Anda di halaman 1dari 7

DIAGNOSIS BANDING

SKENARIO KASUS

Seorang anak laki-laki, usia 5 tahun, dibawa oleh orang tuanya ke UGD karena
lemas dan tampak kebiruan di mulut, tangan dan kaki.
Lima belas menit yang lalu anak tidak sengaja meminum minyak tanah dari botol di
dapur. Anak kemudian muntah-muntah dan makin lemas. Orang tua sempat
memberikan air susu untuk mengeluarkan minyak tanah, namun anak tetap muntah.
Karena tambah lemas dan tampak kebiruan, anak dibawa ke UGD dengan
kendaraan roda dua berboncengan. Selama di jalan anak muntah-muntah dan
tambah lemas.

Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum letargi, sianosis
Tanda vital : HR 110, RR : 32, N ; reguler, isi tegangan cukup, suhu : 37.8 C, SpO 2
: 90 %. Pemeriksaan fisik didapatkan sianosis di mulut , tangan, dan kaki
Nafas cuping (-); Pemeriksaan dada : BJ I-II normal, bising (-), gallop(-), Paru : Suara
dasar vesikuler, Suara tambahan (+) ronkhi (+), wheezing (-); Abdomen : supel,
bising usus normal, organomegali (-); Akral : CRT < 2 detik, kebiruan.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menguasai pengertian tentang diagnosis banding.

MATERI

Diagnosis banding adalah penyakit-penyakit yang memiliki persamaan gejala dan/atau tanda
tertentu. Untuk menyusun diagnosis banding harus ditentukan terlebih dahulu gejala dan
tanda yang sama. Di dalam proses penegakan diagnosis, diagnosis banding ini sudah
dipikirkan sejak permulaan anamnesis. Hal ini terus berlanjut selama melakukan pemeriksaan
fisik, serta menuntun kita untuk menentukan jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan
untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis.

Semakin banyak data yang dihimpun dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, maka akan semakin sedikit diagnosis banding yang dipikirkan dan semakin
mengarah ke diagnosis kerja. Ingat bahwa anak sakit mungkin mempunyai lebih dari satu
diagnosis atau masalah klinis yang memerlukan pengobatan.

Apabila ada beberapa penyakit yang relevan untuk dijadikan diagnosis banding, maka
disusun berdasar peringkat kemungkinannya, yang paling mungkin diletakkan paling atas.
Dengan demikian diagnosis kerja merupakan penyakit yang diletakkan paling atas.

Diagnosis kerja merupakan dasar untuk melakukan pengobatan dan tindakan medis. Untuk
menentukan diagnosis kerja kadangkala belum memerlukan pemeriksaan penunjang, hanya
berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Misal : diagnosis kerja pneumonia ditegakkan
berdasar keluhan nafas cepat dan pemeriksaan fisik ditemukan tarikan dinding dada. Adapula
diagnosis kerja yang memerlukan pemeriksaan penunjang seperti anemia defisiensi besi,
harus diketahui hasil pemeriksaan penunjang seperti darah rutin, serum besi, feritin,
disamping anmnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.

Setelah menentukan diagnosis kerja, mulailah dengan rencana tatalaksana. Sekali lagi, jika
ada lebih dari satu diagnosis atau masalah, rekomendasi tatalaksana untuk semua masalah
di atas dapat dilakukan bersamaan. Perlu dikaji kembali daftar diagnosis banding pada tahap
lebih lanjut setelah melakukan evaluasi respon pasien terhadap tatalaksana pengobatan, atau
menemukan gejala klinis baru. Pada tahap ini, diagnosis dapat diperbaiki, atau memasukkan
diagnosis tambahan.

Diagnosis akhir adalah kesimpulan akhir penyakit yang ditegakkan berdasar anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemantauan perawatan selama di rumah
sakit. Diagnosis akhir disusun saat pasien keluar dari rumah sakit.

Contoh :

Tabel 1. Diagnosis banding pada anak dengan stridor

Tabel 2. Diagnosis banding pada anak dengan syok


Tabel 3. Diagnosis banding anak umur 2 bulan-5 tahun dengan keluhan batuk atau kesulitan
bernapas.

Tabel 4. Diagnosis banding pada anak dengan wheezing


Tabel 5. Diagnosis banding pada anak dengan letargis/lemas, kejang, atau tidak sadar
Contoh penentuan diagnosis banding berdasar tanda dan gejala :

SIANOSIS Lakukan AKUT Pemeriksa Hasil Pertimbangkan Infeksi (RSV, pertusis,


anamnesis (lihat bab an X-foto Abnormal AGD sepsis)
& PF, ukur apneu) thoraks Benda asing
SpO2 (1) PJB-manifestasi lambat (2) :
ToF, sindrom
Eisenmenger, anomali
Ebstein
Tumor jantung
(rhabdomyosarcoma,
metastase tumor ginjal)
Pimary pulmonary
hipertention
Cor pulmonale

Hasil Complete Etiologi apneu (3)


Normal blood count Breathholding spells (4)
Kalsium Hipoglikemia
Glukosa Hipokalsemia
Kadar Kejang
methemoglobin Penyakit neuromuskular
Pertimbangkan (botulism)
EEG, skrining Keracunan (5)
obat, AGD Methemoglobinemia (6)

