Anda di halaman 1dari 13

RESPONSI

DIAPER DERMATITIS

Disusun oleh :
Bima Kusuma Jati
G99151038

Pembimbing :
Suci Widhiati, dr., Sp.KK., M.Sc.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016

1
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : Suci Widhiati, dr., Sp.KK., M.Sc.


Nama Mahasiswa : Bima Kusuma Jati
NIM : G99151038

DIAPER DERMATITIS
I. DEFINISI
Diaper dermatitis merupakan penyakit inflamasi akut pada kulit sebagai
akibat langsung dari penggunaan popok. Definisi ini meliputi cakupan yang
lebar mengenai varietas inflamasi kulit yang dapat terjadi pada bagian yang
ditutupi popok. 1

II. EPIDEMIOLOGI
Diaper dermatitis paling sering terjadi pada bayi usia 9-12 bulan dan
pada orang dewasa yang menggunakan popok. Tidak ada perbedaan antara
etnik dan jenis kelamin. Dinyatakan bahwa 25% anak mengalami diaper
dermatitis dalam 4 minggu awal kehidupannya, dan 52% pada infant sampai
anak >24 tahun telah mengalaminya.2

III. ETIOLOGI
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya diaper dermatitis, antaralain
a. Basah dan gesekan. Hal terpenting adalah terjadi basah dan gesekan pada
area popok. Kedua hal tersebut menyebabkan kerusakan fungsi barier kulit dan
menyebabkan iritasi mudah terjadi.2

2
b. Urin dan feses. Enzim protease dan lipase yang ada pada feses bercampur
dengan urin akan menyebabkan terbentuknya amonia, peningkatan pH dan
terjadinya iritasi.3
c. Mikroorganisme. Candida albicans merupakan mikroorganisme yang 80%
paling sering terdapat pada diaper dermatitis melalui iritasi yang terjadi dalam
48-72 jam. Selain itu adanya bakteri Staphylococcus aureus dapat menjadi
penyebab terjadinya erosi pada diaper dermatitis. Agen infeksi lain yang dapat
menyebabkan iritasi, peradangan atau di daerah popok termasuk virus
(coxsackie, herpes simpleks, HIV), parasit, dan jamur lain (tinea).3,4
d. faktor Gizi: Diaper dermatitis bisa menjadi tanda pertama dari diet kurang
dalam biotin dan zinc/seng.2
e. iritasi kimia: Sabun, deterjen dan antiseptik dapat memicu atau
meningkatkan iritasi primer dermatitis kontak.5,6

IV. PATOGENESIS
Iritan utama dari situasi ini adalah enzim protease dan lipase pada feses
yang aktivitasnya meningkat secara tajam oleh peningkatan pH. Keasaman
permukaan kulit juga penting untuk mempertahankan mikroflora normal yang
memberi proteksi antimicroba pertama dalam melawan invasi oleh bakteri dan
jamur patogen.6 Aktivitas protease dan lipase feses juga meningkat oleh
percepatan melintasi gastrointestinal, ini alasan untuk tingginya insiden
dermatitis diaper iritan pada bayi yang diare kurang dari 48 jam.
Penggunaan popok menyebabkan peningkatan yang jelas pada
kelembaban kulit dan pH kulit. Kelembaban yang lama dapat menyebabkan
maserasi stratum korneum, lapisan luar, lapisan proteksi kulit, yang
berhubungan dengan kerusakan yang luas pada lapisan lipid intraseluler.
Kelemahan integritas fisik membuat stratum korneum lebih mudah terkena
kerusakan oleh (1) gesekan permukaan popok dan (2) iritasi lokal.4,7 Kulit
bayi merupakan barier efektif penyakit dan sama halnya pada kulit dewasa
dengan memperhatikan permeabilitas kulit. Tetapi, kelembaban, kekurangan
paparan udara, keasaman atau paparan iritan, dan meningkatnya gesekan kulit

