh pathogen yaitu pyrogenic yang
menyebabkan kenaikan suhu tubuh karena efeknya ke hipotalamus dan
menyebabkan efek samping yaitu menggigil. Naik turunnya demam
disebabkan oleh leukosit, sel mast, dan sel radang menghilang,
penambahan gizi cukup memregenerasi sel radang, agen penginfeksi
bersembunyi di tubuh normal menghilangkan eksistensi radang,
penyakit. Peningkatan suhu tubuh diantisipasi oleh tubuh dengan
pengeluaran keringat.

2.3.7 Apa prognosis dari scenario tersebut?


Papua terkenal oleh penyebaran malaria. Demam naik turun yang khas
pada malaria dihubungkan dengan sporulasi. Pemeriksaan thorax
abdomen digunakan karena banyaknya eritrosit yang pecah diduga
adanya speenomegali dan hepotomegali.

2.4 PENYUSUN PENJELASAN DALAM LANGKAH MENCARI SOLUSI

Demam

Manifestasi
Penyebab Jenis Mekanisme
klinik

2.5 SASARAN BELAJAR


1. Mikrobiologi : Perbedaan Manifestasi Klinis terkait Etiologi
2. Patologi Klinik : Pemeriksaan Darah Rutin
3. Farmakologi : Cara Kerja Obat Penurun Panas (antipiretik),
farmakodinamik dan farmakokinetik, pemberiaan obat
secara rasional.
4. IKM : Edukasi Pasien Secara Preventif dan Promotif
5. Jenis – Jenis Demam
2.6 PENYAMPAIAN HASIL BELAJAR MANDIRI
2.6.1 Perbedaan Manifestasi Klinik Terkait Etiologi (Bakteri, Virus,
Jamur, Parasit)
a. Bakteri
Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,
bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis,
selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Graneto,
2010).
Gejala :
• Demam berangsur lama, tidak langsung tinggi.
• Demam naik turun tapi tidak mencapai suhu normal.
Proses Demam oleh Bakteri :
 Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat dalam jaringan
atau di dalam darah, keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah,
makrofag jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar.
 Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan
melepaskan zat IL-1 yang disebut juga leukosit pirogen atau pirogen
endogen ke dalam cairan tubuh.
 IL-1 menginduksi pembentukan prostglandin dan selanjutnya bekerja di
hipotalamus, segera mengaktifkan proses yang menimbulkan demam,
kadang- kadang meningkatkan suhu tubuh dalam jumlah yang jelas
terlihat dalam waktu 8- 10 menit.
b. Jamur
Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
coccidiodomycosis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011).
Gejala :
• Batuk
• Demam
• Nafas pendek
• Sakit kepala
• Berkeringat di malam hari
• Nyeri sendi
• Ruam di kulit
c. Virus
Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya,
dan virus-virus umum seperti H1N1 (Davis, 2011).
Demam yang timbul pada infeksi virus dilakukan dengan cara invasi
langsung ke makrofag. Kemudian, pada virus akan terjadi reaksi
imunologis yaitu pembentukan antibody. Antibodi ini akan diinduksi
oleh interferon
Gejala :
• Demam
• Sakit kepala
• Nyeri pada sendi, otot, dan tulang.
• Hilang nafsu makan.
• Nyeri pada bagian belakang mata.
• Mual dan muntah.
• Pembengkakan kelenjar getah bening.
• Ruam kemerahan (muncul sekitar 2-5 hari setelah demam).
d. Parasit
Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007).
Demam karena Malaria
Demam terjadi akibat pecahnya skizon matang (sporulasi) yang
menghasilkan antigen. Antigen akan merangsang sel makrofag,
monosit, dan limfosit yang kemudian akan memproduksi sitokin (TNF)
yang menstimulus hipotalamus untuk mengatur suhu. Pematangan
skizon berbeda untuk tiap jenis.
Gejala pada Malaria :
• Demam
• Anemia
• Splenomegali
• Ikterus
2.6.2 Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan
1. Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)
2. Hematokrit (Ht)
3. Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis
(differential count)
4. Hitung trombosit / platelet count
5. Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)
6. Hitung eritrosit (di beberapa instansi)

Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan


salah satu dari sekian banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia
atau tidak. Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam
darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang
telah dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh
hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung,
ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.

Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi


vitamin dan mineral, ibu hamil, orang yang mengalami perdarahan
akibat terluka, terkena infeksi kronis atau penyakit kronis seperti TBC,
tumor, gangguan hati, dan gangguan kesehatan lainnya, bisa saja terjadi
penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu. Tubuh
pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.

Nilai normal

* dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, * wanita hamil 10-15 gram/dL

* wanita 12-16 gram/dL * anak 11-16 gram/dL,

* baLita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL * neonatus 14-27 gram/dL

 Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi


besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat,
hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet
vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam
asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya
adalah Hb < 5 gram/dL.
 Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung,
COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare,
eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi
yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

Hematokrit (Ht)

Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan


antara proporsi volume sampel darah Anda dengan sel darah merah
(eritrosit) yang diukur dalam satuan millimeter per desiliter dari darah
keseluruhan, bias juga dinyatakan dalam persen. Jadi pengukuran ini
bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah. Semakin tinggi
presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau
sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar hematokrit biasanya
dikaitkan dengan derajat anemia yang diderita.

Nilai normal

* dewasa pria 40-54% * wanita 37-47%

* wanita hamil 30-46% * anak 31-45%, balita 35-44%

* bayi 29-54% * neonatus 40-68%

Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma


darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali
hemoglobin.

 Ht tinggi(meningkat) hemokonsentrasi (> 55 %)dapat ditemukan pada


berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit
Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia.
Ambang bahaya adalah Ht >60%.

 Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati,


gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, leukemia, kehamilan,malnutrisi,
pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.

 Kadar ht normal 3x nilai hb

Leukosit
Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya tidak berwarna
alias bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur darah seperti
basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.

Keadaan dimana leukosit meninggi disebut leukositosis, biasa muncul


pada darah setelah menjalani latihan olah raga yang berat, terkena infeksi
kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena luka bakar
yang luas.

Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bisa mencapai 10 kali lipat
dibandingkan kadar normalnya. Jika kadar leukosit terlalu tinggi, leukosit
tersebut justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini juga akan mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh.

Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit. Jika
memang yang bermasalah adalah leukosit itu sendiri misalnya leukemia, dokter
akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar leukosit.

Ada juga yang disebut leukopenia. Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit
anda kurang dari normal. Leukopeni biasanya timbul akibat mengkonsumsi
obat-obatan tertentu seperti obat-obatan kanker, keracunan benzene, urethane,
dan logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga faktor keturunan.
Jika kadarnya terlalu rendah, tentu akan berpengaruh pada system kekebalan
tubuh. Tubuh akan lebih mudah terkena berbagai penyakit infeksi,
agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus
(misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi
obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik
(terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

Nilai normal 4500-10000 sel/mm3

* Neonatus 9000-30000 sel/mm3 * Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3

* Anak 10 tahun 4500-13500/mm3 * ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3,

* postpartum 9700-25700 sel/mm3

Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus,
parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis
yaitu:

 Anemia hemolitik
 Sirosis hati dengan nekrosis
 Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
 Keracunan berbagai macam zat
 Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan
sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis,


anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue),
keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain
antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi
leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

Leukosit (hitung jenis)

Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit, trombosit, hemoglobin,


dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri atas sel leukosit basofil, eusinofil, neutrofil
(terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil segmen), monosit dan limfosit. Besarnya
kadar-kadar zat penyusun leukosit tersebut dinyatakan dalam persen. Biasanya,
persentase tertinggi ada pada neutrofil segmen dan limfosit, sementara persentase
terendah ada pada eosinofil, basofil, dan monosit. Kadangkala persentase
eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan,
keracunan, dan perdarahan. Bisa juga terjadi persentase limfosit dan monosit
lebih tinggi yaitu pada penyakit hati dan anemia kronis.

Nilai normal hitung jenis

 Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)


 Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
 Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
 Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
 Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)
 Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)

Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk
penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.

 Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif


dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left.
Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan
malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain
asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa,
keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
 Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding
netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya
merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to
the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

Trombosit

Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit ciri demam berdarah atau DBD.
Pada penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah secara
signifikan. Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada
kulit karena trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah.

Tidak semua trombosit yang rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya
trombosit juga bias merupakan kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi
trombosit seseorang memang sangat rendah.

Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah.


Oleh karena itu, pada penderita DBD dengan kadar trombosit rendah akan
mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada kulit, hidung bahkan
otak.

Nilai normal

*dewasa 150.000-400.000 sel/mm3 * anak 150.000-450.000 sel/mm3.

 Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam


berdarah dengue (DBD), anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang
bahaya pada <30.000 sel/mm3.

 Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit


keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit
imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3. leukemia
(kanker sel darah putih), polisitemia vera (kadar sel darah merah yang sangat
meninggi), penyebaran tumor ganas, penyakit-penyakit vaskuler seperti lupus
(gangguan system imun atau kekebalan tubuh), setelah operasi pembedahan,
perdarahan, dan pada orang yang baru berhenti mengkonsumsi alcohol.
Laju endap darah(LED)

Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam


membentuk endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung
pengukuran dan dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju
endap darah dilakukan untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah
merah bisa mengendap dalam tabung pengukuran yang diukur selama satu jam.

Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah merah
seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah merah sangat banyak
sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah
maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel
darah merah hamper sama dengan darah keseluruhan.

Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi adanya


suatu peradangan dan bahkan perjalanan atau aktivitas suatu penyakit.

Nilai normal

*dewasa pria <15 mm/jam pertama * wanita <20 mm/jam pertama

*ansia pria <20 mm/jam pertama * wanita <30-40 mm/jam pertama

*Wanita hamil 18-70 mm/jam pertama * anak <10 mm/jam pertama

 LED yang meninggi

Dalam satu jam apabila mengalami cedera, peradangan, atau kehamilan meningkat
: menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis, gangguan nyeri,
anemia hemolitik, dan penyakit keganasan. jika menderita infeksi kronis atau
kasus-kasus dimana peradangan menjadi kambuh, misalnya TBC atau rematik.
Adanya tumor, keracunan logam, radang ginjal maupun lever juga kadang
memberikan nilai yang tinggi untuk laju endap darah.

 LED yang sangat rendah

Menandakan gagal jantung dan poikilositosis, Laju endap darah bisa menurun :
akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu
penyakit dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat
kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan timbulnya
pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama
dengan darah keseluruhan.

Hitung eritrosit

Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan
komposisi terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat
metabolisme makanan untuk dapat menghasilkan energi serta mengangkut O2
(oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti
penyakit hati, anemia, dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah
merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium akan melampirkan nilai-
nilai seperti MCV dan MCHC.

MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai kadar


eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya dijadikan indikator untuk melihat kadar
anemia seseorang. MCV atau mean cospuscular volume digunakan untuk
mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH atau mean cospuscular
haemoglobin untuk mengukur indeks warna pada eritrosit dalam darah. Adapun
MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur indeks
saturasi eritrosit dalam darah.

Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia


yang diderita seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan beraneka ragam bentuk
atau wajah sel darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada kelainan
pada sel darah merah.

Nilai normal

*wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3 * pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.

*Bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3 * anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.

 Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka


bakar, perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle
cell.
 Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan,
penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi
obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam
mefenamat)

 Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)


Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu
kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya
dipakai antara lain :
 MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER),
yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
 MCV = Hematokrit x 10

Eritrosit

 Nilai normal = 82-92 fl


 MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata
(HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
 MCH = Hemoglobin x 10

Eritrosit

 Nilai normal = 27-31 pg


 MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt
per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah
“gr/dl”)
 MCHC = Hemoglobin x 100

Hematokrit

 Nilai normal = 32-37 %


 Masalah Klinis

MEMENDEK : Penyakit Hodgkin


MEMANJANG : idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP),
abnormalitas trombosit, abnormalitas vascular, leukemia, penyakit hati
serius, disseminated intravascular coagulation (DIC), anemia aplastik,
defisiensi faktor koagulasi (V, VII, XI). Pengaruh obat : salisilat (aspirin),
dekstran, mitramisin, warfarin (Coumadin), streptokinase (streptodornasi,
agens fibrinolitik).

