Anda di halaman 1dari 87

FORENSIK

dr. Muhamad Ibnu SIna


Visum et Repertum
 VeR : keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang, mengenai
hasil pemeriksaan medik, berdasarkan
keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk
kepentingan peradilan
 Pasal 133 KUHAP:
 Pembuat visum ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dan atau ahli lainnya
 Permintaan bantuan kepada dokter sebagai ahli
hanya dapat diajukan secara tertulis dengan
menyebutkan secara jelas jenis pemeriksaan yang
dikehendaki
 Pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP : yang
berwenang meminta keterangan ahli → penyidik
& penyidik pembantu
 Jika permintaan pembuatan Visum et Repertum
diajukan ditengah masa perawatan atau setelah
sembuh, maka substansi keterangan yang boleh
dituangkan ke dalam Visum et Repertum
hanyalah mengenai fakta – fakta sejak
diterimanya surat tersebut. Fakta-fakta
sebelumnya akan menjadi rahasia kedokteran yang
hanya boleh diungkapkan kepada hakim di sidang
pengadilan
Jenis-jenis VeR
 VeR hidup

 Definitif: dibuat seketika, dimana korban tidak


memerlukan perawatan dan pemeriksaan
lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan
korban. Kualifikasi luka ditulis derajat I.
 Sementara: dibuat sementara waktu karena
korban memerlukan perawatan dan
pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi
pekerjaan korban. Kualifikasi luka tidak ditulis.
 Lanjutan: yaitu VeR yang dibuat saat luka
korban telah sembuh atau pindah rumah sakit
atau pindah dokter atau pulang paksa.
Kualifikasi luka ditulis.
 VeR jenazah
 Terhadap korban yang sudah meninggal
 Adapun Pejabat yang Berhak mengajukan Permintaan
 Visum Et Repertum
 1. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan
Dua Polisi (P.P.R.I. No.27 Th 1983)
 2. Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik
sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) huruf a, maka Komandan
Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di bawah Pembantu
Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik
 3. Penyidik Pembantu adalah :
 4.Pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia tertentu sekurang-
kurangnya berpangkatSersan Dua Polisi
 5.Dalam perkara perdata, hakim perdata dapat minta sediri
 6.Dalam perkara agama, hakim agama dapat minta sendiri
(undang-undang No.1 Th 1970 pasal 10)
 7.Dalam hal orang yang luka atau mayat itu seorang anggota ABRI
maka untuk memintaVisum Et Repertum hendaknya menghubungi
polisi militer setempat dari kesatuan sikorban (instruksi
Kapolri No.Pol:Ins/P/20/IX/74
VeR untuk perlukaan
 Tujuan pemeriksaan forensik pada korban hidup : Untuk
mengetahui penyebab luka dan derajat parahnya luka
 Dalam pemberitaan disebutkan : Keadaan umum
korban, luka-luka dengan uraian letak, jenis, sifat,
ukuran, serta tindakan medik yang dilakukan, riwayat
perjalanan penyakit, dan keadaan akhir saat
perawatan selesai.
 Dalam kesimpulan disebutkan : luka-luka atau cedera
yang ditemukan, jenis benda penyebab, serta derajat
perlukaan. Tidak dituliskan pendapat bagaimana
terjadinya luka dan oleh siapa.
VeR untuk perlukaan
 Luka ringan :
 Tidakmenimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan jabatan atau pekerjaan. (KUHP 352)
 Umumnya tanpa luka, atau dengan luka lecet atau
memar kecil di lokasi yang tidak berbahaya/tidak
menurunkan fungsi alat tubuh.
 Luka sedang : diantara luka ringan dan berat
VeR untuk perlukaan
 Luka berat (KUHP 90)
 Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali. Atau menimbulkan
bahaya maut
 Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan
 Kehilangan salah satu panca indra
 Cacat berat
 Sakit lumpuh
 Terganggu daya pikir selama empat minggu lebih
 Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
 Luka Tembak
(Gun Shot Wound)Kelim tatoo : Butir mesiu yang
tidak habis terbakar dan tertanam pada kulit
 Kelim jelaga : Akibat jelaga yang keluar dari ujung
laras
 Kelim api : Hiperemi atau jaringan yang terbakar
(jarak sangat dekat
 Kelim lecet : Bagian yang kehilangan kulit ari
akibat peluru yang menembus kulit
 Kelim kesat : Zat pada anak peluru (minyak pelumas,
jelaga, mesiu) yang terusap pada tepi lubang
LARAS main API Sehingga ada TATO JELAGA yang
KESAT