3
merusak barrier kulit. Kulit mempunyai pH normal antara 4,5 sampai 5,5.
Ketika urea dari urin dan feses bercampur, urease mengurai urin, menurunkan
konsentrasi ion hidrogen (meningkatkan pH). Peningkatan nilai pH
meningkatkan hidrasi kulit dan membuat kulit lebih permeabel. Sebelumnya,
ammonia dipercaya sebagai penyebab primer diaper dermatitis. Penelitian
baru-baru ini menyangkal hal ini, menunjukkan bahwa ketika ammonia atau
urin ditempatkan pada kulit selama 24-48 jam, kerusakan kulit tidak terjadi.8
Kulit yang teriritasi dan dengan adanya kelembapan yan cukup,
menyebabkan mikroba rentan masuk dalam proses ini. Jamur Candida
albicans dipercaya menjadi salah satu agen yang berperan dalam infeksi
diaper dermatitis, yang didapat disebut diaper dermatitis candidiasis.6,9

V. GEJALA KLINIS
Iritasi primer dari dermatitis popok tidak selalu terlihat pada 3 minggu
pertama kelahiran. Onsetnya paling sering terjadi pada minggu ketiga sampai
minggu keduabelas, dan puncak prevalensinya terlihat antara bulan ketujuh
dan keduabelas. Bentuk yang paling sering dijumpai pada dermatitis popok
iritan primer terdiri dari erytem yang menyatu dengan permukaan cembung
pada daerah yang tertutup popok, yaitu pantat, genitalia, lower abdomen dan
daerah pubis, dan paha atas.3,5,10
Pada diaper dermatitis kandidiasis gejala klinis hampir sama dengan
diaper dermatitis iritan. Lesi awalnya kecil kemudian meluas, berbatas tegas,
berupa vesikel atau pustul superfisial berdinding tipis yang berukuran 2-4
mm, makula eritema, dan sering pula disertai erosi serta maserasi. Pada
bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama kolaret. Lesi satelit
berupa vesikel atau pustul yang terdapat di sekelilingnya (satelit pustulosis).
Lesi pada lipat paha sering merupakan perluasan dari infeksi di vulva dan
vagina. Lesi di daerah inguinal mirip dengan tinea kruris, namun umumnya
skuma lebih sedikit dan terdapat fisura.6,7,9

4
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan pemeriksaan
penunjang. Tes laboratorium sebaiknya dilakukan berdasarkan gambaran
klinik dan frekuensi kejadian. Pemeriksaan darah lengkap dapat membantu,
khususnya jika pasien demam dan dicurigai terjadi infeksi bakteri sekunder.4,7
Biopsi untuk preparat histologi dapat memberikan informasi yang benar
untuk diagnosis. Gambaran umum histologi pada dermatitis iritan primer
dengan spongiosis epidermal dan inflamasi ringan berubah pada dermis.10
Kerokan kalium hidroksida (KOH) dari lesi papul atau pustul bisa
menunjukkan pseudohifa pada kasus yang dicurigai kandidiasis.
Ditemukannya tungau, ova, atau feses pada preparat mineral oil dari liang
kerokan dapat menegakkan diagnosis scabies.7,11

VII. DIAGNOSIS BANDING


 Kandidiasis kutis
 Dermatitis intertriginosa
 Dermatitis kontak iritan
 Eritrasma

VIII. TERAPI
 Kortikosteroid topikal membantu, dan diindikasikan pada semua tetapi
pada kasus yang lebih ringan. Bekerja menekan inflamasi dan gatal.
Hidrokortison (kortison, westcort, dermacort) mengandung
mineralokortikoid dan glukokortikoid yang mempunyai efek sebagai anti
inflamasi. Dosis pada anak yaitu dioleskan secara tipis pada ruam empat
kali sehari selama 14 hari.1,13,14
 Obat Antifungi dapat digunakan untuk dermatitis popok kausa kandida.
Mengikat steroid pada membran sel fungi yang merusak sel. Nystatin
Bersifat sebagai fungisid dan fungistatik. Efektif melawan berbagai ragi
fungi dan yeastlike fungi. Mengubah permeabilitas membran sel fungi
setelah mengikat sterol membran sel, menyebabkan sel bocor.