2.6.3 Penggunaan Obat Secara Rasional-Farmakokinetik dan


Farmakodinamik-Cara Kerja Obat Antipiretik
2.6.4 Edukasi Pasien Secara Preventif dan Promotif
2.6.5 Jenis-Jenis Demam
a. Demam berdasarkan penyebabnya
1. Demam infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan karena adanya
infeksi, yaitu masuknyakuman, bakteri, virus atau binatang kecil
lainnya ke dalam tubuh. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan infeksi dan akhirnya mengakibatkan demam pada
anak balita antara lain: Tetanus; Mumps atau parotitis epidemic,
Morbili atau Measlesatau Rubella, Demam Berdarah, TBC, Batuk
Rejan.
2. Demam non-infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini timbul karena
adanya kelainan pada tubuh yang dibawasejak lahir, dan tidak
ditangani dengan baik. Contoh: demam karena penyakit berat seperti
leukimia atau kanker darah, tumor, atau adanya penyakit autoimun
seseorang seperti rematik, lupus, dan lain-lain.
3. Demam fisiologis
Demam fisiologis adalah demam yang bukan disebabkan oleh
infeksi virus dan bakteri, juga bukan disebabkan hal-hal yang
sifatnya turunan. Demam fisiologis seperti kekurangan cairan
(dehidrasi), suhu udara yang terlalu panas, dan lain-lain. Demam
jenis ini yang tidak memerlukan pengobatan, dan umumnya jarang
melebihi 38°C.
b. Demam berdasarkan perubahan suhunya
1. Demam Septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas
normalpada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan
suhu yang dicatat pada demam septik.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi
setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu, variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggisekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik, terjadi kenaikan suhu badan
selamabeberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan sasaran belajar yang telah dicari dari berbagai sumber yang
valid, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan manifestasi klinik berdasarkan etiologinya. Misalkan
demam akibat bakteri berbeda dengan demam akibat virus.
2. Pemeriksaan darah rutin meliputi : Hemoglobin / Haemoglobin (Hb),
hematokrit (Ht), leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis
(differential count), hitung trombosit / platelet count, laju endap darah (LED)
/ erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan hitung eritrosit (di beberapa
instansi). Pemeriksaan darah pada skenario merupakan pemeriksaan penunjang
karena diperlukan unntuk mengetahui sebab dari demamnya.
3. Edukasi pasien berupa tindakan promotif yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan kesehatan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mampu
aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya. Sedangkan preventif bertujuan
untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
4. Jenis-jenis demam diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan perubahan
suhunya.

3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran, tentunya penting bagi kita untuk
mengetahui tata cara dalam mengedukasi masyarakat sekitar dalam kehidupan kita.
Kita harus turut serta dalam tindakan promotif dan preventif. Dalam kegiatan
promotif, diharapkan masyarakat mendapatkan makna dari pembelajaran mengenai
kesehatan agar mampu meningkatkan kemampuan kesehatan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Williams PL. Parathyroid Glands. Dalam Gray’s Anatomy. Edisi 28. London
: Churchill Livingstone. 1995 : 1897-8.
2. Sherwood, L. The Peripheral Endocrine Glands. Dalam : Human Physiology.
8th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012 : 766-775.
3. Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Edisi 3. Philadelphia :
Saunders Elsevier. 2013.
4. Rodwell VW, Bender DA, Botham KM, Kennely PJ, Weil PA. Harper’s
Illustrater Biochemistry. 30th ed. New York : Mc Graw-Hill Education. 2015.
5. Hypercalcemia-Overview [Internet]. Mayo Clinic. 2017 [cited 26 February
2018]. Available from : http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/hypercalcemia/home/ovc-20316711

Anda mungkin juga menyukai