LT jauh (>
60 cm) 
LT dekat  terbentuk
terbentuk akibat
akibat anak komponen
LT sangat peluru dan anak peluru
dekat mesiu   kelim
(maksimal 15 kelim jelaga kesat dan
cm)  (maksimal kelim lecet
LT tempel terbentuk 30 cm),
 akibat anak kelim tato
terdapat peluru, mesiu, (maksimal
jejas laras jelaga dan 60 cm)
panas/api 
kelim api
Pembunuhan vs. Bunuh Diri
Pembunuhan Bunuh Diri
Alat penjerat
Simpul Simpul mati Hidup
Jumlah lilitan Satu Satu/lebih
Arah Datar Serong ke atas
Jarat titik tumpu-simpul Dekat Jauh

Korban
Jejas jerat Datar Meninggi ke arah simpul
Luka perlawanan + -
Luka-luka lain Ada -
Jarak dari lantai Jauh Dekat

TKP
Lokasi Variasi Sembunyi
Kondisi Tidak teratur Teratur
Pakaian Robek/tidak teratur Rapi dan baik

Alat Dari si pembunuh Berasal dari TKP


Surat peninggalan - +
Ruangan Tak teratur, terkunci dari luar
Luka Akibat Kekerasan
 Kekerasan Tumpul
Memar
 Perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya
kapiler/vena;
 Dapat memberikan petunjuk tentang bentuk benda penyebab
Luka Lecet
 Cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing
Luka Robek
 Luka terbuka akibat trauma benda tumpul, menyebabkan kulit
teregang ke satu arah.
 Bentuk luka tidak beraturan, tepi tidak rata, jembatan jaringan
Luka Akibat Kekerasan
 Kekerasan Benda Setengah Tajam
 Cedera akibat benda tumpul yang memiliki tepi rata (mis.
meja, lempeng besi, gigi)
 Luka : seperti akibat benda tumpul tapi bentuknya
beraturan
 Jejas Gigit (bite-mark) : luka lecet tekan/hematom
berbentuk garis lengkung terputus-putus
 Kekerasan Tajam
 Luka iris, luka tusuk, luka bacok
 Tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis, tidak
terdapat jembatan jaringan, dasar luka bentuk garis atau
titik
1. Panjang Luka: ukuran maksimal dari lebar senjata
2. Dalam luka : Ukuran minimal dari panjang senjata
Penyebab, Mekanisme & Cara
Kematian
 Penyebab kematian: perlukaan atau
penyakit yang menimbulkan  Cara kematian: menjelaskan bagaimana
kekacauan fisik sehingga menghasilkan
penyebab kematian itu datang
kematian
 Cara kematian bisa dikelompokkan menjadi:
 Contoh: luka tembak, luka tusuk, kanker, wajar, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, atau
aterosklerosis tidak dapat dijelaskan
 Mekanisme kematian: Kekacauan
fisik yang dihasilkan oleh penyebab
kematian  Jadi, pada kasus ini:
 Contoh: perdarahan, kerusakan  Cara kematian: bunuh diri
jaringan otak  Penyebab kematian: hambatan jalan napas
 Beberapa penyebab bisa memiliki  Mekanisme kematian: mati lemas (asfiksia)
mekanisme yang sama (perdarahan
bisa disebabkan oleh luka tusuk, luka
tembak, atau kanker)
 Sebaliknya, satu penyebab bisa
menghasilkan kematian melalui
beberapa mekanisme (luka tembak bisa
menghasilkan kematian karena
perdarahan, bisa juga karena
kerusakan jaringan otak)
Viabel & Cukup Bulan
 Cukup bulan (matur)
Hamil>36 minggu
• Rumus de hass 
 Panjang badan (kepala-tumit) >
48 cm
 BB 2500-3000 gram
 Lingkar kepala . 33 cm
 Ciri lain: lanugo sedikit, tulang
 Viabel (dapat hidup di luar rawan telah sempurna (daun
kandungan) telinga dilipat akan kembali ke
 Kehamilan>28 minggu
semula), diameter tonjolan
susu>7mm, kuku jari telah
 Panjang badan (kepala- melewati ujung jari.
tumit) >35cm
 Berat badan > 1000 gram
 Lingkar lepala>32 cm
 Cacat bawaan fatal (-)
Tenggelam
 Kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan
masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan
 Mekanisme kematian :
 Asfiksia akibat spasme laring
 Asfiksia akibat gangging dan choking
 Refleks vagal
 Fibrilasi ventrikel (air tawar) → konsentrasi elektrolit air
tawar lebih rendah menyebabkan gangguan keseimbangan
ion K+ dan Ca++
 Edema pulmoner (air asin) → konsentrasi elektrolit lebih
tinggi, air tertarik dari sirkulasi pulmonal ke jar.interstisial
Perbedaan Tenggelam
Air Tawar vs Air Laut
Air Tawar Air Laut
Paru-paru besar, relatif kering dan ringan Paru-paru besar, relatif basah dan berat
Hemodilusi Hemokonsentrasi
Hipervolemi Hipovolemi
Hiperkalemi Hipokalemi
Hiponatremia Hipernatremia
Berat jenis darah di jantung kiri lebih Berat jenis darah di jantung kiri lebih
rendah tinggi
Tenggelam
cutis anserine Terdapat buih putih
/ goose skin halus pada hidung
(bleached) dan pada lengan, atau mulut mayat
keriput (washer paha dan (scheumfilz froth) yang
woman’s hands / bahu mayat. bersifat
feet). melekat.