5
Bila dicurigai terjadi superinfeksi dengan kandida dapat digunakan
mikonazole 2%. Mikonazole merusak membran sel jamur dengan
menginhibisi biosentesis ergosterol. Permeabilitas membran meningkat
menyebabkan nutrisi keluar, sehingga sel fungi mati. Losion digunakan
pada daerah intertriginosa. Jika menggunakan krim, oles tipis untuk
menghindari efek maserasi.2,4,15
 Antibiotik Topikal digunakan untuk mengobati infeksi ringan bakteri.
Antibiotik Bacitracin, melawan pergerakan mukopeptida ke dalam dinding
sel, menginhibisi pertumbuhan bakteri.4,7,9
 Antibiotik oral digunakan dalam mengobati infeksi bakteri agresif.
Amoxicillin dan clavulanat (augmentin), kombinasi obat melawan
resistensi bakteri terhadap antibiotik betalactam. Indikasi untuk infeksi
kulit yang disebabkan oleh beta-lactamase turunan Staphylococcus aureus.
 Lesi yang basah dapat dikeringkan dengan kompres larutan kalium
permanganat 1/5000 atau larutan Burowi selama 20-30 menit beberapa
kali sehari.15
 Pada diaper dermatitis yang disertai infeksi jamur, lesi akut diterapi
dengan kombinasi steroid dan antijamur, digunakan 2 kli/hari selama 5-7
hari. Kombinasi obat ini akan mengurangi gatal, nyeri, atau rasa terbakar.
Selanjutnya digunakan antijamur saja sampai lesi ssembuh. 10,13,15

IX. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini bergantung pada faktor predisposisi dan
keparahan penyakit.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. WE J, KD L, RW B, JJ F, AM. M. Diaper dermatitis: frequency & severity


among a general infant population. Pediatr Dermatol. 1986;3(3):198–207.
2. Bonifaz A, Tirado-Sanchez A, Graniel MJ, Mena C, Valencia A, Ponce-
Olivera RM. The Efficacy and Safety of Sertaconazole Cream ( 2 %) in
Diaper Dermatitis Candidiasis. Mycopathologia. 2013;(175):249–254.
doi:10.1007/s11046-013-9642-3.
3. Adam R, Ph D. Skin Care of the Diaper Area. Pediatr Dermatol.
2008;25(4):427–433. doi:10.1111/j.1525-1470.2008.00725.x.
4. Dabas PS. An approach to etiology , diagnosis and management of
different types of candidiasis. J Yeast Fungal Res Rev. 2011;4(August
2013):63–74. doi:10.5897/JYFR2013.0113.
5. Li CH, Zhu ZH, Dai YH. Diaper dermatitis: a survey of risk factors for
children aged 1-24 months in China. J Int Med Res. 2012;40(5):1752–1760.
Available at:
http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=medl&N
EWS=N&AN=23206457.
6. Orkoa ED, Irágováb S V, Ilipýinecc EP, Káýikovác T. Candida – Agent of
the Diaper Dermatitis ? Folia Microbiol. 2003;48(3):385–388.
7. Visscher MO. Recent advances in diaper dermatitis: etiology and treatment.
Ped Health. 2009;3(1):81–98. doi:10.2217/17455111.3.1.81.
8. RH C. Textbook of Dermatology. (JL B, FJG E, eds.). London: Blackwen
Scientific Publications; 1992.
9. Serdaroğlu S, Üstünbaş TK. Diaper Dermatitis ( Napkin Dermatitis , Nappy
Rash ). J Turkish Acad Dermatology. 2010;4(4):1–4.
10. Wolff K, Richard AJ. Fitzpatrick’s Color Atlas and Sinopsis of Clinical
Dermatology Sixth Edition. USA: McGraw-Hill; 2009.
11. Kellen PE. Diaper Dermatitis: Differential Diagnosis and Management.
Can Fam Physician. 1990;36:1569–1572.
12. Paiva LCF, Donatti L, Patussi E V, Svizdinski TIE, Lopes-Consolaro ME.
Scanning electron and confocal scanning laser microscopy imaging of the
ultrastructure and viability of vaginal Candida albicans and non- albicans

7
species adhered to an intrauterine contraceptive device. Microsc Microanal.
2010;16(5):537–49. doi:10.1017/S1431927610093773.
13. Rahman MH. Prevalence of superficial fungal infections in the rural areas
of Bangladesh Prevalence of superficial fungal infections in the rural areas
of Bangladesh. Iran J Dermatology. 2011;Septembeer(14):86–91.
14. Djuanda A, Hamzah M, Aishah S. Kandidiasis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. VI. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2011.
15. Carrillo-Munoz AJ, Tur-Tur C, Giusiano G, et al. Sertaconazole: an
antifungal agent for the topical treatment of superficial candidiasis. Expert
Rev Anti Infect Ther. 2013;11(4):347–358. doi:10.1586/eri.13.17.
16. Pappas PG, Kauffman CA, Andes D, et al. Clinical Practice Guidelines for
the Management of Candidiasis : 2009 Update by the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infectous Dis. 2009;11(48):503–535.
doi:10.1086/596757.