KRONIK Cystic fibrosis


Penyakit jantung bawaan (2)
Methemoglobinemia (6)
Pulmonary arteriovenous
malformation
Cor pulmonale
Hipertensi pulmonal
Kelainan neuromuskular

Sianosis dihubungkan dengan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan membran
mukosa. Sianosis sentral ditemukan pada kulit, membran mukosa, bibir, dan konjungtiva.
Sianosis terjadi bila pasien mengalami desaturasi oksigen arterial yang signifikan.
Hemoglobin mengalami desaturasi minimal 4-5 g/dl untuk menunjukkan gejala klinis sianosis
yang signifikan. Sianosis dapat berhubungan dengan problem jantung, paru, susunan saraf
pusat, neuromuskular, atau penyebab hematologi. Akrosianosis adalah keadaan sianosis
ringan pada tangan dan kaki yang terjadi pada bayi muda. ( diagnosis banding sianosis pada
bayi muda tidak dimasukkan dalam algoritma ini.

1. Komponen penting dalam anamnesis terkait sianosis bervariasi tergantung usia


pasien. Pada bayi, riwayat persalinan dan usia saat onset sianosis sangat penting.
Pada anak yang lebih besar, riwayat trauma, memasukkan bahan makanan, atau
tersedak sangat pepnting. Pemeriksaan fisik yang mengarah ke sindrom tertentu
sangat penting pada bayi. Pada anak yang lebih besar, kemungkinan penyakit kronis
, parameter pertumbuhan, clubbing, dan tanda spesifik penyakit neuromuskular dan
hati sangat membantu. Pemantauan saturasi oksigen pada awal penilaian sangat
dianjurkan. Analisis gas darah dapat membantu membedakan etiologi pulmonal atau
kardial
2. Penyakit jantung bawaan (PJB) umumnya didiagnosis pada aawal bayi baru lahir.
Beberapa PJB, seperti ToF, secara klinis dapat terlihat dalam hitungan minggu hingga
bulan. Bila curiga PJB, maka lakukan hyperoxy test ( periksa AGD sebelum dan
sesudah pemberian oksigen 100 %) untuk membedakan etiologi penyebab pulmonal.
Keadaan klinis dan PaO2 aretrial meningkat bila etiologi pulmonal. Perubahan minimal
bila penyebabnya adalah kelainan jantung. Pasien harus dikonsulkan ke konsultan
kardiologi anak bila dicurigai PJB. Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
3. Sianosis yang bisa dijumpai pada keadaan apneu pada segala usia anak. Penyebab
bisa infeksi (RSV, pertusis, sepsis, meningitis), kejang, GER, kelainan neuromuskular
yang menyebabkan hipoventilasi. (lihat bab 16. Apneu)
4. Cyanotic breath-holding spells (cyanotic infant syncope) adalah keadaan serangan
episodik yang ditandai menghilangnya usaha menarik nafas saat sedang menangis.
Sianosis, opistotonus, postur tonik atau gerakan klonik, dan hilangnya kesadaran
dapat mengikuti gangguan tersebut. Anak akan kembali normal dalam waktu satu
menit. Serangan spell ini terjadi pada bayi berusia 6 bulan sampai 18 bulan. Umumnya
dicetuskan oleh keadaan frustrasi, ketakutan, atau nyeri. Tidak diperlukan diagnostik
lebih lanjut.
5. Sianosis yang terjadi akibat tertelan benda asing atau pengaruh benda yang
mengakibatkan depresi pernapasan (narkotik, sedatif) atau edema saluran
pernapasan dan obstruksi ( produk asam, alkali).
6. Methemoglobinemia dapat terjadi pada keadaan hemoglobin abnormal atau defisiensi
enzim yang berperan dalam reduksi hem. Obat atau toksin tertentu ( agen teroksidasi
dalam obat anestesi, nitrat dalam tabung air) kemungkinan berperan dalam kejadian
ini, terutama pada bayi yang memiliki aktivitas methemoglobin reduktase yang rendah
dan meningkatkan kemungkinan oksidasi HbF. Bentuk yang ringan dari
methemoglobinemia kongenital terlihat lebih lambat pada bayi atau anak yang
mengalami infeksi atau terpapar agen. Periksa kadar methemoglobin untuk
menegakkan diagnosis. Hati-hati bahwa AGD memiliki kemungkinan perhitungan
saturasi yang salah. Penggunaan pulse oximetry membantu menyediakan nilai yang
lebih akurat pada keadaan methemoglobinemia. Kadar saturasi oksigen yang rendah,
darah arteri yang gelap, dan nilai PO2 arterial yang normal menunjukkan sugestivitas
yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Latief A., Tumbelaka AR.,Matondang CS.,Chair I., Bisanto J., Abdoerrachman MH.,et.all.
Diagnosis fisis pada anak. Jakarta : Sagung Seto,2000 : 171-2

Pomeranz AJ.,Busey SL., Sabnis S., Behrman RE., Kliegman RM. Pediatric decision making
strategies to accompany Nelson Textbook of Pediatrics, 16th Ed. USA : WB.Saunders
Company : 2002.
https://www.edukia.org/web/. Cited : 1/3/2018

http://www.ichrc.org/bab-2-pendekatan-diagnosis-pada-anak-sakit Cited : 1/3/2018

Anda mungkin juga menyukai