Lebam mayat Bila mayat kita


biasanya sianotik miringkan, cairan
kecuali mati tenggelam akan keluar dari
di air dingin berwarna mulut / hidung.
merah muda.

Bila terdapat
.Kulit tubuh
mayat terasa
PF cadaveric spasme
maka kotoran air /
bahan setempat
basah,.
Luar berada dalam
genggaman
tangan mayat
Tenggelam

2. Pemeriksaan 3. Penentuan berat


diatome (destruction jenis (BD) plasma.
test).

1. Percobaan getah 4. Pemeriksaan


paru (lonset proef). kimia darah (gettler
test)

Kimia
VeR Korban Kejahatan Asusila
 Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHP :
pemerkosaan, persetubuhan pada wanita tidak
berdaya, persetubuhan dengan wanita yang belum
cukup umur
 Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh
korban merupakan benda bukti. Jika korban
datang sendiri dengan membawa surat permintaan
dari polisi, jangan diperiksa, minta korban kembali
kepada polisi
VeR Korban Kejahatan Asusila
 Kesimpulan VeR berisi :
 Ada/tidaknya bukti persetubuhan, dan kapan perkiraan
terjadinya
 Ada/tidaknya kekerasan pada perineum dan daerah lain
(termasuk pemberian racun/obat/zat agar menjadi tidak
berdaya) → toksikologi
 Usia korban (berdasarkan haid, dan tanda seks sekunder)

 Penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan


kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana
VeR Korban Kejahatan Asusila
 Dokter tidak dibebani pembuktian adanya
pemerkosaan
 Pembuktian persetubuhan : Deflorasi himen, laserasi
vulva-vagina, adanya cairn mani dan sel sperma
(mikroskopik sediaan usap vagina) dalam vagina
 Bukti persetubuhan mempunyai nilai bila sesuai
waktu kejadiannya dengan persetubuhan yang
diperkarakan
Perkiraan Waktu Kematian
(Tanatologi)
 Lebam mayat
 Mulai tampak 20-30 menit pascamati. Well developed within the
next 3 to 4 hours
 Lengkap & menetap setelah 8-12 jam, sebelumnya masih dapat
memucat pada penekanan dan berpindah
 Kaku mayat:
 Mulai tampak 2 jam pascamati, dimulai dari bagian luar
tubuh/otot-otot kecil (sentripetal)
 Lengkap setelah 12 jam & dipertahankan selama 12 jam, lalu
menghilang dalam urutan yang sama
 Pembusukan:
 Tampak kehijauan di perut kanan bawah 24 jam pasca mati
 Larva lalat dijumpai 36-48 jam pasca mati
Tanda kematian
Dini;
TUBUH KEHILANGAN
GERAK
TAMPAK PUCAT Lanjut: Cadaveric
Pasti: spasm, pembusukan
TERJADI RELAKSASI
OTOT MENYELURUH Rigor,
PENDATARAN Algor, Sangat Lanjut:
BAGIAN TUBUH Livor Mumifikasi dan
YANG TERTEKAN adiposera
SEGMENTASI KOLOM
DARAH DALAM A.
CENTRALIS RETINAE
Identifikasi Forensik
 Merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas
seseorang/korban, terutama pada jenazah tidak
dikenal, membusuk, rusak, terbakar, kecelakaan masal,
ataupun bencana alam
 Metode identifikasi yang dapat digunakan adalah:
Identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan
perhiasan, medik, gigi, serologik, metode eksklusi dan
metode identifikasi DNA
 Identitas seseorang dapat dipastikan bila paling
sedikit dua metode yang digunakan memberikan
hasil positif
 Pemeriksaan Sidik Jari
 Membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante-mortem.
Saat ini merupakan pemeriksaan yang diakui tinggi ketepatannya.
Dibutuhkan penanganan yang ba terhadap jari tangan jenazah
 Metode Visual
 Memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan.
Hanya efektif pada jenazah yang masih dapat dikenali wajah dan bentuk
tubuhnya
 Pemeriksaan Dokumen
 Dokumen identifikasi (KTP, SIM, Paspor, dst) yang dijumpai bersama
jenazah. Tidak bisa dipastikan kepemilikan dokumen yang ditemukan, sulit
diandalkan.
 Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
 Dari ciri-ciri pakaian dan perhiasan yang dikenakan
 Identifikasi Medik
 Menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,
kelainan/cacat khusus. Termasuk pemeriksaan radiologis (sinar X)
 Pemeriksaan Gigi
 Pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang dengan pemeriksaan manual, sinar-
X, dan pencetakan gigi. Data dibandingkan dengan data ante-mortem
 Pemeriksaan Serologis
 Menentukan golongan darah jenazah. Tidak khas untuk masing-masing individu
 Metode Eksklusi
 Terutama pada kecelakaan masal
 Identifikasi DNA
 Diperlukan DNA pembanding. Mahal dan hanya dapat dilakukan oleh ahli forensik molekular .
Identifikasi dapat menggunakan DNA inti, DNA mitokondria. Pada laki2 hanya dipergunakan
DNA inti, sedangkan pada wanita dapat digunakan DNA inti atau mitokondria
METODE IDENTIFIKASI FORENSIK