8
LAPORAN KASUS
Diaper Dermatitis

A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS
Nama : Ny. SM
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Wonosegoro Boyolali
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RS : 15 Desember 2015
Tanggal Konsul : 31 Desember 2015
Tanggal Periksa : 31 Desember 2015
No. RM : 01-32-33-37

2. KELUHAN UTAMA
Gatal dan perih di daerah bokong dan selangkangan selama 3 hari.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien Ny. SM, usia 52 tahun merupakan konsulan dari bagian
Neurologi pada tanggal 31 Desember 2015. Pasien masuk rumah sakit
karena kelemahan anggota gerak bawah dan tidak bisa berjalan. Pasien
dirawat bagian Neurologi dengan paraparese inferior dan low back pain,
kecurigaan Herniated Nucleus Pulposus DD Tumor Medula Spinalis.
Pasien dikonsulkan karena mengeluh rasa gatal dan perih di daerah
bokong dan selangkangan sudah sejak 3 hari ini. Pasien mengaku mulai
mengenakan popok selama 3 hari sebelumnya dan mulai timbul keluhan
tersebut. Gatal dan perih dirasakan terutama apabila saat buang air dan bila
popok basah. Selama 3 hari tersebut pasien belum pernah diberikan salep
atau obat gatal untuk keluhannya.

9
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat Penyakit serupa : (-)
Riwayat Alergi obat dan makanan : (-)
Riwayat Asma : (-)
Riwayat Mondok : (-)
Riwayat Diabetes Mellitus : (+)
Riwayat Hipertensi : (-)

5. RIWAYAT KELUARGA
Riwayat Penyakit Serupa : (-)
Riwayat Alergi obat dan makanan : (-)
Riwayat Asma : (-)

6. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien sudah berkeluarga dan tinggal bersama suami dan 3 anaknya.
Pasien berobat dengan BPJS Non PBI.

7. RIWAYAT GIZI DAN KEBIASAAN


Pasien memiliki kesan gizi cukup. Saat dirawat pasien mandi dengan
menggunakan handuk yang dibasahi lalu dilap ke seluruh tubuh. Pasien
mulai menggunakan popok 3 hari sebelumnya, mengganti tiap selesai
buang air sekitar 3 kali sehari.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Compos mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi cukup.
Vital Sign : Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respiration rate : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
Antropometri : Berat badan : 63 kg
Tinggi badan : 154 cm

10
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas Atas : dalam batas normal
Ekstremitas Bawah : paraparese dekstra et sinistra
penurunan refleks fisiologis
lihat status dermatologis
Genitalia : dalam batas normal

2. Status Dermatologis
Regio Gluteal et inguinal : Tampak patch eritema, disertai papul pustul
multiple di sekitarnya dengan lesi satelit (+), tampak erosi di atasnya dan
skuama di sekitarnya.

Gambar 1. Regio gluteal

11
Gambar 2. Regio inguinal

C. DIAGNOSIS BANDING
1. Diaper Dermatitis
2. Kandidiasis kutis
3. Dermatitis Kontak Iritan
4. Dermatitis Intertriginosa

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan KOH : (-) -
Pemeriksaan Gram : PMN 2-3/LPB
Coccus gram positif 10-20/LPB

E. DIAGNOSIS
Diaper dermatitis

F. TERAPI
1. Medikamentosa
Pagi + Sore : Hidrocortisone krim 2.5% selama 3 hari

12
Siang + Malam : Myconazole krim 2% selma 2 minggu
Ceterizine tab 1 x 10 mg
2. Non medikamentosa
 Menjaga kebersihan terutama kebersihan daerah bokong dan
selangkangan
 Jangan menggaruk lesi
 Anjuran untuk sering mengganti popok setelah buang air atau terasa
basah
 Anjuran tidak menggunakan pakaian yang ketat

G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad cosmeticum : bonam

13

Anda mungkin juga menyukai