 Ada dua metode utama


 Identifikasi komparatif, yaitu apabila tersedia data
post-mortem (pemeriksaan jenazah) dan ante-mortem
(data sebelum meninggal, mengenai ciri-ciri fisik,
pakaian, identitas khusus berupa tahi lalat, bekas
luka/operasi, dll), dalam suatu komunitas yang
terbatas.
 Identifikasi rekonstruktif, yaitu apabila tidak tersedia
data ante-mortem dan dalam komunitas yang tidak
terbatas/plural.
1. Metode Identifikasi Visual:
 memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang
merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.
 hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk

 dikenali oleh lebih dari satu orang.

2. Metode Identifikasi Dokumen


3. Metode Identifikasi Properti
4. Metode Identifikasi Medik
 tinggibadan, berat badan, warna rambut, warna
mata, cacat/kelainan khusus, tato/rajah
5. Metode Identifikasi Serologik
 menentukan golongan darah jenazah
 Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah
membusuk  dengan memeriksa rambut, kuku, dan
tulang.
6. Metode Identifikasi Gigi
7. Metode Identifikasi Sidik Jari
8. Metode Identifikasi DNA
(Ketiganya adalah metode primer identifikasi forensic)

9. Metode Eksklusi
 Pada kecelakaan massal mis pesawat terbang
 Sudah mengetahui identitas beberapa korban

 Identitas korban lain bisa diketahui dari list penumpang


Keracunan
 Keracunan O2  tidak ada gejala dan tanda yang khas.
Pada komponen darah terjadi hemolisis. Faktor risiko:
penggunaan tabung oksigen saat menyelam dan terapi
oksigen
 Keracunan CO2  sianosis dan darah lebih gelap karena
tidak mengikat oksigen
 Keracunan CO  kadar carboxyhemoglobin tinggi
menyebabkan darah bewarna merah terang (cherry red)
 Keracunan nitrogen  kecelakaan kerja, gejala sama
dengan keracunan CO2
 Keracunan arsenik  terdeteksi arsen pada darah atau
urin, gejala akut adalah rasa terbakar pada mulut dan
tenggorokan
BIOETIKA DAN HUMANIORA
KEDOKTERAN

dr. Muhamad Ibnu Sina


UKMPPD 2016
KAIDAH DASAR BIOETIKA
Dr.Muhamad Ibnu Sina
KAIDAH DASAR BIOETIK

ETIKA BIOETIK
Cabang ilmu filsafat yang Cabang dari ilmu etika yang
mempelajari nilai/kualitas membahas masalah-masalah yang
yang menjadi mengenai timbul dalam praktek kedokteran
standar penilai moral. dan atau penelitian di bidang
biomedis.

Kaidah Dasar Bioetik dapat diartikan sebagai panduan dasar


standar dokter untuk memutuskan tindakan kepada pasiennya
diberbagai macam kondisi yang dialami pasien.

3 aspek dalam membuat keputusan:


•Aspek Hukum (legal)
•Pertimbangan Medis
•Pertimbangan Etik
Childress & Beauchamp memaparkan ada 4 kaidah
bioetik /Principles of Biomedical Ethics (1994).
4 prinsip dasar, yaitu:
1. Beneficence (tindakan berbuat baik)

2. Non Maleficence (tidak berbuat yang


merugikan)
3. Autonomy ( menghormati martabat manusia)

4. Justice (keadilan)
Dalam penerapan kaidah dasar etika menggunakan asas Prima
Face
• Prima face: Dalam kondisi/konteks tertentu,dokter harus
melakukan pemilihan kaidah dasar etik yg sesuai dgn
situasi.
• Prinsip Prima face ini menjadi model berfikir yang dapat di
terapkan.
The patient’s contexts for prima facie’s choice
(Agus Purwadianto , 2004)

General benefit Elective, educated,


result, most of bread-winner, mature
people, person

Beneficence Autonomy

Non Justice
Time maleficence
Vulnerables,
> 1 person, others
emergency, life
similarity, community /
saving, minor
social’s rights
Beneficiency (Berbuat baik)
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban
untuk kepentingan orang lain).
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tidak hanya
menguntungkan dokter.
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dari pada keburukan
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Meminimalisir akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangka kemampuan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat dgn efektifitas tinggi namun murah (tidak
polifarmasi)
16. Menerapkan golden rule principle
Non-Malifisience(do to harm)
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi , dengan gambaran
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Autonomy(menghargai hak martabat manusia)

Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat
pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi
elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan
sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil
keputusan termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus
non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Justice (Keadilan)
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang
sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alasan
tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social,
dsb
 Kaidah TURUNAN:
Veracity/jujur
Fidelity/setia
Privacy
Confidentiality
Honesty/tulus
Menghormati kontrak/perjanjian
MALPRAKTEK
JENIS MALPRAKTEK
1. Malpraktek Etik : adalah dokter melakukan tindakan
yang bertentangan dengan etika kedokteran. Contoh:
 Di bidang diagnostic

 Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap


pasien kadangkala tidak diperlukan bilamana dokter
mau memeriksa secara lebih teliti. Namun karena
laboratorium memberikan janji untuk memberikan
“hadiah” kepada dokter yang mengirimkan pasiennya,
maka dokter kadang-kadang bisa tergoda juga
mendapatkan hadiah tersebut.
 Di bidang terapi

 Berbagai perusahaan yang menawarkan antibiotika


kepada dokter dengan janji kemudahan yang akan
diperoleh dokter bila mau menggunakan obat tersebut,
kadang-kadang juga bisa mempengaruhi pertimbangan
dokter dalam memberikan terapi kepada pasien.
JENIS MALPRAKTEK
2. Malpraktek Yuridik, dibagi menjadi:
 Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)

Terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak dipenuhinya isi


perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh dokter atau
tenaga kesehatan lain, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum
(onrechmatige daad) sehingga menimbulkan kerugian pada pasien.
Isi dari tidak dipenuhinya perjanjian tersebut dapat berupa :
 Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan.

 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi


terlambat melaksanakannya.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
tidak sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya
dilakukan.
JENIS MALPRAKTEK
 Malpraktek Pidana (Criminal Malpractice)
Terjadi apabila pasien meninggal dunia atau
mengalami cacat akibat dokter atau tenaga
kesehatan lainnya kurang hati-hati/kurang cermat
dalam melakukan upaya penyembuhan
 Malpraktek pidana karena kesengajaan
(intensional)
Misalnya pada kasus-kasus melakukan aborsi tanpa
indikasi medis, euthanasia, membocorkan rahasia
kedokteran, tidak melakukan pertolongan pada
kasus gawat padahal diketahui bahwa tidak ada
orang lain yang bisa menolong, serta memberikan
surat keterangan dokter yang tidak benar.
JENIS MALPRAKTEK
 Malpraktek pidana karena kecerobohan
(recklessness)
Misalnya melakukan tindakan yang tidak lege
artis atau tidak sesuai dengan standar profesi
serta melakukan tindakan tanpa disertai
persetujuan tindakan medis.
 Malpraktek pidana karena kealpaan
(negligence)
Misalnya terjadi cacat atau kematian pada
pasien sebagai akibat tindakan dokter yang
kurang hati-hati atau alpa dengan tertinggalnya
alat operasi yang didalam rongga tubuh pasien.
JENIS MALPRAKTEK
 Malpraktek Administratif (Administrative
Malpractice)
Terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan
lain melakukan pelanggaran terhadap hukum
Administrasi Negara yang berlaku, misalnya
menjalankan praktek dokter tanpa lisensi atau
izinnya, mEnjalankan praktek dengan izin yang
sudah kadaluarsa dan menjalankan praktek
tanpa membuat catatan medik.
PATIENT SAFETY
Near Miss
 Near miss/nyaris cedera = kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yg seharusnya diambil
(ommission), yg dapat mencederai pasien tapi
cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan
(misal pasien menerima obat kontraindikasi tp
tdk timbul reaksi obat) atau pencegahan (obat
dgn overdosis lethal akan diberikan tp staf lain
mengetahui dan membatalkan sebelum obat
diberikan), atau peringanan (obat dgn overdosis
lethal diberikan, cepat diketahui lalu diberi
antidotnya).
Adverse Event/Kejadian Tak Diinginkan
(KTD)
• Adverse event = suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan
pada pasien karena suatu tindakan yang
diambil atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena
underlying disease atau kondisi pasien
INFORMED CONSENT
Pihak2 yg berhak memberikan persetujuan:
- Pasien sendiri, bila telah berumur >21 thn ATAU telah
MENIKAH
- Bagi pasien <21 thn, informed consent atau penolakan
diberikan menurut urutan sbb:
1. Ayah/ibu kandung
2. Saudara2 kandung
- Bagi pasien <21 thn & tdk punya orang tua/orang tua
berhalangan hadir, informed consent atau penolakan
diberikan menurut urutan sbb:
1. Ayah/ibu kandung
2. Saudara2 kandung
3. Induk semang
INFORMED CONSENT
-Ps.dewasa yg telah menikah (orang tua), persetujuan
dpt diwakilkan dgn urutan sbb:
 Suami/istri
 Ayah/ibu kandung
 Anak kandung
 Saudara kandung
- Bagi pasien dewasa dgn ggn.mental, informed
consent atau penolakan diberikan menurut urutan
sbb:
1. Ayah/ibu kandung
2. Wali yg sah
3. Saudara2 kandung
EUTHANASIA
 ACTIVE = dengan SENGAJA menyebabkan kematian pasien
secara LANGSUNG, yaitu dengan melakukan tindakan
langsung, misal diberi analgetik yg overdosis
 PASSIVE = secara TIDAK LANGSUNG menimbulkan kematian
pasien, misal dgn membiarkan pasien meninggal,
menghentikan alat/mesin bantu kehidupan pasien
 VOLUNTARY = euthanasia yg dilakukan dokter berdasarkan
PERMINTAAN PASIEN yg setuju utk mengakhiri hidup pasien
(dengan INFORMED CONSENT)
 NON-VOLUNTARY = pasien tidak sadar/TIDAK MAMPU
membuat keputusan antara hidup/mati, dan orang lain yang
tepat yg mengambil keputusan utk pasien
 INVOLUNTARY = euthanasia yg DIPAKSAKAN
pelaksanaannya (pasien sebenarnya memilih utk hidup namun
dibunuh)
 INDIRECT = memberikan terapi yang memiliki efek samping
mempercepat kematian pasien
 Jika ada kasus yg menonjol aspek etiknya, gunakan 4 hal
berikut utk pertimbangan mengambil keputusan:
1. Medical indication (indikasi medis)
memakai prinsip yang terbaik dan tidak merugikan. Misal:
apa masalah medis pasien, diagnosis, prognosis?apakah akut,
kronik, gawat, darurat?
2. Pilihan pasien (patient preference)
Menghormati keputusan pasien.
3. Kualitas hidup (quality of life)
Misal, bagaimana prospek ps dengan/tanpa pengobatan utk
kembali ke kehidupan normalnya? Apa kekurangan
fisik/mental/sosial yg mungkin dialami pasien jika
pengobatan berhasil?
4. Gambaran kontekstual (contextual feature)
misal, adakah hal2 di keluarga yg akan mempengaruhi
keputusan thd pengobatan? Adakah faktor biaya, ekonomi,
sosial, budaya, agama?
Teori Perubahan Perilaku
 Prekontemplasi
tidak tertarik dan tidak berpikir untuk berubah
Intervensi : informasi dan edukasi
 Kontemplasi
mulai berniat untuk berhenti. Tantangan yang dihadapi
adalah emosi negatif yang timbul karena pilihan untuk
meninggalkan kegiatan yang ia senangi
Intervensi : Motivasi
 Persiapan
persiapan spesifik sudah mulai dibuat. Misalnya, tanggal
berapa
intervensi : mengajarkan teknik teknik
 Tindakan
Perubahan perilaku
Intervensi : dukungan positif, kelompok kerja
 Pemeliharaan
6 bulan setelah perubahan perilaku, beratahan
ataui kembali pada kebiasaan lama
Intervensi : pujian dan apresiasi
Manajemen Konflik (Coping)
 Kompetisi
hasrat untuk memuaskan kepentingan pribadi, tanpa memedulikan
dampaknya atas pihak lain yang berkonflik dengannya
meyakinkan orang lain bahwa kesimpulan anda benar dan
kesimpulannya salah

 Kolaborasi
ingin sepenuhnya memuaskan kepentingan kedua belah pihak

 Avoiding
mencoba mengabaikan suatu konflik dan menghindari orang lain
yang berbeda pendapat.
“Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan
menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
Manajemen Konflik (Coping)
 Accomodating
salah satu pihak yang berkonflik untuk menempatkan
kepentingan lawannya di atas kepentingannya sendiri.
Maksud dari perilaku ini adalah supaya hubungan
tetap terpelihara, salah satu pihak bersedia berkorban

 Compromising
berusaha mencari jalan tengah, umumnya melibatkan
kerelaan berkorban lebih banyak dibandingkan
pendekatan dominasi, namun tak sebanyak yang
direlakan dalam pendekatan akomodasi
Teori Kuble Ross
 DENIAL
Penyangkalan biasanya merupakan pertahanan sementara untuk diri
sendiri
“Hal ini tidak mungkin terjadi, tidak pada saya”

 ANGER
Menyalahkan keadaan
"Kenapa saya ? Ini tidak adil!";

 BARGAINING
harapan supaya individu dapat sedemikian rupa menghambat atau
menunda kematian
“Kalau dengan bersedekah saya bisa sembuh, saya akan bersedekah
setiap hari sebanyak banyaknya”
 DEPRESI
menolak dibesuk dan menghabiskan banyak waktu
untuk menangis dan berduka
“Untuk apa lagi saya berobat, toh pasti akan mati
juga”

 ACCEPTANCE
“saya sudah siap menjalani pengobatan, inilah
jalan terbaik untuk saya”
Komunikasi Efektif
Komunikasi
Breaking Bad News
Komunikasi Efektif
Lingkungan

Pembuat Berita Penerima


berita berita

Feedback
Komunikasi Efektif
 Komunikasi Intrapersonal
komunikasi yang terjadi pada diri sendiri
 Komunikasi Interpersonal
komunikasi antara 2 orang (dokter-pasien)
 Komunikasi Verbal

 Komunikasi Non Verbal

 Kumunikasi Kelompok
komunikasi massal
Komunikasi Verbal
adalah komunikasi melalui kata-kata
yang diucapkan oleh seseorang
1. Membuat pasien merasa nyaman (Rapporting)

2. Mengajukan pertanyaan (pertanyaan terbuka dan tertutup,


diajukan satu-persatu)

3. Mendengar aktif (refleksi isi, refleksi perasaan, merangkum),

4. Memberikan informasi

5. Menanggapi pasien (asumsi, evaluasi, memotong pembicaraan,


tidak mencela, menenteramkan, memuji),

6. Mendorong pasien berbicara


Komunikasi Non Verbal
 Suara (volume, kecepatan, nada, vokal)
 Wajah (muram, kesal, senyum, marah, kecewa)
 Kontak mata
 Gerak tubuh, posisi tubuh
 Touch
Teknik Komunikasi Verbal
 RAPPORTING
Salam – perkenalkan diri – persilahkan duduk –
berbasa basi

 Mengajukan pertanyaan terbuka


“ bisa ibu ceritakan apa yang ibu rasakan,..?”
Jenis jenis pertanyaan:
- Pertanyaan terbuka
- Pertanyaan tertutup
- Pertanyaan mendalam
- Pertanyaan mengarahkan
JENIS KEGUNAAN CONTOH
Pertanyaan- Untuk menanyakan riwayat "Berapa umur Ibu?"
tertutup kesehatan
Pertanyaan- Untuk mempelajari "Apa yang saudara
terbuka perasaan, kepercayaan dan rasakan saat ini?"
pengetahuan klien
Pertanyaan Untuk menanggapi "Apa saudara bisa
mendalam pernyataan klien menjelaskan lebih
lanjut kepada saya
mengapa saudara
berpikir bahwa
imunisasi itu justru
berbahaya pada
anak?"
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN KOMUNIKASI EFEKTIF:

MENGAJUKAN • PERTANYAAN TERBUKA  Pertanyaan dengan BANYAK kemungkinan jawaban


PERTANYAAN • PERTANYAAN TERTUTUP  Pertanyaan dengan jawaban “YA” atau “TIDAK”

• REFLEKSI ISI  Mengungkapkan kembali inti yang telah dikemukakan pasien.


“Anda mengatakan…”
• REFLEKSI PERASAAN  amati & dengarkan PERASAAN pasien. “Anda
MENDENGAR
sepertinya bingung?”
AKTIF
• MERANGKUM  Mirip refleksi isi, BEDANYA??
• Merangkum: durasi sudah lama, atau transisi topik atau bahan rumit

• BAHASA SEDERHANA
MEMBERIKAN • JUJUR
INFORMASI • BENAR
• LENGKAP

DON’T
• VERBAL
• Memotong pembicaraan
MENANGGAPI • Mencela
KLIEN?!! • Asumsi  kesimpulan TANPA didukung bukti dan terlalu dini
• Evaluasi  TIDAK PERCAYA ucapan pasien
• NON-VERBAL  mengernyitkan dahi, reaksi terkejut, senyum melecehkan
MENDENGARKAN AKTIF
 Mengajukan Refleksi Isi
Gambaran ide yang diekspresikan pasien, untuk
memvalidasi apa yang didengar
 Klien: “Saya tidak tahu apa yang terjadi. Hari ini saya
merasa tidak enak badan.”
 Konselor: “Anda merasa tidak sehat dan bingung karena
hal tersebut?”
 Mengajukan Refleksi Perasaan
Memberi respon pada perasaan klien
 Merangkum
mirip seperti refleksi isi, tetapi dilakukan di akhir
CONTOH MENDENGARKAN AKTIF
 Pasien: “Sebenarnya saya ingin pakai pil KB, tapi
tetangga saya mengatakan bahwa kalau minum pil
saya akan jadi gemuk dan berjerawat, padahal
sekarangpun saya sudah gemuk begini, bagaimana
jadinya nanti! “

 Provider :
 Refleksi Isi: “Ibu mendengar berbagai akibat
buruk dari penggunaan pil”.
 Refleksi Perasaan: “Ibu kuatir kalau menggunakan pil
akan memperoleh efek samping yang tidak
menyenangkan”.
CONTOH MENDENGARKAN AKTIF
 Pasien: “Saya sudah tidak ingin punya anak lagi, anak
saya sudah 3, umur saya sudah 35 tahun, saya ingin
disteril saja, tapi suami saya tidak mau mengerti,
katanya dia ingin punya laki-laki, payah deh dia.”

 Provider :
 Refleksi Isi: “Ibu sebenarnya sudah tidak ingin
hamil dan melahirkan lagi, tetapi suami ibu tidak
setuju.”
 Refleksi Perasan: “Ibu jengkel karena itu ingin disteril
saja, tetapi suami ibu tidak setuju.”
CONTOH MENDENGARKAN AKTIF
 Pasien: “Kakak saya menganjurkan supaya saya pakai
spiral, tetapi teman saya mengatakan agar saya memakai
susuk KB saja, jangan spiral, sebab katanya enak dan
praktis. Tetapi ada yang mengatakan susuk bisa berjalan-
jalan di dalam kulit kita, mana yang benar ?!”

 Provider :
 Refleksi Isi: “Ibu mendengar berbagai anjuran untuk
mengikuti KB, tetapi selalu ada pendapat negatif tentang
itu.”
 Refleksi Perasaan: “Ibu bingung dengan berbagai anjuran
dan pendapat negatif tentang cara/alat KB.”
Memberikan Informasi
 Sederhana
 Jujur
 Benar
 Lengkap
MENANGGAPI PASIEN
 Mengajukan asumsi

Asumsi, adalah bila provider membuat kesimpulan


terlalu dini, membuat kesimpulan tanpa bukti
 Mengajukan evaluasi

evaluasi, bila dalam responnya provider


meragukan atau menaruh ketidakpercayaan
terhadap apa yang dikatakan oleh pasien.
CONTOH ASUMSI
 PROVIDER: “Ibu, syarat operasi steril antara lain
harus ada ijin suami…….”
 KLIEN: “Wah, kalau saya mengatakan pada
suami saya, kemungkinan besar dia tidak akan
setuju kalau saya memilih steril.

 PROVIDER: “Wah, jadi ibu akan bohong kepada


suami.”
CONTOH EVALUASI
 PROVIDER : “Ibu, apakah ada saudara
kandung ibu yang pernah mengalami gejala-gejala
seperti penyakit ibu ini?”
 KLIEN : “ Nggak ada tuh dok?”
 PROVIDER : “Masak sih, masak nggak ada
yang sakit seperti ibu?”.
MENDORONG PASIEN BERBICARA
 Dorong dengan mengatakan: “Apa
lagi,…..Lalu…… Sesudah itu apa yang terjadi?”

 Kadang-kadang provider perlu berhenti berbicara


sebentar (silence) untuk memberikan kesempatan
kepada pasien untuk berfikir atau berkonsentrasi
dengan baik agar dapat mengutarakan
pendapatnya.
 Jarak kedekatan
 Zona intim (0-0,5 meter)
 Zona personal ( 0,5-1,5 meter)
 Zona sosial (1,5-3 meter)
 Zona publik ( 3 meter atau lebih)
PLEASE NOTICE THE BARRIER BETWEEN DOCTOR – PATIENT!
PLEASE NOTICE THE POSITION OF DOCTOR – PATIENT.
IT IS CLOSER, FAMILIAR, AND THERE IS NO BARRIER…BETTER.
Tips for Breaking Bad News.
 PERSIAPAN :
 Negosiasikan waktu konsultasi yang tepat.
 Kondisikan situasi yang nyaman saat konsultasi.
 Persilakan pasien membawa keluarga/kerabat dekat.
 Pelajari latar belakang pendidikan, pekerjaan dan kondisi
medis pasien.
 Pelajari perasaan pasien yang mungkin muncul dan hadapilah.
 BERIKAN INFORMASI YANG BENAR
 Nilai pemahaman pasien tentang penyakit yang
diterimanya.
 Berikan peringatan dini seperti
(Saya fikir,, mungkin hasilnya tidak seperti yang Anda harapkan..)
 Berikan Informasi Dasar
 Hubungkan informasi yang anda berikan kepada
pemahaman pasien.
 Jangan berikan terlalu banyak informasi dalam
suatu waktu.
 Empati terhadap perasaan pasien.
 Gunakan bahasa yang mudah dimengerti.

Anda mungkin juga menyukai